Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PENYAKIT VIRAL DAN VIROLOGI VETERINER

Acara III: Kultur Sel

Disusun oleh :

Nama : Rafika Lintang P

NIM : 19/442230/KH/10154

Kelompok : 10

Asisten : Yusrun Milhan Royana

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami prinsip dan macam- macam jenis kultur sel.
2. Mengetahui tipe sel kultur dan macam-macam media untuk kultur sel.

II. HASIL PRAKTIKUM

No. Gambar Keterangan

1. Alat dan bahan:


a) Flask: Wadah untuk mengkultur sel
dan untuk melihat perkembangan
virus pada sel.
b) Pompa suntik/spuit:
Menghancurkan embrio.
c) Gelas beker: Menampung hancuran
embrio.
d) Bejana tripsinasi (Erlenmeyer):
Wadah ketika dilakukan tripsinasi.
e) PBS: Membilas embrio.
f) Gelas beker: Menampung hancuran
embrio
g) Tabung konikel: Wadah sampel
ketika disentrifugasi.
h) Cawan petri: Wadah untuk
mencuci embrio.
i) Telur ayam berembrio: Sampel
yang diuji.
j) Desinfektan: Sterilisasi telur ayam
berembrio.
k) Gunting dan pinset: Membuka
cangkang telur untuk mengeluarkan
dan memotong embrio.
l) Filter steril (disposable): Filtrasi
suspense sel yang telah diberi
DMEM.
m) Kasa steril 4-5 lapis: Filtrasi
suspense sel yang telah diberi
DMEM.
n) Pippettes (disposable): Mengambil
dan memindahkan reagen ataupun
cairan dan kultur.
o) Pipet aid: Mengambil dan
memindahkan reagen ataupun cairan
dan kultur.
p) Pipet transfer: Mengambil dan
memindahkan reagen ataupun cairan
dan kultur.
q) Sentrifugator: Memisahkan larutan
berdasarkan berat jenis.
r) Magnetic stirrer: Mengaduk sampel
ketika proses tripsinasi.
s) Counting
chamber/heemocytometer: Melihat
dan menghitung jumlah sel.
t) Inkubator CO2: Inkubasi suspensi
sel.
u) Luminar air flow: Tempat
melakukan kultur sel secara aseptis
dan memiliki aplikasi sinar UV.
v) Mikroskop inverted: Mengamati
pertumbuhan tipe sel.
w) FBS, antifungal, dan antibiotik
- Fetal bovine serum (FBS):
Mendukung pertumbuhansebagai
sumber nutrisi dan makanan sel.
- Antifungal (fungizone):
Mencegah kontaminasi jamur.
- Antibiotik (Penisilin dan
Streptomisin): Mencegah
kontaminasi bakteri.
x) DMEM (Dulbecco’s Modified
Eagle’s Medium): Sebagai media kultur
selyang mengandung nutrien tinggi yaitu
asam amino, vitamin, serta tambahan
asam amino non esensial dan glukosa.
y) Trypsin 0,25%: Mendispersi dan
memisahkan sel.
Langkah kerja

1. Siapkan alat dan bahan. Sterilisasikan


alat dan bahan pada luminar air flow
menggunakan sinar UV.

2. Masukkan PBS ke dalam cawan petri


steril.
3. Siapkan 2 TAB, kemudian bersihkan
kulit telur menggunakan desinfektan.

4. Buka kulit telur pada ujung yang tumpul


pada bagian air sac menggunakan
gunting dan pinset. Kemudian selaput
telur dan selaput korio allantois dirobek.

5. Angkat embrio dengan pinset dan


masukkan ke dalam cawan petri yang
berisi PBS.

6. Potong dan buang kepala embrio serta


ekstremitas embrio.
7. Lakukan langkah yang sama pada embrio
lainnya

8. Pisahkan viscera dan potong menjadi


bagian-bagian kecicl, cuci menggunakan
PBS.

9. Buka pompa suntik dan masukkan


potongan embrio ke dalam pompa suntik
10 cc.

10. Masukkan penghisap pompa suntik dan


tekanlah embrio keluar dari pompa
suntik. Tamping hancuran embrio yang
keluar dengan bejana tripsinasi.

