Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT KLETUK KHAS WONOSOBO


DENGAN PENGGERAK MOTOR BAKAR BENSIN 5,5 HP

Disusun Oleh :

1. BERGAS AJI SANTOSA 3.21.16.3.06 / ME-3E


2. LAMBARA TITO 3.21.16.3.13 / ME-3B
3. REYNALDI HERVANDA 3.21.16.3.20 / ME-3D
4. TRI AGUS SANTOSO 3.21.16.3.23 / ME-3D

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akhir


Program Pendidikan Ahli Madya Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Semarang

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT


KLETUK KHAS WONOSOBO DENGAN
PENGGERAK MOTOR BAKAR BENSIN 5,5 HP
Jurusan/Prodi : Teknik Mesin / D-III Teknik Mesin

Semarang, Desember 2018

Mahasiswa I Mahasiswa II

Bergas Aji Santosa Lambara Tito


NIM. 3.21.16.3.06 NIM. 3.21.16.3.13

Mahasiswa III Mahasiswa IV

Reynaldi Hervanda Tri Agus Santoso


NIM. 3.21.16.3.20 NIM. 3.21.16.3.23

Mengetahui Menyetujui

Kaprodi DIII Teknik Mesin Dosen pembimbing 1

Ir. Riles Melvy Wattimena, M.T Bambang Sumiyarso, S.T., M.T.


NIP. 196709031994031001 NIP. 196210011987031002
PROPOSAL TUGAS AKHIR

JUDUL

“Rancang Bangun Mesin Pembuat Kletuk Khas Wonosobo Dengan


Penggerak Motor Bakar Bensin 5,5 HP”

A. LATAR BELAKANG

Agroindustri yang terjadi di sebagian besar penduduk Indonesia adalah


industri skala kecil menengah. Industri kecil menengah umumnya mempunyai
banyak kendala dalam pertumbuhan dan perkembangannya, mulai dari masalah
permodalan, peralatan proses produksi, manajemen, pasar dan sebagainya.
Meskipun terdapat berbagai kendala pada industri kecil namun perkembangan
industri kecil menggunakan sumber daya lokal akan membantu penciptaan
kesempatan kerja (job creation), khususnya bagi angkatan kerja yang
berpendidikan rendah dan kurang mempunyai keahlian dan keterampilan (Meliani,
2007).

Dalam berbagai industri kecil atau skala rumah tangga di Indonesia terdapat
berbagai macam jenis mulai dari pangan hingga non pangan. Keduanya cenderung
memanfaatkan potensi lokal untuk memperoleh suatu produk misalnya singkong.

Singkong merupakan salah satu bahan pangan pokok di Indonesia. Dimana


bahan pokok tersebut mudah rusak dan busuk dalam jangka waktu kira-kira dua sampai
lima hari setelah panen, bila tidak mendapatkan perlakuan pasca panen dengan baik.
Beberapa perlakuan pasca panen antara lain dikeringkan (dibuat gaplek), dibuat tepung
tapioka maupun dibuat produk yang bernilai tinggi. Misalnya kerupuk dari tepung
tapioka, kletuk dari sari pati singkong basah, dll.

Industri rumah tangga berbahan baku singkong sudah sangat banyak di


Indonesia. Salah satu industri pangan yang berbahan baku singkong adalah
“klethuk”. Daerah sentra produksi kletuk adalah Kabupaten Wonosobo. Kabupaten
ini selain dikenal dengan caricanya juga dikenal dengan camilan khasnya yaitu
kletuk. Kletuk merupakan camilan yang berbahan baku sari pati singkong basah
berbentuk silinder dan memiliki rasa yang gurih selain itu juga memiliki tekstur
yang renyah setelah dilakukan proses penggorengan.
Dari hasil survey pada industri rumah tangga yang beralamat di Desa
Mekarsari, Kecamatan Kalibeber, Kabupaten Wonosobo. Pembuatan kletuk secara
manual dinilai kurang efektif dan efisien karena memerlukan tenaga dan waktu
yang lebih lama dan juga bentuk kletuk yang dihasilkan tidak seragam. Ditambah
lagi ketika mendapatkan pesanan massal,tentu proses produksi tidak maksimal dan
efisien. Hal ini dikarenakan penggunaan alat yang masih sangat sederhana tadi
memakan waktu yang relatif lama.

Dari latar belakang tersebut muncul kebutuhan terhadap mesin tepat guna
yang bisa meningkatkan jumlah produksi dan efisiensi waktu produksi dengan
menggunakan “Mesin Pembuat Kletuk Khas Wonosobo Dengan Penggerak Motor
Bakar Bensin 5,5 HP ” agar proses produksi kletuk dapat dilakukan lebih efektif.

B. PERUMUSAN MASALAH

Setelah melihat latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan


sebagai berikut:

1. Sebagian usaha kecil menengah dan rumah tangga di Wonosobo, khususnya


produsen klethuk masih menggunakan peralatan sederhana dan belum
menggunakan mesin.
2. Bagaimana cara mengefektifkan peralatan pembuat klethuk di Indonesia,
khususnya bagi produsen Industri Rumah Tangga (IRT) kletuk.

