ASKEP Penyakit Paru Obstruksi Kronis

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

L DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAFASAN AKIBAT PPOK (PENYAKIT PARU OBTRUKSI KRONIK) DI
RUANG GARNET RSU AVISENA CIMAHII

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Pratik lapangan Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :
Kelompok 1

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PENDIIKAN PROFESI NERS

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2021
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAFASAN AKIBAT PPOK (PENYAKIT PARU OBTRUKSI KRONIK) DI
RUANG GARNET RSU AVISENA CIMAHII

Kelompok 1 Stase KMB :

Rosmawati 4121001 Masayngsari febrinti 4121011


Endang Mustofa 4121002 Ai hasanah M 4121004
Isye Sintia 4121003 Weby nurjaman 4121013
Anisa nur anggraeni 4121005 Atep kurnia 4121014
Tesa tiara barisa 4121006 Saniya imaniyah 4121015
Felianti okong 4121008 Fuji pratiwi A 4121016
Indri hairani 4121009
Deudeu durotun nafisah 4121010

Laporan praktek rumah sakit ini telah disetujui oleh pembimbing lapangan dan
pembimbing akademik, cimahi 18 November 2021

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

Isti Indriani Putri Amd.Kep M. Deri Ramadhan.,S.Kep.,Ners,M.Kep

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbingan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan kelolaan asuhan keperawatan
profesi ners ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN AKIBAT PPOK (PENYAKIT PARU
OBTRUKSI KRONIK) DI RUANG GARNET RSU AVISENA CIMAHII”, Tak
lupa juga Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi kita yaitu
Muhammad SAW, tak lupa kepada keluarganya, para sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya, penyusunan laporan penelitian skripsi ini merupakan salah satu Syarat
Pratik lapangan Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah pada Program Studi
Profesi Ners Institut Kesehatan Rajawali Bandung. Tak lupa penulis mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. Bpk Deri M Ramdhan,S.Kep.,Ners selak pembimbing akademik stase KMB


2. Ibu Rosdiana,S.Kep.,Ners Selaku Manager RSU Avisena
3. Para karu atau kanit ruangan HD,IBS,IGD,Poli,Garnet,Safir,Tourmaline dan ICU
yang telah berkenan memberi kami ilmu dan kesempatan untuk menambah
wawasan selama praktif di RSU Avisena
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan
kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa penelitian skripsi ini jauh dari kata sempurna, tetapi penulis berharap
penelitian skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan keperawatan.

Bandung, 21 November 2021

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan ..................................................................................................................3
1. Tujuan Umum ..................................................................................................................3
2. Tujuan Khusus .................................................................................................................3
3. Manfaat Penulisan ............................................................................................................4
4. Sistematika Penulisan .......................................................................................................4
BAB II KONSEP DASAR TEORI ..............................................................................................5
A. Definisi .................................................................................................................................5
B. Anatomi dan Fisiologi ..........................................................................................................5
C. Etiologi .................................................................................................................................9
D. Patofisiologi/Pathway .........................................................................................................11
E. Manifestasi Klinis ..............................................................................................................12
F. Pemeriksaan Diagnostik .....................................................................................................13
G. Penatalaksanaan .................................................................................................................14
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERWATAN.........................................................................16
A. PENGKAJIAN ...................................................................................................................16
1. Pengumpulan Data .........................................................................................................16
2. ANALISA DATA ..........................................................................................................22
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ........................................................................................23
C. INTERVENSI ....................................................................................................................24
E. EVALUASI ........................................................................................................................27
F. Diachharge Planing ............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit paru obtruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai
dengan adanya obtruksi aliran udara yang disebabkan oleh bronkitis kronis atau
empisema. Obtruksi aliran udara pada umumnya progresif kadang diikuti oleh
hiperaktivitas jalan nafas dan kadangkala parsial revesibel, sekalipun empesima
dan bronkitis kronis hars didiagnosa dan dirawat sebagai penyakit khusus,
sebagian besar tanda dan gejala pasien PPOK mempunyai tanda dan gejala
kedua penyakit tersebut (Amin, Hardi, 2013). Penyakit paru obtruksi kronik
(PPOK) merupakan penyakt sistemik yang mempunyai hubungan antara
keterbatasa keterlibatan metabolik, otot rangka dan molekuler genetik,.
Keterbatasan aktivitas merupakan keluhan utama penderita PPOK yang sangat
mempengaruhi kualitas hidup. Disfungsi otot rangka merupakan hal utama yang
berperan dalam keterbatasan aktivitas penderita PPOK. Inflamasi sistemik,
penurunan berat badan, peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler, oteoporosis
dan depresi merupakan manifestasi sistemik PPOK (Oemiati R, 2013).
Pada tahun 2020 PPOK diprediksi sebagai penyebab kematian keempat
di dunia, dan menjadi tantangan bagi dunia kesehatan untuk dapat dicegah dan
diobati. Data World Health Organization (WHO), menunjukkan bahwa lebih
dari 3 juta orang meninggal karena PPOK pada tahun 2012, yakni sebesar 6%
dari semua kematian global tahun itu dan lebih dari 90% kematian PPOK terjadi
di negara berpenghasilan rendah dan menengah (Putra, 2017). Prevalensi PPOK
di negara-negara Asia Tenggara prevalensi tertinggi terdapat di Vietnam(6,7%)
dan China (6,5%) dari total penduduknya (Saftarina et al., 2017).\ Sedangkan Di
Indonesia, PPOK menempati urutan kelima sebagai penyakit penyebab
kematian dan diperkirakan akan menduduki peringkat ke-3 pada tahun 2020
mendatang (Susanti, 2015). Prevalensi PPOK di Indonesia diperkirakan akan
terus meningkat, salah satunya disebabkan oleh banyaknya jumlah perokok di

