Makalah Fiqh Muamalah
Makalah Fiqh Muamalah
DOSEN PENGAMPUH :
NURFITRI MARTALIAH, S.E, M.E.K
DISUSUN OLEH :
SAFIRA PUTRI MAHARANI (20200313019)
Assalamu‟alaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas izin dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan tanpa
kurang suatu apapun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari
akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul ”Studi Kasus Akad Jual Beli Secara Online Dalam
Perspektif Islam” bertujuan untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah
Fiqh Muamalah serta bertujuan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan kepada
para pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Nurfitri
Martaliah, S.E, M.E.K selaku dosen pengampuh mata kuliah Fiqh Muamalah dan
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.
Wassalamu‟alaikum wr.wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
2.1 Jual Beli Dalam Islam ............................................................................................. 3
2.1.1 Definisi Jual Beli .............................................................................................. 3
2.1.2 Hukum Jual Beli ............................................................................................... 3
2.1.3 Rukun Jual Beli ................................................................................................ 4
2.1.4 Macam-Macam Jual Beli ................................................................................. 4
2.1.5 Bentuk-Bentuk Jual Beli Yang Dilarang Islam ................................................ 5
2.2 Jual Beli Online (E‐commerce) .............................................................................. 8
2.2.1 Pengertian Jual Beli Online .............................................................................. 8
2.2.2 Analisis E-commerce Dalam Perspektif Islam................................................. 8
2.2.3 Dasar Hukum Jual Beli Secara Online ............................................................. 9
2.2.4 Contoh Kasus Jual Beli Secara Online ........................................................... 11
2.2.5 Cara Menghindari Penipuan Jual Beli Secara Online .................................... 13
2.2.6 Cara Mengatasi Penipuan Jual Beli Secara Online ........................................ 15
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 17
3.2 Saran ..................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk Mengetahui Definisi, Hukum, Rukun, Macam-Macam Jual Beli Dalam Islam
dan Bentuk-Bentuk Jual Beli Yang Dilarang Islam.
2. Untuk Mengetahui Jual Beli Online (E‐Commerce).
3. Untuk Mengetahui Analisis E-Commerce Dalam Perspektif Hukum Islam.
4. Untuk Mengetahui Contoh Kasus Jual Beli Secara Online.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang
berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa‟ 29)
Artinya: “Dari Rifa‟ah bin Rafi‟ r.a. sesungguhnya Nabi s.a.w. pernah ditanya seorang
sahabat mengenai usaha atau pekerjaan, apakah yang paling baik?
1
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), cet-2, hlm.
67-68
2
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: Amzah, 2013), cet-2, hlm. 177-178.
3
Rasulullah s.a.w. menjawab: usaha seorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual
beli yang baik”. (HR. al-Bazzar dan alHakim).
3
Nasroen Harun, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), cet-2, hlm. 115
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 75-76
5
Ghufron A. Masadi, Fiqh Muamalah Kontekstual (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 141.
4
b) Ba‟i al-muthlaq, yaitu jual beli barang dengan barang lain secara tangguh atau
menjual barang dengan as-tsamn secara mutlaq, seperti dirham, dolar atau
rupiah.
c) Ba‟i as-sarf, yaitu menjualbelikan as-tsamn (alat pembayaran) dengan as-tsamn
lainnya, seperti dirham, dinar, dolar atau alat-alat pembayaran lainnya yang
berlaku secara umum.
d) Ba‟i as-salam. Dalam hal ini barang yang diakadkan bukan berfungsi sebagai
mabi‟ melainkan berupa dain (tangguhan) sedangkan uang yang dibayarkan
sebagai as-tsamn, bisa jadi berupa „ain bisa jadi berupa dain namun harus
diserahkan sebelum keduanya berpisah. Oleh karena itu as-tsaman dalam akad
salam berlaku sebagai „ain.