C. TUJUAN

Tujuan dari pembuatan Tugas Akhir ini dapat dibagi menjadi dua yaitu
tujuan akademis dan tujuan teknis.

A. Tujuan Akademis

Tujuan akademis dari pembuatan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Melengkapi syarat membuat Tugas Akhir pada Program Studi Teknik
Mesin Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang.
2. Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh
selama studi pada Program Studi Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Semarang.
B. Tujuan Teknis

Tujuan teknis dari pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Merancang dan membuat alat bantu mesin pembuat kletuk


2. Mempermudah pengusaha kecil kletuk di Wonosobo.

D. TINJAUAN PUSTAKA

a. Singkong

Singkong berasal dari benua Amerika, tepatnya Brasil dan Paraguay.


Penyebarannya hampir ke seluruh negara termasuk Indonesia. Singkong ditanam di
wilayah Indonesia sekitar tahun 1810 yang diperkenalkan oleh orang Portugis dari
Brazil. Singkong merupakan tanaman yang penting bagi negara beriklim tropis
seperti Nigeria, Brazil, Thailand, dan juga Indonesia. Keempat Negara tersebut
merupakan negara penghasil singkong terbesar di dunia (Soelistijono, 2006).
Singkong tergolong tanaman yang tidak asing lagi bagi sebagian besar
masyarakat. Tumbuhan ini berdasarkan klasifikasi ilmiahnya tergolong dalam
keluarga besar Euphorbiaceae dengan nama latin Manihot esculenta. Singkong
merupakan jenis tanaman perdu yang dapat hidup sepanjang tahun. Singkong
mudah ditanam dan dibudidayakan, dapat ditanam di lahan yang kurang subur,
resiko gagal panen 5% dan tidak memiliki banyak hama.
Tanaman ini mempunyai umur rata rata 7 hingga 12 bulan. Singkong
mempunyai umbi atau akar pohon berdiameter rata-rata 5-10 cm lebih dan panjang
50-80 cm. Daging umbinya ada yang berwarna putih atau kekuning-kuningan
(Soemarjo, 1992). Varietas-varietas singkong unggul yang biasa ditanam penduduk
Indonesia, antara lain: Valenca, Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara,
Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2, Malang 1, Malang 2, dan Andira 4.
b. Kletuk

Kletuk adalah camilan sejenis pilus yang berasal dari Kabupaten


Wonosobo, Jawa Tengah. Pada awalnya kletuk berasal dari Desa Mekarsari,
Kecamatan Kalibeber namun sekarang sudah banyak desa lain yang juga membuat
klethuk. Kletuk ini rasanya gurih, terbuat dari sari pati singkong basah yang direbus,
lalu dibuat adonan dengan campuran bumbu ketumbar, bawah putih, kunyit, garam
dan daun kucai.

Kletuk yang renyah dan gurih sangat nikmat disajikan sebagai teman makan
bakso dan mie. Kletuk ini berbentuk silinder kecil dan ketika dimakan akan
terdengar bunyi kletuk-kletuk, inilah alasan mengapa camilan khas Wonosobo ini
disebut sebagai kletuk. Kletuk banyak dijumpai di pasar tradisional Wonosobo dan
toko oleh – oleh khas Wonosobo dengan harga yang bervariasi. Harganya mulai
dari Rp 500,00 (jajan anak SD) , Rp 7.500,00 dengan berat 250 gram dan berlaku
kelipatannya.

Gambar 1 Kletuk

c. Pulley

Pulley merupakan komponen mesin yang banyak dipakai untuk mesin industri,
mesin perkakas maupun dalam bidang otomotif. Katrol digunakan untuk mengubah
arah gerakan, atau untuk menghubungkan bagian dari mekanisme bersama.

Pulley biasa diartikan sebagai berikut suatu alat mekanis yang digunakan
sebagai sabuk untuk menjalankan sesuatu kekuatan alur yang berfungsi
menghantarkan suatu daya. Cara kerja Pulley sering digunakan untuk mengubah
arah dari gaya yang diberikan. Mengirimkan gerak rotasi, Memberikan keuntungan
mekanis apabila digunakan pada kendaraan. Ada beberapa tipe pulley yaitu:

• Pulley tipe V

• Pulley Timming

• Pulley Variable (pulley V bisa disetting besar kecil)

• Pulley Round (alur U)

• Loss pulley ( biasa sebagai adjustment)

Gambar 2 Jenis pulley – V


(Sularso & Kiyokatsu S., 2004)

Pada mesin pengulir otomatis, menggunakan pulley jenis V karena


sesuai dengan karakteristik kerja yang dibutuhkan. Pulley jenis ini mempunyai
banyak varian yang bisa dilihat dalam tabel dibawah. Dalam struktur pulley
terdapat hubungan antara sudut alur dan diameter pulley lihat gambar di bawah
ini :

Gambar 3 Konstruksi Pulley


(Sularso & Kiyokatsu S., 2004)
dimana:
D : Diameter pulley (mm)

α : Sudut alur (º)

t : Kedalaman alur (mm)

Alasan pemilihan puli belt sebagai elemen transmisi didasarkan atas


pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

➢ Dibandingkan roda gigi atau rantai, penggunaan sabuk lebih halus, tidak
bersuara, sehingga akan mengurangi kebisingan.
➢ Kecepatan putar pada transmisi roda gigi lebih tinggi jika dibandingkan dengan
belt.
➢ Karena sifat penggunaan belt yang dapat selip, maka jika terjadi kemacetan
atau gangguan pada salah satu elemen tidak akan menyebabkan kerusakan pada
elemen lain.

