Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGANGGARAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dan bahan presentasi pada Mata
Kuliah Penganggaran dengan Dosen Pengajar :
Yunia Amelia, S.E., M.Sc.,Ak.,CA.,ACPA

PENGANGGARAN
KONFLIK ANTARA METODE NPV DAN IRR SERTA PENILAIAN
INVESTASI YANG TIDAK SAMA UMURNYA

Disusun Oleh:

Muhammad Reva Saputro


1901061034

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala
puji dan syukur bagi Allah swt yang dengan ridho-Nya. Kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.
Dalam makalah ini, kami akan memaparkan tentang “Penganggaran
Modal 3”. Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan
yang selama ini kita cari. Berbagai teknik dan intrik kami kemas dalam makalah
ini, dan juga kami berharap bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Sebagai mahasiswa kami mengharapkan bimbingan, bantuan, saran dan
dukungan dari Ibu dosen serta pihak lain agar makalah ini bisa berhasil dan
berguna bagi kita semua. Amin. Tidak ada gading yang tak retak, demikian
makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun tetap kami
nantikan dan kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan TME senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
Bandar Lampung, 20 Juli 2021

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan dunia usaha dalam era globalisasi saat ini telah memasuki
suatu era persaingan bebas. Persaingan dunia usaha yang bebas membuat
perusahaan harus mampu memperbaiki dan meningkatkan posisi usahanya
ditengah-tengah para kompetitor. Berhasil tidaknya perusahaan pada umumnya
tergantung pada kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan
kesempatan dimasa yang akan datang, baik dalam jangka pendek maupun dalam
jangka panjang. Setiap badan usaha atau perusahaan baik itu perusahaan industri,
perusahaan dagang, maupun perusahaan jasa dalam menjalankan usahanya tentu
tidak terlepas dari usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
“Bagi perusahaan, investasi mempunyai pengertian sebagai suatu keputusan
(commitment) yang diambil oleh manajemen untuk mengalokasikan sumber daya
perusahaan yang didasarkan atas pertimbangan yang sejalan dengan sasaran jangka
panjang (kebijakan manajemen) dengan tujuan memaksimalkan nilai atau kekayaan
perusahaan di masa mendatang (Kuswandi, 2007:6). Menurut Manulang (2005:89)
“investasi dalam aktiva tetap adalah suatu bentuk penanaman modal dengan
harapan perusahaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan melalui operasinya”.
Pengalokasian dana perusahaan terhadap aktiva tetap perusahaan membutuhkan
perencanaan investasi yang tepat.
Dalam melakukan perencanaan investasi pada aktiva tetap cukup banyak hal
yang perlu diperhatikan sehubungan dengan keputusan-keputusan yang akan
diambil, tidak hanya yang berkenaan dengan pembelian suatu aktiva tetap tetapi
juga pengeluaran-pengeluaran selanjutnya yang diperlukan oleh aktiva tetap
tersebut. Sehingga dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi pada
aktiva tetap diperlukan suatu analisis dan perhitungan yang cermat dan matang.
Analisis proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai investasi pada
aktiva tetap dapat dilakukan dengan menggunakan teknik perhitungan capital
budgeting.
Menurut Syamsuddin (2009:412) capital budgeting merupakan keseluruhan
proses pengumpulan, pengevaluasian, penyeleksian dan penentuan alternatif
penanaman modal yang akan memberikan penghasilan bagi perusahaan untuk
jangka waktu yang lebih dari setahun (capital expenditure). Bagi perusahaan,
analisis capital budgeting memiliki arti yang sangat penting karena penanaman
modal untuk keperluan investasi pada aktiva tetap pada umumnya membutuhkan
dana yang cukup besar. Jumlah dana yang besar tersebut mungkin tidak dapat
diperoleh dalam jangka waktu yang pendek, oleh karena itu sebelumnya diperlukan
perencanaan yang hatihati dan teliti.
Pengertian investasi menurut Tandelilin (2010:1) adalah “komitmen untuk
menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan
di masa datang”. Dengan kata lain, investasi merupakan komitmen untuk
mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current consumption) dengan tujuan
memperbesar konsumsi di masa datang. Investasi dapat berkaitan dengan
penanaman sejumlah dana pada aset real seperti: tanah, emas, rumah dan aset real
lainnya atau aset finansial seperti: deposito, saham, obligasi, dan surat berharga
lainnya.
Menurut Mulyadi (2001:284) “investasi adalah pengaitan sumber-sumber
dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang”.
Sedangkan pemahaman investasi menurut Moeljadi (2006:121) “investasi
merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang dengan harapan untuk
dapat menghasilkan arus dana masa datang dengan jumlah yang lebih besar dari
dana yang dilepaskan pada saat investasi awal (initial investment)”. Menurut
Warsono (2003:165) sebelum proyek investasi di evaluasi dan dilaksanakan, perlu
diidentifikasi jenis usulan investasinya. Jenis usulan investasi biasanya
dikelompokkan ke dalam empat golongan. Diantaranya sebagai berikut : a. Usulan
investasi penggantian (replacement)
Usulan investasi penggantian dilakukan apabila suatu aktiva tetap sudah habis
umur ekonomisnya. Apabila suatu aktiva tetap sudah habis umur ekonomisnya dan
tetap digunakan justru akan menyebabkan pemborosan. b. Usulan investasi
perluasan (expansion)
Perluasan usaha dapat dilakukan dengan menambah kapasitas produksi yang
sudah ada dengan cara menambah mesin-mesin yang digunakan atau dengan
membuka cabang baru.
c. Usulan investasi pertumbuhan (growth)
Usulan investasi ini dilakukan dengan cara membuka lini produk baru.
Misalnya, saat ini lini produk yang ada adalah lini produk rokok dan ada rencana
untuk membuka lini produk elektronik, maka usulan investasi ini disebut dengan
usulan investasi pertumbuhan. d. Usulan investasi lain-lain
Usulan investasi lain-lain adalah usulan investasi yang tidak termasuk dalam
ketiga golongan tersebut, seperti pengeluaran dana untuk memenuhi standar
kesehatan yang dituntut, misalnya investasi untuk pemasangan alat pemanas,
pendingin, pemasangan sistem musik yang ditujukan untuk meningkatkan moral
para karyawan.
Menurut Moeljadi (2006:127) suatu usulan investasi akan dinilai dengan
beberapa metode. Metode tersebut digunakan untuk mengukur apakah investasi
tersebut akan menguntungkan atau tidak. Beberapa metode tersebut diantaranya
Rata-Rata Pengembalian Setelah Pajak (Average Rate Of Return), Jangka Waktu
Pengembalian (Payback Period), Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio
(B/C Ratio), serta Internal Rate of Return (IRR). Beberapa teknik tersebut diatas
merupakan teknik yang umum digunakan dalam analisis capital budgeting.
Diantara beberapa metode tersebut ada dua metode yang memiliki konflik dalam
menilai suatu investasi yaitu, metode Net Present Value (NPV) dan metode
Internal Rate of Return (IRR). Pertentangan keputusan usulan investasi antara dua
metode tersebut karena metode NPV mengansumsikan bahwa alasan kas masuk
dapat diinvestasikan kembali dengan tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar
discount rate-nya, sedangkan metode IRR mengamsumsikan bahwa aliran kas
masuk yang terjadi dapat diinvestasikan kemballi (re-investmenti) dengan tingkat
keuntungan yang diharapkan dari penginvestasian kembali tersebut sebesar IRR
yang diperolehnya. Perbedaan asumsi tersebut yang dapat menyebabkan konflik
keputusan antara metode tersebut.
Kedua metode tersebut pun akan mengalami masalah apabila digunakan untuk
menilai dua usulan investasi yang memiliki umur ekonomis berbeda. Untuk
memilih usulan investasi yang memiliki umur ekonomis yang berbeda dapat
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu, pendekatan metode Replacement Chain
Approach (metode rantai) dan Equivalent Annual Annuity Approach (EEA method)
atau metode biaya tahunan ekuivalen (BTE).

