Makalah Kanker Lambung
Makalah Kanker Lambung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.3 TUJUAN
Tujuan Umum
BAB II
ISI
2.1 EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi adalah pengetahuan tentang distribusi dan menentukan penyakit
dalam populasi manusia. Subjeknya mengetahui mengapa populasi atau grup yang
berbeda mempunyai risiko berbeda dengan penyakit yang berbeda, dimana pada gilirannya
dapat mendukung kesimpulan pada tingkat individu seperti mengapa perkembangan
penyakit pada waktu yang tertentu. Neoplasma merupakan sekumpulan sel yang
mengalami perubahan secara berlebihan dengan proliferasi yang tidak berguna dan tidak
mempunyai respon terhadap mekanisme kontrol yang normal serta memberi pengaruh yang
buruk terhadap jaringan sekitarnya. Untuk mempelajari penyebab yang merugikan penderita
, metoda penelitian khusus telah berkembang secara ilmiah, sesuai etika, dan biaya yang
efektif. Epidemiologi memperbesar penelitian dasar dan klinis melalui gambaran distribusi
kanker dan identifikasi suatu penderita dengan risiko berbeda dari perkembangan kanker.
Ada dua jenis kanker yaitu kanker ganas (maligna) dengan proliferasi sel-sel kanker yang
tidak terkontrol yang merugikan fungsi organ tertentu dan dapat invasi kejaringan sekitarnya
serta dapat metastase ketempat yang jauh. Kanker jinak (benigna) terdiri dari sel-sel yang
normal yang tidak mengadakan invasi atau metastase ke tempat lain. Di Amerika Serikat
merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit jantung. Setiap tahun dijumpai
1.000.000 kasus baru kanker ganas dengan mortalitas sebesar 22%. Dengan kemajuan
Imunologi kanker, ViralOncologi, dan Molekular Biologi angka morbiditas dan mortalitas
dapat diperkecil.
2.2 Etiologi
Penyebab dari kanker lambung masih belum diketahui, akan tetapi sejumlah factor
dihubungkan dengan penyakit tsb. Juga dipercaya bahwa actor exogen dalam lingkungan
seperti bahan kimia karsinogen, virus onkogenik mungkin mengambil bagian penting dalam
karsinoma lambung. Karena lambung mempunyai kontak yang lama dengan maknan,
bahan-bahan makanan sudah dikaitkan. Ada yang timbul sebagai hubungan dengan
konsumsi gram yang meningkat. Ingesti nitrat dan nitrit dlam diet tinggi protein telah
memberikan perkembangan dalam teori bahwa senyawa karsinogen seperti nitrosamine
dan nitrosamide dapat dibentuk oleh gerak pencernaan.
Penurunan kanker lambung di USA pada decade lalu dipercaya sebagai hasil
pendinginn yang meningkat yang mnyebabkan terjadinya bermacam-macam makanan
segar termasuk susu, sayuran, buah, juice, daging sapid an ikan, dengan penurunan
konsumsi makanan yang diawetkan, garam, rokok, dan makanan pedas. Jadi dipercaya
bawha pendinginan dan vit C (dlm buah segar dan sayuran) dapat menghambat
nitrokarsinogen. Factor genetic mungkin memainkan peranan dalam perkembangan kanker
lambung. Frekuensi lebih besar timbul pada individu dgn gol.darah A. Riwayat klg
meningkatkan resiko individu tetapi minimal, hanya 4% dari organ dgn karsinoma lambung
mempunyai riwayat keluarga.
2.3 ETIOLOGI
Penyebab pasti dari kanker lambung belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor
yang bisa meningkatkan perkembangan kanker lambung, meliputi hal- hal sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi
a) Faktor genetik.
Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung memiliki hubungan
genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi adanya mutasi dari
gen E-cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung. Adanya riwayat keluarga
anemia pernisiosa dan polip adenomatus juga dihubungkan dengan kondisi genetik
pada kanker lambung (Bresciani, 2003).
b) Faktor umur.
Pada kasus ini ditemukan lebih umum terjadi pada usia 50-70 tahun, tetapi
sekitar 5 % pasien kanker lambung berusia kurang dari 35 tahun dan 1 % kurang
dari 30 tahun (Neugut, 1996).
2. Faktor presipitasi
a) Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap, atau yang diawetkan. Beberapa studi
menjelaskan intake diet dari makanan yang diasinkan menjadi faktor utama
1. Gastritis kronis.
2. Faktor infeksi (oleh kuman H. Pylory).
3. Herediter.
4. Sering Makan daging hewan dengan cara dipanggang atau dibakar atau
diasapkan.
