Anda di halaman 1dari 15

TEKNOLOGI PANGAN

“Pembuatan Selai Marmalade”

DISUSUN OLEH

[KELOMPOK VI]
Dhea Khairani Azzahra
Diana
M. Ibnu Shina
Nova Ariayni

DIII GIZI REGXVIII


POLTEKKES KEMENKES PALANGKARAYA
2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Selain buahnya yang
dimakan dalam bentuk segar, daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Misalnya daun pisang untuk makanan ternak, daun pepaya untuk mengempukkan daging
dan melancarkan air susu ibu (ASI) terutama daun pepaya jantan.
Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika misalnya sinar matahari dan
pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena
itu pengolahan buah untuk memperpanjang masa simpannya sangat penting. Buah dapat
diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti anggur, sari buah dan sirup juga makanan
lain seperti manisan, dodol, keripik, dan selai.
Prinsip pembuatan selai umumnya adalah pemanasan campuran dari bubur buah
dengan pektin dan air sehingga diperoleh struktur gel. Selai adalah produk makanan yang
kental atau setengah padat dibuat dari campuran 45 bagain berat buah (cacah buah) dan 55
bagian berat gula. Tiga bahan pokok pada proses pembuatan selai atau jeli adalah pektin,
asam, dan gula dengan perbandingan tertentu untuk menghasilkan produk yang baik.
Selai mengandung dua unsur yang penting: buah (yang mengandung pectin) dan
gula (yang mempertahankan buah). Pektin penting untuk mengatur kemacetan: buah-
buahan seperti strawberry perlu pektin tambahan (dalam bentuk jus lemon atau
gula  pektin) untuk mencapai konsistensi olesan.
Untuk itu, dalam rangka meningkatkan pengetahuan di bidang pengolahan industri
pangan, kami mencoba melaksanakan praktikum mengenai pengolahan produk – produk
pangan. Berbagai jenis makanan dapat di olah dari produk makanan yang biasa jadi
makanan bernilai ekonomis yang lebih tinggi. Salah satunya dengan mengolah buah jeruk
sunkist menjadi selai marmalade yang bisa dijadikan pelengkap untuk makan roti.

B. Tujuan
1. Dapat mengetahui cara pembuatan selai marmalade
2. Dapat mengetahui proses pada pembuatan selai dengan menjalankan berdasarkan skema
kerja yang benar.

BAB II

P a g e 2 | 15
TINJAUAN PUSTAKA

A. Selai

Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika misalnya sinar matahari dan
pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah menjadi busuk. Oleh
karena itu pengolahan buah untuk memperpanjang masa simpannya sangat penting. Buah
dapat diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti anggur, sari buah dan sirup juga
makanan lain seperti manisan, dodol, keripik, dan selai.
Selai diperoleh dengan jalan memanaskan campuran antara bubur buah dengan
gula. Penambahan gula dengan kadar yang tinggi dapat menyebabkan tekanan osmotik
pada jasad renik yang akan menyerap dan mengikat air sehingga mikroba tidak bebas
menggunakan air untuk umbuh pada rosuk. Kemudian bubur buah dengan gula
dipekatkan melalui pemanasan dengan api sedang sampai kandungan gulanya menjadi
68%. Pemanasan atau pemasakan yang terlalu lama menyebabkan hasil selai menjadi
keras dan sebaliknya jika terlalu lama menyebabkan hasil selai menjadi keras dan
sebaliknya jika terlalu singkat akan menghasilkan selai yang encer (Astawan dkk, 2004).
Selai adalah produk makanan yang kental atau setengah padat dibuat dari campuran
45 bagian berat buah (cacah buah) dan 55 bagian berat gula. Selai yang baik harus
berwarna cerah, jernih, kenyal seperti agar–agar tetapi tidak terlalu keras, serta
mempunyai rasa buah asli. Kriteria kematangan buah yang dapat digunakan untuk
membuat selai adalah buah yang masak bisa juga yang mengkal dan tidak ada tanda-
tanda busuk. Buah yang masih muda tidak dapat digunakan untuk pembuatan selai karena
masih banyak mengandung pati dan kandungan pektinnya rendah. Kulit buahpun dapat
digunakan untuk menghasilkan selai (Sidauruk, 2013).
Selai dapat dibuat dari cacahan, sisa saringan/gilingan buah yang dimasak dengan
gula sampai campuran lekat dan tetesan dari sendok pada spoon test menyerupai jeli. Bila
dikeluarkan dari wadahnya akan cenderung mempertahankan bentuknya tapi tidak
sekukuh jelly. Mekanisme pembentukan gel dalam pembuatan selai merupakan campuran
dari pektin, gula, asam dan air. Dimana penambahan gula akan mempengaruhi
keseimbangan pektin-air yang ada dan meniadakan kenampakan pektin. Pektin akan
menggumpal dan membentuk serabut halus. Struktur ini mampu menahan cairan.
Kontinuitas dan kepadatan serabut yang terbentuk ditentukan oleh banyaknya kadar
pektin, jika semakin tinggi kadar pektin yangditambahkan maka semakin padat pula

