Review Artikel Teori Piaget

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

NAMA : SYAKILA

NIM : 190205070

METODOLOGI PENDIDIKAN

Review Artikel

Artikel 1

Judul Penelitian Kesesuaian teori perkembangan kognitif piaget


pada peserta didik kelas I dan II dalam
memahami hukum kekekalan
Nama Penulis Faridatul Wardi, Laila Hayati, Nani Kurniati,
Sripatmi
Latar Belakang Teori perkembangan kognitif Piaget sangat
banyak mempengaruhi bidang pendidikan,
terlebih pendidikan kognitif. Tahap-tahap
pemikiran Piaget sudah cukup lama
mempengaruhi bagaimana para pendidik
menyusun kurikulum, memilih metode
pengajaran dan juga memilih bahan bagi
pendidikan anak, terlebih pendidikan di sekolah.
Teori kontruktivisme Piaget sangat
mempengaruhi bagaimana sebaiknya seorang
guru membantu murid membangun suatu
pengetahuan. Teori kontruktivisme
mempertanyakan apa dan bagaimana peran guru
yang baik dan peran murid yang sesungguhnya
dalam menggeluti ilmu pengetahuan. Tidak
ketinggalan, metode penelitian Piaget banyak
mewarnai penelitian pemikiran anak (Aini &
Hidayati, 2017)..
Rumusan Masalah 1. kesesuaian antara teori perkembangan
kognitif yang dikemukakan oleh Jean
Piaget dengan perkembangan kognitif
peserta didik kelas I dan II dalam hal
memahami hukum kekekalan yang
difokuskan pada hukum kekekalan
bilangan, hukum kekekalan materi dan
hukum kekekalan panjang.
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian Deskriptif Kualitatif
2. Sampel dan Populasi Seluruh peserta didik kelas I dan II sebanyak 52
peserta didik. Sampel penelitian diambil secara
acak sebanyak 14 peserta didik.
3. Instrument instrument tes tentang hukum kekekalan
bilangan, kekekalan materi dan kekekalan
panjang yang dilengkapi dengan instrument non
tes yaitu wawancara yang dipadukan dengan
percobaan sederhana. Tes tersebut berupa
pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui
seberapa jauh pemahaman anak mengenai
konsep hukum kekekalan bilangan, kekekalan
materi dan kekekalan panjang.
4. Teknik Pengumpulan Data Tes tertulis dan wawancara
5. Teknik Analisis Mereduksi data, menyaji data dan menarik
kesimpulan
Hasil Penelitian 1. Dari 14 sampel yang diteliti, diketahui bahwa
ada 13 peserta didik sudah memahami konsep
kekekalan bilangan dan sesuai dengan
perkembangan kognitif Jean Piaget namun masih
ada 1 peserta didik yang belum mampu
memahami konsep kekekalan bilangan tersebut
walaupun usianya sudah memasuki tahap
berpikir konkret namun tahap kognitifnya belum
sesuai dengan teori perkembangan kognitif Jean
Piaget.
2. Dari 14 sampel yang telah diteliti diketahui
ada 9 peserta didik berusia 7-8 tahun yang sudah
memahami konsep kekekalan materi dan sesuai
dengan teori perkembangan kognitif Piaget
namun dari hasil penelitian diketahui masih ada
5 peserta didik berusia 7-8 tahun yang belum
memahami konsep hukum kekekalan materi
tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa
perkembangan kognitif mereka belum sesuai
dengan perkembangan kognitif Jean Piaget
dalam memahami hukum kekekalan.
3. Dari 14 sampel yang diteliti diketahui bahwa
ada 9 peserta didik usia 7-8 tahun sudah
memahami hukum kekekalan panjang dan ada 5
peserta didik yang belum memahami konsep
kekekalan panjang. Sehingga dapat dikatakan
perkembangan kognitif mereka belum sesuai
dengan perkembangan kognitif yang
dikemukakan oleh Jean Piaget.
Artikel 2