Perhitungan Putaran Puli

Perbandingan putaran antara puli kecil dan puli besar sama dengan
perbandingan puli besar dan puli besar. Dapat dirumuskan dengan :

𝑛1 𝐷𝑝
=I= ( Sularso dan Suga, 1985)
𝑛2 𝑑𝑝

Keterangan :
𝑛1 = putaran puli penggerak [ rpm ]
𝑛2 = putaran puli yang digerakkan [ rpm ]
𝐷p = diameter puli penggerak [ mm ]
𝑑p = diameter puli yang digerakkan [ mm ]

𝐼 = perbandingan reduksi
d. Sabuk (V-Belt)

Belt yang berpenampang trapesium, terbuat dari tenunan dan serat-serat yang
dibenamkan pada karet kemudian dibungkus dengan anyaman dan karet; digunakan
untuk mentransmisikan daya dari poros yang satu ke poros yang lainnya melalui
pulley yang berputar dengan kecepatan sama atau berbeda.

Gambar 4 Dimensi Belt

(Sularso & Kiyokatsu S., 2004)

Dimensi Sabuk-V dan Pulley

Dimensi yang penting dalam perencanaan sabuk-V dan pulley meliputi


diameter pulley, panjang sabuk-V, dan karakter-karakter operasi lain seperti :
rasio kecepatan, kecepatan sudut, besarnya putaran, sudut kontak, jarak antar
sumbu poros.

Gambar 5 Konstruksi sabuk-V


(Sularso dan Kiyokatsu S., 2004)
Gambar 6 Ukuran Penampang Sabuk-V
(Sularso dan Kiyokatsu S., 2004)

Gambar 7 Diagram Pemilihan Sabuk-V

(Sularso dan Kiyokatsu S., 2004)

Kelebihan V-Belt
• V-belt lebih kompak
• Slip kecil dibanding flat belt
• Operasi lebih saat start
• Putaran poros dapat dalam 2 arah & posisi kedua poros dapat tenang
• Mampu meredam kejutan

Kelemahan V-Belt
• Tidak dapat digunakan untuk jarak poros yang panjang
• Umur lebih pendek
• Konstruksi pulley lebih kompleks dibanding pulley untuk flat
Belt

Rumus dan Perhitungan


Pada mesin ini menggunakan sabuk-V sebagai penerus daya dari motor listrik
ke poros, (dapat dihitung) dengan rumus perhitungan :

➢ Perbandingan transmisi (Sularso, 1994 : 166)


n1 d 2
=
n2 d1
Dimana :

n1 = putaran poros pertama (rpm)

n 2 = Putaran poros kedua (rpm)

d 1 = diameter puli penggerak (mm)

d 2 = diameter puli yang digerakan (mm)

➢ Kecepatan sabuk
 .d .n
v= (m/s)
60.1000

(Sularso dan Suga, 1985)

Dimana :

v = kecepatan sabuk (m/s)

d = diameter puli motor (mm)

n = putaran motor listrik (rpm)

➢ Panjang sabuk

 1
L = 2C + (dp + Dp) + (Dp - dp) 2
2 4.C

( Sularso dan Suga, 1985)

Dimana :

L = panjang sabuk (mm)

C = jarak sumbu poros (mm)

D 1 = diameter puli penggerak (mm)

D 2 = diameter puli poros (mm)


d. Poros

Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang


bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, fly wheel,
engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. (Shigley, 1983)

Hal - hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan perencanaan suatu poros
antara Iain :

1. Kekuatan poros, suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau
bending ataupun kombinasi antara keduanya, kelelahan tumbukan atau pengaruh
konsenterasi tegangan bila diameter poros diperkecil atau bila poros memiliki
alur pasak. Sebuah poros yang direncakan harus cukup kuat menahan beban
beban diatas.

2. Kekakuan poros, meskipun poros memiliki kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirannya terlalu besar akan mengakibatkan
ketidaktelitian atau getaran dan suara. Oleh karena itu selain kekuatan, kekakuan
poros harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan
dilayani poros tersebut.

3. Putaran kritis, adalah bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada putaran
tertentu akan terjadi getaran yang besar, sebaiknya poros direncanakan putaran
kerjanya lebih rendah dari putaran kritis.

4. Bahan poros, poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja yang ditarik
dingin untuk putaran tinggi.

➢ Prosedur perancangan poros adalah sebagai berikut ( L. Mott, 2009) :

1. Menentukan kecepatan putar poros.

2. Menentukan daya atau torsi yang ditransmisikan oleh poros.

3. Menentukan perancangan komponen-komponen transmisi daya atau piranti


lain yang akan dipasang pada poros dan menentukan lokasi yang diperlukan
untuk setiap piranti tersebut.