P a g e 3 | 15
struktur serabut-serabut tersebut. Sifat–sifat yang penting dari produk selai dan jelly
adalah ketahanannya terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Syarat pembuatan selai yang baik adalah asam. Asam ini berguna untuk
mengentalkan selai. Semua buah-buahan itu mengandung asam, salah satu buah yang
banyak mengandung asam adalah belimbing wuluh. Selain asam, syarat untuk
mendapatkan hasil selai yang baik yaitu gula. Gula merupakan pengental, pemanis dan
pengawet alami. Selain itu, gula berfungsi untuk mengeraskan buah dan memberi rasa
manis. Syarat dalam pembuatan selai selanjutnya yaitu pektin. Pektin adalah zat yang
mengentalkan selai (Nurkhasanah, 2013).

B. Jeruk Manis (Jeruk Sunkist)

Jeruk sunkist yang biasa disebut dengan jeruk manis (Jawa), limau manis
(Malaysia), kahel (Philippines), sava orens (Papua New Guenea), Citrus sinensis (Latin),
mengandung glukosida yang signifikan dalam kandungan jeruk manis yang berfungsi
untuk mengaktifkan vitamin C dan berguna dalam memperlancar peredaran darah
(Verheij and Coronel, 1991).
Citrus sinensis atau jeruk manis berasal dari Asia Tenggara, namun jeruk manis ini
dikonsumsi di seluruh dunia karena merupakan sumber vitamin C, antioksidan alami
yang berperan membantu sistem kekebalan tubuh. Jeruk mengandung banyak zat yang
berguna seperti liminoids, synephrine, hesperidin flavonoid, polyphenols, pectin, dan
sejumlah folacin, calcium, potassium, thiamine, niacin and magnesium. Bahan aktif
biologis ini berperan penting dalam mencegah arteriosklerosis, kanker, batu ginjal,
stomach ulcers dan mengurangi kadar kolesterol dan darah tinggi sehingga kesehatan
terjaga (Etebu et al., 2014).
Jenis jeruk sunkist berkulit tebal kurang lebih 4mm, bentuk bulat, warna kulit luar
hijau sampai jingga atau oranye. Warna daging buah kuning pucat sampai kuning segar
(Manis Pacitan, Waturejo, Punten). Kuning sampai orange (Washington Nevel
Orange/WNO), kuning segar (Valensia Late Orange/VLO). Jeruk sunkist biasanya untuk
jeruk peras atau dimakan daging buahnya tanpa dikupas kulitnya (dibelah dengan pisau)
(Bambang, 1996).
Jeruk manis mempunyai rasa yang manis, kandungan air yang banyak dan memiliki
kandungan vitamin C yang tinggi (berkisar 27-49 mg/100 gram daging buah). Vitamin C
bermanfaat sebagai antioksidan dalam tubuh, yang dapat mencegah kerusakan sel akibat

P a g e 4 | 15
aktivitas molekul radikal bebas (Kusuma retno dkk, 2013). Sari buah jeruk manis
mengandung 40-70 mg vitamin C per 100 ml, tergantung jenis jeruknya. Makin tua buah
jeruk, umumnya kandungan vitamin C semakin berkurang, tetapi rasanya semakin manis
(Anonim, 2007).
Jeruk sunkist mempunyai kandungan senyawa-senyawa kimia yang bermanfaat
dalam kesehatan, setiap 100 gramnya jeruk sunkist ini mengandung kadar air 80-90%,
protein 0,7-1,3 g, lemak 0,1-0,3 g, karbohidrat 12,0-12,7 g, serat kasar 0,5 g, vitamin A
200 IU, asam askorbat 45-6 mg, asam sitrat 0,5-2 g, energi 200 kJ (Verheij and Coronel,
1991).