1.2. Rumusan Masalah


a. Mencari tahu apakah ada konflik yang terjadi diantara metode NPV dan IRR?
b. Bagaimana pemilihan usulan investasi yang memiliki umur berbeda?

1.3. Manfaat
Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, diharapkan agar pembaca
dapat lebih mengetahui dan memahami penjelasan mengenai tentang konflik antara
metode Net Present Value (NPV) dan metode Internal Rate of Return (IRR) dan
bagaimana pemilihan usulan investasi yang baik dengan umur investasi yang
berbeda.
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Metode Net Present Value (NPV) dan Metode Internal Rate of Return (IRR)
1) Metode Net Present Value (NPV)
a. Pengertian Metode Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah salah satu teknik capital budgeting yang
memperhitungkan nilai waktu/uang yang paling sering digunakan
(Syamsuddin, 2009:448).
Metode ini merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah
didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai
diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan
pada masa yang akan datang yang didiskontokan pada saat ini. Untuk
menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya
operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang
direncanakan. Jadi perhitungan NPV mengandalkan pada teknik arus kas
yang didiskontokan.
Rumus :

n ACFt
NPV =  ---------------- - IO
t=1 (1 + k)t
NPV = ACFt (PVIF,k,t) - IO
ACF
t = arus kas tahunan setelah pajak pada periode t; k =
tingkat pengembalian yg disyaratkan atau biaya modal; IO
= pengeluaran kas awal; n = usia proyek yang
diharapkan/periode terjadinya arus kas.

b. Kriteria kelayakan Metode Net Present Value (NPV)


• Kriteria Penerimaan :
• NPV >= 0  Diterima;
NPV < 0  Ditolak;
• Jika 2 proyek bersifat “mutually Exlusive” (artinya hanya 1 yg dipilih)
maka proyek yang memiliki NPV positif yang terbesar yang dipilih;
• NPV >= 0 menunjukkan bahwa aus kas tepat cukup untuk :
1) Membayar kembali modal yg diinvestasikan;
2) Menyediakan tingkat keuntungan yg disyaratkan pada modal;
3) Jika NPV positif, arus kas proyek menghasilkan suatu “sisa
keuntungan” atau excess return yg akan dinikmati oleh para
pemegang saham (pemilik perusahaan). Jadi jika perusahaan
mengambil proyek dengan NOV Positif, nilai perusahaan (harga
saham)akan naik berarti kesejahteraan pemegang saham naik;
4) Jika NPV = 0, perusahaan bertambah besar tapi harga saham tidak
berubah.

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Net Present Value (NPV) Kelebihan :


• Menggunakan arus kas;
• Memakai nilai waktu uang;
• Konsisten dengan tujuan perusahaan untuk memaksimumkan kekayaan
pemegang saham.
Kelemahan :
• Membutuhkan peramalan jangka panjang yang detil mengenai
pertambahan keuntungan dan biaya.

2) Metode Internal Rate of Return (IRR)


a. Pengertian Metode Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) didefinisikan sebagai tingkat discount atau


bunga yang akan menyamakan present value cash inflow dengan jumlah
initial investment dari proyek atau investasi yang sedang dinilai. Dengan
kata lain, IRR adalah tingkat discount yang akan menyebabkan NPV sama
dengan nol, karena present value cash inflow pada tingkat discount tersebut
akan sama dengan initial investment.
Perhitungan IRR harus dilakukan secara “Trial and Error” (coba-coba)
sampai pada akhirnya diperoleh tingkat discount yang akan menyebabkan
NPV sama dengan nol. Suatu usulan investasi dapat diterima apabila IRR
investasi tersebut lebih besar atau sama dengan Cost of Capital (COC). dan
berlaku sebaliknya apabila IRR kurang dari Cost of Capital maka usulan
investasi akan ditolak, IRR yang merupakan indikator tingkat efisiensi dari
suatu investasi. Suatu proyek/investasi dapat dilakukan apabila laju
pengembaliannya (rate of return) lebih besar dari pada laju pengembalian
apabila melakukan investasi di tempat lain (bunga deposito bank, reksadana
dan lain-lain).
Rumus :
IRR = i1 + (NPV1 : NPV1-NPV2 (i2-i1))

