PENUNTUN PRAKTIKUM
TELINGA HIDUNG TENGGOROK
EDISI 4
1
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
Kata Sambutan
Puji syukur kepada Tuhan, atas terselesaikannya buku Penuntun Praktikum Telinga, Hidung, dan
Tenggorok. Saya mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah bekerja keras untuk menyusun buku ini, baik semua para penulis, dan dan para editor buku
ini, maupun pihak-pihak lain yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini.
Sebagai institusi pendidikan, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha harus selalu
memperbaharui materi pembelajaran sesuai standar yang berlaku. Daftar penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok dalam Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Indonesia (SNPPDI) yang dikeluarkan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia pada tahun 2019 yang memiliki tingkat kemampuan 3 dan 4 antara lain adalah
Faringitis, Tonsilitis, Laringitis, Abses peritonsilar, Rhinitis, Otitis, Mastoiditis, dan Epistaksis. Setiap
mahasiswa kedokteran harus mempelajarinya dengan sungguh-sungguh sehingga dapat menguasai dengan
baik kompetensi lulusan tersebut, dan dapat menjadi bagian pelayanan seorang dokter kelak bagi setiap
anggota masyarakat yang dilayaninya.
Besar harapan saya, buku ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh segenap penggunanya.
Demikianlah kata sambutan saya, selamat belajar, sukses, dan senantiasa diberkati Tuhan.
2
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
Kata Sambutan
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diterbitkannya buku penunjang pembelajaran di
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha yang merujuk kepada Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI). Dalam penerapan KKNI, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning(PBL).
Melalui sistem pembelajaran PBL mahasiswa dituntut aktif, mandiri dan belajar sepanjang hayat.
Metode-metode pembelajaran diarahkan untuk memancing keingintahuan, memotivasi mahasiswa untuk
belajar secara mandiri, melatih untuk berpikir kritis yang berguna baik pada saat berkuliah maupun ketika
mahasiswa sudah terjun di masyarakat sebagai dokter. Pembelajaran ini akan berhasil apabila mahasiswa
aktif dalam mencari materi pengetahuan dari berbagai sumber yang dapat dipercaya dan dengan demikian
melalui pembelajaran mandiri mahasiswa akan lebih mengingat apa yang telah mereka pelajari dan
menguasai keahlian untuk belajar.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha menerbitkan panduan belajar berupa buku
dengan maksud menjembatani tujuan pembelajaran dengan materi dunia kedokteran yang sangat banyak,
dinamis, dan kompleks. Tidak ada buku yang dapat menjelaskan kompleksitas dan pengembangannya
hanya seorang pembelajar yang dapat menjawab tantangan ini di masa depan. Isi buku ini hanya mencakup
panduan umum dari materi yang harus dipelajari oleh mahasiswa secara individual. Mahasiswa wajib
mencari sumber pustaka lain untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan mereka. Melalui buku ini
diharapkan mahasiswa dapat lebih terarah dan termotivasi untuk mempelajari lebih dalam lagi berbagai
topik baik materi pengetahuan, praktikum, dan ketrampilan klinik.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini.
Daftar Pustaka
Contents
Penuntun Praktikum Anatomi Caput et Collum ...........................................................................................5
4
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
I. CRANIUM
Cranium disusun oleh 22 tulang bernama. Cranium dibagi menjadi neurocranium dan viscerocranium. Pada
orang dewasa, neurocranium dibentuk oleh 8 tulang: 4 tulang tunggal, os frontale, os ethmoideum, os
sphenoideum, dan os occipitale; dan 2 berpasangan bilateral, os temporale dan os parietale.
Neurocranium mempunyai atap, calvaria, dan dasar, basis cranii. Calvaria disusun oleh ossa plana (os
frontale, os parietale, dan os occipitale) yang dibentuk melalui ossificatio membranacea. Basis cranii
disusun oleh ossa irregulares (os sphenoideum dan os temporale) yang dibentuk melalui ossificatio
endochondralis atau lebih dari satu tipe ossificatio.
Viscerocranium (ossa faciei) membentuk bagian anterior cranium dan terdiri dari tulang yang mengelilingi
stoma, nasus/cavitas nasi, dan orbita. Viscerocranium terdiri dari 15 ossa irregulares: 3 tulang tunggal di
garis tengah (mandibula, os ethmoideum, dan vomer) dan 6 berpasangan bilateral (maxilla, concha nasalis
inferior, os zygomaticum, os palatinum, os nasale, dan os lacrimale).
5
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
• Os zygomaticum:
- Processus temporalis ossis zygomatici
- Processus frontalis ossis zygomatici
- Foramen zygomaticofaciale
• Maxilla:
- Processus frontalis maxillae
- Processus zygomaticus maxillae
- Processus alveolaris maxillae
• Os nasale:
- Apertura piriformis
- Pars ossea septi nasi
- Conchae nasales
• Os lacrimale:
- Crista lacrimalis posterior
- Sulcus lacrimalis ossis lacrimalis
- Fossa sacci lacrimalis
• Os sphenoideum:
- Ala major
- Ala minor
• Mandibula:
- Corpus mandibulae
- Protuberantia mentalis
- Pars alveolaris mandibulae
- Symphysis mandibulae
Perhatikan foraminae di bawah ini dan sebutkan struktur yang keluar dari masing-masing foraminae.
