Anda di halaman 1dari 47

Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

PENUNTUN PRAKTIKUM
TELINGA HIDUNG TENGGOROK
EDISI 4

1
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Kata Sambutan

Puji syukur kepada Tuhan, atas terselesaikannya buku Penuntun Praktikum Telinga, Hidung, dan
Tenggorok. Saya mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah bekerja keras untuk menyusun buku ini, baik semua para penulis, dan dan para editor buku
ini, maupun pihak-pihak lain yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini.
Sebagai institusi pendidikan, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha harus selalu
memperbaharui materi pembelajaran sesuai standar yang berlaku. Daftar penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok dalam Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Indonesia (SNPPDI) yang dikeluarkan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia pada tahun 2019 yang memiliki tingkat kemampuan 3 dan 4 antara lain adalah
Faringitis, Tonsilitis, Laringitis, Abses peritonsilar, Rhinitis, Otitis, Mastoiditis, dan Epistaksis. Setiap
mahasiswa kedokteran harus mempelajarinya dengan sungguh-sungguh sehingga dapat menguasai dengan
baik kompetensi lulusan tersebut, dan dapat menjadi bagian pelayanan seorang dokter kelak bagi setiap
anggota masyarakat yang dilayaninya.
Besar harapan saya, buku ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh segenap penggunanya.
Demikianlah kata sambutan saya, selamat belajar, sukses, dan senantiasa diberkati Tuhan.

Bandung, November 2020


Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha

Dr. Diana Krisanti Jasaputra, dr., M Kes.

2
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Kata Sambutan

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diterbitkannya buku penunjang pembelajaran di
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha yang merujuk kepada Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI). Dalam penerapan KKNI, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning(PBL).
Melalui sistem pembelajaran PBL mahasiswa dituntut aktif, mandiri dan belajar sepanjang hayat.
Metode-metode pembelajaran diarahkan untuk memancing keingintahuan, memotivasi mahasiswa untuk
belajar secara mandiri, melatih untuk berpikir kritis yang berguna baik pada saat berkuliah maupun ketika
mahasiswa sudah terjun di masyarakat sebagai dokter. Pembelajaran ini akan berhasil apabila mahasiswa
aktif dalam mencari materi pengetahuan dari berbagai sumber yang dapat dipercaya dan dengan demikian
melalui pembelajaran mandiri mahasiswa akan lebih mengingat apa yang telah mereka pelajari dan
menguasai keahlian untuk belajar.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha menerbitkan panduan belajar berupa buku
dengan maksud menjembatani tujuan pembelajaran dengan materi dunia kedokteran yang sangat banyak,
dinamis, dan kompleks. Tidak ada buku yang dapat menjelaskan kompleksitas dan pengembangannya
hanya seorang pembelajar yang dapat menjawab tantangan ini di masa depan. Isi buku ini hanya mencakup
panduan umum dari materi yang harus dipelajari oleh mahasiswa secara individual. Mahasiswa wajib
mencari sumber pustaka lain untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan mereka. Melalui buku ini
diharapkan mahasiswa dapat lebih terarah dan termotivasi untuk mempelajari lebih dalam lagi berbagai
topik baik materi pengetahuan, praktikum, dan ketrampilan klinik.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini.

Bandung, November 2020


Ketua MEU Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha

dr. July Ivone, M.K.K, M.Pd.Ked


3
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Daftar Pustaka

Contents
Penuntun Praktikum Anatomi Caput et Collum ...........................................................................................5

Penuntun Praktikum Faal Pemeriksaan Pendengarah Dengan Penala : Acoumetry ...................................29

Praktikum Patologi Anatomi : Oral Pathology ...........................................................................................35

4
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

PENUNTUN PRAKTIKUM ANATOMI


CAPUT ET COLLUM

Oeij Anindita Adhika

I. CRANIUM

Cranium disusun oleh 22 tulang bernama. Cranium dibagi menjadi neurocranium dan viscerocranium. Pada
orang dewasa, neurocranium dibentuk oleh 8 tulang: 4 tulang tunggal, os frontale, os ethmoideum, os
sphenoideum, dan os occipitale; dan 2 berpasangan bilateral, os temporale dan os parietale.

Neurocranium mempunyai atap, calvaria, dan dasar, basis cranii. Calvaria disusun oleh ossa plana (os
frontale, os parietale, dan os occipitale) yang dibentuk melalui ossificatio membranacea. Basis cranii
disusun oleh ossa irregulares (os sphenoideum dan os temporale) yang dibentuk melalui ossificatio
endochondralis atau lebih dari satu tipe ossificatio.

Viscerocranium (ossa faciei) membentuk bagian anterior cranium dan terdiri dari tulang yang mengelilingi
stoma, nasus/cavitas nasi, dan orbita. Viscerocranium terdiri dari 15 ossa irregulares: 3 tulang tunggal di
garis tengah (mandibula, os ethmoideum, dan vomer) dan 6 berpasangan bilateral (maxilla, concha nasalis
inferior, os zygomaticum, os palatinum, os nasale, dan os lacrimale).

Norma Frontalis Cranii


Dengan cranium menghadap Saudara, identifikasi masing-masing tulang dan fiturnya. Perhatikan juga
suturae antara tulang yang bersendian.
• Os frontale:
- Squama frontalis
- Sutura frontalis persistens (sutura metopica)
- Glabella
- Arcus superciliaris
- Nasion
- Pars orbitalis ossis frontalis

5
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

• Os zygomaticum:
- Processus temporalis ossis zygomatici
- Processus frontalis ossis zygomatici
- Foramen zygomaticofaciale
• Maxilla:
- Processus frontalis maxillae
- Processus zygomaticus maxillae
- Processus alveolaris maxillae
• Os nasale:
- Apertura piriformis
- Pars ossea septi nasi
- Conchae nasales
• Os lacrimale:
- Crista lacrimalis posterior
- Sulcus lacrimalis ossis lacrimalis
- Fossa sacci lacrimalis
• Os sphenoideum:
- Ala major
- Ala minor
• Mandibula:
- Corpus mandibulae
- Protuberantia mentalis
- Pars alveolaris mandibulae
- Symphysis mandibulae

Sebutkan tulang-tulang yang membatasi orbita dan apertura piriformis.

Perhatikan foraminae di bawah ini dan sebutkan struktur yang keluar dari masing-masing foraminae.
- Foramen (incisura) supraorbitale:
- Foramen infraorbitale:
- Foramen mentale:

6
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

Norma Lateralis Cranii


• Os frontale:
• Os parietale:
• Os temporale:
- Pars squamosa ossis temporalis
- Processus zygomaticus ossis temporalis
- Fossa mandibularis
- Tuberculum articulare
- Processus mastoideus
- Pars tympanica ossis temporalis
- Porus acusticus externus
- Meatus acusticus externus
• Os occipitale: squama occipitalis
• Os sphenoideum: ala major, crista infratemporalis
• Os zygomaticum
• Maxilla: spina nasalis anterior
• Mandibula: corpus mandibulae, ramus mandibulae, processus coronoideus mandibulae, processus
condylaris, angulus mandibulae

Identifikasi suturae: coronalis, lambdoidea, squamosa, sphenofrontalis, sphenosquamosa.


Apa yang dimaksud dengan pterion? Apakah kepentingan klinis regio ini?