5. Sering makan makanan yang terlalu pedas.
6. Kurang makanan yang mengandung serat.
7. Makan makanan yang memproduksi bahan karsinogenik dan ko-karsinogenik.
2.4 PATOFISIOLOGI
Beberapa factor dipercaya menjadi precursor kanker yang mungkin yaitu polip,
anemia pernisiosa, prostgastrektomi, gastritis atrofi kronis dan ulkus lambung. Diyakini
bahwa ulkus lambung tidak mempengaruhi individu menderita kanker lambung, tetapi
kanker lambung mungkin ada bersamaan dgn ulkus lambung dan tidak ditemukan ada
bersaman dgn ulkus lambunh dan tidak ditemukan pada pemeriksaan diagnostic awal.
Kanker lambung adalah adenokarsinoma yang muncul plg sering sebagai massa
irregular dengan penonjolan ulserasi sentral yang dalam ke lumen dan menyerang lumen
dinding lambung. Tumor mungkin menginfiltrasi dan menyebabkan penyempitan lumen
yang paling sering di antrum. Infiltrasi dapat melebar keseluruh lambung, menyebabakan
kantong tidak dapat meregang dengan hilangnya lipatan normal dan lumen yg sempit, tetapi
hal ini tidak lazim. Desi polipoid juga mungkin timbul dan menyebabkan sukar u/
membedakan dari polip benigna pada X-ray. Kanker lambung mungkin timbul sebagai
penyebaran tumor superficial yang hanya melibatkan prmukaan mukosa dan menimbulkan
keadaan granuler walupun hal ini jarang. Kira-kira 75% dari karsinom ditemukan pada 1/3
distal lambung, selain itu menginvasi struktur local seperti bag.bawah dari esophagus,
pancreas, kolon transversum dan peritoneum. Metastase timbul pada paru, pleura, hati,
2.5 PATOFISIOLOGIS
Seperti pada umumnya tumor ganas ditempat lain penyebab tumor gaster juga
belum diketahui secara pasti. Faktor yag mempermudah timbulnya tumor ganas gaster
adalah perubahan mukosa yang abnormal antara lain seperti gastritis atropik, polip di
gaster, dan anemia pernisiosa. Di samping itu juga pengaruh keadaan lingkungan mungkin
memegang peran penting terutama pada penyakit gaster seperti dinegara Jepang, Chili,
Irlandia, Australia, Rusia dan Skandinavia. Ternyata pada orang jepang yang telah lama
meninggalkan jepang, frekuensi tumor ganas gaster lebih rendah. Dapat disimpulkan bahwa
kebiasaaan hidup mempunyai peran penting, makanan panas dapat merupakan faktor
timbulnya tumor ganas seperti juga makanan yang di asap, ikan asin yang mungkin
mempermudah timbuknya tumor ganas gaster. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi
adalah faktor herediter, dan faktor infeksi H. Pylori. Karsinoma gaster berasal dari
pertumbuhan epitel pada membran mukosa gaster. Kabanyakan karsinoma gaster
berkembang pada bagian bawah gaster. Sedangkan pada atrofi gaster disapatkan bagian
atas gaster dan secara multisenter.
2.6 KLASIFIKASI
1. Early gastric cancer (tumor ganas lambung dini).
Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi, gastroskopi dan pemeriksaan histopatologis dapat
dibagi atas :
a. Tipe I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub mukosa yang
berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak rata, perdarahan dengan
atau tanpa ulserasi.
b. Tipe II (superficial type)
Dapat dibagi atas 3 sub tipe.
1) Elevated type
Tampaknya sedikit elevasi mukosa lambung. Hampir seperti tipe I, terdapat sedikit
elevasi dan lebih meluas dan melebar.
2 Flat type
Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat perubahan pada
warna mukosa.
3)Depressed type
Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir tidak rata (iregular) hiperemik
/ perdarahan.
c. Type III. (Excavated type)
Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering disertai kombinasi seperti
IIC + III atau III + IIc dan IIa + IIc
2. Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut).
Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :
a. Bormann I.
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai fungating
dan mukosa di sekitar tumor atropik dan iregular.
b. Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta mukosa
sekitarnya menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat nekrotik dengan
warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman. Mukosa sekitar ulkus tampak
sangat hiperemik.
c. Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada dinding dan
infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
d. Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada dinding dan
infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
Didaerah epigastrium mungkin ditemukan suatu massa dan jika telah terjadi metastasis
ke hati, teraba hati yang iregular, dan kadang-kadang kelenjar limfe klavikula teraba.
2. Radiologi.
Pemeriksaan radiologi yang penting adalah pemeriksaan kontras ganda dengan
berbagai posisi seperti telentang. Tengkurap, oblik yang disertai dengan komprsi.
2.10 PENATALAKSANAAN
1. Bedah
jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik adalah
pembedahan. Walaupun telah terdapat daerah sebar, pembedahab sudah dapat
dilakukan sebagai tindakan paliatif. Reaksi kuratif akan berhsil bila tidak ada tanda
metastasis di tempat lain, tidak ada sisa Ca pada irisan lambung, reseksi cairan
sekitar yang terkena, dari pengambilan kelenjar limfa secukupnya.