4. Menentukan lokasi bantalan yang menumpu poros.


5. Mengusulkan bentuk umum geometri poros dengan memperhatikan
bagaimana setiap elemen pada poros berada pada posisi aksial dan bagaimana
pemindahan daya dari setiap elemen terjadi.

6. Menentukan besarnya torsi di semua titik yang ditunjukkan pada poros.


Disarankan untuk membuat diagram torsi, seperti yang akan diperlihatkan
kemudian.

7. Menentukan gaya-gaya yang bekerja pada poros, baik radial ataupun aksial.

8. Menguraikan gaya radial ke dalam komponen-komponen dalam arah tegak


lurus, biasanya vertikal dan horisontal.

9. Menentukan reaksi pada semua bantalan penumpu pada setiap bidang.

10. Membuat diagram-diagram gaya geser dan momen lengkung yang lengkap
untuk menentukan distribusi momen lengkung pada poros.

11. Memilih bahan poros dan menentukan kondisinya.

12. Menentukan tegangan rancangan dengan cara mempertimbangkan model-


model pembebanan (halus, dengan kejutan, berulang dan berbalik, atau lainnya).

13. Menganalisis setiap titik kritis pada poros untuk menentukan diameter
minimum poros, tujuannya untuk memastikan keamanan akibat pembebanan
pada titik-titik tersebut.

14. Menentukan dimensi akhir pada setiap titik pada poros.

Dasar Perhitungan Poros

Poros merupakan suatu bagian yang penting dalam pembuatan mesin.


Dewasa ini hamper semua mesin terdapat bagian yang menjadi penerus tenaga
bersama dengan putaran, dan poroslah yang mendapat peranan penting tersebut
dalam mentransmisikan tenaga.

➢ Macam – macam poros


- Poros transmisi : Untuk meneruskan daya, mendapat beban puntir
dan lentur.
- Spindle : Poros transmisi yang relatif pendek ( Contoh :
Poros penggerak mesn perkakas ), mendapat beban puntir.
- Gandar : Poros untuk mendukung beban ( Contoh : poros
pada kereta barang ), mendapat beban lentur.

➢ Perhitungan torsi pada poros

60.𝑃
T=
2.𝜋.𝑛1

( Khurmi, 2005:513 )

Keterangan :

T : Torsi pada poros [ Nm ]

P : Daya pada motor listrik [ watt ]

n1 : Putaran roda penggerak [ rpm ]

➢ Perhitungan tegangan geser pada poros

σ𝑡
σizin =
𝑠𝑓 1 𝑥 𝑠𝑓2

( Sularso dan Suga, 1985: 8 )

Keterangan:

σizin = Tegangan geser ijin (Kg/mm2)

σ𝑡 = Kekuatan tarik bahan (Kg/mm2)

𝑠𝑓1 , 𝑠𝑓2 = Faktor koreksi

➢ Perhitungan tegangan izin poros

τ𝑢
τ=
𝐹𝑠
( Khurmi, 2005:513 )
Keterangan :

τ : Tegangan tarik yang dijinkan [ N/mm2 ]

τ𝑢 : Tegangan maksimal [ N/mm2 ]

Fs : Faktor keamanan

➢ Perhitungan torsi ekivalen

Te = √[(𝐾𝑚 . 𝑀𝑏)2 + (𝐾𝑐 . 𝑇)2 ] ( Khurmi, 2005 : 517 )

Keterangan :

Te = Torsi ekivalen [ Nmm ]

M = Momen bengkok yang bekerja pada poros [ Nmm ]

T = Torsi [ Nmm ]

Km = Faktor kejut momen lentur

Kt = Faktor kejut pada poros

➢ Perhitungan diameter poros

16T𝑒
d3 =
𝜋. 𝜏

( Khurmi, 2005 : 513 )

Keterangan :

d = diameter poros [ mm ]

π = tegangan yang diijinkan [ N/mm2 ]

Te = Torsi ekivalen [ N/mm2 ]


e. Bantalan Gelinding

Tujuan suatu bantalan adalah untuk menumpu suatu beban, tetapi tetap
memberikan keleluasaan gerak relatif antara dua elemen dalam sebuah mesin.
Jenis bantalan yang paling umum digunakan untuk menumpu sebuah poros yang
berputar, menahan beban radial murni atau gabungan beban radial dan aksial.
Kebanyakan bantalan digunakan dalam banyak aplikasi yang berkaitan dengan
gerakan berputar, tetapi beberapa lainnya digunakan dalam aplikasi gerakan
lurus ( L. Mott, 2009).

Komponen-komponen sebuah bantalan gelinding yang lazim adalah cincin


dalam, cincin luar dan elemen-elemen gelinding. Umumnya koefisien gesek
untuk bantalan gelinding kira-kira 0,001 hingga 0,005. Nilai ini hanya berlaku
untuk elemen- elemen gelinding itu sendiri dan penahannya dalam bantalan.
Perapat, pelumas yang berlebihan, atau pembebanan yang berlebihan akan
meningkatkan nilai tersebut ( L. Mott, 2009).