IRR = Internal Rate of Return; i1 = Tingkat


Diskonto yang menghasilkan NPV+; i2 = Tingkat
Diskonto yang menghasilkan NPV-;
NPV1= Net Present Value bernilai positif;
NPV2 = Net Present Value bernilai negatif.

b. Kriteria Metode Internal Rate of Return (IRR)


• Jika IRR >= tingkat pengembalian yg disyaratkan  Diterima;
• Jika IRR < tingkat pengembalian yang disyaratkan  Ditolak;
• Jika terdapat 2 proyek yg bersifat mutully exclusive, proyek dengan IRR
yg lebih tinggi yg sebaiknya dipilih, dg asumsi IRR lebih besar dari
tingkat kuntungan yg disyaratkan.

c. Kelebihan dan Kelemahan Internal Rate of Return (IRR) Kelebihan :


• Menggunakan arus kas;
• Memakai nilai waktu uang;
• Konsisten secara umum dengan tujuan perusahaan memaksimumkan
kekayaan pemegang saham.
Kelemahan :
• Membutuhkan peramalan jangka panjang yg detil mengenai pertambahan
keuntungan dan biaya;
• Kemungkinan IRR berganda;
• Mengasumsikan arus kas sepanjang usia proyek direinvestasi pada
tingkar IRR.
3) Hubungan NPV dan IRR
Pada umumnya pengambilan keputusan investasi berdasarkan NPV dan IRR
akan memberikan hasil yang sama, artinya “apabila suatu usulan investasi dinilai
layak berdasarkan NPV, maka usulan investasi tersebut juga dinilai layak
berdasarkan IRR”

Hubungan antara NPV dengan IRR terlihat pada faktor diskonto (discount
rate) yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang (present value) dari suatu
investasi. IRR merupakan tingkat pengembalian (rate of return) yang disyaratkan
oleh investor atau perusahaan ketika melakukan investasi. IRR merupakan
“discount rate” yang menjadikan NPV sama dengan nol, artinya saat NPV sama
dengan nol maka besarnya tingkat pengembalian investasi tercapai yakni sebesasr
IRR. Apabila tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan perusahaan
dari suatu investasi lebih rendah dari pada IRR, maka investasi tersebut layak
atau diterima. Sebaliknya apabila rate of rerun yang diinginkan lebih tinggi dari
pada IRR, maka investasi tersebut tidak layak diterima baik menurut metode
NPV maupun metode IRR. Dengan kata lain, apabila IRR lebih tinggi dari pada
rate of return yang disyaratkan (diharapkan atau diinginkan), maka investasi
diterima dan terjadi sebaliknya.

4) Penyebab Konflik NPV dan IRR


Yang menyebabkan konflik antara NPV dan IRR adalah metode NPV
mengansumsikan bahwa arus kas proyek diinvestasikan kembali pada tingkat
bunga sebesar biaya modal proyek. Sedangkan IRR mengansumsikan bahwa arus
kas proyek diinvestasikan kembali pada tingkat bunga sebesar IRR proyek.
Kondisi yang mengakibatkan konflik terhadap kedua motede ini, apabila ada dua
proyek yang bersifat mutualy exclusive. Tingkat biaya modal yang lebih rendah
dari tingkat persilangan kedua proyek tersebut maka kedua metode akan
mengalami konflik, dimana NPV lebih memilih proyek yang memberikan NPV
yang lebih tinggi. Tetapi IRR memilih tingkat pengembalian internal yang lebih
(IRR yang lebih besar).
Ada dua kondisi yang menyebabkan NPV bertentangan dengan IRR yaitu,
adanya perbedaan waktu dimana sebagian besar arus kas dari satu proyek yang
diterima lebih awal sementara sebagian arus kas dari proyek yang lain diterima
belakangan, adanya perbedaan pola arus kas pada kedua metode, adanya
perbedaan ukuran atau skala proyek dimana jumlah yang investasikan kedalam
satu proyek lebih besar dibandingkan yang lainnya, dan adanya perbedaan asumsi
mengenai tingkat pengembalian atau reinvestasi yang terkandung pada kedua
metode tersebut.