3. Ditinjau dari segi pelaku akad (subyek) jual beli terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: 6
a) Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan, yaitu akad yang dilakukan oleh
kebanyakan orang, bagi orang bisu diganti dengan isyarat yang merupakan
pembawaan alami dalam menampakkan kehendak, dan yang dipandang dalam
akad adalah maksud atau kehendak dan pengertian, bukan pembicaraan dan
pernyataan.
b) Penyampaian akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan atau surat-
menyurat, jual beli seperti ini sama dengan ijab qabul dengan ucapan, misalnya
via pos dan giro. Jual beli ini dilakukan antara penjual dan pembeli tidak
berhadapan dalam satu majlis akad, tapi melalui pos dan giro. Jual beli seperti
ini dibolehkan menurut syara‟.
c) Jual beli dengan perbuatan (saling memberikan) atau dikenal dengan istilah
mu‟athah, yaitu mengambil dan memberikan barang tanpa ijab dan qabul, seperti
seseorang mengambil barang yang sudah bertuliskan label harganya, dibandrol
oleh penjual dan kemudian memberikan uang pembayarannya kepada penjual.
6
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 77-78
5
dan rukunnya, tetapi ada beberapa faktor yang menghalangi kebolehan proses jual
beli.7
A. Jual beli terlarang karena tidak memenuhi syarat dan rukun. Bentuk jual beli yang
termasuk dalam kategori ini sebagai berikut:
1. Jual beli barang yang zatnya haram, najis, atau tidak boleh diperjualbelikan.
Barang yang najis atau haram dimakan haram juga untuk diperjualbelikan,
seperti babi, berhala, bangkai, dan khamr (minuman yang memabukkan).
2. Jual beli yang belum jelas
Sesuatu yang bersifat spekulasi atau samar-samar haram untuk
diperjualbelikan, karena dapat merugikan salah satu pihak, baik penjual,
maupun pembeli. Yang dimaksud dengan samar-samar adalah tidak jelas, baik
barangnya, harganya, kadarnya, masa pembayarannya, maupun ketidakjelasan
yang lainnya.
3. Jual beli bersyarat
Jual beli yang ijab dan kabulnya dikaitkan dengan syarat-syarat tertentu yang
tidak ada kaitannya dengan jual beli atau ada unsur-unsur yang merugikan
dilarang oleh agama.
4. Jual beli yang menimbulkan kemudharatan
Segala sesuatu yang dapat menimbulkan kemudharatan, kemaksiatan, bahkan
kemusyrikan dilarang untuk diperjualbelikan, seperti jual beli patung, salib,
dan buku-buku bacaan porno.
5. Jual beli yang dilarang karena dianiaya
6. Jual beli muhaqalah, yaitu menjual tanam-tanaman yang masih di sawahatau di
ladang. Hal ini dilarang agama karena jual beli ini masih samar-samar (tidak
jelas) dan mengandung tipuan.
7. Jual beli mukhadarah, yaitumenjual buah-buahan yang masih hijau (belum
pantas dipanen).
8. Jual beli munabazah, yaitu jual beli secara lempar melempar.
Setelah terjadi lempar melempar terjadilah jual beli. Hal ini dilarang agama
karena mengandung tipuan dan tidak ada ijab qabul.
7
Abdul rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 82.
6
9. Jual beli muzabanah, yaitu menjual buah yang basah dengan buah yang kering.
Seperti menjual padi kering dengan bayaran basah sedang ukurannya dengan
ditimbang sehingga akan merugikan pemilik padi kering.
10. Jual beli mulamasah, yaitu jual beli secara sentuh menyentuh.
Misalnya, seseorang menyentuh sehelai kain dengan tangannya di waktu
malam atau siang hari, maka orang yang menyentuh berarti telah membeli kain
ini. Hal ini dilarang agama karena mengandung tipuan dan kemungkinan akan
menimbulkan kerugian dari salah satu pihak.8
B. Jual beli terlarang karena ada faktor lain yang merugikan pihak-pihak terkait.
Bentuk jual beli yang termasuk dalam kategori ini sebagai berikut:
1. Jual beli dari orang yang masih dalam tawar menawar. Apabila ada dua orang
masih tawar menawar atas sesuatu barang, maka terlarang bagi orang lain
membeli barang itu sebelum penawar pertama diputuskan.