Basis Externa Cranii


Maxilla : processus palatinus, arcus alveolaris maxillae, canalis incisivus
Os palatinum : lamina perpendicularis ossis palatini, foramen palatinum majus,
foramina palatina minora
Vomer :
Os sphenoideum : lamina lateralis processus pterygoidei, lamina lateralis processus
pterygoidei, foramen ovale, foramen spinosum, sulcus tubae auditivae,
fissura orbitalis inferior, canalis pterygoideus
Os temporale : fossa mandibularis, spina ossis sphenoidei, processus mastoideus,
7
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

foramen stylomastoideum, canalis carotidis, fossa jugularis, foramen


lacerum
Os occipitale : condylus occipitalis bersendian dengan ?

foramen magnum, canalis hypoglossus, tuberculum pharyngeum, protuberantia


occipitalis externa, linea nuchalis superior, linea nuchalis inferior

Cranium Fetus/Infans: fonticulus anterior, fonticulus posterior, fonticulus sphenoideus, fonticulus


mastoideus, eminentia frontalis, eminentia parietalis, eminentia occipitalis

Calvaria
- Lamina externa calvariae, diploe, lamina interna calvariae
- Sulcus sinus sagittalis superioris: diisi oleh …………………………..
- Foveolae granulares: ……………………………
- Impressiones gyrorum: ……………………………
- Juga cerebralia: ……………………………..
- Sulci venosi: …………………………………
- Sulci arteriosum: ………………………………….

Fossa Anterior Cranii


Identifikasi:
• Crista frontalis, crista galli
• Os ethmoideum dengan lamina cribosa
• Pars orbitalis ossis frontalis
• Ala minor, corpus ossis sphenoidei
• Processus clinoideus anterior

Fossa Media Cranii


Identifikasi:
• Corpus ossis sphenoidei
• Sulcus chiasmaticus. Apakah chiasma opticum benar-benar terletak pada sulcus chiasmaticus?
• Canalis opticus, dilalui oleh …………………………..
8
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

• Sella turcica: tuberculum sellae, fossa hypophysialis, dorsum sellae, processus clinoideus posterior
• Ala major, foramen rotundum, foramen ovale, foramen spinosum, fissura orbitalis superior, foramen
lacerum, impressio trigeminalis.

Fossa Posterior Cranii


Fossa cranii terbesar dan terdalam
Identifikasi
• Corpus ossis sphenoidei
• Pars basilaris ossis occipitalis (clivus)
• Foramen magnum
• Squama occipitalis
• Canalis hypoglossus
• Sulcus sinus transversi, sulcus sinus sigmoidei
• Porus acusticus internus, meatus acusticus internus
• Protuberantia occipitalis interna, crista occipitalis interna
• Foramen jugulare

II. FACIES DAN SCALP

Mandibula : corpus mandibulae, ramus mandibulae, processus coronoideus, processus


condylaris (condylus mandibulae, collum mandibulae), angulus mandibulae,
foramen mentale, protuberantia mentalis, pars alveolaris mandibulae.
Os temporale : pars squamosa ossis temporalis, pars tympanica ossis temporalis, processus
mastoideus, processus styloideus ossis temporalis, processus zygomaticus
ossis temporalis.

Palpasi pulsasi arteria facialis pada tiga posisi:


- Ketika melintasi level mandibula pada tepi bebas masseter
- Di fossa incisiva
- Di angulus medialis oculi

9
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

Ketika mengatupkan gigi, palpasi ductus parotideus. Ductus parotideus adalah struktur tubular keras yang
dapat digulung menggunakan jari. Ductus parotideus dapat dipalpasi ketika melintasi tepi anterior masseter
di pertengahan panjangnya. Di mana muaranya?

MUSCULI FACIALES
Musculi faciales terletak dalam tela subcutanea, sehingga ketika berkontraksi, menggerakkan
kulit dan tela subcutanea menghasilkan perubahan ekspresi wajah.
Sebagian besar musculi faciales beraksi sebagai dilatator dan sphincter untuk cavitas oris, cavitas nasi, dan
orbita.
Identifikasi: orbicularis oris, bucinator, depressor anguli oris, depressor labii inferioris, mentalis,
zygomaticus major dan zygomaticus minor, nasalis, orbicularis oculi, frontalis,
corrugator supercilii, platysma.

Identifikasi ductus parotideus, glandula parotidea dan hubungannya dengan musculus


sternocleidomastoideus, masseter, dan ramus mandibulae. Identifikasi nervus auricularis magnus di dekat
glandula, yang berasal dari ……………..

Identifikasi nervus, vena, dan arteria dari superficialis ke profundus yang terkubur dalam glandula
parotidea:
Nervus ………………
Vena …………………
Arteria ………………

Identifikasi cabang-cabang nervus facialis yang muncul dari tepi anterior glandula parotidea dan sebutkan
masing-masing otot yang dipersarafinya: ………………………………………...
T–
Z–
B–
M–
C–
10
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

Pelajari nervi sensoria untuk persarafan wajah. Gambarkan area persarafan N. V1, N. V2, N. V3, C2, dan
C3.

Pelajari suplai darah dan persarafan SCALP.


SCALP terdiri dari ……………………………
Pada lapisan mana terletak pembuluh darah?

III. MUSCULI MASTICATORII, FOSSA TEMPORALIS, DAN FOSSA


INFRATEMPORALIS

Identifikasi linea temporalis superior dan linea temporalis inferior yang menandai batas superior dan
posterior fossa temporalis.

Identifikasi crista infratemporalis pada ala major (bersama arcus zygomaticus menandai batas inferior fossa
temporalis. Di bawahnya terletak fossa infratemporalis.

Identifikasi lubang pada os zygomaticum yang dilalui oleh nervus zygomaticofacialis dan nervus
zygomaticotemporalis. Keduanya merupakan cabang dari …………………………
Apa nama lubang yang dilaluinya?

Pada cranium, identifikasi condylus mandibulae, collum mandibulae, tuberculum articulare,


fossa mandibularis, dan postglenoidal tubercle.

Pastikan untuk menemukan: foramen alveolare inferius (foramen mandibulae), lingula mandibulae, sulcus
mylohyoideus, facies infratemporalis maxillae, fissura pterygomaxillaris, lamina medialis processus
pterygoidei, lamina lateralis processus pterygoidei, foramen ovale,
foramen spinosum, spina ossis sphenoidei, sulcus tubae auditivae.

Carilah rute masuk dan keluar dan foramina dari fossa pterygopalatina:
Medialis : cavitas nasi
Lateralis : fossa infratemporalis
11
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

Inferior : palatum
Anterosuperior : orbita
Posterior : basis cranii (via canalis pterygoideus) dan cavitas cranii (via foramen
rotundum)

Pada preparat proseksi, identifikasi fascia temporalis yang membentuk atap yang kuat bagi fossa
temporalis.
Sebutkan origo musculus temporalis: …………………………; insertio di …………………..
Mengapa SCALP bergerak ketika berkontraksi?
Disuplai oleh nervus temporalis profundus pada aspek profundus, nervus ini cabang dari …………………..

Identifikasi masseter, berorigo di arcus zygomaticus dan beriinsertio di mandibula. Identifikasi nervus
massetericus (cabang N. V3).

Identifikasi nervus buccalis yang menembus bucinator, tapi tidak menyuplainya, karena merupakan nervus
sensorius untuk kulit bucca dan mukosa permukaan dalam bucca.
Identifikasi nervus alveolaris inferior, nervus lingualis, dan nervus mylohyoideus.

