Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena rahmatNya kami
dapat menyelesaikan Makalah IPA Tematik kelas rendah ini tentang Abiotik dan Biotik Semut
dan cacing tepat pada waktunya. Tujuan pembuatan Makalah ini adalah untuk memenuhi nilai
salah satu tugas mata kuliah IPA Tematik Kelas Rendah.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan , petunjuk serta bantuan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kepada pihak-pihak yang telah
mendukung pembuatan makalah kami.
  Kami menyadari bahwa Makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat kami harapkan. Semoga Makalah IPA Tematik Kelas Rendah
tentang Penjelasan Biotik dan Abiotik Semut dan cacing dapat berguna dan bermanfaat bagi
semua orang yang membacanya, khususnya Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera
Utara Fakultas Pendidikan guru Sekolah Dasar (PGSD).

Medan,18 November 2019

Penyusun
(Kelompok 2)

1
KATA PENGANTAR....................................................1

DAFTAR ISI..................................................................2

BAB 1...........................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................3

BAB 2...........................................................................................8
PEMBAHASAN..........................................................................8

A.SEMUT..................................................................................8
B.MORFOLOGI SEMUT........................................................8
C.PERKEMBANGAN SEMUT..............................................10
A.HASIL PENGAMATAN .................................................11
B.TABEL...............................................................................12
C.BIOTIK DAN ABIOTIK SEMUT...................................12

A.CACING TANAH.................................................................13
B.MORFOLOGI CACING TANAH......................................13
C.PERKEMBANGAN CACING TANAH.............................14
A.HASIL PENGAMATAN..................................................15
B.TABEL...............................................................................16
C.BIOTIK DAN ABIOTIK CACING................................16

BAB 3...........................................................................................17
PENUTUP...................................................................................17

KESIMPULAN...........................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................18

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN ABIOTIK
Abiotik (bahasa Inggris: Abiotic) adalah salah satu komponen atau faktor dalam
lingkungan. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti tanah, udara,
air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Pengertian komponen abiotik yang tepat adalah
komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas
makhluk tak hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas manusia dan tumbuhan, serta
komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup dan mkhluk tak hidup.
Abiotik merupakan lawan kata dari biotik. Komponen abiotik adalah komponen-komponen
yang tidak hidup atau benda mati. Yang termasuk komponen abiotik adalah tanah, batu dan
iklim, hujan, suhu, kelembaban, angin, serta matahari.Komponen abiotik dapat kita temui
dimana saja. Komponen abiotik sama seperti komponen biotik, dimana juga berfungsi bagi
kehidupan manusia.
Abiotik tidak memiliki ciri sebagaimana faktor biotik, yaitu :
Bernapas, Tumbuh, Berkembang biak, Iritabilita, Makan dan minum, Melakukan ekskresi, 
Beradaptasi dgn lingkunagnnya.
Faktor abiotik adalah faktor pendorong untuk biotik sehingga biotik dapat hidup dan
melakukan aktivitas.

B. FAKTOR-FAKTOR ABIOTIK
Faktor abiotik adalah faktor yang berasal dari alam semesta yang tidak hidup, misalnya
udara, air, cahaya, dll. Fungsi-fungsi komponen abiotik dalam pemenuhan kebutuhan manusia
dan yang dapat mempengaruhi ekosistem antara lain :

1. Tanah
Seperti yang kita ketahui, tempat dimana manusia tinggal dan berpijak adalah tanah.
Manusia dapat beraktifitas, membangun rumah, gedung, bahkan bercocok tanam. Tanah juga
ditempati oleh komponen biotik seperti tumbuhan dan hewan yang melakukan aktifitasnya setiap
hari.