2. Jual beli dengan menghadang dagangan di luar kota/pasar. Maksudnya adalah
menguasai barang sebelum sampai ke pasar agar ia dapat membelinya dengan
harga murah, sehingga ia kemudian menjual di pasar dengan harga yang juga
lebih murah.
3. Membeli barang dengan memborong untuk ditimbun, kemudian akan dijual
ketika harga naik karena kelangkaan barang tersebut.9
4. Jual beli barang rampasan atau curian. Jika si pembeli telah tahu bahwa barang
itu barang curian/rampasan, maka keduanya telah bekerja sama dalam
perbuatan dosa. Oleh karena itu, jual beli semacam ini dilarang. 10
8
Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 87.
9
Qomarul Huda, Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 85-86
10
Qomarul Huda, Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 87.
7
2.2 Jual Beli Online (E‐commerce)
2.2.1 Pengertian Jual Beli Online
E‐commerce merupakan prosedur berdagang atau mekanisme jual‐beli di internet
dimana pembeli dan penjual dipertemukan di dunia maya. E‐commerce juga dapat
didefinisikan sebagai suatu cara berbelanja atau berdagang secara online atau direct
selling yang memanfaatkan fasilitas Internet dimana terdapat website yang dapat
menyediakan layanan “get and deliver“. E‐commerce akan merubah semua kegiatan
marketing dan juga sekaligus memangkas biaya‐biaya operasional untuk kegiatan
trading (perdagangan).
Perdagangan dan pemasaran dengan menggunakan internet, memindahkan akivitas
tradisional tatap muka antar pembeli dan penjual untuk tawar menawar, memeriksa
barang yang akan dibeli sampai penggunaan uang kontan dalam transaksi. Penggunaan
fasilitas internet memungkinkan aktivitas bisnis di lakukan kapan pun dan dimana pun
tanpa harus mempertemukan pihak yang bertransaksi secara fisik. Aktivitas dengan
menggunakan media internet dinamakan electronic commerce (E-commerce), atau
perniagaan elektronik. Jasa internet bersifat tidak nyata, karena transaksi dan
pengalaman jasa disampaikan dengan jaringan elektronik yang tidak dapat dilihat,
sehingga sulit untuk di ukur dan dipertimbangkan secara penuh. Perbedaan ini timbul
karena adanya perbedaan kebutuhan, harapan, kemampuan pelayanaan diri, kesadaran
untuk berinteraksi, dan kontribusi persepsi konsumen terhadap adanya
ketidakseragaman dalam pelayaan elektronik.11
11
Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syariah (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 199-128.
8
1) Terjadinya transaksi antara dua belah pihak;
2) Adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi;
3) Internet merupakan media utama dalam proses atau mekanisme akad tersebut.
Dari karakteristik di atas, bisa dilihat bahwa yang membedakan bisnis online
dengan bisnis offline yaitu proses transaksi (akad) dan media utama dalam proses
tersebut. Akad merupakan unsur penting dalam suatu bisnis. Hukum dasar bisnis
online sama seperti akad jual-beli dan akad as Salam, hal ini diperbolehkan dalam
Islam. Bisnis Online dinyatakan haram apabila:
1) Sistemnya haram, seperti money gambling. Sebab judi itu haram baik di darat
maupun di udara (online)
2) Barang/jasa yang menjadi objek transaksi adalah barang yang diharamkan.
3) Karena melanggar perjanjian atau mengandung unsur penipuan.
4) Dan hal lainnya yang tidak membawa kemanfaatan tapi justru mengakibatkan
kemudharatan.
Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
9
normal positif boleh dan halal. Oleh karena itu jika ada masalah terkait yang
menunjukkan ketaksesuaian barang antara yang ditawarkan dan dibayar dengan
yang diterima, maka berlaku hukum transaksi pada umumnya, bagaimana
kesepakatan yang telah dijalin. Inilah salah satu faktor yang dapat menjadi
penyebab batalnya transaksi jual beli dan dapat menjadi salah satu penyebab
haramnya jual beli, baik online atau bukan karena adanya manipulasi atau
penipuan.
2) Hasil Keputusan Muktamar NU ke-XXXII di Asrama Haji Sudiang Makassar
Tanggal 7-11 Rabi‟ul Akhir 1431 H/22 – 27 Maret 2010 M. Hasil sidang tersebut
membolehkan jual beli melalui media online. Adapun dasar yang digunakan adalah
pendapat Muhammad Ibn Syihabuddin al-Ramli, “Dan menurut qaul al-Azhar,
sungguh tidak sah selain dalam masalah fuqa‟ sari anggur yang dijual dalam
kemasan rapat/tidak terlihat (jual beli barang ghaib), yakni barang yang tidak
terlihat oleh dua orang yang bertransaksi, atau salah satunya. Baik barang tersebut
berstatus sebagai alat pembayar maupun sebagai barang yang dibayari. Meskipun
barang tersebut ada dalam majlis akad dan telah disebutkan kriterianya secara detail
atau sudah terkenal secara luas (mutawatir), seperti keterangan yang akan datang.
Atau terlihat di bawah cahaya, jika cahaya tersebut menutupi warna aslinya, seperti
kertas putih. Demikian menurut kajian yang kuat.” Bahkan Sulaiman bin
Muhammad al-Bujairami dalam Hasyiyah al-Bujairami „ala al-Khatib menjelaskan
adanya tuntutan menyaksikan mabi‟ secara langsung tanpa adanya penghalang
walaupun berupa kaca. Muhammad Syaubari al-Khudri berkata: “Termasuk
padanan kasus tercegah melihat mabi‟ (barang yang dijual) adalah melihat mabi‟
dari balik kaca. Cara demikian tidak mencukupi syarat jual beli. Sebab, standarnya
adalah menghindari bahaya ketidakjelasan mabi‟, yang tidak bisa dipenuhi dengan
cara tersebut. Sebab, secara umum barang yang terlihat dari balik kaca terlihat beda
dari aslinya. Demikian keterangan dari syarah al-Ramli.”12
12
http://taqiyyuddinalawiy.com/hukum-jual-beli-melalui-internet.html diakses pada tanggal
02 November 2016, pukul 10.10 WIB
10
2.2.4 Contoh Kasus Jual Beli Secara Online
Kasus Penipuan Toko Online, Bela Hasilkan Ratusan Juta Hasil Penipuan
Bermodus Jual Beli Online
Rabu, 12 September 2018 17:09
Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan,
pengungkapan kasus berawal dari laporan seorang korban berinisial TAC yang
memesan tas bermerek Chanel melalui akun Instagram 'bebebags21199' seharga Rp
37,5 juta.
Setelah terjadi kesepakatan, korban kemudian mentransfer uang Rp 37,5 juta kepada
pelaku. Bela mengatakan, akan mengirimkan barang sesuai dengan pesanan maksimal
dua hari setelah uang ditransfer.
11
"Setelah ditunggu beberapa hari, korban menanyakan kepada pelaku terkait status
pemesanan barangnya. Pelaku menjanjikan nanti akan dikirim. Selalu seperti itu ketika
ditanya. Setelah beberapa bulan, korban melaporkannya ke kepolisian," kata Argo.
Bela diamankan pada 24 Juli 2018, tanpa perlawanan. Polisi menyita barang bukti
berupa tiga buku tabungan bank berbeda, satu rekening koran, dua unit ponsel beserta
bukti percakapan antara pelaku dan korban melalui WhatsApp.