Judul Penelitian PERKEMBANGAN KOGNITIF: TEORI JEAN


PIAGET

Nama Penulis Fatimah Ibda


Latar Belakang Perkembangan pemikiran Piaget banyak
dipengaruhi oleh Samuel Cornut sebagai
bapak pelindungnya, seorang ahli dari Swiss.
Cornut mengamati bahwa Piaget selama
masa remaja sudah terlalu memusatkan
pikirannya pada biologi, menurutnya ini dapat
28 Fatimah Ibda | PERKEMBANGAN
KOGNITIF: TEORI JEAN PIAGET
membuat pikiran Piaget menjadi sempit. Oleh
karena itu Cornut ingin mempengaruhi
Piaget dengan memperkenalkan filsafat. Ini
semua membuat Piaget mulai tertarik
pada bidang epistimologi, suatu cabang filsafat
mempelajari soal pengetahuan, apa
itu pengetahuan dan bagaimana itu pengetahuan
diperoleh. Piaget berkonsentrasi
pada dua bidang itu: biologi dan filsafat
pengetahuan. Biologi lebih berkaitan dengan
kehidupan sedangkan filsafat lebih pada
pengetahuan. Biologi menggunakan metode
ilmiah, sedangkan filsafat menggunakan metode
spekulatif. Pada tahun 1916 Piaget
menyelesaikan pendidikan sarjana dalam bidang
biologi di universitas Neuchatel. Dua
tahun kemudian, pada umur 21 tahun Piaget
menyelesaikan disertasi tentang moluska
dan memperoleh doktor filsafat. (Paul Suparno,
2006:12).
Rumusan Masalah 1. Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian Deskriptif Kualitatif
2. Sampel dan Populasi ( Loward s. Friedman and Miriam.
W. Schustack. 2006: 59). B.R. Hergenhahn &
Matthew H. Olson, 2010: 325).
3. Instrument Analisis Jurnal dan referensi berkaoitan dengan
Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget.
4. Teknik Pengumpulan Data Dokumentasi
5. Teknik Analisis Mereduksi data, menyaji data dan menarik
kesimpulan
Hasil Penelitian Piaget mengajukan teori tentang perkembangan
kognitif anak yang melibatkan
proses-proses penting yaitu skema, asimilasi,
akomodasi, organisasi, dan ekuilibrasi.
Dalam teorinya, perkembangan kognitif terjadi
dalam urutan empat tahap yaitu:
a. Tahap sensorimotor: dari kelahiran sampai
umur 2 tahun (bayi membangun pemahaman
tentang dunia dengan mengoordinasikan
pengalaman indrawi dengan
gerakan dan mendapatkan pemahaman akan
objek permanen.
b. Tahap pra-operasional: umur 2-7 tahun (anak
memahami realitas di lingkungan
dengan menggunakan fungsi simbolis (simbol-
simbol) atau tanda-tanda dan
pemikiran intuitif. Keterbatasannya adalah
egosentrisme, animisme, dan centration.
Ciri-ciri berpikirnya tidak sistematis, tidak
konsisten, dan tidak logis
c. Tahap operasional konkrit: umur 7-11/12
tahun (anak sudah cukup matang untuk
menggunakan pemikiran logika atau operasi,
tetapi hanya untuk objek fisik yang ada
saat ini. Dalam tahap ini, anak telah hilang
kecenderungannya terhadap animisme
dan articialisme
d. Tahap operasional formal: umur 12 tahun ke
atas (anak sudah dapat menggunakan
operasi-operasi konkritnya untuk membentuk
operasi yang lebih kompleks, ciri
pokok perkembangannya adalah hipotesis,
abstrak, deduktif dan induktif serta logis
dan probabilitas.

Artikel 3

Judul Penelitian Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Dan


Problematikanya Pada Anak Usia Sekolah Dasar

Nama Penulis Leny Marinda


Latar Belakang Masih membahas tentang apa itu kognisi, dalam
literature lain didapatkan definisi kognisi secara
singkat dan padat yakni apa yang diketahui dan
apa yang dipikirkan oleh seseorang. Oleh
karena itu perkembangan kognisi seseorang
sangat dipengaruhi oleh interaksinya dengan
lingkungan. Karena jelas apa yang dipikirkan
seseorang (kognisi) akan berkaitan dengan apa
yang dirasakannya (emosi). Kognisi, dalam
gambaran kesadaran, intelegensia, pikiran,
imajinasi, daya cipta, perencanaan, penalaran,
pengumpulan, pemecahan masalah, pembuatan
konsep, pembuatan klasifikasi dan kaitankaitan,
pembuatan symbol-simbol dan mungkin fantasi
serta mimpi. Gambaran kognisi masa kini
mencakup batasan-batasan yang lebih luas. Ada
yang menambahkan koordinasi motorik
(terutama pada bayi), persepsi, bayangan (im
agery), ingatan, perhatian dan belajar. Ada pula
yang menambahkan kaitannya dengan
komponen yang lebih bersifat sosio-psikologis.
Rumusan Masalah 1. Bagaimana deskripsi Perkembangan
Kognitif Jean Piaget Dan
Problematikanya Pada Anak Usia
Sekolah Dasar?
2. Apakah kemampuan Kognitif Jean Piaget
Dan Problematikanya Pada Anak Usia
Sekolah Dasar?
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian Deskriptif Kualitatif
2. Sampel dan Populasi 50 Anak Usia Sekolah Dasar