5) Konflik NPV dan IRR


Ketika melakukan penilaian pada investasi tunggal, maka antara metode NPV
dan IRR tidak ada kontraktif, namun jika keduanya dipakai untuk menilai usulan
proyek investasi lebih dari satu macam, khususnya pada usulan proyek yang
bersifat mutuallyexclusive (saling meniadakan satu sama lainnya) yaitu jika satu
proyek diterima maka proyek yang lain harus ditolak.
Pertentangan keputusan usulan investasi antara metode NPV dan IRR timbul
karena metode IRR mengasumsikan bahwa aliran kas masuk yang terjadi dapat
diinvestasikan kembali dengan tingkat keuntungan yang diharapkan dari
penginvestasian kembali tersebut. Sedangkan metode NPV mengasumsikan
bahwa aliran kas masuk dapat diinvestasikan kembali dengan tingkat keuntungan
yang diharapkan sebesar discount ratenya. Konflik keputusan jugan terjadi
apabila dua usulan proyek investasi yang memiliki NPV yang sama tetapi IRRnya
berbeda.
Secara teoritis metode NPV lebih baik daripada metode IRR dalam penilaian
investasi. Hal ini dikarenakan metode NPV lebih konsisten daripada metode IRR
berkaitan dengan discount rate yang digunakan. Usulan investasi proyek tidak
akan diterima apabila discount ratenya melebhi besarnya IRR.
Metode ini akan menghadapi masalah jika digunakan untuk menilai dua usulan
investasi yang memiliki umur ekonomis yang berbeda. Untuk memilih usulan
investasi yang memiliki umur ekonomis yang tidak sama dapat dilakukan dengan
dua pendekatan yaitu:
a. Pendekatan metode rantai (chain metode) atau sering disebut
replacement chain. Langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu:
1. Mencari angka kelipatan persekutuan kecil yang dapat dibagi oleh
kedua umur mesin.
2. Menghitung present value biaya dari masing-masing usulan
investasi.
b. Metode biaya ekuivalen tahunan (equivalent annual cost)
Langkah-langkah perhitungan sebagai berikut
1. Menghitung present value dari biaya usulan investasi selama umur
ekonomisnya dengan discount rate tertentu.
2. Mencari faktor anuitas dari discount rate yang digunakan untuk
menghitung prasent value investasi yang bersangkutan.
3. Membagi present value masing-masing usulan investasi pada ponit
(1) dengan factor anuitas point (2) di atas.
4. Membandingkan hasil pembagian pada point (3) untuk mengambil
keputusan usulan investasi mana yang dipilih. Usulan investasi
yang memiliki biaya ekuivalen tahunan terkecil merupakan usulan
investasi yang sebaiknya dipilih.
Dilihat dari cara perhitungannya, terbukti biaya ekuivalen tahunan lebih
sederhana dan lebih mudah dibanding metode rantai.
Hubungan antara NPV dan IRR akan selaras ketika digunakan untuk menilai
suatu investasi tunggal artinya, ketika usulan investasi layak diterima jika dinilai
dengan metode NPV maka layak pula dilaksanakan jika dinilai dengan metode
IRR. Metode NPV dan IRR kemungkinan dapat menghasilkan kesimpulan yang
berbeda apabila digunakan untuk menilai dua tau lebih usulan investasi,
khususnya usulan investasi yang bersifat mutually excusive (saling meniadakan
satu sama lain). Dua buah usulan investasi A dan B memiliki sifat mutually
exclusive artinya apabila usulan investasi A diterima, maka usulan investasi B
harus ditolak. Sebaliknya apabila usulan investasi B diterima, maka usulan
investasi A darus ditolak sehingga antara usulan investasi A dan B saling
meniadakan. Untk memberikan gambaran yang jelas menganai konflik yang
terjadi antara metode
NPV dan IRR