C. Gula
Gula terlibat dalam pengawetan dan pembuatan aneka ragam produk-produk
makanan. Beberapa diantaranya yang biasa dijumpai termasuk selai, jeli, marmalade, sari
buah pekat, sirup buah-buahan, buah-buahan bergula. Apabila gula ditambahkan ke
dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi sebagian dari air yang ada menjadi
tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme. Stabilitas mikroorganisme dari selai
dan produk-produk serupa dikendalikan oleh sejumlah faktor yaitu kadar gula yang tinggi
biasanya dalam kisaran padatan terlarut antara 65-73%. pH rendah biasanya dalam
kisaran antara 3,1-3,5 tergantung pada tipe pektin dan konsentrasi. Suhu tinggi selama
pendidihan atau pemasakan. Tegangan oksigen rendah selama penyimpanan. Kelainan
utama dari produk jeli atau selai adalah kristaliasi yang disebabkan karena padatan
terlarut yang berlebihan. Keras, gel yang kenyal akibat kurangnya gula atau pektin yang
berlebihan. Kurang masak, gel yang berbentuk seperti sirup karena kelebihan gula.
Sineresis atau meleleh karena asam yang berlebihan (Buckle, 2013).
Gula berfungsi sebagai sumber nutrisi dalam makanan, sebagai pembentuk tekstur
dan pembentuk flavor melalui reaksi pencoklatan. Daya larut yang tinggi dari gula dan
daya mengikatnya air merupakan sifat-sifat yang menyebabkan gula sering digunakan
dalam pengawetanbahan pangan. Konsentrasi gula yang cukup tinggi pada olahan pangan
dapat mencegah pertumbuhan mikrobia, sehingga dapat berperan sebagai pengawet.
Penambahan gula dalam pembentukan gel berfungsi untuk mengikat molekul air yang
berkaitan dengan molekul pektin sehingga akan mempengaruhi keseimbangan pektin air
dan meniadakan kemantapan pektin. Penambahan gula terlalu banyak akan terjadi
kristalisasi pada permukaan gel yang terbentuk. Sedangkan bila gula yang ditambahkan
sedikit atau kurang, akan terbentuk gel yang lunak.

P a g e 5 | 15
Tujuan penambahan gula dalam pembuatan selai adalah untuk memperoleh tekstur,
penampakan, dan flavor yang ideal. Dalam pembuatan selai, proses pengawetan yang
terjadi merupakan kombinasi antara tingkat keasaman yang rendah, pasteurisasi, dan
penambahan bahan kimia seperti asam benzoat (Fachruddin, 2008).

D. Pektin

Pektin adalah golongan substansi yang terdapat dalam sari buah yang membentuk
larutan koloidal dalam air dan berasal dari perubahan protopektin selama proses
pemasakan buah. Dalam kondisi yang cocok, pektin dapat membentuk suatu gel. Pektin
sebagai asam pektinat yang larut dalam air dari aneka metil ester dengan derajat
netralisasi yang berbeda-beda, yang mampu untuk membentuk gel dengan gula dan asam
dalam kondisi yang cocok. Asam-asam poligalakturonat yang terdiri dari unit asam-asam
anhidrogalakturonat merupakan kerangka dasar dari semua pektin (Desrosier, 1988).

Pektin mempunyai sifat terdispersi dalam air, dan seperti halnya asam pektat,
pektin juga dapat membentuk garam yang disebut garam pektinat. Dalam bentuk garam
inilah pektin tersebut berfungsi dalam pembuatan jelly dengan gula dan asam. Komposisi
kandungan protopektin, pektin, asam pektat di dalam buah sangat bervariasi dan
tergantung pada derajat pematangan buah (Winarno, 2002).