11. Tuangkan larutan tripsin 0,25% dengan


temperatur 37oC ke dalam bejana
tripsinasi, 10 ml tripsin untuk satu
embrio.
12. Lakukan tripsinasi selama 2 menit di atas
magnetic strirrer. Buang supernatant
hasil tripsinasi, ulangi proses tripsinasi
sebanyak 3 kali.

13. Masukkan supernatant hasil tripsinasi ke


dalam tabung konikel.

14. Sentrifuse hasil tripsinasi dengan


kecepatan 1500 rpm selama 10 menit.

15. Buang supernatant dan ambil pelletnya.

16. Resuspensi pellet menggunakan DMEM


sebanyak 8 ml berisi FBS 10%.
17. Selanjutnya, filter suspense sel yang telah
diberi DMEM menggunakan kasa steril
sebanyak 4-5 lapis.

18. Ambil 0,5 ml suspensi sel Masukkan ke dalam tabung Tambahkan 0,1 ml typan blue
0,4% Campur dan diamkan selama 3 menit.
19. Penyiapan cell counting sehingga dapat
tahu seberapa banyak sel yang
dibutuhkan untuk ditambahkan di T25
flasks. Kemudian Hitung sel
menggunakan counting chamber /
haemocytometer dan diamati di bawah
mikroskop.

Rumus perhitungan sel (viabilitas sel) menggunakan counting chamber:

Jumlah sel per ml= N 4 ×10.000 × faktor pengenceran

Keterangan:

N : Jumlah terhitung dalam 1 kotak counting chamber

Minimum N : 400

Standar jumlah sel/ml : 2 x 10⁶ /ml

20. Buatlah suspense sel dalam media


penumbuh/media kultur (2x106 /ml) dan
masukkan 5 ml suspense sel ke dalam
flask steril.
21. Inkubasi pada inkubator CO2 selama 24
jam, setelah 24 jam ambil flask pada
inkubator CO2

22. Amati flask yang berisi sespensi sel.


Apabila konfluen (memenuhi dasar
flask), maka medium diganti dengan
medium pemeliharaan (serum 5%),
sedangkan apabila sel tidak konfluen
(tidak memenuhi dasar flask), maka
medium diganti dengan medium
penumbuh (serum 10%).
23. Amati pertumbuhan tipe sel dengan
meletakkan flask pada mikroskop
inverted.

III. PEMBAHASAN (praktikan menjawab pertanyaan dengan dibuat dalam bentuk


narasi ilmiah yang didukung dengan acuan dari pustaka yang terpercaya +
sertakan sitasi)
1. Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari kultur sel berdasarkan literatur!
Kelebihan
 Dapat dilakukan manipulasi fisiko-kimia (seperti suhu, pH, osmotik, kadar CO2
dan O2) serta memanipulasi lingkungan fisiologis seperti hormon dan
konsentrasi nutrient dimana sel berkembang biak.
 Homogenitas sel dan kontrol penuh pada myogenesis
 Lebih efektif
Kekurangan
 Muncul nekrosis di zona pusat eksplan yang disebabkan kekurangan CO2
 Kesalahan identifikasi sel line
 Adanya kontaminasi dari mikroorganisme lain
(Khumairoh, 2016)
2. Jelaskan ciri-ciri dari berbagai macam tipe sel kultur serta cantumkan gambarnya!
(berdasarkan literatur)
Berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 3 tipe :
1) Sel Epitel
Sel epitel adalah sel yang berbentuk polygonal dengan dimensi yang
lebih teratur serta tumbuh menempel pada substrat di patch diskrit.
(Khumairoh et Puspitasari, 2016)

Gambar 1. Sel Epitel.


(Khumairoh et Puspitasari, 2016)
2) Sel Fibroblast
Sel fibroblast memiliki bentuk bipolar atau multipolar dengan bentuk
memanjang dan melekat pada substrat.
(Khumairoh et Puspitasari, 2016)

Gambar 2. Sel Fibroblast.