Saat dilakukan interogasi, ia mengaku sudah melakukan penipuan selama dua tahun.
Terdapat lima korban yang telah tertipu olehnya dengan total kerugian ditaksir
berjumlah Rp 600 juta. Uang sebanyak itu dihabiskannya untuk berfoya-foya.
"Ini modus yang sangat merugikan. Kepada masyarakat, kalaua ada penawaran online
terkait barang, harus hati-hati dan dicek betul apa benar penjualnya terverifikasi. Kan
ada yang sudah terkenal, itu bisa dimanfaatkan. Boleh tanyakan ke kami untuk
mengonfirmasi kebenaran akun penjualannya," kata Argo.
Bela menutupi wajahnya dengan kain bewarna biru saat dilakukan rilis pengungkapan
kasus. Matanya terlihat berkaca-kaca saat difoto oleh para awak media. Ia tertunduk
malu agar wajah tak terlihat. Ia dijerat Pasal 378 KUHP tentang Penipuan dengan
ancaman hukuman penjara paling lama 4 tahun.13 (https://wartakota.tribunnews.com/ )
13
https://wartakota.tribunnews.com/2018/09/12/kasus-penipuan-toko-online-bela-hasilkan-ratusan-juta-
hasil-penipuan-bermodus-jual-beli-online
12
2.2.5 Cara Menghindari Penipuan Jual Beli Secara Online
Adapun hal yang harus dilakukan dalam menghindari penipuan jual beli secara
online, yaitu :
1. Jangan Tergiur Dengan Barang Yang Murah
Salah satu strategi penipu untuk memancing korbannya adalah dengan memasang
harga barang yang sangat murah daripada harga yang ada di pasaran. Apabila Anda
akan berbelanja online dan menemukan suatu toko online yang memasang harga
murah, maka Anda wajib untuk tidak mudah tergiur dengan apa yang
dipromosikan. Akan lebih baik lagi jika Anda memilih toko online yang memang
sudah terpercaya sehingga transaksi yang Anda lakukan benar-benar tidak berisiko.
2. Simpan Dengan Baik Segala Bukti dan Transaksi
Jangan pernah membuang segala bukti yang berkaitan dengan transaksi seperti
bukti percakapan melalui SMS atau juga bukti transfer Anda. Agar lebih aman
sebaiknya Anda menyimpan segala bukti tersebut hingga barang yang Anda pesan
sudah berada di tangan Anda. Hal ini bertujuan untuk berjaga-jaga apabila
seandainya Anda menjadi korban penipuan.
3. Jangan Berpatokan Pada Testimoni
Dahulu, melihat testimoni milik sebuah toko online bisa menjadi acuan Anda ketika
akan memilih toko online. Namun sepertinya hal ini tidak berlaku lagi saat ini.
Oknum-oknum penipuan sekarang semakin pintar dalam mengelabui para
korbannya. Hal ini terbukti dengan banyaknya korban penipuan karena mereka
terlena dengan testimoni palsu si penipu.
4. Minta Foto Barang Asli
Salah satu trik si penipu adalah dengan mengirim barang yang tidak sesuai dengan
aslinya, bahkan dalam beberapa kasus si penipu tersebut tidak mengirimkan barang
yang dipesan dan hanya mengirimkan kardus kosong kepada si pembeli. Oleh
karena itu, pastikan Anda selalu meminta foto barang asli yang akan Anda beli
terlebih dahulu.
5. Selalu Utamakan COD (Cash on Delivery)
Ketika Anda akan membeli sebuah barang, usahakan selalu Anda mencari toko atau
penjual online yang dekat dengan lokasi Anda. Mengapa Demikian? Supaya Anda
bisa melakukan transaksi secara COD (Cash on Delivery) atau transaksi langsung
13
dengan bertemu si penjual, dengan demikian Anda bisa mengecek langsung barang
yang Anda beli sekaligus meminimalkan tindak penipuan.