Musculi Pterygoidei dan Articulatio Temporomandibularis


Pelajari capsula articularis TMJ dan penebalannya yang dikenal sebagai ligamentum temporomandibulare
laterale.
Otot yang berinsertio di dalam discus articulationis temporomandibularis adalah……………...
Discus membagi cavitas articularis menjadi ………….……….. dan …………………………..
Identifikasi musculus pterygoideus medialis dan musculus pterygoideus lateralis. Di manakah origo dan
insertio musculi pterygoidei?

Fossa Infratemporalis
Identifikasi arteria maxillaris. Arteria maxillaris adalah cabang dari ………………………… Identifikasi
juga cabang utamanya di fossa infratemporalis: arteria alveolaris inferior, arteria alveolaris superior
posterior, dan arteria temporalis profunda.
Identifikasi nervus lingualis dan nervus alveolaris inferior. Keduanya merupakan cabang sensoris N. V3
yang menyuplai ……………………………………….
12
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

Identifikasi ligamentum sphenomandibulare, yang bersama tepi bebas musculus temporalis digunakan
sebagi marka untuk mandibular nerve block.

13
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

IV. STOMA, PHARYNX, DAN LARYNX

Stoma
Palatum durum disusun oleh processus palatinus dan lamina horizontalis ossis palatini. Sebutkan foraminae
yang dijumpai pada palatum durum.

Identifikasi hamulus pterygoideus, foramen lacerum, canalis carotidis.


Identifikasi: philtrum, frenulum labii superioris, frenulum labii inferioris, vestibulum oris, cavitas oris,
gingiva, palatum molle dan uvula palatina, raphe palati, plicae palatinae transversae.

Dens, identifikasi:
• Corona dentis: facies occlusalis dentis, facies vestibularis dentis, facies lingualis dentis, facies mesialis
dentis, facies distalis dentis, cuspis dentis.
• Cervix dentis
• Radix dentis
• Cavitas pulparis, canalis radicis dentis, foramen apices radicis dentis.
• Alveolus dentis, septum interalveolare, septum interradiculare.

Apa yang dimaksud dengan syndesmosis dentoalveolaris (gomphosis)?

Pada lingua, identifikasi plica sublingualis, caruncula sublingualis (apa yang bermuara di sini?), dan venae
linguales. Pada permukaan dorsum linguae tampak papillae filiformes, papillae fungiformes, papillae
foliatae; papillae vallatae membentuk batas berbentuk V di antara 2/3 anterior dan 1/3 posterior lingua;
sulcus terminalis linguae.
Perhatikan arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus yang memisahkan stoma dari pharynx, fossa
tonsillaris dan tonsilla palatina yang berada di antara keduanya. Pembuluh darah yang menyuplai tonsilla
palatina adalah ………………………………
Apa yang dimaksud dengan isthmus faucium?

Otot ekstrinsik lidah meliputi musculus genioglossus, musculus hyoglossus, musculus styloglossus,
musculus palatoglossus. Semua otot ekstrinsik lidah, kecuali musculus palatoglossus, dipersarafi oleh
…………………..

14
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

Otot intrinsik lidah terdiri dari musculus longitudinalis superior linguae, musculus longitudinalis inferior
linguae, musculus transversus linguae, musculus verticalis linguae.

Identifikasi: glandula submandibularis, nervus hypoglossus, nervus lingualis, ductus submandibularis,


glandula sublingualis, arteria/vena lingualis.
Bagaimana glandula submandibularis dan glandula sublingualis menerima persarafan sekretomotoriknya?

Gambarkan lingua (dorsum linguae) dan labeli dengan nervi craniales yang bertanggung jawab untuk
persarafan sensoris umum, sensoris khusus, dan motorik pada bagian-bagian lingua.

Pharynx
Pars nasalis pharyngis
Identifikasi choana, palatum mole, tonsilla pharyngea, ostium pharyngeum tubae auditivae, torus tubarius,
plica salpingopharyngea, plica salpingopalatina, torus levatorius, tonsilla
tubaria, recessus pharyngeus

Pars oralis pharyngis


Identifikasi arcus palatoglossus, tonsilla palatina, arcus palatopharyngeus, vallecula epiglottica, plica
glossoepiglottica mediana, plica glossoepiglottica lateralis.
Apa yang dimaksud dengan Waldeyer’s ring (anulus lymphoideus pharyngis)?
Apa yang dimaksud dengan fossa tonsillaris? Struktur apa yang terletak profundus terhadap fossa
tonsillaris?

Pars laryngea pharyngis


Identifikasi: aditus laryngis, cartilago cricoidea, plica aryepiglottica, epiglottis, recessus piriformis,
constrictio pharyngooesophagea.
Pharynx berakhir pada level vertebra …………………..

Dinding Pharynx
Dinding pharynx disusun oleh:
1. Tunica mucosa pharyngis (campuran, epitel respirasi dan oral)
2. Tela submucosa pharyngis (kaya vaskular)
3. Fascia pharyngobasilaris
15
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

4. Musculi pharyngis
5. Fascia buccopharyngea

Apa yang dimaksud dengan spatium retropharyngeum?

Identifikasi nervi yang berkontribusi terhadap plexus pharyngeus:


- Ramus pharyngeus nervi vagi
- Rami pharyngei nervi glossopharyngei
- Saraf simpatik yang berasal dari truncus sympathicus cervical

Persarafan sensoris pharynx berasal dari …………………………

Musculi Pharyngis
Lapisan otot dinding pharynx terdiri dari lapisan longitudinalis yang terletak internus terhadap lapisan
circularis.

Lapisan circularis terdiri dari 3 musculi yang tumpeng tindih: constrictor superior pharyngis, constrictor
medius pharyngis, dan constrictor inferior pharyngis.
Apa jenis serabut otot yang membentuk otot constrictoris?

Lapisan longitudinalis terdiri dari musculus palatopharyngeus, musculus stylopharyngeus, dan musculus
salpingopharyngeus

Palatum Molle
Pada preparat proseksi, identifikasi tensor veli palatini dan levator veli palatini. Tensor veli palatini terletak
lateralis terhadap levator veli palatini. Beberapa serabut tensor veli palatini berorigo di tuba auditiva dan
membantu menariknya terbuka.
Perhatikan bahwa tuba auditiva dan levator veli palatini berjalan di atas serabut yang paling atas dari
constrictor superior pharyngis. Tensor veli palatini berjalan mengitari hamulus pterygoideus dan
membentuk aponeurosis palatina.
Bagaimana perjalanan tuba auditiva?

16
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

Palatum durum dipersarafi oleh nervus palatinus major, nervus nasopalatinus, nervus palatinus minor. Di
mana nervi tersebut muncul?

Larynx
Larynx disusun oleh 9 cartilagines yang dihubungkan oleh membranae dan ligamenta dan berisi plica
vocalis. Berlokasi di leher anterior pada level vertebrae C3–C6
Cartilagines Laryngis
• Pada leher teman Saudara: palpasi arcus cartilaginis cricoideae, lamina cartilaginis thyreoideae,
prominentia laryngea, incisura thyreoidea superior, incisura thyreoidea inferior, ligamentum
cricothyreoideum medianum.
• Pada preparat proseksi:
- Cartilago epiglottica: merupakan fibrocartilago, petiolus epiglottidis, plica aryepiglottica, incisura
interarytenoidea.
- Cartilago thyreoidea: lamina cartilaginis thyreoideae, cornu superius cartilaginis thyreoideae, cornu
inferius cartilaginis thyreoideae.
- Cartilago cricoidea: arcus cartilaginis cricoideae, lamina cartilaginis cricoideae, articulatio
cricothyreoidea, articulatio cricoarytenoidea.
- Cartilago arytenoidea: berpasangan, kanan dan kiri, basis cartilaginis arytenoideae, processus
vocalis, processus muscularis, apex cartilaginis arytenoideae.
- Cartilago corniculata dan cartilago cuneiformis tampak sebagai nodul kecil di bagian posterior plica
aryepiglottica. Cartilago corniculata melekat pada apex cartilaginis arytenoideae; cartilago
cuneiformis tidak melekat pada cartilago lain.