2. Suhu Atau Temperatur


Pada umumnya mahkluk hidup rata-rata dapat bertahan hidup hanya pada kisaran suhu
0 C–400C. hanya mahkluk hidup tertentu saja yang dapat hidup dibawah 0 0C atau diatas 400C.
0

hewan berdarah panas mampu hidup pada suhu dibawah titik beku karena memiliki bulu dan
memiliki suhu tubuh yang konstan (tetap). Suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme

3
untuk hidup. Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan
biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius. Secara umum, temperatur udara adalah faktor
bioklimat tunggal yang penting dalam lingkunan fisik ternak. Supaya ternak dapat hidup nyaman
dan proses fisiologi dapat berfungsi normal, dibutuhkan temperatur lingkungan yang sesuai.
Banyak species ternak membutuhkan temperatur nyaman 13 – 18 oC atau Temperature Humidity
Index (THI) < 72. Keadaan pergerakan molekul ditentukan oleh temperatur atau suhu. Makin
tinggi suhu, maka akan mepercepat proses kehilangan air dari tanaman dan sebaliknya.
Selama musim hujan, rata-rata temperatur udara lebih rendah, sedangkan kelembaban
tinggi dibanding pada musim panas. Jumlah dan pola curah hujan adalah faktor penting untuk
produksi tanaman dan dapat dimanfaatkan untuk suplai makanan bagi ternak.
Curah hujan bersama temperatur dan kelembaban berhubungan dengan masalah penyakit
ternak serta parasit internal dan eksternal. Curah hujan dan angin juga dapat menjadi petunjuk
orientasi perkandangan ternak.

3. Sinar / Cahaya Matahari


Sinar matahari mempengaruhi sistem secara global, karena sinar matahari menentukan
suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai
produsen untuk berfotosintesis.
Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasal dari dua sumber utama:
a. Temperatur matahari yang tinggi.
b. Radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfir.
Petunjuk variasi dan kecepatan radiasi matahari, penting untuk mendesain perkandangan
ternak, karena dapat mempengaruhi proses fisiologi ternak. Lingkungan termal adalah ruang
empat dimensi yang sesuai ditempati ternak.. Mamalia dapat bertahan hidup dan berkembang
pada suatu lingkungan termal yang tidak disukai, tergantung pada kemampuan ternak itu sendiri
dalam menggunakan mekanisme fisiologis dan tingkah laku secara efisien untuk
mempertahankan keseimbangan panas di antara tubuhnya dan lingkungan.

4. Air
Sekitar 80-90 % tubuh mahkluk hidup tersusun atas air. Zat ini digunakan sebagai pelarut
di dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan osmosis sel, dan mencegah sel dari kekeringan. Air
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam
pertumbuhan, perkecambahan dan penyebaran biji, bagi hewan dan manusia air diperlukan untuk
minum dan sarana hidup lain seperti transportasi bagi manusia dan tempat hidup bagi ikan. Bagi
unsur abiotik lain misalnya tanah dan batuan, air digunakan sebagai pelarut dan pelapuk.

5. UDARA
Selain berperan dalam menentukan kelembaban, angin juga berperan sebagai penyebaran
biji tumbuhan tertentu. angin diturunkan oleh  pola tekanan yang luas dalam atmosfir yang
berhubungan dengan sumber panas  atau daerah panas dan dingin  pada atmosfir. Kecepatan
angin  selalu diukur pada ketinggian tempat ternak berada. Hal ini penting karena transfer panas

4
melalui konveksi dan evaporasi di antara ternak dan lingkungannya dipengaruhi oleh kecepatan
angin.
Udara di atmosfer tersusun atas nitrogen (N2, 78 %), oksigen (O2, 21 %), karbon dioksida
(CO2,0,03 %), dan gas lainnya. Jadi gas nitrogen merupakan penyusun udara terbesar di atmosfer
bumi.

a. Nitrogen
Unsur Nitrogen merupakan gas yang diperlukan oleh mahkluk hidup untuk membentuk
protein, dan persenyawaan lainnya. Tumbuhan, hewan, dan manusia tidak mampu
memamfaatkan nitrogen yang ada di udara secara langsung. Ada bakteri yang dapat menangkap
nitrogen bebas dari udara misalnya, bakteri rhizobium yang hidup bersimbiosis diakar tanaman
kacang, atau ganggang biru anabaena yang hidup bersimbiosis dengan azolla (tumbuhan air).
Tumbuhan lainnya memperoleh nitrogen dalam bentuk nitrit atau nitrat. Nitrit dan nitrat secara
alami terbentuk dari nitrogen diudara yang terkena lecutan petir, secara alami tanah memperoleh
nitrit dan nitrat sehingga menjadi subur.