- Foramen (incisura) supraorbitale:
- Foramen infraorbitale:
- Foramen mentale:
6
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
ANATOMI
Calvaria
- Lamina externa calvariae, diploe, lamina interna calvariae
- Sulcus sinus sagittalis superioris: diisi oleh …………………………..
- Foveolae granulares: ……………………………
- Impressiones gyrorum: ……………………………
- Juga cerebralia: ……………………………..
- Sulci venosi: …………………………………
- Sulci arteriosum: ………………………………….
ANATOMI
• Sella turcica: tuberculum sellae, fossa hypophysialis, dorsum sellae, processus clinoideus posterior
• Ala major, foramen rotundum, foramen ovale, foramen spinosum, fissura orbitalis superior, foramen
lacerum, impressio trigeminalis.
9
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
Ketika mengatupkan gigi, palpasi ductus parotideus. Ductus parotideus adalah struktur tubular keras yang
dapat digulung menggunakan jari. Ductus parotideus dapat dipalpasi ketika melintasi tepi anterior masseter
di pertengahan panjangnya. Di mana muaranya?
MUSCULI FACIALES
Musculi faciales terletak dalam tela subcutanea, sehingga ketika berkontraksi, menggerakkan
kulit dan tela subcutanea menghasilkan perubahan ekspresi wajah.
Sebagian besar musculi faciales beraksi sebagai dilatator dan sphincter untuk cavitas oris, cavitas nasi, dan
orbita.
Identifikasi: orbicularis oris, bucinator, depressor anguli oris, depressor labii inferioris, mentalis,
zygomaticus major dan zygomaticus minor, nasalis, orbicularis oculi, frontalis,
corrugator supercilii, platysma.
Identifikasi nervus, vena, dan arteria dari superficialis ke profundus yang terkubur dalam glandula
parotidea:
Nervus ………………
Vena …………………
Arteria ………………
Identifikasi cabang-cabang nervus facialis yang muncul dari tepi anterior glandula parotidea dan sebutkan
masing-masing otot yang dipersarafinya: ………………………………………...
T–
Z–
B–
M–
C–
10
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
Pelajari nervi sensoria untuk persarafan wajah. Gambarkan area persarafan N. V1, N. V2, N. V3, C2, dan
C3.
Identifikasi linea temporalis superior dan linea temporalis inferior yang menandai batas superior dan
posterior fossa temporalis.
Identifikasi crista infratemporalis pada ala major (bersama arcus zygomaticus menandai batas inferior fossa
temporalis. Di bawahnya terletak fossa infratemporalis.
Identifikasi lubang pada os zygomaticum yang dilalui oleh nervus zygomaticofacialis dan nervus
zygomaticotemporalis. Keduanya merupakan cabang dari …………………………
Apa nama lubang yang dilaluinya?
Pastikan untuk menemukan: foramen alveolare inferius (foramen mandibulae), lingula mandibulae, sulcus
mylohyoideus, facies infratemporalis maxillae, fissura pterygomaxillaris, lamina medialis processus
pterygoidei, lamina lateralis processus pterygoidei, foramen ovale,
foramen spinosum, spina ossis sphenoidei, sulcus tubae auditivae.
Carilah rute masuk dan keluar dan foramina dari fossa pterygopalatina:
Medialis : cavitas nasi
Lateralis : fossa infratemporalis
11
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
Inferior : palatum
Anterosuperior : orbita
Posterior : basis cranii (via canalis pterygoideus) dan cavitas cranii (via foramen
rotundum)
Pada preparat proseksi, identifikasi fascia temporalis yang membentuk atap yang kuat bagi fossa
temporalis.
Sebutkan origo musculus temporalis: …………………………; insertio di …………………..
Mengapa SCALP bergerak ketika berkontraksi?
Disuplai oleh nervus temporalis profundus pada aspek profundus, nervus ini cabang dari …………………..
Identifikasi masseter, berorigo di arcus zygomaticus dan beriinsertio di mandibula. Identifikasi nervus
massetericus (cabang N. V3).
Identifikasi nervus buccalis yang menembus bucinator, tapi tidak menyuplainya, karena merupakan nervus
sensorius untuk kulit bucca dan mukosa permukaan dalam bucca.
Identifikasi nervus alveolaris inferior, nervus lingualis, dan nervus mylohyoideus.
Fossa Infratemporalis
Identifikasi arteria maxillaris. Arteria maxillaris adalah cabang dari ………………………… Identifikasi
juga cabang utamanya di fossa infratemporalis: arteria alveolaris inferior, arteria alveolaris superior
posterior, dan arteria temporalis profunda.
Identifikasi nervus lingualis dan nervus alveolaris inferior. Keduanya merupakan cabang sensoris N. V3
yang menyuplai ……………………………………….
12
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
Identifikasi ligamentum sphenomandibulare, yang bersama tepi bebas musculus temporalis digunakan
sebagi marka untuk mandibular nerve block.
13
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
Stoma
Palatum durum disusun oleh processus palatinus dan lamina horizontalis ossis palatini. Sebutkan foraminae
yang dijumpai pada palatum durum.
Dens, identifikasi:
• Corona dentis: facies occlusalis dentis, facies vestibularis dentis, facies lingualis dentis, facies mesialis
dentis, facies distalis dentis, cuspis dentis.
• Cervix dentis
• Radix dentis
• Cavitas pulparis, canalis radicis dentis, foramen apices radicis dentis.