Aditus laryngis:
Penutupan aditus laryngis adalah mekanisme sphincteric. Terjadi secara refleks pada proses menelan dan
dihasilkan oleh kontraksi kedua pars aryepiglottica musculi arytenoidei obliqui.

Bagian Larynx
Cavitas laryngis dapat dibagi menjadi bagian superior atau supraglottica di atas plica vocalis, dan bagian
inferior atau infraglottica.

17
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

Bagian superior dapat dibagi menjadi (1) vestibulum laryngis, di antara aditus laryngis dan plica
vestibularis; (2) bagian medius cavitas laryngis, di antara plica vestibularis dan plica vocalis; dan (3)
ventriculus laryngis, melebar ke lateralis dari bagian medius cavitas laryngis di antara plica vestibularis dan
plica vocalis.
Plica vocalis melekat pada permukaan dalam cartilago thyreoidea di anterior dan pada processus vocalis di
posterior. Plica vocalis disusun oleh conus elasticus, ligamentum vocale, dan musculus vocalis yang
ditutupi oleh tunica mucosa laryngis.

Panjang plica vocalis ± 2,5 cm pada laki-laki, 1,7 cm pada perempuan.


Rima glottidis adalah celah di antara kedua plica vocalis dan di posterior di antara processus vocalis. Ketika
glottis terbuka, arytenoidea berotasi lateralis yang mengabduksi plica vocalis; dan ketika tertutup,
arytenoidea berotasi medialis dan menyebabkan adductio plica vocalis.
Bagian infraglottica yang terletak di bawah plica vocalis berdinding halus dan sirkular, berakhir pada tepi
bawah cricoidea dan menjadi berlanjut dengan trachea.

Musculi Laryngis
Otot intrinsik:
Musculus cricothyreoideus: satu-satunya otot yang terletak di luar larynx. Muncul dari arcus cartilaginis
cricoideae untuk berinsertio di tepi bawah lamina cartilaginis thyreoideae.

Musculus cricoarytenoideus posterior: muncul dari permukaan posterior lamina cartilaginis cricoideae dan
berinsertio pada processus muscularis.
Musculus cricoarytenoideus lateralis: berorigo di anterior di tepi superior lamina cartilaginis cricoideae,
otot ini juga berinsertio pada processus muscularis.

Musculus arytenoideus obliquus: pars aryepiglottica musculi arytenoidei obliqui


Musculus arytenoideus transversus

Musculus thyreoarytenoideus: pars externa musculi thyreoarytenoidei, pars thyreoepiglottica musculi


thyreoarytenoidei
Musculus vocalis

Nervi untuk larynx:


18
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

Cabang nervus vagus: nervus laryngeus superior dan nervus laryngeus recurrens.
Keduanya merupakan nervus mixtus (motorik dan sensoris).
Serabut motorik berasal dari nucleus ambiguus

Distribusi:
Motorik untuk semua otot intrinsik, kecuali musculus cricothyreoideus.
Sensoris untuk tunica mucosa laryngis di bawah plica vocalis

V. OS TEMPORALE DAN AURIS

Os temporale terdiri dari 3 bagian utama: pars squamosa ossis temporalis, pars petrosa ossis temporalis,
dan pars tympanica ossis temporalis

Pars Squamosa Ossis Temporalis


Ikut membentuk dasar fossa temporalis
Identifikasi:
• Crista supramastoidea di facies temporalis ossis temporalis.
• Foveola suprameatalis: di ujung anterior crista supramastoidea, menandai posisi antrum mastoideum
yang terletak profundus terhadap foveola suprameatalis.
• Sutura squamomastoidea
• Processus zygomaticus ossis temporalis; tuberculum articulare; fossa mandibularis.
• Otot apa yang berorigo pada pars squamosa?
• Fossa mandibularis dibentuk oleh pars squamosa dan pars tympanica, yang dipisahkan oleh fissura
tympanosquamosa.
• Apa yang bersendian dengan fossa mandibularis?
• Tegmen tympani berprojeksi ke fissura tympanosquamosa, dan membaginya menjadi fissura
petrotympanica di medialis dan fissura petrosquamosa di lateralis. Chorda tympani berjalan melalui
fissura petrotympanica.

Pada facies cerebralis partis squamosae ossis temporalis, perhatikan:


• Lekukan untuk gyri lobi temporalis.

19
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

• Sulci untuk arteria meningea media.


• Sutura petrosquamosa, menandakan persendian dengan pars petrosa ossis temporalis.

Pars Petrosa Ossis Temporalis


• Processus mastoideus adalah bagian dari pars petrosa ossis temporalis.
• Otot yang melekat pada permukaan luarnya adalah …………………………, dan yang melekat pada
processus mastoideus adalah …………………………..
Sulcus arteriae occipitalis didapatkan pada permukaan bawah.
• Pada permukaan dalamnya didapatkan sulcus sinus sigmoidei
• Identifikasi cellulae mastoideae dan antrum mastoideum. Perhatikan bahwa cellulae mastoideae dan
sinus sigmoideus dipisahkan oleh lapisan tulang yang sangat tipis.

Pars petrosa ossis temporalis berbentuk piramid 3 sisi di antara os sphenoideum dan os occipitale. Apex
partis petrosae mengarah ke medialis, anterior dan sedikit superior. Basis menghadap ke lateralis.
Labyrinthus osseus terdapat di dalamnya.

Facies anterior partis petrosae:


Membentuk dasar fossa media cranii yang berlanjut dengan pars squamosa ossis temporalis, ditandai
lekukan untuk gyri otak.

Identifikasi impressio trigeminalis di dekat apex.


Anterolateralis terhadapnya, tulang membentuk atap untuk canalis carotidis.
Posterior terhadap impressio trigeminalis, tulang membentuk atap meatus acusticus internus dan di
belakangnya terletak eminentia arcuata (disebabkan canalis semicircularis anterior dalam tulang) yang juga
terletak di atas canalis facialis.
Di antara eminentia arcuata dan pars squamosa ossis temporalis terletak tegmen tympani yang merupakan
tulang tipis yang membentuk atap antrum mastoideum di posterior dan cavitas tympani di anterior (juga
semicanalis tensoris tympani). Tegmen tympani juga membentuk sebagian dinding tuba auditiva dan
berprotrusi di antara pars tympanica dan pars squamosa.

Telusuri tegmen tympani ke anterior untuk menemukan sulcus nervi petrosi majoris yang berjalan menuju
foramen lacerum. Sulcus/hiatus nervi petrosi minoris terletak lateralis terhadap sulcus nervi petrosi majoris,
mentransmisikan nervus petrosus minor.
20
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

Facies posterior partis petrosae:


Membentuk dinding anterior fossa posterior cranii.
Identifikasi:
• Porus acusticus internus dan meatus acusticus internus yang mentransmisikan ……………...
• Sulcus sinus petrosi superioris di sepanjang crista petrosa.