6) Asumsi NPV dan IRR terhadap Reinvestasi


Metode NPV mengansumsikan bahwa arus kas proyek diinvestasikan kembali
pada tingkat bunga sebesar biaya modal proyek. Sedangkan IRR
mengansumsikan bahwa arus kas proyek diinvestasikan kembali pada tingkat
bunga sebesar IRR proyek. Metode IRR menjelaskan bahwa aliran kas masuk
yang terjadi dapat diinvestasikan kembali (re-investment) dengan tingkat
keuntungan yang diharapkan dari penginvestasian kembali tersebut sebesar IRR
yang diperoleh. Sedangkan metode NPV menjelaskan bahwa aliran kas masuk
dapat diinvestasikan kembali dengan tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar
discount rate-nya. Reinvestasi menurut asumsi metode NPV yaitu bahwa arus kas
proyek diinvestasikan kembali pada tingkat bunga sebesar biaya modal proyek
pada umumnya merupakan asumsi yang lebih baik karena hal ini lebih mendekati
pada kenyataan yang rill.

7) Kesimpulan tentang NPV dan IRR


Kesimpulannya Metode NPV lebih baik dari pada metode IRR dalam
penilaian keputusan investasi. Hal ini karena metode NPV lebih konsisten dari
pada metode IRR berkaitan dengan discount rate yang digunakan. Konsistensi
tersebut terlihat pada nilai NPV yang selalu positif baik discount rate-nya lebih
kecil maupun lebih besar yang hasilnya akan tetap menguntungkan (layak
dilaksanakan). Usulan investasi akan ditolak (tidak layak) apabila discount rate-
nya melebihi besarnya IRR usulan proyek yang bersangkutan.

2.2. Pemilihan usulan investasi yang memiliki umur ekonomos berbeda


Untuk memilih usulan investasi yang memiliki umur ekonomis berbeda dapat
dilakukan dengan dua pendekatan: Chain method atau Replacement method dan
Equivalent annual cost.
Langkah-langkah chain method:
a. Mencari angka kelipatan persekutuan terkecil yang dapat dibagi oleh kedua
umur usulan investasi.
b. Menghitung present value biaya dari masing-masing usulan investasi

Langkah-langkah equivalent annual cost :


a. Menghitung present value dari biaya usulan investasi dengan discount rate
tertentu.
b. Mencari annuity factor dari discounted rate yang digunakan untuk
menghitung present value investasi yang bersangkutan.
c. Membagi present value masing-masing usulan investasi (poin 1) dengan
(poin 2).
d. Usulan investasi yang memiliki biaya ekuivalen tahunan terkecil merupakan
usulan yang dipilih.
Apabila laju inflasi cukup signifikan, maka perlu diperimbangkan dalam
keputusan capital budgeting.
Ada dua komponen yang terpengaruh oleh inflasi, yaitu aliran kas masuk dan
tingkat penghasilan (rate of return) atau cost of capital yang diinginkan. Oleh karena
itu kedua komponen tersebut perlu disesuaikan. Pedoman penyesuaiannya adalah
sbb:
1. Kalikan indeks harga dengan aliran kas yang diukur berdasarkan nilai
rupiah riil untuk mendapatkan arus kas dengan nilai nominal.
2. Hitung tingkat penghasilan nominal :
(1 + tingkat inflasi ) ( 1 + tingkat penghasilan ) – 1
Saat kita melakukan investasi, seringkali kita diperhadapkan dengan pilihan
proyek-proyek dengan umur hidup ekonomis yang berbeda. Untuk memilih proyek
yang terbaik , tentu harus diperhitungkan perbedaan umur ini. Diasumsikan
proyekproyek ini dapat dilaksanakan terus tanpa batas waktu. Hal ini berarti saat
proyek tersebut selesai, maka proyek sejenis dapat mulai dilaksanakan kembali.