• Alveolus dentis, septum interalveolare, septum interradiculare.
Pada lingua, identifikasi plica sublingualis, caruncula sublingualis (apa yang bermuara di sini?), dan venae
linguales. Pada permukaan dorsum linguae tampak papillae filiformes, papillae fungiformes, papillae
foliatae; papillae vallatae membentuk batas berbentuk V di antara 2/3 anterior dan 1/3 posterior lingua;
sulcus terminalis linguae.
Perhatikan arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus yang memisahkan stoma dari pharynx, fossa
tonsillaris dan tonsilla palatina yang berada di antara keduanya. Pembuluh darah yang menyuplai tonsilla
palatina adalah ………………………………
Apa yang dimaksud dengan isthmus faucium?
Otot ekstrinsik lidah meliputi musculus genioglossus, musculus hyoglossus, musculus styloglossus,
musculus palatoglossus. Semua otot ekstrinsik lidah, kecuali musculus palatoglossus, dipersarafi oleh
…………………..
14
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
Otot intrinsik lidah terdiri dari musculus longitudinalis superior linguae, musculus longitudinalis inferior
linguae, musculus transversus linguae, musculus verticalis linguae.
Gambarkan lingua (dorsum linguae) dan labeli dengan nervi craniales yang bertanggung jawab untuk
persarafan sensoris umum, sensoris khusus, dan motorik pada bagian-bagian lingua.
Pharynx
Pars nasalis pharyngis
Identifikasi choana, palatum mole, tonsilla pharyngea, ostium pharyngeum tubae auditivae, torus tubarius,
plica salpingopharyngea, plica salpingopalatina, torus levatorius, tonsilla
tubaria, recessus pharyngeus
Dinding Pharynx
Dinding pharynx disusun oleh:
1. Tunica mucosa pharyngis (campuran, epitel respirasi dan oral)
2. Tela submucosa pharyngis (kaya vaskular)
3. Fascia pharyngobasilaris
15
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
4. Musculi pharyngis
5. Fascia buccopharyngea
Musculi Pharyngis
Lapisan otot dinding pharynx terdiri dari lapisan longitudinalis yang terletak internus terhadap lapisan
circularis.
Lapisan circularis terdiri dari 3 musculi yang tumpeng tindih: constrictor superior pharyngis, constrictor
medius pharyngis, dan constrictor inferior pharyngis.
Apa jenis serabut otot yang membentuk otot constrictoris?
Lapisan longitudinalis terdiri dari musculus palatopharyngeus, musculus stylopharyngeus, dan musculus
salpingopharyngeus
Palatum Molle
Pada preparat proseksi, identifikasi tensor veli palatini dan levator veli palatini. Tensor veli palatini terletak
lateralis terhadap levator veli palatini. Beberapa serabut tensor veli palatini berorigo di tuba auditiva dan
membantu menariknya terbuka.
Perhatikan bahwa tuba auditiva dan levator veli palatini berjalan di atas serabut yang paling atas dari
constrictor superior pharyngis. Tensor veli palatini berjalan mengitari hamulus pterygoideus dan
membentuk aponeurosis palatina.
Bagaimana perjalanan tuba auditiva?
16
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
Palatum durum dipersarafi oleh nervus palatinus major, nervus nasopalatinus, nervus palatinus minor. Di
mana nervi tersebut muncul?
Larynx
Larynx disusun oleh 9 cartilagines yang dihubungkan oleh membranae dan ligamenta dan berisi plica
vocalis. Berlokasi di leher anterior pada level vertebrae C3–C6
Cartilagines Laryngis
• Pada leher teman Saudara: palpasi arcus cartilaginis cricoideae, lamina cartilaginis thyreoideae,
prominentia laryngea, incisura thyreoidea superior, incisura thyreoidea inferior, ligamentum
cricothyreoideum medianum.
• Pada preparat proseksi:
- Cartilago epiglottica: merupakan fibrocartilago, petiolus epiglottidis, plica aryepiglottica, incisura
interarytenoidea.
- Cartilago thyreoidea: lamina cartilaginis thyreoideae, cornu superius cartilaginis thyreoideae, cornu
inferius cartilaginis thyreoideae.
- Cartilago cricoidea: arcus cartilaginis cricoideae, lamina cartilaginis cricoideae, articulatio
cricothyreoidea, articulatio cricoarytenoidea.
- Cartilago arytenoidea: berpasangan, kanan dan kiri, basis cartilaginis arytenoideae, processus
vocalis, processus muscularis, apex cartilaginis arytenoideae.
- Cartilago corniculata dan cartilago cuneiformis tampak sebagai nodul kecil di bagian posterior plica
aryepiglottica. Cartilago corniculata melekat pada apex cartilaginis arytenoideae; cartilago
cuneiformis tidak melekat pada cartilago lain.
Aditus laryngis:
Penutupan aditus laryngis adalah mekanisme sphincteric. Terjadi secara refleks pada proses menelan dan
dihasilkan oleh kontraksi kedua pars aryepiglottica musculi arytenoidei obliqui.
Bagian Larynx
Cavitas laryngis dapat dibagi menjadi bagian superior atau supraglottica di atas plica vocalis, dan bagian
inferior atau infraglottica.
17
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
Bagian superior dapat dibagi menjadi (1) vestibulum laryngis, di antara aditus laryngis dan plica
vestibularis; (2) bagian medius cavitas laryngis, di antara plica vestibularis dan plica vocalis; dan (3)
ventriculus laryngis, melebar ke lateralis dari bagian medius cavitas laryngis di antara plica vestibularis dan
plica vocalis.