➢ Menentukan beban ekivalen dinamis :


P = X . Fr + Y . Fa
(G. Niemann, 1994)
Dimana : P = beban ekivalen dinamis (N)
Fr = beban radial (N)
Fa = beban aksial (N)
X = faktor radial
Y = faktor aksial

f. Mur dan Baut


Mur dan baut merupakan alat pengikat yang sangat penting dalam suatu
rangkaian mesin. Untuk mencegah kecelakaan dan kerusakan pada mesin,
pemilihan mur dan baut sebagai pengikat harus dilakukan dengan teliti untuk
mendapatkan ukuran yang sesuai dengan beban yang diterimanya. Pada mesin ini,
mur dan baut digunakan untuk mengikat beberapa komponen, antara lain :

1. Pengikat pada bantalan


2. Pengikat pada dudukan motor listrik
3. Pengikat pada puli

Gambar 8 Macam-macam Mur dan Baut.

(Sularso, 1994 : 293-295)

Untuk menentukan jenis dan ukuran mur dan baut, harus


memperhatikan berbagai faktor seperti sifat gaya yang bekerja pada baut,
cara kerja mesin, kekuatan bahan, dan lain sebagainya. Adapun gaya-gaya
yang bekerja pada baut dapat berupa :

1. Beban statis aksial murni


2. Beban aksial bersama beban punter
3. Beban geser

➢ Tata Nama Baut


a. Diameter mayor adalah diameter luar baik untuk ulir luar maupun
dalam.
b. Diameter minor adalah diameter ulir terkecil atau bagian dalam dari
ulir.
c. Diameter pitch adalah diameter dari lingkaran imajiner atau diameter
efektif dari baut
d. Pitch adalah jarak yang diambil dari satu titik pada ulir ke titik
berikutnya dengan posisi yang sama.

1
Pitch =
jumlah ulir perpanjang baut

e. Lead adalah jarak antara dua titik pada kemiringan yang sama atau
jarak lilitan.

do : diameter mayor (nominal)


di : diameter minor
dp : diameterpitch

a. Diameter Baut
b. Panjang baut
c. Daerah dekat efektif
d. Lebar kunci
e. Diameter baut
f. F jarak ulir

Gambar Bagian-Bagian Baut


g. Motor Penggerak

Gambar 9 Motor bakar


(Jurnal Petra, 2016)

Motor bakar adalah suatu mesin yang mengkonversi energi dari energi
kimia yang terkandung pada bahan bakar menjadi energi mekanik pada poros
motor bakar. Motor bakar merupakan salah satu jenis mesin penggerak yang
banyak dipakai, dengan memanfaatkan energi kalor dari proses pembakaran
menjadi energi mekanik. Motor bakar merupakan salah satu jenis mesin kalor
yang proses pembakarannya terjadi dalam motor bakar itu sendiri sehingga gas
pembakaran yang terjadi sekaligus sebagai fluida kerjanya. Mesin yang bekerja
dengan cara seperti tersebut disebut mesin pembakaran dalam. Adapun mesin
kalor yang cara memperoleh energi dengan proses pembakaran di luar disebut
mesin pembakaran luar. Sebagai contoh mesin uap, dimana energi kalor
diperoleh dari pembakaran luar, kemudian dipindahkan ke campuran udara-
bahan bakar kerja melalui dinding pemisah (Basyirun, Winarno dan Karnowo,
2008)
• Daya
Daya adalah besarnya kerja motor persatuan waktu.
(Arends dan Berenschot, 1980:18).
Rumus perhitungan daya adalah sebagai berikut :

P = daya poros (hp)


T = torsi (N.m)
n = putaran mesin (rpm)
1/75 = faktor konversi satuan kgf.m menjadi hp
1/60 = faktor konversi satuan rpm menjadi kecepatan translasi (m/s)
1hp = 0,7355 KW dan 1KW = 1,36 hp
• Torsi
Torsi adalah ukuran kemampuan mesin untuk melakukan kerja. Besaran
torsi adalah besaran turunan yang biasa digunakan untuk menghitung energi
yang dihasilkan dari benda yang berputar pada porosnya.
(Raharjo dan Karnowo, 2008 : 98).

T = torsi (N.m)
F = gaya (N)
r = jarak benda ke pusat rotasi (m)

h. Reducer

Reducer berfungsi untuk memindahkan dan mengubah tenaga dari motor


yang berputar, yang digunakan untuk memutar spindel mesin maupun
melakukan gerakan feeding seta mengatur kecepatan gerak dan torsi serta
berbalik putaran, sehingga dapat bergerak maju dan mundur.

Gambar 10 Reducer
(gearboxreducer.blogspot.com)
i. Extruder
Ekstruder adalah alat yang memiliki prinsip utama memberikan
gaya dorong yang tinggi pada bahan sehingga bahan mampu keluar melalui
lubang (die) baik dengan atau tanpa pemanasan. Secara umum ekstruder
disusun atas ulir (screw), barrel, tempat memasukkan bahan (screw) dan
lubang keluaran (die). Ekstruder dapat dimofikasi lebih lanjut dengan
penambahan pemanas, tempat pre-conditioner, dan tempat memasukkan
cairan (liquid feeder)
(Weller 1997).