Menurut Desrosier (1988), pektin adalah suatu koloid yang reversibel. Pektin dapat
larut dalam air, diendapkan, dipisahkan dan dikeringkan, dan dilarutkan kembali tanpa
kehilangan kapasitas pembentukan gelnya. Pektin diendapkan oleh alkohol dan ini
digunakan tidak hanya dalam identifikasi tetapi juga dalam pembuatan pektin komersial

Pektin merupakan merupakan polimer dari asam D-galakturonat yang dihubungkan


oleh ikatan α -1,4 glikosidik. Sebagian gugus karboksil pada polimer pektin mengalami
esterifikasi dengan metil (metilasi) menjadi gugus metoksil. Senyawa ini disebut sebagai
asam pektinat atau pektin. Asam pektinat ini bersama gula dan asam pada suhu tinggi
akan membentuk gel seperti yang terjadi pada pembuatan selai. Pada asam pektat, gugus
karboksil asam galakturonat dalam ikatan polimernya tidak teresterkan. Asam pektat
dalam jaringan tanaman terdapat sebagai kalsium (Ca) atau magnesium.

Pektin yang merupakan salah satu bahan yang dapat ditambahkan dalam
pembuatan permen jelly adalah golongan substansi yang terdapat dalam sari buah,

P a g e 6 | 15
membentuk larutan koloidal dalam air yang berasal dari perubahan protopektin selama
proses pemasakan buah (Desrosier, 1988). Fungsi utamanya sebagai bahan pengental dan
pembentuk gel membuat pektin banyak dimanfaatkan baik dalam industri pangan dan non
pangan

BAB III
METODE PERCOBAAN
P a g e 7 | 15
A.   Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan selai marmalade adalah alat yang ada
di labolatorium pangandan laboratorium kimia Poltekkes Kemenkes Palangkaraya,
diantaranya :

Pisau Talenan
Panci Saringan jeruk
Timbangan Mangkok
Gelas Ukur Kertas pH
Sendok Refraktometer
Spatula

B.  Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan selai marmalade adalah alat yang ada
di labolatorium pangandan laboratorium kimia Poltekkes Kemenkes Palangkaraya,
diantaranya :

Gula Asam Sitrat


Jeruk Sunkist Air

C. Prosedur Kerja
Pembuatan Telur Asin
1. Siapkan semua alat yang dibutuhkan.
2. Cuci terlebih dahulu alat dan jeruk sunkist sebelum digunakan.
3. Belah jeruk menjadi 2 bagian dan peras menggunakan alat peras jeruk.
4. Setelah kulit jeruk selesai di peras, bagian dalam putih kulit jeruk di kikis
sampai bersih agar menghilangkan rasa pahit pada kulit jeruk.
5. Setelah kulit jeruk bersih, iris tipis-tipis kulit jeruk danberbentuk panjang.
6. Ukur air jeruk yang sudah diperas menggunakan gelas ukur.
7. Gula ditimbang sebanyak 55% dari banyaknya air perasan jeruk.
8. Ukur air sebanyak 1:1 dari air perasan jeruk.
9. Timbang asam sitrat sebanyak 0.04% dari banyaknya air perasan jeruk.
10. Setelah itu masukkan air perasan jeruk, air dan gula. Dimasak dengan api kecil
sambil diaduk-aduk.

P a g e 8 | 15
11. Masukkan kulit jeruk yang sudah diiris ke dalam panci yang sedang dimasak.
12. Lakukan pemasakan sampai menunjukkan kadar gula 65 pada refraktometer.
13. Jika sudah mencapai angka 65, matikan api.
14. Masukkan asam sitrat dan aduk hingga rata.
15. Simpan selai yang sudah matang ke dalam toples.
16. Ambil sedikit selai untuk memeriksa kadar pH dengan menggunakan kertas pH.