Facies inferior partis petrosae:


Membentuk basis cranii externa, kasar dibandingkan permukaan yang lain.
Identifikasi:
• Sulcus tubae auditivae.
• Canalis musculotubarius terbagi menjadi semicanalis tensoris tympani dan semicanalis tubae auditivae.
• Apertura externa canalis carotidis dan fossa jugularis yang ditempati oleh bulbus venae jugularis
internae.
• Canaliculus cochleae yang mentransmisikan ………………………..

Pars Tympanica Ossis Temporalis


Terletak di bawah pars squamosa dan di depan processus mastoideus. Permukaan posteriornya membentuk
dinding anterior, dasar, dan sebagian dinding posterior meatus acusticus externus. Membrana tympanica
melekat pada aspek profundus. Permukaan anteriornya ikut membentuk fossa mandibularis.

Perhatikan bahwa aspek inferiornya membungkus pangkal processus styloideus ossis temporalis.

Sebutkan struktur yang melekat pada processus styloideus: ……………………………………

Identifikasi foramen stylomastoideum. Lubang ini mentransmisikan …………………………..

Pelajari meatus acusticus externus. Bagaimana orientasi arahnya?

Auris Externa
Pada auricula teman Saudara, identifikasi: lobulus auriculae, fossa triangularis, scapha, concha auriculae
(cymba conchae, cavitas conchae) helix, crus helicis, antihelix, crura antihelices,
tragus, antitragus, incisura intertragica.

21
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

Auricula disusun oleh jaringan……………………., kecuali ………………yang disusun oleh jaringan


…………………..

Meatus acusticus externus terdiri dari bagian …………………….. dan ………………………..


Ke mana arahnya?
Nervi craniales yang menyuplai persarafan sensoris permukaan dalamnya adalah ……………..

Identifikasi struktur-struktur pada membrana tympanica:


• Umbo membranae tympanicae
• Anulus fibrocartilagineus
• Pars flaccida membranae tympanicae
• Pars tensa membranae tympanicae

Cavitas Tympani
Identifikasi:
• Recessus epitympanicus
• Aditus antri mastoidei
• Ossicula auditus: malleus, incus, dan stapes
• Fenestra vestibuli dan fenestra cochlea
• Basis stapedis, bagaimana hubungannya dengan fenestra vestibuli?
• Manubrium mallei, bagaimana hubungannya dengan membrana tympanica?
• Tensor tympani dalam semicanalis tensoris tympani, bagaimana hubungannya dengan malleus?
• Musculus stapedius dengan tendonya yang muncul dari eminentia pyramidalis di paries mastoideus
cavitatis tympani, bagaimana hubungannya dengan stapes?
• Prominentia canalis semicircularis lateralis
• Canalis facialis yang terletak horizontalis di antara prominentia canalis semicircularis lateralis dan basis
stapedis.

Perhatikan posisi sinus transversus dan lobus temporalis dalam hubungannya dengan cavitas tympani.
Bagaimana hubungannya dengan penyebaran infeksi?

22
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

Perhatikan posisi tonsilla pharyngea – pharynx dan tympani – tonsilla tubaria pars nasalis pharyngis.
Bagaimana hubungannya dengan infeksi telinga tengah?

Identifikasi pada auris interna:


• Cochlea dan scalae
• Vestibulum dan canalis semicircularis
• Ductus semicircularis, utriculus, sacculus, dan ductus cochlearis

VI. NASUS

Nasus Externus
Nasus meliputi nasus externus dan cavitas nasi.
Identifikasi: dorsum nasi yang memanjang dari radix nasi sampai apex nasi, ala nasi, naris, vestibulum nasi
dengan vibrissae.

Skeleton nasi disusun oleh tulang dan cartilago hyalina.


Identifikasi:
• Os nasale, processus frontalis maxillae, pars nasalis ossis frontalis dan spina nasalis ossis

frontalis, dan pars ossea septi nasi.


• Cartilagines nasi: lateral cartilages, cartilagines alares, dan cartilago septi nasi.

Septum nasi dibagi menjadi pars ossea septi nasi dan pars cartilaginea septi nasi.
Identifikasi:
Lamina perpendicularis ossis ethmoidei, vomer, crista nasalis maxillae, dan crista nasalis ossis palatini.

Cavitas Nasi
Cavitas nasi masuk dari nares di anterior, terbuka di posterior ke dalam pars nasalis pharyngis melalui
choanae.

Identifikasi:

23
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

• Paries superior cavitatis nasi yang dibentuk oleh os nasale, os frontale, os ethmoideum, dan os
sphenoideum.
• Dasar cavitas nasi yang dibentuk oleh processus palatinus dan lamina horizontalis ossis palatini.
• Dinding medialis yang dibentuk oleh septum nasi.
• Paries lateralis cavitatis nasi yang dibentuk oleh conchae nasi.

Apa perbedaan concha nasalis inferior dari concha nasalis superior dan concha nasalis media?

Identifikasi:
• Recessus sphenoethmoideus yang terletak superoposterior terhadap concha superior nasi, menerima
bukaan sinus sphenoideus
• Meatus superior nasi, lintasan dangkal di antara concha superior nasi dan concha media nasi, tempat
muara cellulae ethmoideae posteriores.
• Meatus medius nasi, lebih panjang dan lebih dalam, di antara concha media nasi dan concha inferior
nasi. Pada bagian anterosuperiornya, ditemukan infundibulum ethmoideum yang berhubungan dengan
sinus frontalis.
• Hiatus semilunaris, lekukan semisirkular, tempat muara sinus frontalis.
• Bulla ethmoidea, elevasi membulat superior terhadap hiatus semilunaris
• Meatus inferior nasi, apertura ductus nasolacrimalis
• Meatus communis nasi

Di bagian anterior septum nasi dijumpai Kiesselbach area, plexus arteriosus anastomotic yang dibentuk
oleh 5 arteriae. Sebutkan kelima arteriae tersebut.

Sinus Paranasales
Identifikasi pada preparat proseksi:
Sinus frontalis
Sinus frontalis terdapat di antara lamina externa calvariae dan lamina interna calvariae dari os
frontale. Sinus frontalis bermuara melalui ductus frontonasalis ke infundibulum ethmoideum
yang membuka ke hiatus semilunaris.

24
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

Cellulae ethmoideae
Cellulae ethmoideae anteriores: bermuara langsung atau tidak langsung melalui infundibulum ethmoideum
ke meatus medius nasi.
Cellulae ethmoideae mediae: bermuara langsung ke meatus medius nasi.
Cellulae ethmoideae posteriores: bermuara ke meatus superior nasi.

Sinus sphenoideus
Sinus sphenoideus terdapat dalam corpus ossis sphenoidei, dapat meluas ke alae. Bermuara ke recessus
sphenoethmoideus.

Sinus maxillaris
Sinus maxillaris terdapat dalam corpus maxillae.
Apa yang dimaksud dengan hiatus maxillaris?

25
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

VII. COLLUM

Tulang Leher
Vertebrae cervicales
Apa yang membedakan vertebrae C1, C2, dan C7 dari vertebrae cervicales tipikal?
Pelajari articulatio atlantooccipitalis dan articulatio atlantoaxialis mediana.