b. Oksigen dan karbon dioksida


Okigen (O2) merupakan gas pembakar dalam proses pernapasan. Makanan, misalnya
karbohidrat yang ada di dalam sel, mengalami pembakaran (oksidasi) guna mendapatkan energi.
Oksidasi tersebut sering disebut sebagai pernapasan sel. Dalam pernapasan dihasilkan pula
karbondioksida (CO2) dan air (H2O). baik tumbuhan maupun hewan memerlukan oksigen dari
udara bebas untuk pernapasannya dlam rangka mendapatkan energi.

c. Angin dan kelembaban


Angin berperan membantu penyerbukan tumbuhan, menyebarkan spora dan biji tumbuhan.
Bebrapa serangga hama tumbuhan dapat diterbangkan oleh angin ke tempat lain yang jauh.
Kelembaban berperan menjaga organisme agar tidak kehilangan air karena penguapan.
Beberapa mikroorganisme seperti jamur dan bakteri hidup di tempat-tempat yang lembab.
Mikroorganisme tersebut tidak dapat hidup ditempat-tempat kering. Kelembaban adalah jumlah
uap air dalam udara. Kelembaban udara penting, karena mempengaruhi kecepatan kehilangan
panas dari ternak. Kelembaban dapat menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan panas melalui
kulit dan saluran pernafasan (Chantalakhana dan Skunmun, 2002).
Kelembaban biasanya diekspresikan sebagai kelembaban relatif (Relative Humidity = RH)
dalam persentase yaitu ratio dari mol persen fraksi uap air dalam volume udara terhadap mol
persen fraksi kejenuhan udara pada temperatur dan tekanan yang sama (Yousef, 1984). Pada saat
kelembaban tinggi, evaporasi terjadi secara lambat, kehilangan panas terbatas dan dengan
demikian mempengaruhi keseimbangan termal ternak (Chantalakhana dan Skunmun, 2002).

6. Mineral
Mineral yang diperlukan tumbuhan misalnya belerang (S), fosfat (P), kalium (K), kalsium
(Ca), magnesium (Mg), besi (fe), natrium (Na), dan khlor (Cl). Mineral-mineral itu diperoleh

5
tumbuhan dalam bentuk ion-ion yang larut didalam air tanah. Mineral tersebut digunakan untuk
berlangsungnya metabolisme tubuh dan untuk penyusun tubuh. Hewan dan manusia pun
memerlukan mineral untuk penyusun tubuh dan reaksi-reaksi metabolismenya. Selain itu,
mineral juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa dan mengatur fungsi fsikologi
(faal) tubuh.

7. Keasaman [PH]
Keasaman juga berpengaruh terhadap mahkluk hidup. Biasanya mahkluk hidup
memerlukan lingkungan yang memiliki PH netral. Mahkluk hidup tidak dapat hidup di
lingkungan yang terlalu asam atau basa. Sebagai contoh tanah di Kalimantan yang umumnya
bersifat asam memiliki keanekaragaman yang rendah dibandingkan dengan didaerah lain yang
tanahnya netral. Tanah di Kalimantan bersifat asam karena tersusun atas gambut. Oleh karena itu
sulit dijadikan areal pertanian jika tidak diolah dan dinetralkan terlebih dahulu. Tanah yang
bersifat asam dapat dinetralkan dengan diberikan bubuk kapur. Tanah berhumus seringkali
bersifat asam. Tanah berkapur seringkali bersifat basa. Tanah bersifat basa dapat dinetralkan
dengan diberi bubuk belerang.

8. Kadar Garam [Salinitas]


Jika kadar garam tinggi, sel-sel akar tumbuhan akan mati dan akhirnya akan mematikan
tumbuhan itu. Didaerah yang berkadar garam tinggi hanya hidup tumbuhan tertentu. Misalnya
pohon bakau di pantai yang tahan terhadap lingkungan berkadar garam tinggi.