Plica vocalis melekat pada permukaan dalam cartilago thyreoidea di anterior dan pada processus vocalis di
posterior. Plica vocalis disusun oleh conus elasticus, ligamentum vocale, dan musculus vocalis yang
ditutupi oleh tunica mucosa laryngis.
Musculi Laryngis
Otot intrinsik:
Musculus cricothyreoideus: satu-satunya otot yang terletak di luar larynx. Muncul dari arcus cartilaginis
cricoideae untuk berinsertio di tepi bawah lamina cartilaginis thyreoideae.
Musculus cricoarytenoideus posterior: muncul dari permukaan posterior lamina cartilaginis cricoideae dan
berinsertio pada processus muscularis.
Musculus cricoarytenoideus lateralis: berorigo di anterior di tepi superior lamina cartilaginis cricoideae,
otot ini juga berinsertio pada processus muscularis.
ANATOMI
Cabang nervus vagus: nervus laryngeus superior dan nervus laryngeus recurrens.
Keduanya merupakan nervus mixtus (motorik dan sensoris).
Serabut motorik berasal dari nucleus ambiguus
Distribusi:
Motorik untuk semua otot intrinsik, kecuali musculus cricothyreoideus.
Sensoris untuk tunica mucosa laryngis di bawah plica vocalis
Os temporale terdiri dari 3 bagian utama: pars squamosa ossis temporalis, pars petrosa ossis temporalis,
dan pars tympanica ossis temporalis
19
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
Pars petrosa ossis temporalis berbentuk piramid 3 sisi di antara os sphenoideum dan os occipitale. Apex
partis petrosae mengarah ke medialis, anterior dan sedikit superior. Basis menghadap ke lateralis.
Labyrinthus osseus terdapat di dalamnya.
Telusuri tegmen tympani ke anterior untuk menemukan sulcus nervi petrosi majoris yang berjalan menuju
foramen lacerum. Sulcus/hiatus nervi petrosi minoris terletak lateralis terhadap sulcus nervi petrosi majoris,
mentransmisikan nervus petrosus minor.
20
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
Perhatikan bahwa aspek inferiornya membungkus pangkal processus styloideus ossis temporalis.
Auris Externa
Pada auricula teman Saudara, identifikasi: lobulus auriculae, fossa triangularis, scapha, concha auriculae
(cymba conchae, cavitas conchae) helix, crus helicis, antihelix, crura antihelices,
tragus, antitragus, incisura intertragica.
21
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
Cavitas Tympani
Identifikasi:
• Recessus epitympanicus
• Aditus antri mastoidei
• Ossicula auditus: malleus, incus, dan stapes
• Fenestra vestibuli dan fenestra cochlea
• Basis stapedis, bagaimana hubungannya dengan fenestra vestibuli?
• Manubrium mallei, bagaimana hubungannya dengan membrana tympanica?
• Tensor tympani dalam semicanalis tensoris tympani, bagaimana hubungannya dengan malleus?
• Musculus stapedius dengan tendonya yang muncul dari eminentia pyramidalis di paries mastoideus
cavitatis tympani, bagaimana hubungannya dengan stapes?
• Prominentia canalis semicircularis lateralis
• Canalis facialis yang terletak horizontalis di antara prominentia canalis semicircularis lateralis dan basis
stapedis.
Perhatikan posisi sinus transversus dan lobus temporalis dalam hubungannya dengan cavitas tympani.
Bagaimana hubungannya dengan penyebaran infeksi?
22
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
Perhatikan posisi tonsilla pharyngea – pharynx dan tympani – tonsilla tubaria pars nasalis pharyngis.
Bagaimana hubungannya dengan infeksi telinga tengah?
VI. NASUS
Nasus Externus
Nasus meliputi nasus externus dan cavitas nasi.
Identifikasi: dorsum nasi yang memanjang dari radix nasi sampai apex nasi, ala nasi, naris, vestibulum nasi
dengan vibrissae.
Septum nasi dibagi menjadi pars ossea septi nasi dan pars cartilaginea septi nasi.
Identifikasi:
Lamina perpendicularis ossis ethmoidei, vomer, crista nasalis maxillae, dan crista nasalis ossis palatini.
Cavitas Nasi
Cavitas nasi masuk dari nares di anterior, terbuka di posterior ke dalam pars nasalis pharyngis melalui
choanae.
Identifikasi:
23
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
• Paries superior cavitatis nasi yang dibentuk oleh os nasale, os frontale, os ethmoideum, dan os
sphenoideum.
• Dasar cavitas nasi yang dibentuk oleh processus palatinus dan lamina horizontalis ossis palatini.
• Dinding medialis yang dibentuk oleh septum nasi.
• Paries lateralis cavitatis nasi yang dibentuk oleh conchae nasi.
Apa perbedaan concha nasalis inferior dari concha nasalis superior dan concha nasalis media?
Identifikasi:
• Recessus sphenoethmoideus yang terletak superoposterior terhadap concha superior nasi, menerima
bukaan sinus sphenoideus
• Meatus superior nasi, lintasan dangkal di antara concha superior nasi dan concha media nasi, tempat
muara cellulae ethmoideae posteriores.