(Khumairoh et Puspitasari, 2016)
3) Sel Limfoblast
Sel limfoblast adalah sel yang mempunyai bentukan bulat dan tumbuh tanpa
melekat dengan medium suspense.
(Khumairoh et Puspitasari, 2016)

Gambar 3. Sel Limfoblast.


(Khumairoh et Puspitasari, 2016)

3. Bandingkan langkah kerja kultur sel primer fibroblast embrio pada video praktikum
dengan literatur!
Pratikum diawali dengan diawali dengan menyiapkan alat dan bahan, kemudian
mensterilisasi alat dan bahan menggunakan luminar air flow dengan dilengkapi sinar
UV. Kemudian PBS dimasukkan kedalam cawan petri steril. Langkah selanjutnya, 2
TAB disiapkan dan kulit telur dibersihkan menggunakan desinfektan. Selanjutnya, kulit
telur pada ujung yang tumpul bagian air sac menggunakan gunting dan pinset kemudian
selaput telur dan selaput korioalantois dirobek. Setelah itu, embrio diangkat dengan
pinset dan dimasukkan kedalam cawan petri yang sudah berisi PBS. Setelah itu, kepala
dan ektremitas dari embrio dipotong serta lakukan hal yang sama pada embrio lainnya.
Setelah itu, viscera dipisahkan dan organ dipotong menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil lalu dicuci menggunakan PBS. Setelah itu pompa suntik 10 cc dibuka dan
potongan tadi dimasukkan kedalam pompa suntik. Penghisap pompa dimasukkan dan
pompa ditekan hingga embrio keluar dan hancurannya ditampung pada bejana
tripsinasi. Setelah itu larutan tripsin 0,25% dituang dalam bejana tripsinasi dengan
temperatur 37°C dengan volume 10 ml untuk satu embrio. Setelah itu, dilakukan
tripsinasi selama 2 menit diatas magnetic stirrer. Supernatant hasil tripsinasi dibuang
dan proses tripsinasi diulangi hingga 3 kali.
Supernatant hasil tripsinasi dimasukkan kedalam tabung konikel dan disentrifuse
dengan kecepatan 1500 rpm selama 10 menit. Setelah disentrifus, supernatant dibuang
dan pelletnya diambil. Dilakukan resuspensi pellet menggunakan DMEM sebanyak 8
ml yang berisi FBS 10%. Kemudian suspensi sel difilter menggunakan kasa steril
sebanyak 4-5 lapis. Suspensi sel diambil sebanyak 0,5 ml dan dimasukkan dalam
tabung dan ditambahkan dengan 0,1 ml Trypan blue 0,4% dicampur dan didiamkan
selama 3 menit.
Perhitungan sel dapat dilakukan menggunakan counting chamber/hemocytometer dan
diamati dibawah mikroskop. Sel yang teramati berwarna biru merupakan sel mati
sehingga tidak masuk dalam perhitungan. kemudian suspensi sel dibuat dalam media
penumbuh/media kultur (2 x 106/ml) dan 5 ml suspensi sel dimasukkan ke dalam flask
steril. Flask diinkubasikan pada inkubator CO2 selama 24 jam, setelah 24 jam, flask
diambil pada inkubator CO2. Flask yang berisi suspensi diamati. Apabila sel konfluen
(memenuhi dasar flask), medium diganti dengan medium pemeliharaan (serum 5%).
Apabila sel belum memenuhi dasar flask, medium diganti menggunakan medium
penumbuh (serum 10%). Kemudian pertumbuhan tipe sel diamati dengan meletakkan
flask pada mikroskop inverted.
Langkah kerja pada praktikum sudah sesuai dengan literatur menurut NDVSU
(2018) yang menyebutkan bahwa langkah pertama dalam kultur sel fibroblast pada
embrio ayam adalah memilih TAB hidup yang berusia 10 hari. Kemudian kerabang
telur didesinfeksi menggunakan povidone iodine. Setelah itu, kerabang telur pada
bagian ari sac dibuka menggunakan pinset serta selaput telur dan membrane
korioalantois dipisahkan. Setela itu embrio diambil menggunakan pinset dang
diletakkan pada cawan petri yang sudah berisi PBS dan kemudian embrio dicuci
menggunakan PBS sampai bersih. Setelah itu, kepala dan alat gerak dipisahkan
menggunakan gunting dan pinset serta organ dalam dipisahkan dengan cara merobek
dinding abdomen dengan menggunakan gunting. Setelah itu, embrio dipotong menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil dengan menggunakan gunting dan dicuci secara
perlahan menggunakan PBS. Setelah bersih, embrio dicuci menggunakan larutan
Trypsin yang sebelumnya sudah dihangatkan pada suhu 37 °C. Setelah itu, potongan
jaringan dipindahkan pada trypsinizing flask dan dihomogenkan menggunakan
magnetic stirrer selama 15 menit. Setelah 15 menit, campuran tersebut didiamkan sesaat
