Anda di halaman 1dari 2

AGYL PASCA ELDIRA

2108104105

REVIEW BUKU FILSAFAT


BAGIAN PENGANTAR

Judul Buku : Filsafat Ilmu


Penulis : Prof . Dr. Cecep Sumarna
Editor : Engkus Kuswandi

BAGAIMANA BUMI TERLIHAT JIKA TUHAN TIDAK PERNAH MENCIPTAKAN


MANUSIA
Buku Cosmos karya sagan, telah membuat penulis terinspirasi untuk mempertanyakan
banyak hal yakni pertanyaan substantive yang tidak lazim. Kerumitan mulai terasa ketika
mengombinasikan pemikiran sagan tadi dengan pendekatan yang historis filosofis seperti
yang ditulis Arnold Toynbee melalu karyanya yang berjudul A Study of History
Hal pertama yang muncul dari sejumlah pertanyaan yang mungkin muncul dimaksud
adalah bagaimana bumi terdeskripsi dan terpikirkan manusia?Apakah keindahan, kebesaran
dan kompleksitas bumi akan sama seperti saat dimana kita memersepsikan saat ini, jika Adam
tidak pernah nyata dan tidak “diturunkan” Tuhan ke muka bumi?
Pertanyaan tadi tentu bersifat hipotetis.Karena itu, jawaban pasti bersifat hipotetis juga.
Ketika fakta Adam “memakan buah khuldi” .
Jawaban hipotetis ini, setidaknya dapat dibenarkan ketika membaca narasi Nurcholis
Madjid (1992) yang menyebut bahwa buah khuldi itu sebagai ilmu pengetahuan. Artinya,
ketika Adam memakan buah khuldi manusia bukan saja menjadi manusia tetapi karena itulah
justru ilmu menjadi lahir.
Lepas dari jawaban hipotetis tadi, bahwa menjadi makhluk historis yang menentukan
nasib dan masa depan pada dirinya sendiri, dengan segenap potensi yang dititipkan kepada
dirinya tidak kepada makhluk lain.
Fakta bahwa manusia selalu hidup dalam dunia yang serba diametral. Sejarah manusia,
menurut Mary selalu bertumbuh dan berkembang dengan sempurna dari segenap urutan yang
sebelumnya jauh dari kata sempurna. Upaya manusia mengubah dirinya, terlihat dari
bagaimana misalnya budaya manusia yang sebelumnya neandhertal ke suatu produk budaya
baru yang disebut homo sapiens. Suatu budaya dimana alat tulis dan komunikasi mulai
dilakukan dan menjadi pintu penting lahirnya modernitas. Dalam budaya yang homo sapiens
itu, ilmu dan pengetahuan diletakan sebagai basis, media dan perjuangan hidup untuk
memenangkan segala pertempuran.
Pemikiran Mary Belknap disadarkan bahwa puncak dan kedudukan nya sebagai homo
sapiens sekalipun, manusia kembali harus mengubah ke suatu fase yang baru yang disebut
homo deva. Suatu dimana manusia yang terbiasa hidup dalam pertengkaran bahkan saling
membunuh hanya karena memperebutkan makanan, ke perdamaian dengan maksud bukan
saja menjaga bumi, tetapi menitipkan bumi ke generasi selanjutnya.
Mengapa selain sebagai perusak, ternyata manusia sanggup melakukan perbaikan atas
apa yang dirusaknya?
Adam satu-satunya ciptaan Tuhan yang menunjukan tingkat kesempurnaan “wujud-Nya”
yang akan memperkenalkan diri kepada seluruh kesemestaan yang di ciptakan. Keterangan ini
dapat dibaca dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah (2): 35-39.
Mengapa dalam setiap cerita manusia selalu terdapat dialektika unik yang hamper tidak
berkesudahan?
Di dalam tulisan Daisaku Ikeda (1986). Menyatakan bahwa dialektika menjadi cara yang
paling kuno dalam melahirkan ilmu. Mengasumsikan bahwa di masa lalu, bintang-bintang di
langit di anggap memiliki tempat yang tetap. Dengan cahaya nya yang terus memancar secara
abadi. Hanya ada kelompok manusia yang menganggap sebalik nya, dimana bintang
mempunyai nasib yang sama seperti manusia dan makhluk hidup yang lahir kemudian
bertumbuh dan mati. Kesimpulan jenis ini tidak mungkin ad ajika manusia tidak
mendialektikan nya.
Jika dunia dalam nalar astronom menunjukan watak nya yang dialektik, bahwa di
kalangan psikolog juga sama bahwa hidup manusia dialektik.

Anda mungkin juga menyukai