• Meatus medius nasi, lebih panjang dan lebih dalam, di antara concha media nasi dan concha inferior
nasi. Pada bagian anterosuperiornya, ditemukan infundibulum ethmoideum yang berhubungan dengan
sinus frontalis.
• Hiatus semilunaris, lekukan semisirkular, tempat muara sinus frontalis.
• Bulla ethmoidea, elevasi membulat superior terhadap hiatus semilunaris
• Meatus inferior nasi, apertura ductus nasolacrimalis
• Meatus communis nasi
Di bagian anterior septum nasi dijumpai Kiesselbach area, plexus arteriosus anastomotic yang dibentuk
oleh 5 arteriae. Sebutkan kelima arteriae tersebut.
Sinus Paranasales
Identifikasi pada preparat proseksi:
Sinus frontalis
Sinus frontalis terdapat di antara lamina externa calvariae dan lamina interna calvariae dari os
frontale. Sinus frontalis bermuara melalui ductus frontonasalis ke infundibulum ethmoideum
yang membuka ke hiatus semilunaris.
24
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
Cellulae ethmoideae
Cellulae ethmoideae anteriores: bermuara langsung atau tidak langsung melalui infundibulum ethmoideum
ke meatus medius nasi.
Cellulae ethmoideae mediae: bermuara langsung ke meatus medius nasi.
Cellulae ethmoideae posteriores: bermuara ke meatus superior nasi.
Sinus sphenoideus
Sinus sphenoideus terdapat dalam corpus ossis sphenoidei, dapat meluas ke alae. Bermuara ke recessus
sphenoethmoideus.
Sinus maxillaris
Sinus maxillaris terdapat dalam corpus maxillae.
Apa yang dimaksud dengan hiatus maxillaris?
25
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
VII. COLLUM
Tulang Leher
Vertebrae cervicales
Apa yang membedakan vertebrae C1, C2, dan C7 dari vertebrae cervicales tipikal?
Pelajari articulatio atlantooccipitalis dan articulatio atlantoaxialis mediana.
Os hyoideum
Identifikasi:
• Corpus ossis hyoidei, cornu majus ossis hyoidei, cornu minus ossis hyoidei
• Musculi suprahyoidei:
- Musculus digastricus: venter anterior musculi digastrici dipersarafi oleh ……………, venter
posterior musculi digastrici dipersarafi oleh ……………...……, tendo intermedius musculi
digastrici melekat di …………………..
- Musculus stylohyoideus
- Musculus mylohyoideus
- Musculus geniohyoideus
• Musculi infrahyoidei:
- Musculus sternohyoideus
- Musculus omohyoideus: venter superior musculi omohyoidei, venter inferior musculi omohyoidei.
- Musculus sternothyreoideus
- Musculus thyreohyoideus
Fasciae Cervicales
Identifikasi:
• Fascia investiens superficialis colli
• Fascia pretrachealis: fascia musculorum infrahyoideum, fascia visceralis colli
• Fascia investiens profunda colli
• Vagina carotidis, membungkus ……………………………………………………………..
• Fascia buccopharyngea
• Fascia alaris
• Spatium retropharyngeum. Di mana didapatkan spatium ini?
26
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
Regiones Colli
Identifikasi:
• Musculus sternocleidomastoideus: caput sternale musculi sternocleidomastoidei, caput claviculare
musculi sternocleidomastoidei, fossa supraclavicularis minor.
• Musculus trapezius
• Musculi scaleni (anterior, medius, posterior)
27
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
ANATOMI
Identifikasi:
• Arteria communis carotidis
• Arteria interna carotidis
• Arteria externa carotidis: arteria pharyngea ascendens, arteria occipitalis, arteria auricularis posterior,
arteria thyreoidea superior, arteria lingualis, arteria facialis, arteria maxillaris, arteria temporalis
superficialis.
• Vena jugularis interna
• Vena jugularis externa
• Vena jugularis anterior
28
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
FAAL
Jo Suherman
PENDAHULUAN
Sifat suara sebagai suatu gelombang, dihantarkannya suara baik melalui udara (air conduction [AC])
maupun melalui tulang tengkorak (bone conduction [BC]) sehingga suara yang timbul dapat diartikan pada
pusat pendengaran.
Adanya kerusakan pada salah satu jalan hantaran suara menyebabkan berkurangnya jumlah gelombang
yang diterima oleh pusat pendengaran dan ini menimbulkan keluhan gangguan pendengara atau tuli.
Untuk mengetahui jalan hantaran suara mana yang terganggu (AC/BC), maka dapat dilakukan berbagai
uji sederhana yang mempunyai arti diagnostik tinggi. Penderita dengan gangguan hantaran suara pada
telinga luar dan telinga tengah, umumnya memiliki hantaran tulang yang baik, namun penderita dengan
kerusakan cochlea atau sistim saraf pendengaran maka hantaran tulang (BC) dan hantaran udaranya (AC)
berkurang yang derajatnya tergantung pada kerusakan yang terjadi.