D. Hasil Praktikum

Keterangan Hasil
Bahan Utama Jeruk Sunkist 65 ml
Bahan Tambahan :
1. Gula 55% 1.Gula 35.75 gram
2. Air 1:1 2. Air 65 ml
3. Asam Sitrat 0.04% 3. Asam Sitrat 0.026 gram

Organoleptik :
1.Warna 1. Kuning Pucat
2. Rasa 2. Asam Khas Selai dan Manis
3. Aroma 3. Khas Buah Jeruk
4. Tekstur 4. Lembek agak keras
5. Kenampakan 5. Menarik

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembahasan

P a g e 9 | 15
Sifat kimia yang terpenting dari pektin adalah kemampuan membentuk gel.
Berdasarkan sifat tersebut, maka pektin terutama dipakai dalam pembuatan jelly, jam, dan
marmalade. Gel merupakan suatu struktur semi padat dengan cairan terkurung di
dalamnya. Mekanisme pembentukan gel adalah penambahan gula akan mempengaruhi
keseimbangan pektin, air yang ada, dan meniadakan kemantapan pektin. Pektin akan
menggumpal membentuk serabut halus. Struktur ini mampu menahan cairan. Makin
tinggi kadar pektin, makin padat struktur serabutnya. Makin tinggi kadar gula, makin
berkurang air yang ditahan oleh struktur. Kondisi yang sangat asam menghasilkan suatu
struktur gel yang padat atau bahkan merusakkan struktur karena hidrolisis pektin.
Asiditas rendah menghasilkan serabut-serabut yang lemah, tidak mampu menahan cairan
dan gel mudah hancur tiba-tiba (Desrosier, 1988).
Banyaknya gula yang ditambahkan bervariasi tergantung pada jenis pektin yang
digunakan dan pH (keasaman) sistem. Untuk membentuk gel yang baik pada keadaan
standar, diperlukan gula sebanyak 60-65%. Semakin banyak gula yang ditambahkan,
maka semakin sedikit molekul air yang tertahan pada sistem, sehingga gel yang terbentuk
semakin kukuh. Akan tetapi, jika gula yang ditambahkan terlalu banyak akan terjadi
kristalisasi pada permukaan gel yang terbentuk, sedangkan jika gula yang ditambahkan
jumlahnya kurang, akan dihasilkan gel yang lunak (Meyer, 1978). Menurut
Muljodihardjo (1991), gel yang baik dapat diartikan sebagai gel yang mempunyai tekstur
kontinyu halus, tidak menunjukkan adanya kelekatan, memiliki kekukuhan yang
memadai, serta bebas dari sineresis selama penyimpanan.
Kirk dan Othmer (1952) menyatakan, penambahan asam mencegah pemisahan gugus
karboksil bebas yang mengakibatkan terbentuknya muatan-muatan negatif molekul
pektin yang saling tolak-menolak. Hal ini memudahkan terbentuknya jembatan hidrogen
pada gugus karboksil bebas yang terpisahkan. Kekuatan gel yang terbentuk tergantung
pada total asam yang ada (Moris, 1991).
Hasil dari pembuatan selai marmalade yang praktikan buat, memiliki kadar gula 65%
dilihat dengan alat refraktometer. Dimana kadar gula dari selai marmalade yang praktikan
buat sesuai dengan standar pembuatan selai untuk kadar gulanya sebanyak 60-65%.
Tujuan penambahan gula dalam pembuatan selai adalah untuk memperoleh tekstur,
penampakan, dan flavor yang ideal. Dalam pembuatan selai, proses pengawetan yang
terjadi merupakan kombinasi antara tingkat keasaman yang rendah, pasteurisasi, dan
penambahan bahan kimia. Untuk tekstur dari selai marmalade yang praktikan buat memiliki
tekstur sedikit lembek namun agak mengeras sedikit. Pada saat diuji coba spreadable pada

P a g e 10 | 15
roti, hasilnya tidak terlalu spreadable dikarenakan tekstur dari selainya yang agak
mengeras.
Asam sitrat yang sering ditambahkan pada pembuatan selai adalah asamorganik
seperti asam tartrat, asam sitrat, dan asam malat. Penambahan asam bertujuan untuk
menurunkan pH selai agar diperoleh kondisi asam yang cocok untuk pembentukan gel dan
menghindari pengkristalan gula. Jumlah asam yang ditambahkan tergantung dari keasaman
buah dan pH akhir selai yang dikehendaki. Kondisi optimum agar terbentuk gel terjadi pada
pH 3,2. Untuk derajat keasaman selai marmalade yang praktikan buat dengan menggunakan
kertas pH menunjukkan angka 4. Selain itu asam juga digunakan untuk memperbaiki sifat
koloidal dari makanan yang mengandung pektin dan membantu ekstraksi pektin dan
pigmen dari buah-buahan (Agustina, 2007).