Untuk mudahnya dapat dilihat pada ilustrasi sbb :


Sebuah perusahaan berencana untuk melakukan ekspansi dan harus memilih 1
dari 2 mesin yang ditawarkan. Mesin-mesin ini memiliki umur ekonomis yang
berbeda. Pada akhir umur ekonomisn, penggantian mesin perlu dilakukan.
Bagaimana memilih di antara kedua mesin yang bersifat eksklusif mutual tersebut?

Contoh : Proyek S dan L yang masing-masing memerlukan biaya investasi (initial


cost) sebesar Rp 100 juta bersifat eksklusif mutual dan harus diganti pada akhir
umur ekonomisnya.
• Proyek S berumur ekonomis 2 tahun dengan perkiraan arus masuk (cash
inflow) sebesar Rp 60 juta / tahun.
• Proyek L berumur ekonomis 4 tahun dengan perkiraan arus masuk (cash
inflow) sebesar Rp 33,5 juta / tahun. Dengan return yang diharapkan
sebesar 10% (=r), mana yang lebih baik?

Jawab (dalam jutaan rupiah) :


NPV Proyek S = -100 + 60 / (1+10%)^1 + 60 / (1+10%)^2 = 4.132
NPV Proyek L = -100 + 33,5 / (1+10%)^1 + 33,5/(1+10%)^2 + 33,5/(1+10%)^3
+
33,5/(1+10%)^4 = 6.190
Bila mengabaikan perbedaan umur ekonomis, maka NPV Proyek L (6.190) >
NPV Proyek S (4.132) sehingga seakan-akan kita harus memiih poryek L. Tentu
kesimpulannya jadi menyimpang.
Bila digunakan rantai penggantian (replacement chain approach) maka Proyek S
akan diulang kembali sehingga akan kembali menghasilkan nilai NPV sebesar 4.132
pada tahun kedua (karena dilakukan investasi kembali sebesar Rp 100 juta pada akhir
tahun kedua dan pada tahun ketiga dan keempat masing-masing memperoleh arus
masuk (cash inflow) sebesar Rp 60 juta/tahun.
Adapun nilai NPV pada tahun ke 0 menjadi 4.132 / (1+10%)^2 = 3.415. Dengan
demikian NPV Proyek S dengan 1 kali pengulangan menjadi = 4.132 + 3.415 =
7.547.
Kesimpulannya , dengan menyamakan umur proyek S dan L menjadi 4 tahun
maka NPV proyek S menjadi 7.547 alias lebih besar dari NPV proyek L (6.190)
dengan demikian Proyek S lebih layak dibandingkan Proyek L.

Pendekatan rantai penggantian ini memiliki kelemahan. Pada kasus di atas,


proyek S cukup diulang sekali saja sedangkan proyek L tidak perlu diulang agar
sama-sama memiliki umur ekonomis yang sama (4 tahun). Bagaimana umur keduanya
sangat berbeda? Contoh : bila umur proyek S 5 tahun sedangkan umur proyek L 7
tahun. Maka untuk menyamakannya , pertama-tama dicari terlebih dahulu KPK
(kelipatan persekutuan terkecil) nya yakni sebesar 5 x 7 =35 (karena baik bilangan 5
dan 7 , keduanya bilangan prima yakni bilangan yang hanya dapat dibagi dengan
bilangan itu sendiri dan dengan angka 1). Tentu menghitung NPV proyek S dan
proyek L memakan waktu cukup lama, karena proyek S harus diulang 7 kali
sedangkan proyek L harus diulang 5 kali.
Untuk mengatasi masalah ini, diasumsikan bahwa kedua proyek akan dapat
diulang terus sampai waktu yang tak terhingga. Sehingga untuk mencari NPV nya
masing-masing harus dikali dengan angka pengganda (multiplier)
(1+r)t
Rumus angka penggada adalah = _______________
(1+r)t - 1
Di mana r adalah return (tingkat hasil) yang diharapkan (dinyatakan dalam
persentase) t adalah umur awal setiap proyek sebelum disesuaikan.