Pemeriksaan acoumetry sifatnya kualitatif, sedangkan audiometry bersifat kuantitatif yaitu bisa
menentukan berat ringannya ketulian.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Memeriksa daya pendengaran kualitatif
2. Membandingkan hantaran suara melalui tulang antara 2 telinga
3. Membandingkan hantaran suara melalui udara dan tulang pada 1 telinga
4. Membandingkan daya hantar suara melalui udara antara pemeriksa dengan pendengaran normal dan
orang percobaan/penderita
5. Mengetahui ada tidaknya hambatan hantaran suara melalui udara pada 1 telinga.
JENIS PEMERIKSAAN
1. Tes batas atas batas bawah
2. Tes Weber
3. Tes Rinne
29
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
FAAL
4. Tes Schwabach
5. Tes Bing/Occlusion test
TATA KERJA
A. Tes batas atas batas bawah
Syarat : pendengaran pemeriksa normal
Catatan: kaki-kaki penala yang diletakan di muka lubang telinga orang percobaan harus sebidang
dengan lubang telinganya karena getaran suara penala dirambatkan sebidang dengan kaki-kaki penala.
B. Tes Weber
1. Pemeriksa duduk berhadapan dengan orang percobaan sejauh 60 cm.
2. Letakkan penala 256 Hz atau 512 Hz yang sudah digetarkan pada pertengahan dahi/ubun-
ubun/puncak kepala/gigi seri atas.
3. Tanyakan pada orang percobaan mengenai kekerasan suara penala yang terdengar oleh kedua
telinga, apakah sama keras. Bila tidak sama keras, tanyakan telinga mana (kanan atau kiri) yang
lebih keras mendengar suara penala.
4. Lakukan uji yang sama untuk penala berfrekuensi 512 Hz.
5. Normal: orang percobaan mendengar suara penala sama keras di kedua telinga.
30
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
FAAL
C. Tes Rinne
Cara I
1. Pemeriksa duduk berhadapan dengan orang percobaan sejauh 60 cm.
2. Letakkan penala 512 Hz yang sudah digetarkan pada planum mastoideum kiri orang percobaan
(Posisi I) dan tanyakan apakah terdengar/tidak.
3. Kemudian segera pindahkan ke depan lubang telinga kiri (Posisi II) dan tanyakan pada posisi I atau
posisi II suara penala terdengar lebih keras.
4. Lakukan tindakan di atas (no.2 dan 3) berkali-kali tanpa menggetarkan ulang penala hingga orang
percobaan dapat membedakan posisi mana yang lebih keras
5. Catat hasil pemeriksaan untuk telinga kiri.
6. Lakukan pemeriksan yang sama untuk telinga kanan dan catat hasilnya.
7. Normal: suara penala terdengar lebih keras pada posisi II.
Cara II
1. Pemeriksaan duduk berhadapan dengan orang percobaan sejauh 60 cm.
2. Letakkan penala 512 Hz yang sudah digetarkan pada planum mastoideum kiri orang percobaan
(Posisi I). Orang percobaan harus menyatakan suara terdengar pada waktu penala diletakkan pada
posisi I dan segera pada saat suara tidak terdengar lagi.
3. Catat lamanya waktu: dari mulai diletakkan penala pada posisi I hingga orang percobaan
mengatakan tidak mendengar lagi suara penala.
4. Pada saat orang percobaan menyatakan suara penala tidak terdengar pada posisi I, segera pindahkan
penala ke depan lubang telinga kiri (Posisi II) dan catat lama waktunya sampai tidak terdengar lagi
(waktu dihitung terus bila suara masih terdengar di posisi II)
5. Normal : suara penala pada posisi II terdengar lebih lama dari pada posisi I.
6. Lakukan uji terbalik dengan cara penala diletakkan di depan lubang telinga kiri (Posisi II) lebih
dahulu sampai tidak terdengar, kemudian penala dipindahkan pada planum mastoideum kiri (posisi
I). Tanyakan suara penala masih terdengar atau tidak.
7. Normal: pada posisi I orang percobaan tidak terdengar suara lagi.
8. Lakukan pemeriksaaan yang sama untuk telinga kanan.
31
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
FAAL
D. Tes Schwabach
Syarat: Pendengaran pemeriksa normal
TELINGA
KANAN KIRI
TES Hasil Hasil Hasil Hasil Kesimpulan
Pemeriksaan Tes Pemeriksaan Tes
BATAS ATAS - BATAS
BAWAH
WEBER
RINNE
SCHWABACH
BING
32
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
FAAL
KESIMPULAN:
33
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
FAAL
PERTANYAAN:
1. Mengapa penala 128 Hz tidak digunakan pada percobaan Weber, Rinne, maupun
Schwabach?
2. Apa artinya Weber lateralisasi ke kanan?
3. Apakah mungkin pada percobaan Rinne cara II, suara penala masih terdengar pada
posisi I? Bila ya, pada keadaan apa dan mengapa ?
4. Apa syarat pemeriksa untuk dapat melakukan percobaan Schwabach ?
Mengapa?
34
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
PATOLOGI ANATOMI
Jefferson Nicklaus
Roro Wahyudianingsih
PLEOMORPHIC ADENOMA
Pleomorphic adenoma disebut juga tumor campur/mixed tumors karena gambaran histologisnya
bermacam-macam, 60% ditemukan pada kelenjar parotis, jarang pada kelenjar liur minor dan
submandibula. Tumor ini merupakan tumor jinak dengan campuran komponen epitel ductal dan sel
myoepitel, yang merupakan diferensiasi epitel dan mesenkim. Gambaran histologis yang dapat ditemukan
berupa gambaran kelenjar (endoderm), myxoid (ectoderm), hyaline, kartilago (mesoderm), osseus.