Gambar 11 Extruder
https://www.indiamart.com
GAMBARAN TEKNOLOGI

Gambar 12 Rancangan Awal Bentuk Mesin


E. METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir adalah sebagai berikut:

Mulai A

Menentukan tema
Pengambilan data

Identifikasi dan
analisa kebutuhan
Analisa data

Observasi dan
Studi Literatur
Kesimpulan

Membuat
alternative design
Selesai

Pemilihan
alternatife design

Perhitungan dan
Gambar

Pembuatan
komponen

Pembuatan alat

Tidak
Analisa kegagalan
Uji coba alat
dan Modifikasi
Ya

1. Menentukan tema
Hal yang paling awal adalah menentukan tema dari rancangan yang akan
dibuat.
2. Identifikasi dan analisa kebutuhan
Alat yang digunakan sebaiknya memenuhi kriteria mudah digunakan,
higienis terhadap bahan makanan, dan tidak ada kebocoran yang dapat
mengganggu sistem.
3. Observasi dan Study Literatur
Observasi atau keamanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan terhadap
suatu objek atau proses agar bisa merasakan dan memahami pengetahuan
dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah
diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang
dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian. Didalam penelitian,
observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, pengamatan langsung,
rekaman gambar maupun rekaman suara.
Studi Literatur adalah cara untuk menyelesaikan persoalan dengan
menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya.
4. Membuat Alternatif Desain
Menentukan alternatife design adalah menentukan alternatif desain
umumnya selalu mempertimbangkan faktor kebutuhan fungsional, faktor
estetis, faktor lingkungan, serta faktor kenyamanan dan keamanan
pengguna yang didapatkan dari riset, pemikiran maupun desain
sebelumnya.
5. Pemilihan Alternatif Desain
Pemilihan alternatif desain adalah melakukan pemilihan terhadap desain
yang dipertimbangkan terhadap faktor kebutuhan fungsional, faktor estetis,
faktor lingkungan, serta faktor kenyaman dan keamanan yang didapatkan
dari riset, pemikiran maupun desain sebelumnya.
6. Perhitungan dan Gambar
Penghitungan adalah proses untuk mengubah satu masukan atau lebih
kedalam hasil tertentu, dengan sejumlah pengubah. Gambar adalah
kombinasi antara titik, garis, bidang, dan warna untuk menciptakan suatu
imitasi dari suatu objek.
7. Pembuatan Komponen
Pembuatan komponen adalah suatu proses untuk menghasilkan komponen
atau part dari sebuah produk .
8. Pembuatan alat
Pembuatan alat adalah proses penggabungan komponen-komponen yang
sudah dibuat agar menjadi suatu produk utuh yang dapat dimanfaatkan.
9. Uji Coba Alat
Uji coba dalah proses suatu produk sebelum dipasarkan atau sebelum
dipakai oleh konsumen.
10. Analisa Kegagalan dan Modifikasi
Modifikasi adalah proses melakukan penambahan atau merubah desain atau
komponen yang berfungsi agar menambah nilai dari suatu produk yang akan
dipasarkan.
11. Pengambilan Data
Pengambilan data adalah suatu teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk
mendaptakan informasi atau data yang akan digunakan untuk mendapatkan
hasil dan tujuan penelitian. Sementara itu instrumen pengumpulan data
merupakan alat yang digunakan untuk mengunpulkan data. Karena berupa
alat, maka instrumen pengumpulan data dapat berupa check list, kuosioner,
hasil wawancara, maupun rekaman gambar ataupun rekaman suara.
12. Analisa Data
Analisa data adalah aktifitas mengubah data hasil penelitian menjadi
informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan dalam suatu
penelitian. Adapun pengambilan kesimpulan dapat dilakukan dengan cara
hipotesis dan estimasi hasil.
13. Kesimpulan
Setelah data diambil kemudian dilakukan analisa terhadap hasil pengujian,
maka akan didapat suatu kesimpulan yang bisa diambil dengan berdasarkan
data – data yang telah ada.

F. PERHITUNGAN DASAR
Untuk mengetahui gaya yang bekerja pada mesin pembuat kletuk, maka
perlu dilakukan perhitungan – perhitungan daya yang dibutuhkan dengan rumus
antara lain:

3.1 Kecepatan putar yang dibutuhkan


Kapasitas kletuk (kg/jam)
Asumsi: Berat per butir kletuk = gram
Ukuran kletuk = Diameter luar = 10 mm
Panjang = 10 mm
Penyelesaian:
Massa total kletuk = kg
Kapasitas kletuk = kg/jam = kg/ det
Kecepatan putar b butir kletuk = gram x (b) = kg / putaran
Kecepatan putar pisau per menit =
𝑘𝑔
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑙𝑒𝑡𝑢𝑘 ( )
𝑛= 𝑑𝑒𝑡
𝑘𝑔
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 (𝑝𝑢𝑡)

𝑛 = 𝑟𝑝𝑚

3.2 Perhitungan Daya yang Dibutuhkan


Daya merupakan jumlah energi yang digunakan per satuan waktu. Untuk
mengetahui total daya yang dibutuhkan, maka perlu dihitung daya masing – masing
komponen.