NPV masing-masing proyek menjadi (dalam jutaan rupiah) : NPV masing-masing


proyek x angka pengganda
- Proyek S = 4.132 x (1+10%)2 / [(1+10%)2 – 1] = 4.132 x 5,761904762 =
23.808,19048
- Proyek L = 6.190 x (1+10%)4 / [(1+10%)4 – 1] = 6.190 x 3,154708 =
19.527,64275
NPV Proyek S (23.808) > NPV Proyek L (19.528) sehingga Proyek S yang
dipilih. Jadi kesimpulannya sama dengan kesimpulan di atas.
Satu cara lagi menggunakan pendekatan Anuitas Tahunan Ekuivalen (Equivalent
Annual Annuity Approach) yakni dengan mencari arus kas tahunan konstan yang
nilai sekarangnya sama dengan NPV proyek tersebut.
Caranya dengan membagi NPV proyek dengan PVaIF (Faktor Bunga dari Nilai
Sekarang Anuitas)
PVa IF = (1 – 1/(1+r)t) / r
PVaIF (10%,2) = 1,73553719
PVaIF (10%,4) = 3,169865
Dengan demikian nilai Anuitas Tahunan Ekuivalen (ATE, dalam jutaan rupiah) :
- Proyek S = 4.132 / 1,73553719 = 2.381
- Proyek L = 6.190 / 3,169865 = 1.953
Karena arus kas tahunan yang diterima Proyek S (2.381) > Proyek L (1.953)
maka Proyek S lebih layak dibanding proyek L.
BAB III KESIMPULAN

Metode NPV lebih dianjurkan untuk digunakan. Kriteria ini diakui lebih
unggul daripada IRR karena adanya tiga kelemahan yang melekat dalam IRR.
Pertama, NPV selalu memberikan satu angka sementara IRR bisa menghasilkan
banyak angka. Kedua, tingkat return reinvestasi yang digunakan dalam NPV
adalah tingkat diskontonya, sedangkan IRR mengasumsikan IRR itu sendiri.
Ketiga, Copeland et al dalam bukunya Financial Theory and Corporate Policy
(2005) menyatakan kalau kriteria IRR melanggar prinsip penambahan nilai (value
additivity).

Dalam usulan investasi yang menggunakan metode penilaian investasi NPV


dan IRR ada hal untuk menilai dua usulan investasi yang memiliki umur
ekonomis berbeda. Untuk memilih usulan investasi yang memiliki umur berbeda
dapat dilakukan dengan pendekatan yaitu, dengan pendekatan metode
Replacement Chain Approach (metode rantai) yang mengansumsikan bahwa
setiap proyek akan berulang beberapa kali jika dibutuhkan demi menyamakan
tentang jangka waktunya dan pendekatan Equivalent Annual Annuity Approach
(EAA method) atau metode biaya tahuan ekuivalen (BTE). Jika dilihat dari cara
perhitungannya, metode biaya ekuivalen tahunan lebih sederhana dan lebih
mudah dibanding metode rantai.
REFERENSI

Buku-Buku:
Agus Sartono, Manajemen Keuangan, Edisi 3, BPFE, Yogyakarta,1998
Dr. Suad Husnan, MBA, Dra. Enny Pudjiastuti, MBA, Akt., Seri Penuntun Belajar
Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi I, Cetakan I, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1994
Eugene F. Brigham., Joel F. Houston, Fundamentals of Financial Management,
Eighth Edition, Florida, 2001
Sunarto, SE, MM, Akuntansi Manajemen, Edisi II, Yogyakarta: AMUS, 2004
Website: www.sinarharapan.co.id/ekonomi/eureka/2003/021/eur1.html
www.danareksa.com/home/index_produk.cfm?act=investasiRepot

Anda mungkin juga menyukai