Makroskopis :
Massa di anterior telinga, bulat dengan batas tegas, ukuran maksimal tidak lebih dari 6 cm. Tumor
berkapsul, namun sebagian berkembang tidak sempurna, sehingga didapatkan protrusi ke kelenjar sekitar.
Pada potongan melintang didapatkan bagian putih keabu-abuan berupa jaringan myxomatosa, dan
didapatkan bagian keras berwarna translusen biru yang merupakan kartilago.
Mikroskopis :
Gambaran berupa campuran elemen kelenjar, myxomatosa, dan tulang rawan muda. Pada elemen kelenjar
terdiri dari sel kuboid yang tersusun rapat mengelilingi lumen berisi substansi koloid eosinofil, dapatkan
sel menyerupai epitel kelenjar dengan inti bulat oval dan sitoplasma pucat. Sedangkan pada elemen tulang
rawan muda, terdiri dari substansi homogen (matriks hyalin) dengan kondrosit, letak sel berjauhan dengan
inti basofil dan sitoplasma tipis. Pada elemen myxomatosa didapatkan jaringan yang sedikit renggang
dengan sel berbentuk bintang, sitoplasma menjulur membentuk anyaman.
35
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
PATOLOGI ANATOMI
36
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
PATOLOGI ANATOMI
WARTHIN TUMOR
Warthin tumor merupakan tumor jinak kedua tersering pada kelenjar liur, tumor ini dapat terjadi hanya
pada kelenjar parotis. Insidensinya pria satu setengah kali lebih berisiko dibanding wanita, dan sering
ditemukan pada usia 50 sampai 70 tahun. Secara klinis, ditemukan benjolan tidak nyeri dan tumbuh lambat,
10% multifokal dan 10% bilateral. Tatalaksana terbaik dilakukan reseksi, dengan frekuensi 2% setelah
reseksi.
Makroskopis :
Massa berkapsul dengan bentuk bulat sampai oval dengan diameter kurang lebih 2 sampai 5 cm, benjolan
muncul di kelenjar parotis bagian superfisial dan dapat teraba. Pada potongan didapatkan massa abu-abu
pucat, memiliki lipatan atau rongga kistik berisi cairan serous atau mukus.
Mikroskopis :
Terdiri dari beberapa kista dengan stroma limfoid di bagian dalam, pada beberapa tempat membentuk
centrum germinativum, pada bagian luar dilapisi dua lapis sel epitel kolumnar, beberapa tempat terdapat
penonjolan ke lumen. Pada pembesaran yang lebih besar didapatkan sel sekretorik di area sel kolumnar,
sekresi ke dalam lumen yang berdilatasi, lapisan permukaan tersusun oleh sel epitel kolumnar yang tersusun
palisade dengan sitoplasma yang asidofil dan bergranula (onkositik), pada lapisan dasar tersusun oleh sel
epitel kuboid sampai poligonal.
37
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
PATOLOGI ANATOMI
Adenoid cystic carcinoma merupakan keganasan yang jarang ditemui, namun bersifat agresif.
Keganasan ini dapat terjadi akibat perubahan dari adenoma atau dapat juga akibat mutasi langsung.
Keganasan ini muncul pada usia lebih dari 40 tahun, terutama dekade ke 6. Insidensi pria dan wanita sama.
Keganasan ini 50% muncul pada kelenjar liur minor, sedangkan kelenjar liur mayor, kelenjar parotis
merupakan yang tersering. Gejala klinik berupa massa yang membesar lambat, 25% pasien mengeluh nyeri
wajah atau paralisis.
Makroskopis :
Didapatkan lesi kecil, berkapsul tidak sempurna, infiltratif dengan warna merah muda keabu-abuan.
Mikroskopis :
Didapatkan gambaran sel-sel kecil dengan nukleus yang padat dan berwarna gelap, serta sitoplasma yang
sedikit. Sel dapat tersusun :
- Tubular
o Terdiri dari sel duktus dan myoepitel
o Sel duktus terdiri dari sel kuboid
- Kribiform
o Sebagian besar terdiri dari sel myoepitel
o Terbentuk pseudocyst sehingga memberikan gambaran swiss cheese pattern
- Solid : sel tumor tersusun padat membentuk sarang-sarang
Pola Tubular
38
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
PATOLOGI ANATOMI
Pola Kribiform
Pola Solid
39
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
PATOLOGI ANATOMI
EPULIS GRANULOMATOSA
Epulis merupakan pertumbuhan dan penonjolan pada gusi akibat infeksi/inflamasi/iritasi berulang.
Insidensi pria dan wanita sama, dan sering ditemukan pada kehamilan atau caries profunda yang tidak
diobati. Terdapat 4 jenis epulis, yaitu epulis granulomatosa, fibromatosa, gigantoseluler, dan kongenital.
Tatalaksana yang dapat dilakukan berupa eksisi, gargle, analgetik.
Makroskopis :
Didapatkan benjolan berwarna coklat muda, dengan konsistensi kenyal, permukaannya dilapisi oleh epitel.