dan ditambahkan larutan Trypsin yang baru setela 30 menit. Proses tripsinasi diulangi
hingga 2-3 kali. Setelah itu, suspensi sel disentrifuse dengan kecepatan 1000 rpm
selama 10 menit serta dicuci kembali sebanyak 2 kali menggunakan PBS sebelum
dikultur pada medium. Setelah itu, sel disuspensi kan pada media penumbuh 100 ml.
Setelah itu sel dihitung dengan kepadatan sel sebesar 105 sel/ml. Setela itu, sel dikultur
pada medium penumbuh dan diinkubasi selama 3- 5 hari dengan suhu 37 °C..
4. Jelaskan fungsi media berikut ini : MEM (Minimum Essential Medium), EMEM
(Eagle’s Minimum Essential Medium), Tripsin EDTA, dan Fetal Bovine Serum!
(berdasarkan literatur)
MEM
MEM (Minimum Essensial Medium) merupakan media yang mengandung 13
asam amino, 8 vitamin, 6 spesies ionik dan serum hidrolisis untuk menyediakan
komponen penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan virus.
(Saskar, 2009)
EMEM
EMEM (Eagle’s Minimum Essential Medium) merupakan media pertumbuhan sel
yang telah disesuaikan dengan kondisi lingkungan sel di dalam tubuh sehingga sel
yang dikultur dapat hidup.
(Hadisaputri et Abdullah, 2018)
EMEM (Eagle’s Minimum Essential Medium) mengandung asam amino, garam
(kalsium klorida, kalium klorida, magnesium sulfat, natrium klorida, dan
monoatrium fosfat), glukosa, vitamin (asam folat, nikotinamida, riboflavin).
(Ma'at, 2011)
Tripsin EDTA
Tripsin EDTA untuk mengelupas sel adherens (sel yang menempel pada dasar
media.
(Hadisaputri et Abdullah, 2018)
Fetal Bovine Serum
Fetal Bovine Serum berfungsi sebagai makanan atau nutrisi sel.
(Hadisaputri et Abdullah, 2018)
5. Jelaskan aplikasi penggunaan kultur sel untuk model studi dan penelitian kanker!
(berdasarkan literatur)
Kultur sel dapat digunakan untuk studi fungsi sel, uji coba efek kimia yang terkandung
didalam sel tipe tertentu, rekayasa sel yang bermanfaat untuk menghasilkan jaringan
buatan serta sintesis biologi secara besar-besaran seperti terapi protein dan vaksin
(Davis, 2011). Selain itu, kultur sel dapat bermanfaat dalam teknik rekombinan protein
untuk mendeteksi antibody virus influenza, untuk isolasi Leishmania infantum dan
Leishmania major, serta dapat digunakan dalam diagnosis kanker pada kultur sel uveal
melanoma (Khumairoh et Puspitasari, 2016). Menurut Ma'at (2011) Aplikasi
penggunaan kultur sel antara lain:
- Virologi, untuk mendukung pertumbuhan virus yang akan diidentifikasi;
- Deteksi virus melalui efek sitopatik, gangguan metabolisme sel, pelepasan
partikel infektif, interferensi, dan hemaglutinasi; (3) Produksi vaksin dapat
diperoleh dari bahan virus dalam waktu singkat dan relative tanpa kontaminasi;
- Parasitologi dan toksikologi, untuk menanam parasit di kultur sel serta
pengujian terhadap toksin bakteri;
- Fisiologi, mengungkap berbagai mekanisme fisiologis dari berbagai organ
tubuh;
- Uji Sitotoksisitas, dilakukan secara in vitro umumnya pada cell line; dan
Riset kanker, mendeteksi sifat-sifat karsinogenik dari berbagai macam substansi.
6. Apa yang dimaksud dengan Cytopathic Effect? Sebutkan dan jelaskan contoh hasil
Cytopathic Effect pada sel akibat infeksi virus! (berdasarkan literatur)
Cytopathic Effect merupakan bentuk lesi pada kultur yang disebabkan oleh adanya
pertumbuhan virus yang kadang-kadang berbentuk spesifik untuk virus tertentu. CPE
dapat di klasifikasikan dalam: yang pertama adalah destruksi total sel, merupakan hasil
kerusakan total dari sel oleh virus dimana degenerasi sel yang cepat dan merusak
lapisan sel; kemudian degenerasi seluler sub total, pertumbuhan virus menyebabkan
kekuatan sel dimana terlihat nuklei atau inti menjadipiknotik dan terbentuk sel raksasa
diikuti terjadinya fusi dan pembentukan sitoktilia; degenerasi fokal, poki oleh infeksi
virus berkembang secara sentrifugal membentuk area yang luas atau plague
(contohnya: virus herpes B); kerusakan morfologi, terjadi pada infeksi adanya virus
dimana mula-mula sel membengkak kemudian membentuk granular yang
menggumpal; dan terakhir degenerasi “Foamy”, sejumlah virus besar, maka terjadi efek
lase-like. (Ma’at, 2011)