2 Radiasi
3. Pengobatan dengan radiasi memperlihatkan kurang berhasil.
4. Kemoterapi
Pada tumor ganas dapat dilakukan pemberian obat secara tunggal atau kombinsi
kemoterapi. Di antara obat yang di gunakan adalah 5 FU, trimetrexote, mitonisin C,
hidrourea, epirubisin dan karmisetin dengan hasil 18 – 30 %.
2.11 KOMPLIKASI
1. Perforasi
Dapat terjadi perforasi akut dan perforasi kronik.
2. Hematemesis.
Hematemesis yang masif dan melena dapat terjadi pada tumor ganas lambung
sehingga dapat menimbulkan anemia.
3. Obstruksi.
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang disertai
keluhan mintah-muntah.
4. Adhesi.
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan infiltrasi
dengan organ sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut
(kreatinin), tetapi pemeriksaan ini mempunyai keterbatasan pada pasien kanker oleh karena
malnutrisi yang berlangsung kronik. Serum albumin salah satu parameter yang sering
digunakan oleh karena murah dan akurat pada pasien tanpa penyakit hati dan ginjal
Anoreksia
Anoreksia sering dijumpai pada pasien kanker, dengan insiden 15%-40% pada saat
didiagnosa.13 Anoreksia merupakan penyebab utama terjadinya kaheksia pada pasien
kanker. Penyebab dan mekanisme anoreksia pada pasien kanker sampai sekarang belum
diketahui secara jelas. Produk metabolit kanker juga dapat menyebabkan anoreksia.
Metabolit kanker juga dapat menyebabkan perubahan rasa kecap. Stress psikologis yang
terjadi pada pasien kanker memegang peran penting dalam terjadinya anoreksia. Obstruksi
mekanik pada traktus gastrointestinal, nyeri, depresi, konstipasi, malabsorbsi, efek samping
pengobatan seperti opiat, radioterapi dan kemoterapi dapat menurunkan asupan makanan.
Pengobatan dengan anti kanker juga penyebab tersering terjadinya malnutrisi.
Kemoterapi dapat menyebabkan mual, muntah, kram perut dan kembung, mucositis dan
ileus paralitik. Beberapa antineoplastik seperti fluorourasil, adriamysin, methotrexate dan
cisplatin menginduksi komplikasi gastrointestinal yang berat.
B. Perubahan metabolisme
Metabolisme energi berkaitan erat dengan metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak. Pada pasien kanker metabolisme zat tersebut mengalami perubahan dan
berpengaruh terhadap terjadinya penurunan berat badan. Hipermetabolisme, didefinisikan
dengan meningkatnya pengeluaran energi pada saat istirahat. Peningkatan metabolisme ini
sampai 50% lebih tinggi dibandingkan dengan pasien bukan kanker. Tetapi peningkatan
metabolisme tersebut tidak terjadi pada semua pasien kanker. Beberapa penelitian
melaporkan peningkatan metabolisme ini berhubungan dengan penurunan status nutrisi dan
jenis serta besar tumor. Perubahan metabolisme karbohidrat yang sering terjadi adalah
intoleransi glukosa, diduga akibat dari peningkatan resisitensi insulin dan pelepasan insulin
Metabolisme protein pada pasien kanker terjadi peningkatan turn over, peningkatan
sintesis protein di hati, penurunan sintesis protein di otot skelet dan peningkatan
pemecahan protein otot yang berakibat terjadinya wasting. Peningkatan glukoneogenesis
dari asam amino dan penggunaan asam amino oleh sel kanker untuk sintesis protein juga
merupakan keadaan yang menyebabkan penurunan massa otot.
Perubahan metabolisme lemak yang paling utama adalah metabolisme asam lemak
bebas dari jaringan adiposa dan deplesi lemak tubuh total. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa penurunan berat badan pada pasien kanker sebagian besar
disebabkan deplesi lemak tubuh.
C. Sitokin
Berberapa sitokin diketahui mempunyai peran dalam terjadinya kaheksia pada
pasien kanker. Sitokin merupakan polipeptida yang diproduksi limfosit dan makrofag
sebagai respon imun endogen terhadap tumor. Beberapa sitokin yang berperan antara lain
IL-1, IL-2, TNF dan interferon gamma. Sitokin dapat mempengaruhi status nutrisi dan
metabolisme pasien kanker dengan menyebabkan penurunan nafsu makan, stimulasi laju
metabolisme basal, stimulasi ambilan glukosa, mobilisasi lemak serta cadangan protein.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyebab dari karsinoma Gaster sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Namun para penyelidik berpendapat bahwa komposisi makanan merupakan faktor penting
dalam kejadian karsinoma Gaster. Makanan tersebut seperti ;
1. Gastritis kronis.
2. Faktor infeksi (oleh kuman H. Pylory).
3. Herediter.
4. Sering Makan daging hewan dengan cara dipanggang atau dibakar atau diasapkan.
5. Sering makan makanan yang terlalu pedas.
6. Kurang makanan yang mengandung serat.
7. Makan makanan yang memproduksi bahan karsinogenik dan ko-karsinogenik.