3.2.1 Daya pada poros transmisi


a. Massa poros = volume x massa jenis (poros dianggap silinder pejal)

1
= × 𝜋 × 𝑑2 × 𝑙 × 𝜌
4
b. Gaya (F) =

W=m.g (Khurmi, 1979)

c. Kecepatan keliling poros

𝜋×𝑑×𝑛
v= (m/s)
60 ×1000

d. Daya poros

𝑃1 = F . v (Khurmi, 1979)

Keterangan: F = gaya [N]


W = usaha [N]
m = massa [kg]
l = panjang poros [mm]
g = gaya gravitasi [m/s2]
𝜋 = 3,14
d = diameter poros [mm]
𝜌 = massa jenis poros [kg/𝑚3 ]
v = kecepatan putar [m/s]

3.2.2 Daya pada poros utama


a. Massa poros = volume x massa jenis
1
= 4 × 𝜋 × 𝑑2 × 𝑙 × 𝜌

b. Gaya (F) =W=m.g (Khurmi, 1979)

c. Kecepatan keliling poros

𝜋 ×𝑑 ×𝑛
𝑣 =
60 × 1000

d. Daya

𝑃2 = F . v (Khurmi, 1979)
Keterangan: l = panjang poros [mm]
𝜋 = 3,14
d = diameter poros [mm]
n = kecepatan putar [rpm]
𝜌 = massa jenis poros [kg/𝑚3 ]
F = Gaya [N]
W = usaha [N]
m = massa [kg]
g = gaya gravitasi [m/s2]
P = daya [Watt]
v = kecepatan putar [m/s]

3.2.3 Daya pada puli utama


Penyelesaian:
𝑛1 𝐷𝑝
=I= ( Sularso dan Suga, 1985)
𝑛2 𝑑𝑝

Keterangan :
𝑛1 = putaran puli penggerak [ rpm ]
𝑛2 = putaran puli yang digerakkan [ rpm ]
𝐷p = diameter puli penggerak [ mm ]
𝑑p = diameter puli yang digerakkan [ mm ]
I = perbandngan reduksi

a. Kecepatan linier puli (v)

𝜋 ×𝑑 ×𝑛
𝑣= ( Sularso dan Suga, 1985)
60 ×1000

b. Volume puli

Asumsi puli berbentuk pejal


𝜋 ×(𝑑)2 ×𝑡
𝑉= ( Sularso dan Suga, 1985)
4

c. Berat puli (Wp)

𝑊𝑃 = 𝜌 × 𝑉 × 𝑔 ( Sularso dan Suga, 1985)

d. Daya

𝑃3 = 𝑊𝑃 × 𝑣 ( Sularso dan Suga, 1985)

Keterangan: v = kecepatan linier puli [m/s]


l = panjang poros [mm]
𝜋 = 3,14
d = diameter poros [mm]
W = usaha [N]
m = massa [kg]
g = gaya gravitasi [m/s2]
P = daya [Watt]
v = kecepatan putar [m/s]
n = putaran [ rpm ]

3.2.4 Daya puli pada extruder


a. Diameter nominal puli extruder

𝑛1 × 𝐷𝑝1 = 𝑛2 × 𝐷𝑝2 ( Khurmi, 2005)

b. Kecepatan puli

𝜋 ×𝑑 ×𝑛
𝑣= ( Khurmi, 2005)
60 ×1000

c. Volume puli

Asumsi puli berbentuk pejal


𝜋 ×(𝑑)2 ×𝑡
𝑉= (Khurmi, 2005)
4

d. Berat puli (𝑊𝑝2 )

𝑊𝑝2 = 𝜌 × 𝑉 × 𝑔 (Sularso dan Suga, 1985)

e. Daya

𝑃4 = 𝑊𝑝1 × 𝑣 (Khurmi, 2005)

Keterangan: v = kecepatan linier puli [m/s]


l = panjang poros [mm]
𝜋 = 3,14
d = diameter poros [mm]
W = usaha [N]
m = massa [kg]
g = gaya gravitasi [m/s2]
P = daya [Watt]
t = tinggi [mm]
V = volume [𝑚3 ]

3.2.5 Daya pada extruder

a. Koefisien gesek stainless steel dengan adonan kletuk.


b. Gaya extruder
F = m. g. (jumlah ruas extruder) (Khurmi, 2005)

c. Mencari Gaya gesek (𝐹𝑘 )


➢ Koefisien gesek rata – rata

𝜇𝑘 𝟏 + 𝜇𝑘 𝟐 + 𝜇𝑘 𝟑 + 𝜇𝑘 𝟒 + 𝜇𝑘 𝟓 + 𝜇𝑘 𝟔 + 𝜇𝑘 𝟕
𝝁𝒌 =
̅̅̅̅
𝟕
𝑭𝒌 = 𝑭. 𝝁𝒌 (Khurmi, 2005)
d. Torsi extruder