6. Menggunakan Jasa Pihak Ketiga
Jika memang melakukan COD tidak memungkinkan bagi Anda, maka sebaiknya
Anda menggunakan jasa pihak ketiga untuk memfasilitasi transaksi Anda dengan
penjual. Pihak ketiga yang dimaksud disini adalah jasa Rekening Bersama atau
yang biasa kita sebut dengan Rekber. Jasa rekber nantinya akan berfungsi untuk
menjaga transaksi kita tetap aman, namun tentu saja dalam menggunakan jasa ini
Anda perlu mengeluarkan sedikit biaya.
7. Meminta Nomor Resi Pengiriman
Ketika Anda meminta nomor resi pengiriman namun sang penjual tidak mau
memberikan nomor resi tersebut, maka Anda wajib mencurigai penjual tersebut
sebagai penipu karena perilaku tersebut juga merupakan ciri-ciri seorang penipu.
8. Minta Rekomendasi Rekan Anda
Meminta rekomendasi rekan atau kerabat Anda yang sudah berpengalaman dalam
berbelanja online juga bisa Anda lakukan. Dengan begitu rekan atau kerabat Anda
tersebut akan memberitahukan kepada Anda mana toko online yang terpercaya
berdasarkan pengalaman rekan atau kerabat Anda ketika berbelanja online
sebelumnya.
9. Menghindari Penipuan Kartu Kredit
Berhati-hati Terhadap Setiap Email yang Masuk
Apabila ada sebuah email di inbox Anda dan meminta data-data rekening atau
kartu kredit, maka sebaiknya Anda mengabaikannya karena kemungkinan besar
hal tersebut adalah ulah si penipu.
Berhati-hati Ketika Melakukan Sebuah Pendaftaran ke Suatu Website
Apabila ketika melakukan proses pendaftaran di suatu website meminta Anda
untuk memasukkan data sensitif terkait rekening atau kartu kredit Anda maka
segera batalkan pendaftaran tersebut. Hal ini dikarenakan ketika Anda
memasukkan data-data sensitif tersebut, maka kemungkinan besar akan ada pihak-
pihak yang bisa mengakses rekening atau kartu kredit Anda dan bisa jadi saldo
Anda akan habis terkuras tanpa sisa.14
14
https://www.cermati.com/artikel/9-cara-menghindari-penipuan-toko-online
14
2.2.6 Cara Mengatasi Penipuan Jual Beli Secara Online
Sebagai orang yang banyak berkutat dengan dunia digital tentu kita tidak boleh
sembrono dalam melakukan banyak hal. Lebih baik selalu waspada agar risiko terkena
penipuan online bisa dicegah. Berikut beberapa tips untuk mengatasi penipuan online,
yaitu :
1. Lapor Melalui Situs
Cara mengatasi penipuan online yakni dengan melapor ke situs khusus penipuan.
Begitu sadar jadi korban penipuan saat bertransaksi jual beli online, kamu bisa
langsung melapor kejahatan tersebut. Situs-situs tersebut yakni Kredibel.co.id,
Lapor.go.id, CekRekening.id akan membantu melacak nomor rekening pelaku.
Kamu bisa lapor penipuan online untuk mencegah penipuan dilakukan kembali oleh
si pelaku.
2. Lapor Langsung Ke Kantor Polisi
Setelah melapor pada situs resmi khusus penipuan online, cara mengatasi penipuan
online lainnya yang bisa kamu lakukan yakni dengan datang dan melapor ke kantor
polisi. Apapun tindakan kejahatan yang menimpa, jangan takut untuk lapor polisi.
Kamu bisa ceritakan peristiwa penipuan online yang terjadi. Nanti polisi akan
mencatat informasi dan data yang kamu berikan.