Os hyoideum
Identifikasi:
• Corpus ossis hyoidei, cornu majus ossis hyoidei, cornu minus ossis hyoidei
• Musculi suprahyoidei:
- Musculus digastricus: venter anterior musculi digastrici dipersarafi oleh ……………, venter
posterior musculi digastrici dipersarafi oleh ……………...……, tendo intermedius musculi
digastrici melekat di …………………..
- Musculus stylohyoideus
- Musculus mylohyoideus
- Musculus geniohyoideus
• Musculi infrahyoidei:
- Musculus sternohyoideus
- Musculus omohyoideus: venter superior musculi omohyoidei, venter inferior musculi omohyoidei.
- Musculus sternothyreoideus
- Musculus thyreohyoideus

Fasciae Cervicales
Identifikasi:
• Fascia investiens superficialis colli
• Fascia pretrachealis: fascia musculorum infrahyoideum, fascia visceralis colli
• Fascia investiens profunda colli
• Vagina carotidis, membungkus ……………………………………………………………..
• Fascia buccopharyngea
• Fascia alaris
• Spatium retropharyngeum. Di mana didapatkan spatium ini?

26
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

Di mana didapatkan platysma?


Platysma dipersarafi oleh …………………….

Regiones Colli
Identifikasi:
• Musculus sternocleidomastoideus: caput sternale musculi sternocleidomastoidei, caput claviculare
musculi sternocleidomastoidei, fossa supraclavicularis minor.
• Musculus trapezius
• Musculi scaleni (anterior, medius, posterior)

Gambarkan regiones colli yang meliputi:


• Regio anterior colli: di antara linea mediana anterior dan tepi anterior SCM.
- Regio suprahyoidea: trigonum submandibulare, trigonum submentale.
- Regio infrahyoidea: trigonum caroticum, trigonum musculare.
• Regio sternocleidomastoidea
• Regio lateralis colli: di antara tepi posterior SCM dan tepi anterior musculus trapezius.
- Trigonum omoclaviculare
- Trigonum occipitale
Di mana ditemukan fossa supraclavicularis major?
• Regio posterior colli: posterior terhadap terhadap tepi anterior musculus trapezius.

Sebutkan isi utama masing-masing regiones colli.

27
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ANATOMI

Identifikasi:
• Arteria communis carotidis
• Arteria interna carotidis
• Arteria externa carotidis: arteria pharyngea ascendens, arteria occipitalis, arteria auricularis posterior,
arteria thyreoidea superior, arteria lingualis, arteria facialis, arteria maxillaris, arteria temporalis
superficialis.
• Vena jugularis interna
• Vena jugularis externa
• Vena jugularis anterior

28
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

FAAL

PENUNTUN PRAKTIKUM FAAL PEMERIKSAAN PENDENGARAH


DENGAN PENALA : ACOUMETRY

Jo Suherman

PENDAHULUAN
Sifat suara sebagai suatu gelombang, dihantarkannya suara baik melalui udara (air conduction [AC])
maupun melalui tulang tengkorak (bone conduction [BC]) sehingga suara yang timbul dapat diartikan pada
pusat pendengaran.
Adanya kerusakan pada salah satu jalan hantaran suara menyebabkan berkurangnya jumlah gelombang
yang diterima oleh pusat pendengaran dan ini menimbulkan keluhan gangguan pendengara atau tuli.
Untuk mengetahui jalan hantaran suara mana yang terganggu (AC/BC), maka dapat dilakukan berbagai
uji sederhana yang mempunyai arti diagnostik tinggi. Penderita dengan gangguan hantaran suara pada
telinga luar dan telinga tengah, umumnya memiliki hantaran tulang yang baik, namun penderita dengan
kerusakan cochlea atau sistim saraf pendengaran maka hantaran tulang (BC) dan hantaran udaranya (AC)
berkurang yang derajatnya tergantung pada kerusakan yang terjadi.
Pemeriksaan acoumetry sifatnya kualitatif, sedangkan audiometry bersifat kuantitatif yaitu bisa
menentukan berat ringannya ketulian.

TUJUAN PERCOBAAN
1. Memeriksa daya pendengaran kualitatif
2. Membandingkan hantaran suara melalui tulang antara 2 telinga
3. Membandingkan hantaran suara melalui udara dan tulang pada 1 telinga
4. Membandingkan daya hantar suara melalui udara antara pemeriksa dengan pendengaran normal dan
orang percobaan/penderita
5. Mengetahui ada tidaknya hambatan hantaran suara melalui udara pada 1 telinga.

JENIS PEMERIKSAAN
1. Tes batas atas batas bawah
2. Tes Weber
3. Tes Rinne
29
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

FAAL

4. Tes Schwabach
5. Tes Bing/Occlusion test

ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN


Satu set garpu penala (128, 256, 512, 102, dan 2048 Hz)

TATA KERJA
A. Tes batas atas batas bawah
Syarat : pendengaran pemeriksa normal

1. Pemeriksaan duduk berhadapan dengan orang percobaan sejauh 60 cm.


2. Getarkan penala berfrekwensi 128 Hz dengan intensitas selemah mungkin namun masih dapat
terdengar, dan letakkan di muka lubang telinga kiri pemeriksa. Setelah terdengar dan suara sudah
lemah intensitasnya, segera pindahkan ke muka lubang telinga kiri orang percobaan.
3. Tanyakan orang percobaan, apakah yang bersangkutan mendengar suara garpu tala tersebut atau
tidak dan catat hasilnya.
4. Lanjutkan pemeriksaan yang sama untuk telinga kanan dan catat hasilnya.
5. Lakukan pula uji kedua telinga untuk penala 256 Hz, 512 Hz, 1024 dan 2048 Hz dan catat semua
hasilnya
6. Normal: semua frekuensi dapat didengar oleh kedua telinga orang percobaan.

Catatan: kaki-kaki penala yang diletakan di muka lubang telinga orang percobaan harus sebidang
dengan lubang telinganya karena getaran suara penala dirambatkan sebidang dengan kaki-kaki penala.

B. Tes Weber
1. Pemeriksa duduk berhadapan dengan orang percobaan sejauh 60 cm.
2. Letakkan penala 256 Hz atau 512 Hz yang sudah digetarkan pada pertengahan dahi/ubun-
ubun/puncak kepala/gigi seri atas.
3. Tanyakan pada orang percobaan mengenai kekerasan suara penala yang terdengar oleh kedua
telinga, apakah sama keras. Bila tidak sama keras, tanyakan telinga mana (kanan atau kiri) yang
lebih keras mendengar suara penala.
4. Lakukan uji yang sama untuk penala berfrekuensi 512 Hz.
5. Normal: orang percobaan mendengar suara penala sama keras di kedua telinga.
30
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

FAAL

C. Tes Rinne
Cara I
1. Pemeriksa duduk berhadapan dengan orang percobaan sejauh 60 cm.
2. Letakkan penala 512 Hz yang sudah digetarkan pada planum mastoideum kiri orang percobaan
(Posisi I) dan tanyakan apakah terdengar/tidak.
3. Kemudian segera pindahkan ke depan lubang telinga kiri (Posisi II) dan tanyakan pada posisi I atau
posisi II suara penala terdengar lebih keras.
4. Lakukan tindakan di atas (no.2 dan 3) berkali-kali tanpa menggetarkan ulang penala hingga orang
percobaan dapat membedakan posisi mana yang lebih keras
5. Catat hasil pemeriksaan untuk telinga kiri.
6. Lakukan pemeriksan yang sama untuk telinga kanan dan catat hasilnya.
7. Normal: suara penala terdengar lebih keras pada posisi II.