𝑇 = 𝐹𝐾 . 𝑅 (Sularso dan Suga, 1985)


e. Kecepatan sudut extruder
2.𝜋.𝑛
𝜔= (Sularso dan Suga, 1985)
60

f. Daya extruder
𝑃5 = 𝑇 × 𝜔 (Khurmi, 2005)

Keterangan: 𝜋 = 3,14
d = diameter poros [mm]
𝜌 = massa jenis poros [kg/𝑚3 ]
F = Gaya [N]
m = massa [kg]
g = gaya gravitasi [m/s2]
P = daya [Watt]
v = kecepatan putar [m/s]
𝐹𝑘 = gaya gesek [N]
𝜇𝑘 = koefisien gesek
T = torsi [N.mm]
R = jari – jari [mm]

𝜔 = kecepatan sudut [rad/s]

3.2.6 Daya pada puli reducer


a. Kecepatan puli (v)

𝜋 ×𝑑 ×𝑛
𝑣= (Khurmi, 2005)
60 ×1000

b. Volume puli

Asumsi puli berbentuk pejal


Volume puli
𝜋 ×(𝑑)2 ×𝑡
𝑉= (Khurmi, 2005)
4

c. Berat puli (Wp)


𝑊𝑝3 = 𝜌 × 𝑉 × 𝑔 (Sularso dan Suga, 1985)

d. Daya
𝑃6 = 𝑊𝑝3 × 𝑣 (Khurmi, 2005)

Keterangan: v = kecepatan linier puli [m/s]


l = panjang poros [mm]
𝜋 = 3,14
d = diameter poros [mm]
W = usaha [N]
m = massa [kg]
g = gaya gravitasi [m/s2]
P = daya [Watt]

Daya total (𝑷𝒕 ) = 𝑷𝟏 + 𝑷𝟐 + 𝑷𝟑 + 𝑷𝟒 + 𝑷𝟓 + 𝑷𝟔


Untuk menghitung daya maksimum maka dikalikan Faktor Koreksi (𝐹𝑐 ) = 1,2
𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 𝐹𝑐

G. DESKRIPSI KERJA
“Rancang Bangun Mesin Pembuat Kletuk.” dirancang dengan sederhana
dalam pengoperasian dikarenakan penggunaannya tidak memerlukan tenaga
manusia, namun dengan menggunakan tenaga dari motor penggerak yang
dihubungkan dengan sabuk penghubung daya (belt).

Prinsip kerja mesin :

Prinsip kerja mesin ini menggunakan proses mekanis yang


memanfaatkan putaran ulir extruder untuk menggerakkan adonan kletuk.
Akibat dari putaran ulir extruder tersebut maka adonan kletuk akan bergerak
kedepan dengan cepat memanfaatkan gerakan dari ulir dan gaya percepatan
gravitasi. Sehingga mengeluarkan bentuk kletuk dari hasil cetakan yang
diinginkan.

Cara kerja mesin

- Putaran yang bersumber dari motor penggerak diteruskan ke ulir


extruder dengan menggunakan sabuk dan puli.
- Lalu ulir extruder akan menggerakan adonan ke bagian depan sampai
keluar dari cetakan yang di inginkan titik tertinggi cam loleh adanya
gaya gravitasi.
- Sementara pisau berputar untuk memotong kletuk yang keluar dari
cetakan yang dibuat.
- Proses tersebut terjadi berulang kali, hingga semua adonan yang ada
dalam mesin keluar dari cetakan

H. ANGGARAN BIAYA

Adapun perkiraan anggaran biaya yang diperlukan untuk proses pembuatan


Rancang Bangun Mesin Pembuat Kletuk :

Nama Barang Anggaran

Motor Bakar Bensin 5,5 HP Rp 900.000

Pully 2 buah Rp 200.000

Belt Rp 100.000

Plat Siku (50 mm x 50 mm x 5 mm) 7m Rp 300.000


7 buah

Plat stainless steel Rp 400.000

Extruder stainless steel Rp 550.000


Tabung Stainless Steel 1 ¼ ‘’ 2 buah Rp 300.000

Pisau Stainless Steel Rp 100.000

Bevel Gear 2 buah Rp 300.000

Reducer Rp 700.000

Bentuk Cetakan Produk 1 Jenis Rp 550.000

Biaya Pembuatan Rp 1.500 000

Lain lain Rp 200.000

Total Rp 6.100.000
DAFTAR PUSTAKA

Khurmi, R.S. & Gupta, J.K. 2005. A Text Book of Machine Design. Eurasia
Publishing House (Pvt) Ltd.

Mott, Robert L. 2009. Elemen Elemen Mesin Dalam Perancangan Mekanis.


Jakarta : ANDI

Shigley, Joseph. E., Mitchell, Larry. D. 1983 MECHANICAL ENGINEERING


DESIGN. England: Tata McGraw-Hill.

Sularso, dan K. Suga. 1979. Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin.
Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Soemarjo Poespodarsono. 1992. Pemuliaan Ubikayu. Simposium Pemuliaan


Tanaman I Komda Jatim.

Soelistijono, 2006, Tanaman Singkong, Penebar Swadaya, Jakarta, 80-94

Anda mungkin juga menyukai