9. Topografi
Topografi artinya keadaan naik turunnya permukaan bumi disuatu daerah. Topografi
berkaitan dengan kelembaban, cahaya, suhu, serta keadaan tanah disuatu daerah. Interaksi
berbagai faktor itu membentuk lingkungan yang khas. Sebagai contoh keanekaragaman hayati di
daerah perbukitan berbeda dengan didaerah datar. Organisme yang hidup di daerah berbukit
berbeda dengan daerah datar. Topografi juga mempengaruhi penyebaran mahkluk hidup.

10. Garis Lintang


Garis lintang yang berbeda menunjukan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis
lintang secara tidak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme dipermukaan bumi.
Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa dan di antara dua benua, memiliki curah
hujan yang cukup tinggi, rata-rata 200-225 cm/tahun. Dengan curah hujan yang tinggi dan
merata, cahaya matahari sepanjang tahun, dan suhu yang cukup hangat dengan suhu rata-rata 27 -
0
 C, Indonesia memiliki keaneka ragaman flora dan fauna yang tingggi.

6
C. PENGERTIAN BIOTIK
Biotik (bahasa Inggris: biotic) adalah salah satu komponen atau faktor dalam
lingkungan. Komponen biotik meliputi semua faktor hidup yaitu: kelompok organisme
produsen, konsumen dan pengurai.

D. FAKTOR BIOTIK
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik
tumbuhan,hewan maupun manusia. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan
berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.
Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi,
komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut dalam
ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu sistemyang menunjukkan
kesatuan. Secara  ebih terperinci, tingkatan organisasi makhluk hidup adalah sebagai berikut.
Lihatlah Gambar Di bawah ini.

a. Individu
Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon
jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup, seti jenis
dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus
mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara
anaknya. Untuk mengatasi masalah tersebut, organisme harus memiliki struktur khusus seperti :
duri, sayap, kantung, atau tanduk. Hewan juga memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti
membuat sarang atau melakukan migrasi yang jauh untuk mencari makanan. Struktur dan
tingkah laku demikian disebut adaptasi.

b. Adaptasi fsiologi
Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk mempertahankan
hidupnya. Contohnya adalah sebagai berikut.
  a. Kelenjar bau
Musang dapat mensekresikan bau busukdengan cara menyemprotkan cairan melalui sisi lubang
dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk menghindarkan diri dari musuhnya.

c. Adaptasi tingkah laku


Adaptasi tingkah laku merupakan adaptasi yang didasarkan pada tingkah laku. Contohnya
sebagai berikut :
a. Pura-pura tidur atau mati
Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati, misalnya tupai Virginia. Hewan ini sering
berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing.

d. Populasi

7
Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu tertentu
disebut populasi  Misalnya, populasi pohon kelapa dikelurahan Tegakan pada tahun 1989
berjumlah 2552 batang.

BAB II
PEMBAHASAN

A. SEMUT

Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan


semut termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Semut
terbagi atas lebih dari 12.000 kelompok, dengan perbandingan jumlah yang besar di
kawasan tropis. Semut dikenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang
terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni. Jenis semut dibagi menjadi semut pekerja,
semut pejantan, dan ratu semut. Satu koloni dapat menguasai dan memakai sebuah daerah
luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut kadangkala disebut
superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah
kesatuan.Semut telah menguasai hampir seluruh bagian tanah di Bumi. Hanya di
beberapa tempat seperti di Islandia,Greenland dan Hawaii, mereka tidak menguasai
daerah tesebut. Di saat jumlah mereka bertambah, mereka dapat membnetuk sekitar 15-
20% jumlah biomassa hewan-hewan besar.