Cara II
1. Pemeriksaan duduk berhadapan dengan orang percobaan sejauh 60 cm.
2. Letakkan penala 512 Hz yang sudah digetarkan pada planum mastoideum kiri orang percobaan
(Posisi I). Orang percobaan harus menyatakan suara terdengar pada waktu penala diletakkan pada
posisi I dan segera pada saat suara tidak terdengar lagi.
3. Catat lamanya waktu: dari mulai diletakkan penala pada posisi I hingga orang percobaan
mengatakan tidak mendengar lagi suara penala.
4. Pada saat orang percobaan menyatakan suara penala tidak terdengar pada posisi I, segera pindahkan
penala ke depan lubang telinga kiri (Posisi II) dan catat lama waktunya sampai tidak terdengar lagi
(waktu dihitung terus bila suara masih terdengar di posisi II)
5. Normal : suara penala pada posisi II terdengar lebih lama dari pada posisi I.
6. Lakukan uji terbalik dengan cara penala diletakkan di depan lubang telinga kiri (Posisi II) lebih
dahulu sampai tidak terdengar, kemudian penala dipindahkan pada planum mastoideum kiri (posisi
I). Tanyakan suara penala masih terdengar atau tidak.
7. Normal: pada posisi I orang percobaan tidak terdengar suara lagi.
8. Lakukan pemeriksaaan yang sama untuk telinga kanan.

31
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

FAAL

D. Tes Schwabach
Syarat: Pendengaran pemeriksa normal

1. Pemeriksa duduk berhadapan dengan orang percobaan sejauh 60 cm.


2. Letakkan penala 512 Hz pada planum mastoideum kiri orang percobaan sampai tidak terdengar,
kemudian pindahkan pada planum mastoideum pemeriksa
3. Kemudian uji ini dibalik dimulai dari pemeriksa sampai tidak terdengar baru dipindahkan pada
orang percobaan.
4. Normal: lamanya suara yang didengar pemeriksa sama panjang dengan lamanya suara yang
didengar orang percobaan.

E. Tes Bing/Occlusion test


1. Pemeriksa duduk berhadapan dengan orang percobaan sejauh 60 cm.
2. Letakan penala 512 Hz pada planum mastoideum kiri orang percobaan dan setelah terdengar, suruh
orang percobaan menutup dan membuka lubang telinga kirinya secara berganti dengan jari
tangannya.
3. Tanyakan bagaimana pengaruh penutupan lubang telinga terhadap suara penala yang didengar.
4. Lakukan pemeriksaan yang sama untuk telinga kanan.
5. Normal: penutupan lubang telinga menyebabkan suara penala terdengar lebih keras.

HASIL PEMERIKSAAN DAN KESIMPULAN

TELINGA
KANAN KIRI
TES Hasil Hasil Hasil Hasil Kesimpulan
Pemeriksaan Tes Pemeriksaan Tes
BATAS ATAS - BATAS
BAWAH
WEBER
RINNE
SCHWABACH
BING

32
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

FAAL

KESIMPULAN:

Telinga kanan ……………………………

Telinga kiri ……………………………

33
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

FAAL

PERTANYAAN:
1. Mengapa penala 128 Hz tidak digunakan pada percobaan Weber, Rinne, maupun
Schwabach?
2. Apa artinya Weber lateralisasi ke kanan?
3. Apakah mungkin pada percobaan Rinne cara II, suara penala masih terdengar pada
posisi I? Bila ya, pada keadaan apa dan mengapa ?
4. Apa syarat pemeriksa untuk dapat melakukan percobaan Schwabach ?
Mengapa?

34
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

PATOLOGI ANATOMI

PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI


ORAL PATHOLOGY

Jefferson Nicklaus
Roro Wahyudianingsih

PLEOMORPHIC ADENOMA

Pleomorphic adenoma disebut juga tumor campur/mixed tumors karena gambaran histologisnya
bermacam-macam, 60% ditemukan pada kelenjar parotis, jarang pada kelenjar liur minor dan
submandibula. Tumor ini merupakan tumor jinak dengan campuran komponen epitel ductal dan sel
myoepitel, yang merupakan diferensiasi epitel dan mesenkim. Gambaran histologis yang dapat ditemukan
berupa gambaran kelenjar (endoderm), myxoid (ectoderm), hyaline, kartilago (mesoderm), osseus.

Makroskopis :
Massa di anterior telinga, bulat dengan batas tegas, ukuran maksimal tidak lebih dari 6 cm. Tumor
berkapsul, namun sebagian berkembang tidak sempurna, sehingga didapatkan protrusi ke kelenjar sekitar.
Pada potongan melintang didapatkan bagian putih keabu-abuan berupa jaringan myxomatosa, dan
didapatkan bagian keras berwarna translusen biru yang merupakan kartilago.

Mikroskopis :
Gambaran berupa campuran elemen kelenjar, myxomatosa, dan tulang rawan muda. Pada elemen kelenjar
terdiri dari sel kuboid yang tersusun rapat mengelilingi lumen berisi substansi koloid eosinofil, dapatkan
sel menyerupai epitel kelenjar dengan inti bulat oval dan sitoplasma pucat. Sedangkan pada elemen tulang
rawan muda, terdiri dari substansi homogen (matriks hyalin) dengan kondrosit, letak sel berjauhan dengan
inti basofil dan sitoplasma tipis. Pada elemen myxomatosa didapatkan jaringan yang sedikit renggang
dengan sel berbentuk bintang, sitoplasma menjulur membentuk anyaman.

35
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

PATOLOGI ANATOMI

36
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

PATOLOGI ANATOMI

WARTHIN TUMOR

Warthin tumor merupakan tumor jinak kedua tersering pada kelenjar liur, tumor ini dapat terjadi hanya
pada kelenjar parotis. Insidensinya pria satu setengah kali lebih berisiko dibanding wanita, dan sering
ditemukan pada usia 50 sampai 70 tahun. Secara klinis, ditemukan benjolan tidak nyeri dan tumbuh lambat,
10% multifokal dan 10% bilateral. Tatalaksana terbaik dilakukan reseksi, dengan frekuensi 2% setelah
reseksi.

Makroskopis :
Massa berkapsul dengan bentuk bulat sampai oval dengan diameter kurang lebih 2 sampai 5 cm, benjolan
muncul di kelenjar parotis bagian superfisial dan dapat teraba. Pada potongan didapatkan massa abu-abu
pucat, memiliki lipatan atau rongga kistik berisi cairan serous atau mukus.

Mikroskopis :
Terdiri dari beberapa kista dengan stroma limfoid di bagian dalam, pada beberapa tempat membentuk
centrum germinativum, pada bagian luar dilapisi dua lapis sel epitel kolumnar, beberapa tempat terdapat
penonjolan ke lumen. Pada pembesaran yang lebih besar didapatkan sel sekretorik di area sel kolumnar,
sekresi ke dalam lumen yang berdilatasi, lapisan permukaan tersusun oleh sel epitel kolumnar yang tersusun
palisade dengan sitoplasma yang asidofil dan bergranula (onkositik), pada lapisan dasar tersusun oleh sel
epitel kuboid sampai poligonal.

37
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

PATOLOGI ANATOMI

ADENOID CYSTIC CARCINOMA

Adenoid cystic carcinoma merupakan keganasan yang jarang ditemui, namun bersifat agresif.
Keganasan ini dapat terjadi akibat perubahan dari adenoma atau dapat juga akibat mutasi langsung.
Keganasan ini muncul pada usia lebih dari 40 tahun, terutama dekade ke 6. Insidensi pria dan wanita sama.
Keganasan ini 50% muncul pada kelenjar liur minor, sedangkan kelenjar liur mayor, kelenjar parotis
merupakan yang tersering. Gejala klinik berupa massa yang membesar lambat, 25% pasien mengeluh nyeri
wajah atau paralisis.