3. Instrument Berupa angket gaya belajar visual, soal tes


kemampuan kemampuan Kognitif Jean Piaget.
4. Teknik Pengumpulan Data Angket dan Tes tertulis
5. Teknik Analisis Mereduksi data, menyaji data dan menarik
kesimpulan
Hasil Penelitian Kognitif merupakan salah satu aspek yang
dinilai dalam pembelajaran. Dua aspek lainnya
selaik kognitif, ialah afektif dan psikomotor.
Ketiga aspek ini saling berkaitan dalam
membangun pemahaman yang tuntas terhadap
suatu konsep. Kognitif secara garis besar
dimaknai sebagai apa yang diketahui dan apa
yang dipikikan. Dengan kata lain, kemampuan
kognitif ini berkaitan dengan proses dan cara
kerja simpulsimpul saraf dalam otak sebagai
organ yang berfungsi sebagai alat berfikir.
Merujuk kepada garis besar pengertian tentang
kognitif di atas, Jean Piaget, salah satu pakar
biologi dan psikologi merumuskan tahapan
perkembangan kognitif manusia disesuaikan
dengan tahap kematangan perkembangan otak.
Tahap pertama, disebut dengan tahap sensor-
motor (0-2 tahun) dimana manusia berinteraksi
dan mengenal lingkungan dengan menggunakan
panca inderanya . Tahap kedua adalah tahap pra
operasional (2-7 tahun). Pada tahap ini, anak
mulai mengenali lingkungannya tidak hanya
mengandalkan panca inderanya saja, tetapi juga
mulai menggunakan bahasa dan symbolsimbol
untuk melakukan kontak dengan lingkungan
sekitar. Tahap yang ketiga adalah tahap
operasional konkret. Pada tahap ini anak mulai
mampu mengurutkan, mengklasifikasi,
mempertimbangkan sesuatu sebagai solusi
pemecahan masalah, mengenal hubungan timbal
balik dan menterjemahkan konsep yang
diketahui ke dalam kehidupan nyata. Berangkat
dari realitas ini pula pengembangan kurikulum
2013 dengan pembelajaran tematik di tingkat
SD/MI, yang menggunakan pendekatan
pembelajaran saintifik.