B. MORFOLOGI SEMUT

Tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, mesosoma (dada), dan
metasoma (perut). Morfologi semut cukup jelas dibandingkan dengan serangga lain yang
juga memiliki antena, kelenjar metapleural, dan bagian perut kedua yang berhubungan ke
tangkai semut membentuk pinggang sempit (pedunkel) di antara mesosoma (bagian
rongga dada dan daerah perut) dan metasoma (perut yang kurang abdominal segmen
dalam petiole). Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang kedua,
atau yang kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa terwujud).Tubuh semut, seperti
serangga lainnya, memiliki eksoskeleton atau kerangka luar yang memberikan
perlindungan dan juga sebagai tempat menempelnya otot, berbeda dengan kerangka
manusia dan hewan bertulang belakang. Serangga tidak memiliki paru-paru, tetapi
mereka memiliki lubang-lubang pernapasan di bagian dada bernama spirakel untuk
sirkulasi udara dalam sistem respirasi mereka. Serangga juga tidak memiliki sistem
peredaran darah tertutup. Sebagai gantinya, mereka memiliki saluran berbentuk panjang
dan tipis di sepanjang bagian atas tubuhnya yang disebut "aorta punggung" yang
fungsinya mirip dengan jantung. sistem saraf semut terdiri dari sebuah semacam otot
saraf ventral yang berada di sepanjang tubuhnya, dengan beberapa buah ganglion dan

8
cabang yang berhubungan dengan setiap bagian dalam tubuhnya.Pada kepala semut
terdapat banyak organ sensor. Semut, layaknya serangga lainnya, memiliki mata
majemuk yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan tergabung untuk
mendeteksi gerakan dengan sangat baik. Mereka juga punya tiga oselus di bagian puncak
kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya dan polarisasi. Kebanyakan semut
umumnya memiliki penglihatan yang buruk, bahkan beberapa jenis dari mereka buta.
Namun, beberapa spesies semut, semisal semut bulldog Australia, memiliki penglihatan
yang baik. Pada kepalanya juga terdapat sepasang antena yang membantu semut
mendeteksi rangsangan kimiawi. Antena semut juga digunakan untuk berkomunikasi satu
sama lain dan mendeteksi feromon yang dikeluarkan oleh semut lain. Selain itu, antena
semut juga berguna sebagai alat peraba untuk mendeteksi segala sesuatu yang berada di
depannya. Pada bagian depan kepala semut juga terdapat sepasang rahang atau mandibula
yang digunakan untuk membawa makanan, memanipulasi objek, membangun sarang, dan
untuk pertahanan. Pada beberapa spesies, di bagian dalam mulutnya terdapat semacam
kantung kecil untuk menyimpan makanan untuk sementara waktusebelum dipindahkan
kesemutlainatau larvanya.Di bagian dada semut terdapat tiga pasang kaki dan di ujung
setiap kakinya terdapat semacam cakar kecil yang membantunya memanjat dan berpijak
pada permukaan. Sebagian besar semut jantan dan betina calon ratu memiliki sayap.
Namun, setelah kawin betina akan menanggalkan sayapnya dan menjadi ratu semut yang
tidak bersayap. Semut pekerja dan prajurit tidak memiliki sayap.Di bagian metasoma
(perut) semut terdapat banyak organ dalam yang penting, termasuk organ reproduksi.
Beberapa spesies semut juga memiliki sengat yang terhubung dengan semacam kelenjar
beracun untuk melumpuhkan mangsa dan melindungi sarangnya. Spesies semut seperti
Formica yessensis memiliki kelenjar penghasil asam semut yang bisa disemprotkan
kearah musuh untuk pertahanan.