Mikroskopis :
- Sebagian dilapisi epitel gepeng berlapis
- Sebagian terdiri dari endapan fibrin dan eksudat
- Hampir seluruh jaringan terdiri dari jaringan granulasi, berupa jaringan ikat muda dan terdiri dari
fibroblas dan kapiler muda
- Tampak sel radang dalam jumlah sedang terdiri dari PMN dan limfosit
40
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
PATOLOGI ANATOMI
AMELOBLASTOMA
Ameloblastoma merupakan tumor jinak odontogenik tersering (61,5%). Ameloblastoma dahulu dikenal
juga dengan nama “adamantinoma“, namun karena tidak ditemukan adanya jaringan keras pada tumor,
nama ini kemudian diganti. Tumor ini berasal dari epitelium odontogenik (epitel enamel organ, epitel kista
radikuler/folikuler, sel-sel malassez). Insidensinya paling sering pada usia 20-60 tahun, dengan predileksi
tersering di ramus ascendens rahang bawah (5:1 dengan rahang atas). Ameloblastoma berhubungan dengan
gigi yang impaksi.
Tumor ini memiliki ciri khas berupa tumor yang tumbuh lambat namun invasif dan destruktif. Tumor
memiliki gambaran kistik monokistik maupun multilokuler, dan dapat residif. Pada tumor dengan ukuran
besar dapat timbul fraktur spontan pada rahang.
Gambaran klinis berupa benjolan yang semakin lama semakin membesar secara lambat dapat sampai
menahun, tanpa disertai adanya keluhan lain. Pada stadium lanjut, didapatkan tulang yang semakin menipis
akibat destruktif, dan pada pemeriksaan didapatkan krepitasi. Gambaran radiologi didapatkan gambaran
honey comb appearance (kista kecil) dan bubble soap appearance (kista besar). Tatalaksana
ameloblastoma dapat berupa eksisi, kuretase, kemoterapi, radioterapi, electrocauter.
Makroskopis :
Didapatkan potongan tulang rahang dengan bagian tengah yang membengkak, tulang rahang tipis dan rapuh
dengan jaringan lunak yang mengisi dan mendesak trabekel juga didapatkan sarang perdarahan dan kista
kecil.
Mikroskopis :
Gambaran mikroskopis, berdasarkan histopatologis terdapat enam subtipe, yaitu tipe folikuler,
acanthomatous, plexiform, desmoplastic, sel granuler, dan sel basal, dari enam subtipe tersebut yang paling
sering adalah tipe folikuler dan plexiform.
41
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
PATOLOGI ANATOMI
Tipe Folikuler
Pada tipe folikuler didapatkan gambaran pulau-pulau kecil dengan sel-sel tumor yang diskret, terdapat
juga sel menyerupai bintang berbentuk polihedral (reticulum stellate), dengan bagian tengah berbentuk
kista, pada bagian luar dilapisi oleh sel kuboid atau kolumnar yang intinya menjauhi membrana basalis
(reversed polarity), pada bagian luar pulau-pulau didapatkan anyaman jaringan ikat longgar.
Tipe Plexiform
Pada tipe plexiform, sel tumor tersusun tidak teratur menyerupai jaringan yang saling terhubung, dibatasi
oleh lapisan sel kolumnar dengan dua lapisan sel kolumnar yang saling bersinggungan, masih dapat
ditemukan degenerasi kistik, namun pada tipe ini sel bintang sulit ditemukan.
42
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
PATOLOGI ANATOMI
Squamous cell carcinoma merupakan tumor ganas rongga mulut tersering, mencapai lebih dari 95% dari
seluruh keganasan rongga mulut, keganasan ini juga merupakan keganasan tersering di tubuh (5%). Head
and Neck Squamous Cell Carcinoma (HNSCC) merupakan keganasan nomor enam di dunia, dengan
650.000 kasus setiap tahunnya.
Lokasi tersering pada bibir bawah (38%), lidah (22%), dasar mulut (17%), gingiva (6%), palatum
(5,5%), tonsil (5%), bibir atas (4%), dan mukosa bukal (2%). Tumor ini berasal dari sel epitel gepeng yang
memiliki kemampuan tinggi untuk metastase, 80% kasus SCC berasal dari lesi prekanker. Squamous cell
carcinoma banyak didapatkan pada usia 40-70 tahun, dengan perbandingan pria dua kali lipat lebih berisiko
dibanding wanita, SCC banyak ditemukan di daerah Asia.
Etiologi SCC masih belum diketahui pasti, namun banyak faktor-faktor yang mempengaruhi keganasan
ini, faktor faktor tersebut dibagi menjadi faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik, berupa faktor
genetik, malnutrisi, anemia, kebersihan mulut yang buruk, dan gigi tiruan (pada penggunaan gigi palsu
mungkin terjadi iritasi), tepi gigi yang tajam karena karies, infeksi kronik pada gingiva. Sedangkan faktor
ekstrinsik berupa rokok, alkohol, bakteri, virus, zat kimia, sinar ultraviolet.
Makroskopis :
Nodul kenyal menimbul dengan permukaan yang tidak rata, pada bagian tengah didapatkan ulkus yang
teraba keras dengan dasar yang tidak teratur sehingga memberikan gambaran cauliflower appearance.
Mikroskopis :
Squamous cell carcinoma dibagi ke dalam tiga diferensiasi (diferensiasi baik, moderat, dan buruk),
didapatkan pulau sel tumor yang menginvasi stroma jaringan ikat. Sel tumor berbentuk poligonal, dengan
inti sel polimorfik, hiperkromatis, dan banyak ditemukan mitosis. Didapatkan juga pembentukan keratinous
pearl atau mutiara tanduk. Pada jaringan ikat ditemukan sebukan sel radang.
43
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
PATOLOGI ANATOMI
44
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
PATOLOGI ANATOMI
45