1
Indonesia. Secara nasional konsumsi tembakau di Indonesia cenderung
meningkat dari 27% pada tahun 1995 menjadi 36.3% pada tahun 2013
(Kusumawardani et al., 2016).
Patogenesis terjadinya PPOK melibatkan stres oksidatif yang diakibatkan
oleh asap rokok atau zat polutan. Kemudian ketidakseimbangan antara protease,
yang berfungsi untuk memecah komponen jaringan ikat dan antiprotease, yang
berfungsi untuk melindunginya, juga berperan dalam patogenesis terjadinya
PPOK. Infeksi berulang dapat menyebabkan kolonisasi bakteri dan juga
mengakibatkan inflamasi pada jalan nafas, sehingga dapat mempermudah
terjadinya eksarsebasi. Inflamasi kronis yang disebabkan oleh zat polutan
ataupun asap rokok dapat membuat kerusakan pada jaringan parenkimal paru
atau lebih dikenal dengan empisema. Pada kondisi emfisema, banyak ditemukan
perusak elastin yang dimediasi protease. Patogenesis lainnya meliputi
peningkatan jumlah sel-sel inflamasi seperti CD8 dan jumlah mediator inflamasi
(A.Wisman et al., 2015). Pelepasan protease juga mengakibatkan terjadinya
metaplasia mukosa yang meningkatkan jumlah sel goblet dan membesarnya
kelenjar submukosa sehingga terjadi hipersekresi mukus sebagai respons
terhadap iritasi kronis saluran napas (PDPI, 2011). Terjadinya penumpukan
sputum di jalannapas akan mengakibatkan jalan napas menyempit, sehingga
dapat menyebabkan terjadinya obstruksi jalan napas yang dapat mengganggu
pergerakan udara dari dan ke luar paru. Terjadinya gangguan pergerakan udara
dari dan ke luar paru akan mengakibatkan penurunan kemampuan batuk
efektif. Hal tersebut menyebabkan terjadinya masalah ketidakefektifan bersihan
jalan napas (Muttaqin, 2009 dalam Rahayu, 2016).
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya komplikasi tersebut, maka
pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dengan masalah keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan napas harus segera diberikan penanganan yang
benar tepat dan berkualitas yaitu terapi farmakologis dan non farmakologis.
Terapi farmakologis yang dapat dilakukan adalah bronkodilator, metylxanthine,
kartikosteroid, phosphodiesterase-4 inhibator. Sedangkan intervensi lain: vaksin,
alpha-1augmentation therapy, antibiotik, mukolitik, immunoregulators, antitusif,