Artikel 4

Judul Penelitian Penerapan Teori Piaget dan Vygotsky Ruang


Lingkup Bilangan dan Aljabar pada Siswa Mts
Plus Karangwangi
Nama Penulis Sumpena Rohaendi1, Nur Indah Laelasari
Latar Belakang Istilah kognitif dapat diartikan sebagai salah satu
domain atau wilayah/ranah psikologis manusia
yang meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, dan keyakinan. Ranah psikologis
ini menjadi penentu utama perilaku dan corak
kehidupan manusia. Sesuai dengan pendapat
Muhibbin (Juwantara, 2019) bahwa, ranah
kejiwaaan yang berpusat di otak ini juga
berhubungan dengan konasi (kehendak) dan
afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah
rasa.
Perkembangan kognitif sebagian besar
ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif
anak dengan lingkungan. Piaget yakin bahwa
pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi
lingkungan penting bagi terjadinya perubahan
perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi
sosial dengan teman sebaya, khususnya
berargumentasi dan berdiskusi membantu
memperjelas pemikiran yang pada akhirnya
memuat pemikiran itu menjadi logis. Piaget
memandang perkembangan kognitif sebagai
suatu proses di mana anak secara aktif
membangun sistem makna dan pemahaman
realitas melalui pengalaman-pengalaman dan
interaksi-interaksi (Nur (dalam Trianto, 2007)).
Kunci utama dari teori Piaget yang harus
diketahui oleh guru yaitu kognitif seorang siswa
bergantung kepada seberapa jauh siswa dapat
memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannya. Pendapat ini sejalan dengan
yang dikemukakan oleh Shadiq dan Mustajab
(2011), perkembangan kognitif seorang siswa
bergantung kepada seberapa jauh siswa itu dapat
memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannya, dalam arti bagaimana ia
mengaitkan antara pengetahuan yang telah
dimiliki dengan pengalaman barunya.
Rumusan Masalah 1. Bagaimana Penerapan Teori Piaget dan
Vygotsky Ruang Lingkup Bilangan dan
Aljabar pada Siswa Mts Plus Karangwangi?
2. Apa saja perbedaan Penerapan Teori Piaget
dan Vygotsky Ruang Lingkup Bilangan dan
Aljabar pada Siswa Mts Plus Karangwangi?
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian Deskriptif Kualitatif
2. Sampel dan Populasi siswa MTs Plus Karangwangi kelas VII. Pokok
bahasan dalam penelitian ini yaitu teori-teori
Piaget dan Vygotsky dalam ruang lingkup
Bilangan dan Aljabar.
3. Instrument Sumber data yang digunakan adalah berupa
buku, jurnal/artikel dan karya ilmiah lain yang
relevan dengan objek kajian yang diteliti
4. Teknik Pengumpulan Data Observasi, studi kepustakaan, dan triangulasi.
5. Teknik Analisis Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data,
penyajian data dan kesimpulan.
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
diperoleh berkaitan dengan Teori dari Piaget dan
Vygotsky yang berkenaan dengan pembelajaran
matematika terutama dalam ruang lingkup
materi bilangan dan aljabar di MTs Plus
Karangwangi adalah dengan membentuk
kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 2
– 4 orang tiap kelompok, sebelumnya diberi
pengarahan pengajaran dari guru yang mendasar
supaya anak berpikir dan memahami bilangan.
Siswa sering di beri latihan berupa tugas
pekerjaan rumah baik mandiri atau kelompok
supaya lebih mengerti atau paham dengan baik.
Dalam proses ini siswa akan belajar secara
mandiri, sehingga siswa mampu untuk
menguasai materi tanpa bimbingan seorang guru.
Hal ini juga berfungsi untuk lebih mengasah
interaksi sosial siswa, karena dalam hal ini siswa
akan terpancing untuk menanyakan kepada
orang lain tentang hal yang belum dipahaminya.
Hasil penelitian ini yang berkaitan dengan teori
Vygotsky yaitu pembelajaran dilakukan dengan
ZPD dimana anak belajar kelompok kerja kreatif
sehingga memudahkan untuk mengerti dengan
cepat, dengan interaksi sosial dengan teman
sebaya, anak mudah paham. Guru sebagai
scaffolding dan guru mengurangi bantuannya itu
sampai siswa bisa mandiri dan mengerti sendiri.
Pembelajaran dengan tutor sebaya, siswa bisa
tukar pikiran untuk memecahkan masalah yang
kompleks sehingga menghasilkan atau dapat
menarik kesimpulan dan menjadi pengetahuan.