C.PERKEMBANGAN SEMUT

Kehidupan seekor semut dimulai dari sebuah telur. Jika telur telah dibuahi, semut
yang ditetaskan betina (diploid); jika tidak jantan (haploid). Semut are holometabolism,
yaitu tumbuh melalui metamorfosa yang lengkap, melewati tahap larva dan pupa (dengan
pupa yang exarate) sebelum mereka menjadi dewasa. Tahap larva adalah tahap yang
sangat rentan lebih jelasnya larva semut tidak memiliki kaki sama sekali dan tidak dapat
menjaga diri sendiri. Perbedaan antara ratu dan pekerja (dimana sama-sama betina),dan
antara kasta pekerja jika ada, ditentukan pada saat pemberian makan saat masih menjadi
larva. Makanan diberikan kepada larva dengan proses yang disebut trophallaxis dimana
seekor semut regurgitates makanan yang sebelumnya disimpan dalam crop for communal
storage. Ini juga cara yang digunakan semut dewasa mendistribusikan makanan pada
semut dewasa lainnya. Larva and pupa harus disimpan pada suhu yang cukup konstan
untuk memastikan mereka tumbuh dengan baik, sehingga sering dipindahkan ke berbagai
brood chambers dalam koloni.Seekor semut pekerja yang baru memasuki masa dewasa
menghabiskan beberapa hari pertama mereka untuk merawat ratu dan semut muda.

9
Setelah itu meningkat menjadi menggali dan pekerjaan sarang lainnya, dan kemudian
mencari makan dan mempertahankan sarang. Perubahan tugas ini bisa terjadi dengan
mendadak dan disebut dengan kasta sementara. Sebuah teory mengapa seperti itu karena
mencari makan memiliki risiko kematian yang tinggi, sehingga semut hanya
berpartisipasi jika mereka sudah cukup tua dan bagaimanapun juga lebih dekat pada
kematian. Pada beberapa spesies semut terdapat kasta fisik pekerja bisa memiliki ukuran
tubuh yang berbeda-beda, disebut pekerja minor, median, dan major, . Biasanya semut
yang lebih besar memiliki kepala yang tidak proporsional besarnya, dan correspondingly
rahang yang lebih kuat. Semut seperti ini seringkali disebut semut "tentara" karena
rahang mereka yang kuat membuat mereka lebih efektif ketika digunakan untuk
bertarung dengan makhluk lainnya, namun mereka masih tetap seekor semut perkerja dan
tugas mereka tidak banyak berbeda dengan pekerja minor atau median. Pada beberapa
spesies semut tidak memiliki pekerja median, membuat pemisahan tegas dan perbedaan
fisik yang jelas antara pekerja minor dan major .

10
HASIL PENGAMATAN LAPANGAN
KELOMPOK 2 (DUA)
SEMUT DI TEMPAT HABITATNYA YANG ADA
DI PERKARANGAN KAMPUS
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUMATERA UTARA
(UNUSU)

(Gambar. Semut Yang di ambil di lokasi)

11
(Gambar.Koloni Semut di lokasi)

FASE-FASE PEMBELAJARAN
N MODEL I II III IV V
O
1. ORIENTASI ELISITASI RESTRUKTU APLIKASI REFLEKSI
R
Semut dibawah Semut Semut Semut Semut
pohon membutuhkan menghabiskan menyesuaikan merupakan
mahaoni antena untuk hidupnya untuk hidupnya koloni serangga
terdapat berkomunikasi berkoloni dan dengan yang ada di
tanah yang dengan mencari makan. tempat yang seluruh
kering di koloninya dan semut permukaan bumi
permukaan berguna untuk tinggali.
luar namun, kepentingan
lembab di aktivitasnya.
permukaan
dalam.
TABEL FASE-FASE PEMBELAJARAN

BIOTIK DAN ABIOTIK SEMUT

ABIOTIK SEMUT :
A. Di tanah yang agak lembab namun di atas permukaan tanah yang berada di tempat koloni
semut tersebut sangat kering.
12
B. Dibawah pohon yang sudah mengalami pengeroposan.
C. Dan di balik-balik bebatuan yang lembab dan terdapat lumut di antaranya.

BIOTIK
SEMUT
:
tanah yang
pohon mahoni permukiman
permukaan
yang kampus yang
Semut kering
mengalami ada
namun,lembab
pengeroposan pepohonan
di dasar

A. CACING TANAH

Cacing tanah merupakan hewan tidak bertulang belakang (Invertebrata) yang


digolongkan ke dalam filum Annelida, ordo Oligochaeta, dan kelas Chaetopoda yang hidup
dalam tanah. Penggolongan ini didasarkan pada bentuk morfologi karena tubuhnya tersusun atas
segmen-segmen yang berbentuk cincin (annulus), setiap segmen memiliki beberapa pasang seta,
yaitu struktur berbentuk rambut yang berguna untuk memegang substrat dan bergerak (Edwards
dan Lofty, 1977).