Gambar 4. Cytophatic effect pada Virus Influenza


(Leboffe et Pierce, 2011)

Beberapa klasifikasi Cytophatic effect adalah:


1) Destruksi Total Sel
Destruksi total sel adalah hasil kerusakan total dari sel oleh virus dimana terjadi
adanya degenerasi sel yang cepat dan merusak lapisan dari sel. Contohnya
adalah pada virus Coxsackie dan virus Picorna.
2) Degenerasi Seluler Subtotal
Degenerasi seluler subtotal adalah pertumbuhan virus yang menyebabkan
kematian dari sel dimana akan terlihat nuclei menjadi piknotik dan berbentuk
giant cell yang diikuti adanya fusi dan pembentukan sinksitia. Contohnya
adalah Arbovirus dan Myxovirus.
3) Degenerasi Total
Degenerasi total adalah foki oleh virus yang berkembang secara sentrifugal dan
membentuk area yang meluas atau membentuk plaque. Contohnya adalah virus
Herpes B.
4) Perubahan Morfologi
Biasanya terjadi pada infeksi Adenovirus yang awalnya sel membengkak
kemudia membentuk granular yang menggumpal dan akhirnya terjadi
degenerasi sel.
5) Degenerasi Foamy
Terjadi karena adanya sejumlah virus yang memproduksi vakuola
intrasitoplasmik yang besar dan menyebabkan terjadinya efek a lace like.
(Ma’at, 2011)
IV. KESIMPULAN (menjawab tujuan praktikum)

1. Prinsip kultur sel adalah kultur sel dibiakkan dalam media dengan kondisi seperti pada
in vivo. Sel dapat diperoleh dari jaringan secara langsung, enzimatik ataupun mekanik.
Macam-macam jenis kultur sel ada 2, yaitu kultur sel primer (primary cell culture) dan
kultur sel line (continuous cell line) .
2. Tipe sel kultur berdasarkan bentuknya adalah sel epitel, sel limfoblast dan sel fibroblast.
Media yang digunakan untuk kultur sel padak praktikum adalah MEM (Minimum
Essensial Medium), EMEM (Eagle’s Minimum Essensial Medim), GMEM (Glasgow
Minimum Essential Medium), dan DMEM (Dulbecco’s Modified Eagle’s Medium).
V. DAFTAR PUSTAKA (minimal 2 buku (minimal tahun 2000) dan 1 jurnal (minimal
tahun 2016)