Makroskopis :
Didapatkan lesi kecil, berkapsul tidak sempurna, infiltratif dengan warna merah muda keabu-abuan.

Mikroskopis :
Didapatkan gambaran sel-sel kecil dengan nukleus yang padat dan berwarna gelap, serta sitoplasma yang
sedikit. Sel dapat tersusun :
- Tubular
o Terdiri dari sel duktus dan myoepitel
o Sel duktus terdiri dari sel kuboid
- Kribiform
o Sebagian besar terdiri dari sel myoepitel
o Terbentuk pseudocyst sehingga memberikan gambaran swiss cheese pattern
- Solid : sel tumor tersusun padat membentuk sarang-sarang

Pola Tubular

38
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

PATOLOGI ANATOMI

Pola Kribiform

Pola Solid

39
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

PATOLOGI ANATOMI

EPULIS GRANULOMATOSA

Epulis merupakan pertumbuhan dan penonjolan pada gusi akibat infeksi/inflamasi/iritasi berulang.
Insidensi pria dan wanita sama, dan sering ditemukan pada kehamilan atau caries profunda yang tidak
diobati. Terdapat 4 jenis epulis, yaitu epulis granulomatosa, fibromatosa, gigantoseluler, dan kongenital.
Tatalaksana yang dapat dilakukan berupa eksisi, gargle, analgetik.

Makroskopis :
Didapatkan benjolan berwarna coklat muda, dengan konsistensi kenyal, permukaannya dilapisi oleh epitel.

Mikroskopis :
- Sebagian dilapisi epitel gepeng berlapis
- Sebagian terdiri dari endapan fibrin dan eksudat
- Hampir seluruh jaringan terdiri dari jaringan granulasi, berupa jaringan ikat muda dan terdiri dari
fibroblas dan kapiler muda
- Tampak sel radang dalam jumlah sedang terdiri dari PMN dan limfosit

40
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

PATOLOGI ANATOMI

AMELOBLASTOMA

Ameloblastoma merupakan tumor jinak odontogenik tersering (61,5%). Ameloblastoma dahulu dikenal
juga dengan nama “adamantinoma“, namun karena tidak ditemukan adanya jaringan keras pada tumor,
nama ini kemudian diganti. Tumor ini berasal dari epitelium odontogenik (epitel enamel organ, epitel kista
radikuler/folikuler, sel-sel malassez). Insidensinya paling sering pada usia 20-60 tahun, dengan predileksi
tersering di ramus ascendens rahang bawah (5:1 dengan rahang atas). Ameloblastoma berhubungan dengan
gigi yang impaksi.
Tumor ini memiliki ciri khas berupa tumor yang tumbuh lambat namun invasif dan destruktif. Tumor
memiliki gambaran kistik monokistik maupun multilokuler, dan dapat residif. Pada tumor dengan ukuran
besar dapat timbul fraktur spontan pada rahang.
Gambaran klinis berupa benjolan yang semakin lama semakin membesar secara lambat dapat sampai
menahun, tanpa disertai adanya keluhan lain. Pada stadium lanjut, didapatkan tulang yang semakin menipis
akibat destruktif, dan pada pemeriksaan didapatkan krepitasi. Gambaran radiologi didapatkan gambaran
honey comb appearance (kista kecil) dan bubble soap appearance (kista besar). Tatalaksana
ameloblastoma dapat berupa eksisi, kuretase, kemoterapi, radioterapi, electrocauter.

Makroskopis :
Didapatkan potongan tulang rahang dengan bagian tengah yang membengkak, tulang rahang tipis dan rapuh
dengan jaringan lunak yang mengisi dan mendesak trabekel juga didapatkan sarang perdarahan dan kista
kecil.

Mikroskopis :
Gambaran mikroskopis, berdasarkan histopatologis terdapat enam subtipe, yaitu tipe folikuler,
acanthomatous, plexiform, desmoplastic, sel granuler, dan sel basal, dari enam subtipe tersebut yang paling
sering adalah tipe folikuler dan plexiform.

41
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

PATOLOGI ANATOMI

Tipe Folikuler

Pada tipe folikuler didapatkan gambaran pulau-pulau kecil dengan sel-sel tumor yang diskret, terdapat
juga sel menyerupai bintang berbentuk polihedral (reticulum stellate), dengan bagian tengah berbentuk
kista, pada bagian luar dilapisi oleh sel kuboid atau kolumnar yang intinya menjauhi membrana basalis
(reversed polarity), pada bagian luar pulau-pulau didapatkan anyaman jaringan ikat longgar.

Tipe Plexiform

Pada tipe plexiform, sel tumor tersusun tidak teratur menyerupai jaringan yang saling terhubung, dibatasi
oleh lapisan sel kolumnar dengan dua lapisan sel kolumnar yang saling bersinggungan, masih dapat
ditemukan degenerasi kistik, namun pada tipe ini sel bintang sulit ditemukan.

42
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

PATOLOGI ANATOMI

SQUAMOUS CELL CARCINOMA

Squamous cell carcinoma merupakan tumor ganas rongga mulut tersering, mencapai lebih dari 95% dari
seluruh keganasan rongga mulut, keganasan ini juga merupakan keganasan tersering di tubuh (5%). Head
and Neck Squamous Cell Carcinoma (HNSCC) merupakan keganasan nomor enam di dunia, dengan
650.000 kasus setiap tahunnya.
Lokasi tersering pada bibir bawah (38%), lidah (22%), dasar mulut (17%), gingiva (6%), palatum
(5,5%), tonsil (5%), bibir atas (4%), dan mukosa bukal (2%). Tumor ini berasal dari sel epitel gepeng yang
memiliki kemampuan tinggi untuk metastase, 80% kasus SCC berasal dari lesi prekanker. Squamous cell
carcinoma banyak didapatkan pada usia 40-70 tahun, dengan perbandingan pria dua kali lipat lebih berisiko
dibanding wanita, SCC banyak ditemukan di daerah Asia.
Etiologi SCC masih belum diketahui pasti, namun banyak faktor-faktor yang mempengaruhi keganasan
ini, faktor faktor tersebut dibagi menjadi faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik, berupa faktor
genetik, malnutrisi, anemia, kebersihan mulut yang buruk, dan gigi tiruan (pada penggunaan gigi palsu
mungkin terjadi iritasi), tepi gigi yang tajam karena karies, infeksi kronik pada gingiva. Sedangkan faktor
ekstrinsik berupa rokok, alkohol, bakteri, virus, zat kimia, sinar ultraviolet.

Makroskopis :
Nodul kenyal menimbul dengan permukaan yang tidak rata, pada bagian tengah didapatkan ulkus yang
teraba keras dengan dasar yang tidak teratur sehingga memberikan gambaran cauliflower appearance.

Mikroskopis :
Squamous cell carcinoma dibagi ke dalam tiga diferensiasi (diferensiasi baik, moderat, dan buruk),
didapatkan pulau sel tumor yang menginvasi stroma jaringan ikat. Sel tumor berbentuk poligonal, dengan
inti sel polimorfik, hiperkromatis, dan banyak ditemukan mitosis. Didapatkan juga pembentukan keratinous
pearl atau mutiara tanduk. Pada jaringan ikat ditemukan sebukan sel radang.

43
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

PATOLOGI ANATOMI

44
Penuntun Praktikum Telinga Hidung Tenggorok Edisi 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

PATOLOGI ANATOMI

45

Anda mungkin juga menyukai