B. MORFOLOGI CACING TANAH

Secara alamiah, morfologi dan anatomi cacing tanah berevolusi menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Arlen (1994) menjelaskan bahwa cacing tanah yang ditemukan hidup di
tumpukan sampah dan tanah sekitarnya mempunyai ukuran panjang sangat bervariasi, yaitu
berkisar antara beberapa milimeter sampai 15 cm atau lebih. Gambar morfologi cacing tanah
dapat dilihat di bawah ini :

13
(Morfologi cacing tanah)

Secara sistematik, cacing tanah bertubuh tanpa kerangka yang tersusun oleh segmen-segmen
fraksi luar dan fraksi dalam yang saling berhubungan secara integral, diselaputi oleh epidermis
berupa kutikula (kulit kaku) berpigmen tipis dan seta, kecuali pada dua segmen pertama (bagian
mulut), bersifat hemaphrodit (berkelamin ganda) dengan peranti kelamin seadanya pada segmen-
segmen tertentu. Apabila dewasa, bagian epidermis pada posisi tertentu akan membengkak
membentuk klitelium (tabung peranakan atau rahim), tempat mengeluarkan kokon (selubung
bulat) berisi telur dan ova (bakal telur). Setelah kawin (kopulasi), telur akan berkembang di
dalamnya dan apabila menetas langsung serupa cacing dewasa. Tubuh dibedakan atas bagian
anterior dan posterior. Pada bagian anteriornya terdapat mulut, prostomium dan beberapa
segmen yang agak menebal membentuk klitelium .Secara struktural, cacing tanah mempunyai
rongga besar coelomic yang mengandung coelomycetes (pembuluh-pembuluh mikro), yang
merupakan sistem vaskuler tertutup. Saluran makanan berupa tabung anterior dan posterior,
kotoran dikeluarkan lewat anus atau peranti khusus yang disebut nephridia. Respirasi
(pernapasan) terjadi melalui kutikuler.

C.PERKEMBANGAN CACING TANAH

Populasi cacing tanah sangat erat hubungannya dengan keadaan lingkungan dimana
cacing tanah itu berada. Lingkungan yang dimaksud disini adalah kondisi-kondisi fisik, kimia,
biotik dan makanan yang secara bersama- sama dapat mempengaruhi populasi cacing tanah.
Faktor-faktor ekologis yang memengaruhi cacing tanah meliputi: (a) keasaman (pH), (b)
kelengasan, (c) temperatur, (d) aerasi dan CO2, (e) bahan organik, (f) jenis, dan (g) suplai nutrisi.
Cacing tanah umumnya memakan serasah daun dan juga materi tumbuhan lainnya yang
telah mati, kemudian dicerna dan dikeluarkan berupa kotoran. Kemampuan hewan ini dalam
mengonsumsi serasah sebagai makanannya bergantung pada ketersediaan jenis serasah yang
disukainya, disamping itu juga ditentukan oleh kandungan karbon dan nitrogen serasah.
Cacing tanah yang tersebar di seluruh dunia berjumlah sekitar 1.800 spesies. Cacing
tanah yang terdapat di Indonesia tergolong ke dalam famili Enchytraeidae, Glassocolicidae,
Lumbricidae, Moniligastridae, Megascolicidae. Genus yang pernah ditemukan ialah
Enchytraeus, Fridericia, Drawida, Dichogaster, Eudichaster,Pontoscolex, Pheretima,
Megascolex, Perionyx dan Allolobophora. Dari hasil penelitian Sudarmi (1999) diketahui tiga
spesies cacing tanah yang karakteristik hidup pada tumpukan sampah organik pasar yaitu spesies
Megascolex sp, Peryonix sp dan Drawida sp. Dari hasil penelitian Arlen, dkk (1994), telah
14
didapatkan tujuh spesies cacing tanah pada tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah dan di timbunan sampah rumah tangga pada beberapa kecamatan
Kotamadya Medan, yaitu Megascolex sp1, Megascolex sp2, Peryonix sp,
Fridericia sp, Drawida sp, Pontoscolex corethrurus dan Pheretima sp.
Megascolex sp. lebih menyukai kondisi lingkungan dengan pH
sedikit asam (<6), kelembaban tanah berkisar antara 80-90% dan kadar
organik tergolong tinggi (>1%), sedangkan cacing tanah dari spesies
Drawida sp lebih menyukai kondisi lingkungan dengan pH netral (6-7),
kelembaban tanah berkisar antara 85- 95%, dan kadar organik tergolong cukup rendah (>1%).
Pontoscolex corethrurus lebih menyukai kondisi lingkungan dengan pH sedikit asam (<6)
dengan kadar organik tergolong cukup tinggi.