3. Lapor Ke Bank
Cara jitu lain kalau kena tipu belanja online adalah dengan langsung menghubungi
bank terdekat. Tujuannya agar rekening si pelaku bisa diblokir secepatnya.
Pengaduan langsung ke bank bisa memungkinkan uang yang kamu kasih ke si
penipu bisa kembali. Tentunya harus melihat dulu bank apa yang digunakan pelaku
saat transaksi. Karena setiap bank punya prosedur masing-masing dalam mengatasi
pengaduan tipu belanja online. Langkah paling memungkinkan adalah kamu segera
menghubungi call center bank yang digunakan pelaku. Setelah yakin tertipu, kamu
bisa ceritakan peristiwanya. Nanti customer service bank akan memberi syarat dan
ketentuan untuk memblokir rekening si pelaku.
4. Melapor Pada Direktorat Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika
(Ditjen PPI)
Direktorat Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika, Kementerian Kominfo
membuka akses untuk masyarakat yang mengalami penipuan online. Kamu bisa
15
memanfaatkan media sosialmu untuk melakukan pengaduan melalui Badan
Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) serta Badan Reserse Kriminal
Kepolisian RI (Bareskrim Polri). Kamu bisa men-tweet dan mention akun
@aduanbrti dan memberikan bukti lengkap penipuan yang kamu alami.
5. Membuat Thread atau Posting-an Instagram Stories
Kamu pun bisa meminta bantua teman di dunia maya dengan membuat thread atau
cerita di Instagram Story soal penipuan yang kamu alami. Kamu bisa mengunggah
gambar serta bukti-bukti pendukung. Mintalah pada followers-mu menyebarkan
posting-an tersebut. Dengan melakukan hal ini tentu sangat membantu agar pelaku
cepat tertangkap.15
15
https://lifepal.co.id/media/cegah-lapor-penipuan-online-3-cara-ini/
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa jual beli itu diperbolehkan
dalam hukum Islam, namun bisa berubah menjadi wajib jika memang sangat terpaksa
untuk melakukan jual beli tersebut. Hal tersebut dikarenakan jual beli sangat bermanfaat
bagi kehidupan manusia sehari-hari. Jual beli telah ada dari dulu hingga sekarang.
Namun disamping itu banyak pula jual beli yang dilarang dalam hukum Islam karena
tidak sesuai dengan rukun-rukun yang terdapat dalam jual beli maupun dalam syariat
Islam.
Disamping itu, banyak juga jual beli yang di haramkan oleh hukum Islam karena
banyak mengandung kemudharatan yaitu seperti jual beli atas barang yang tidak ada,
jual beli karena zatnya yang haram atau najis, jual beli yang bersyarat dan sebagainya.
Jual beli tersebut dilarang maupun di haramkan karena tidak mengandung manfaat serta
tidak sesuai dengan syariat Islam maupun rukun-rukun jual beli. Dalam rukun jual beli
ada orang yang berakad atau al-muta‟aqidain (penjual dan pembeli), ada shigat (lafal
ijab dan kabul), ada barang yang dibeli dan ada nilai tukar pengganti barang, jika tidak
dipenuhi maka jual beli tersebut tidak sah.
Bisnis Online hukumnya dibolehkan selama tidak mengandung unsur-unsur yang
dapat merusaknya seperti riba, kezhaliman, penipuan, kecurangan, dan sejenisnya.
3.2 Saran
Demikian Makalah yang dapat kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Makalah kami ini tidak luput dari kesalahan maka dari itu dengan senang hati kami
menerima segala kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ghazaly, Abdul Rahman. 2012. Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
https://lifepal.co.id/media/cegah-lapor-penipuan-online-3-cara-ini/
https://wartakota.tribunnews.com/2018/09/12/kasus-penipuan-toko-online-bela-
hasilkan-ratusan-juta-hasil-penipuan-bermodus-jual-beli-online
https://www.cermati.com/artikel/9-cara-menghindari-penipuan-toko-online
18