Artikel 5
Judul Penelitian Perkembangan Kognitif Siswa Dalam Operasi
Logis Berdasarkan Teori Piaget Di Sekolah
Menengah Pertama
Nama Penulis Alvini Bakara
Latar Belakang Kemampuan yang dimiliki siswa hendaknya
dapat menyelesaikan masalah matematika yang
diperoleh. Kondaklar (dalam Rofki 2012)
menyatakan bahwa kemampuan adalah kapasitas
seorang individu untuk melakukan beragam
tugas dalam suatu pekerjaan. Berkaitan dengan
penyelesaian masalah matematika, kemampuan
yang dikaitkan adalah kemampuan matematika.
Lestari (2010: 38) menyatakan bahwa
kemampuan matematika adalah kemampuan
intelektual yang dimiliki anak dalam
pembelajaran matematika. Siswa dalam satu
kelas belum tentu dapat melakukan operasi pada
tingkat yang sama. Dalam hal ini, guru harus
memahami tingkat kemampuan siswa.
Kemampuan siswa dibagi menjadi tiga, yaitu
kemampuan atas, kemampuan menengah, dan
kemampuan bawah. Namun disadari atau tidak,
proses pendidikan di sekolah sekarang porsinya
lebih pada transfer of knowledge saja.
Keharusan yang tak dapat ditawar lagi bagi
setiap pendidik yang kompeten dan profesional
adalah melaksanakan profesinya sesuai dengan
keadaan psikologis peserta didik. Para ahli
psikologi dan pendidikan pada umumnya
berkeyakinan bahwa dua orang anak (yang
kembar sekalipun) tak pernah memiliki respon
yang sama persis terhadap situasi belajar
mengajar di sekolah (Syah, 2010:15). Anak-anak
itu, seperti juga anak-anak lainnya, relatif
berbeda dalam berkepribadian sebagaimana yang
tampak dalam penampilan dan cara berpikir atau
memecahkan masalah mereka masing-masing
(Syah, 2010:15). Para pendidik khususnya para
guru sekolah, sangat diharapkan memiliki
pengetahuan psikologi pendidikan yang
memadai agar dapat mendidik para siswa
melalui proses belajar mengajar yang berdaya
guna dan berhasil guna. Seperti yang didapat
dari hasil penelitian Surya (2001), psikologi
pendidikan memberi manfaat untuk membantu
para guru dan calon guru dalam
mengembangkan pemahaman yang lebih baik
mengenai pendidikan dan prosesnya. Pada
kenyataan yang terjadi dilapangan, hanya sedikit
siswa yang berhasil belajar matematika secara
bermakna. Diduga pengetahuan tentang
perkembangan kognitif tidak dipakai oleh guru
dalam mengajar dan kurangnya referensi guru
mengenai perkembangan kognitif peserta didik.
Atau bahkan tidak adanya waktu untuk
mempelajari perkembangan kognitif peserta
didik. Sehingga guru tidak mampu menyusun
strategi pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan siswa. Guru tidak hanya menguasai
perkembangan kognitif siswa tetapi harus
mewujudkan perkembangan kognitif yang baik
terhadap siswa. Untuk mewujudkan
perkembangan kognitif yang baik, guru
hendaknya melakukan pengkajian dan penelitian
terhadap teori perkembangan kognitif yang telah
ada. Berangkat dari hal tersebut, menjadi perlu
mengkaji kembali tentang teori kognitif yang
dikemukakan oleh para tokohnya khususnya
Jean Piaget konsepnya tentang Teori
Perkembangan Kognitif (Cognitive
Development).
Rumusan Masalah 1. Bagaimana tahap perkembangan kognitif
Piaget dalam operasi logis yang dikaji
menurut tingkat kemampuan matematika
siswa kelas IX di SMP Negeri 11
Pontianak tahun pejalaran 2015/2016.
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian Studi Kasus Kualitatif
2. Sampel dan Populasi Siswa SMP Negeri 11 Pontianak kelas IX A
yang terdiri dari 30 orang siswa
3. Instrument Ada tiga instrumen dalam penelitian ini, yaitu: 1)
persiapan, 2) pelaksanaan, dan
3) analisis data dan laporan.
4. Teknik Pengumpulan Data tes tertulis dan wawancara
5. Teknik Analisis Menyusun soal tes, memvalidasi tes,
menganalisis data hasil validasi, mengumpul
data, menganalisis data tes, dan kesimpulan.
Hasil Penelitian Berdasarkan masalah, hasil analisis data, dan
pembahasannya diperoleh sebagai berikut: 1)
Perkembangan kognitif matematika siswa
tingkat kemampuan atas telah berada pada tahap
formal akhir dengan pemahaman yang tinggi
untuk tiap tipe operasi logis, yaitu: klasifikasi,
seriasi, perkalian logis, kompensasi, proporsi,
probabilititas, dan korelasi; 2) Perkembangan
kognitif matematika siswa tingkat kemampuan
menengah telah berada pada tahap formal akhir
dengan pemahaman yang tinggi untuk tiap tipe
operasi logis, klasifikasi, seriasi, perkalian logis,
kompensasi, proporsi, korelasi dan pemahaman
yang cukup untuk tipe probabilitas; dan 3)
Perkembangan kognitif matematika siswa
tingkat kemampuan bawah telah berada pada
tahap formal formal awal dengan pemahaman
yang cukup untuk tipe operasi logis klasifikasi,
seriasi, perkalian logis, kompensasi dan
pemahaman yang kurang untuk tipe proporsi dan
korelasi.

Anda mungkin juga menyukai