BAB V
KESIMPULAN

1. Selai adalah produk makanan yang kental atau setengah padat dibuat dari campuran 45

P a g e 11 | 15
bagian berat buah (cacah buah) dan 55 bagian berat gula. Selai yang baik harus berwarna
cerah, jernih, kenyal seperti agar–agar tetapi tidak terlalu keras, serta mempunyai rasa buah
asli.
2. Syarat pembuatan selai yang baik adalah asam karena asam berguna untuk mengentalkan
selai jadi saat pengolesan selai tidak ada terjadinya penggumpalan pada selai tersebut .
3. Dalam pebuatan selai jeruk ada bebagai jenis buah jeruk yang dapat dijadikan selai seperti
jeruk manis dikarenakan banyak vitamin yang terkandung didalamnya.
4. Gula berperan penting dalam pembuatan selai selain untuk menambah rasa pada selai juga
untuk memperoleh tekstur, penampakan, dan flavor yang ideal pada selai jeruk.
5. Asam sitrat yang sering ditambahkan pada pembuatan selai adalah asam organik seperti
asam tartrat, asam sitrat, dan asam malat. Penambahan asam bertujuan untuk menurunkan
pH selai agar diperoleh kondisi asam yang cocok untuk pembentukan gel dan menghindari
pengkristalan gula. Jumlah asam yang ditambahkan tergantung dari keasaman buah dan pH
akhir selai yang dikehendaki.
6. Untuk pembuatan selai buah jeruk terdapat pectin karena berasal dari sari buah itu sendiri
yang membentuk larutan koloidal dalam air dan berasal dari perubahan protopektin selama
proses pemasakan buah. Dalam kondisi yang cocok, pektin dapat membentuk suatu gel.
7. Pada pembuatan selai jeruk, gula dan asam sitrat sangat berperan penting yang sama-sama
memiliki fungsi dalam membuat kekentalan atau tekstur yang halus pada selai.

DAFTAR PUSTAKA

Astawan M. 2004. Sehat bersana aneka sehat pangan alami. Tiga serangkai. Solo.

P a g e 12 | 15
Sidauruk, Mutiara Y. 2013. Studi Pembuatan Selai Campuran Dami Nangka (Artocarpus
heterophyllus) dengan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Jurnal Teknologi Pangan
Yogyakarta.
Nurkhasanah. 2013. “Uji Organoleptik Dan Kandungan Vitamin C Pada Pembuatan Selai
Belimbing Wuluh Dengan Penambahan Buah Kersen Dan Bunga”. Skripsi. Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Etebu, A., Nwauzoma, A. B. (2014). A review on sweet orange (citrus sinensis l osbeck):
health, diseases and management. American Journal of Research Communication.
Budidaya Tanaman Jeruk. Yogyakarta: Kanisius. Bambang. 1996.
Fachruddin. 2008. Membuat Aneka Selai. Penerbit Kanisius, Jakarta.
Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Edisi III. Penerjemah
Muchji Mulyohardjo. Jakarta: Universitas Indonesia.
Winarno, FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.

LAMPIRAN

P a g e 13 | 15
c. Jeruk Sunkist d. Jeruk sunkist yang sedang ditimbang e. Jeruk yang sudah dibelah dua

g. Mengupas kulit jeruk h. Hasil perasan jeruk


f. Jeruk yang sedang diperas

P a g e 14 | 15
i. Pengukuran air perasan jeruk j. Pengukuran air
k. Penimbangan gula pasir

m. Selai marmalade yang sudah jadi


n. Hasil kadar pH selai
l. Proses pemasakan selai marmalade

P a g e 15 | 15

Anda mungkin juga menyukai