Davis, J. 2011. Animal Cell Culture : Assential Methods. West Sussex: Wiley-Blackwell.
Hadisaputri, Y. E. et Abdullah, R. 2018. Sel Kultur Dasar Edisi Pemeliharaan Sel.
Yogyakarta : Dee Publishes.
Khumairoh, I. et Puspitasari, I. M. 2016. Kultur Sel. Farmaka Suplemen 14 (2) : 98 – 110.
Leboffe, M.J., Pierce, B. E. 2011. A Photographic Atlas for the Microbiology Laboratory
4th Edition. Englewood: Morton Publishing.
Ma’at, S. 2011. Teknik Dasar Kultur Sel. Surabaya : Airlangga University.
NDVSU. 2018. Laboratory Manual of Virology: Experiment No.4. Jabalpur: Nanjani
Desmukh Veterinary Science University.
Saskar, A. 2009. Stem Cell Culture. New Delhi : Discovery Publishing.
DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM VIROLOGI & IPV VETERINER 2021


ACARA III : KULTUR SEL

1. Sebutkan alat dan bahan beserta fungsinya berdasarkan video kultur sel primer fibroblast
embrio ayam! (masing-masing 5)

Alat :

- Luminar air flow : tempat untuk melakukan kultur sel secara aseptis dan
memiliki aplikasi sinar UV
- Counting chamber : untuk perhitungan sel
- Flask steril : tempat campuran reagen dan tempat kultur sel
- Gunting steril : membuka ujung telur
- Mikroskop : untuk pengamatan sel hidup/mati
Bahan:

- PBS : untuk membilas sel


- Media DMEM : sebagai kultur sel
- Fetal Bovine Serum : sumber nutrisi dan makanan sel
- trypan blue 0,4% : mewarnai sel
- tripsin 0,25% : Digunakan untuk mengelupas sel adrenal (sel yang menempel di
dasar wadah)

2. Berdasarkan video, jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan kultur sel, kultur
sel primer dan kultur sel line!

Kultur sel : teknik mengisolasi sel hidup dari makhluk hidup dalam lingkungan yang
mirip dengan kondisi fisiologis mereka (in vitro)
Kultur sel primer : kultur yang didapatkan secara langsung dari jaringan asli yang
dikultivasi secara in vitro pertama kali dan tidak dpat disubkultur
Kultur sel line : subkultur pertama dari kultur sel primer yang memiliki rentang hidup
sel dibatasi. Namun sel dengan pertumbuhan tinggi akan dominan.

3. Sebutkan minimal 5 perbedaan kultur sel primer dan kultur sel line!
Kultur sel primer Kultur sel line
- langsung dari jaringan /organ -melewati kultur sel primer

-masa hidup terbatas -masa hidupnya tidak terbatas

- Kultur sel primer tidak dilewati, sel - Sel-sel dilewatkan secara pasti atau tidak
dipertahankan dalam kondisi kultur. terbatas dalam membuat garis sel.

- Kultur sel primer adheren dan kultur sel - Garis sel hingga dan garis sel kontinu
primer suspensi adalah dua jenis kultur sel adalah dua jenis garis sel.
primer.

- Kultur sel primer memiliki umur yang


- Garis sel memiliki umur yang lebih
pendek.
panjang.

4. Apa yang dimaksud dengan konfluensi pada sel kultur?

konfluensi adalah istilah yang biasa digunakan sebagai ukuran jumlah sel dalam
cawan kultur sel atau labu, dan mengacu pada cakupan cawan atau labu oleh Sel.

5. Jelaskan prosedur perhitungan sel kultur beserta rumus dan interpretasi berdasarkan
viabilitas sel!
Jumlah sel/ml= N/4 x 10.000 x factor pengenceran
N= jumlah sel terhitung dalam 1 kotak counting chamber
Minimum N = 400
Jumlah sel/ml = 2 x 106 /ml
Interpretasi : sel yang mati berubah menjadi berwarna biru karena
menyerap Tryphan blue dan sel yang hidup tidak menyerap warna

Anda mungkin juga menyukai