HASIL PENGAMATAN LAPANGAN KELOMPOK 2 (DUA)


CACING TANAH DI TEMPAT HABITATNYA YANG ADA DI
PERKARANGAN KAMPUS
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUMATERA UTARA
(UNUSU)

15
(GAMBAR. Cacing yang berada di tanah dan di bawah tumpukan sampah)

TABEL FASE-FASE PEMBELAJARAN

FASE-FASE PEMBELAJARAN
NO MODEL I II III IV V
ORIENTASI ELISITASI RESTRUKTUR APLIKASI REFLEKSI

16
1. CACING Di tanah Cacing Cacing Cacing tanah Cacing tanah
TANAH yang berada menggunakan menggunakan mengelastiskan menghabiskan
di bawah kulitnya bahan organic tubuhnya hidupnya untuk
tumpukan untuk hidup dan yang untuk bergerak berkembangbiak
sampah yang bernafas dan mati. Dan dan di habitat
mengalami beraktivitas cacing memiliki mempunyai hidupnya.
pembusukan system syaraf transfortasi
pusat dan prifer. ganda yang
terdiri dari
cairan selom

ABIOTIK CACING TANAH :


A. Berada di tempat yang bersuhu tanah lembab dan kumuh.
B. Terdapat di bawah tumpukan sampah yang membusuk.

17
C. Bisa di temukan di bawah tanah yang lembab atau yang tercem

BIOTI
K
CACIN
G
TANA
H:
cacing tanah
Berada di tanah yang lembab
Terdapat di tumpukan sampah yang
membusuk Berada di
pemukiman padat
penduduk yang
kumuh

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN :

Dari hasil pengamatan yang kami lakukan di lapangan yang bertepatan di perkarangan
Kampus Nahdlatul Ulama Sumatera Utara (UNUSU), Kami kelompok 2 menyimpulkan bahwa

18
semut adalah serangga yang menghabiskan hidupnya dengan berkoloni dan menghabiskan
hidupnya untuk berkembang biak dan mencari makan.Semut juga adalah serangga yang hidup di
bawah tanah yang bersuhu lembab namun sering kali kita jumpai pada atas dasar permukaan
tanah yang terdapat koloni semut mengalami kekeringan.Dan kita semua tahu bahwa serangga
semut adalah serangga yang ada dan hadir di seluruh permukaan bumi.
Cacing tanah yang kami amati yang hidup di bawah tanah yang lembab dan tercemar
dimana cacing tanah suka terhadap suhu tanah yang tercemar sehingga cacing tanah dapat
melangsungkan kehidupanya dan berkembang biak.Cacing tanah juga bernafas dan berjalan
menggunakan kulitnya cacing tanah juga hewan yang tidak mempunyai tulang belakang.
Sekian kesimpulan dari kami semogga bermanfaat bagi pembaca.Kami menyadari
makalah yang kami buat masih banyak kekurangannya sehingga kami berharap keritik dan saran
yang dapat memotivasi kami agar lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Kelompok dua DKK/(Dari hasil penelitian langgsung yang di lakukan)/18November2019/


UNUSU.

19

Anda mungkin juga menyukai