2
vasodilator, narkotik (morfin) (Soeroto & Suryadinata, 2014). Intervensi
keperawatan yang diberikan untuk pasien PPOK dengan masalah keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan napas yaitu manajemen jalan napas, pengisapan
jalan napas, kewaspadaan aspirasi, manajemen asma, peningkatan batuk,
pengaturan posisi, pemantauan pernapasan dan bantaun ventilasi (Wilkinson,
2017). Berkaitan dengan manajemen jalan napas, intervensi pendukung yang
bisa dilakukan adalah teknik clapping dan batuk efektif. Clapping dan batuk
efektif adalah teknik menggunakan posisi spesifik yang memungkinkan gaya
gravitasi untuk membantu dalam membuang sekresi bronchial (Brunner dan
Sudart, 1997 dalam Andayani & Supriyadi, 2014). Selain itu ada intervensi lain
yang termasuk dalam terapi farmakologis mukolitik yang bisa dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien PPOK dengan masalah keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah madu. Madu dapat mencegah
terjadinya PPOK, dengan kandungan antioksidannya madu mencegah terjadinya
peningkatan mukus, perubahan sel epitel jalan nafas, dan penyempitan pada
jalan nafas yang irreversibe (Saputra & Wulan, 2016).
Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan bahwa kelompok 2
tertarik untuk mengeksplorasi asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK) di ruang Garnet RSU Avisena Cimahi.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan secara optimal pada klien dengan
gangguan sistem pencernaan akibat penyakit paru obtruksi kronik (PPOK)
2. Tujuan Khusus
a. Kelompok mampu melakukan pengkajian data pada pasien
b. Kelompok mampu mengumpulkan dan menganalisa data berdasarkan
subjektif dan objektif pasien
c. Kelompok mampu menggakan diagnosa keperawatan sesuai data pasien
d. Kelompok mampu merencanakan tindakan keperawatan ang akan di
lakukan pada diagnosa keperawatan

3
e. Kelompok mampu melakukan implementasie keperawatan yang akan
dlakukan pada pasien
f. Kelompok mampu mengevalusai keperawatan
3. Manfaat Penulisan
a. Bagi pengembangan Ilmu Keperawatan
Menambah keluasan ilmu khususnya bidang keperawatan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dengan penyakit sistem pencernaan
akibat penyakit paru obtruksi kronik (PPOK)
b. Bagi kelompok 2
Memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan
keperawatan dengan penyakit sistem pencernaan akibat penyakit paru
obtruksi kronik (PPOK)
4. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini disusun secara sistematis dan diurutkan
menjadi 3 BAB :
Bab satu, Berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian meliputi tujuan
umum, khusus, dan manfaat penulisan serta sistematika
penulisan
Bab dua Berisi tentang konsep dasar teori yang berisi pengertia, anatomi
dan fisiologi paru, etiologi, patofisiologi, fathway, manifestasi
klinis, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan
Bab tiga Berisi tentang pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,
rencana dintadakan/intervensi keperawatan, implementasi dan
evaluasi keperawatan

4
BAB II

KONSEP DASAR TEORI

A. Definisi
Penyakit paru-paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan suatu istilah yang
sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru paru yang berlangsung lama
(Grace & Borlay, 2011). Penyakit PPOK ditandai dengan keterbatasan aliran
udara yang tidak dapat pulih sepenuhnya. Keterbatasan aliran udara biasanya
bersifat progresif dan di kaitkan dengan respon inflamasi paru yang abnormal
terhadap partikel atau gas berbahaya, yang menyebabkan penyempitan jalan
nafas hipersekresi mucus, dan perubahan pada system pembuluh darah paru
(Abidin, 2016).
Gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang di
sebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami
perubahan dalam masa observasi beberapa waktu. Penyakit paru obstruktif
menahun merupakan suatu istilah yang di gunakan untuk sekelompok penyakit
paru-paru yang berlangsung lama dan di tandai oleh peningkatan risistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Irman, 2011).
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Saluran Nafas Atas
a. Hidung
Terdiri atas bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal menonjol
dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago. Bagian
internal hidung adalah rongga berlorong permukaan mukosa hidung
dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus
dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung juga
berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru.

5
b. Faring
Faring atau tenggorokan merupakan struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi
menjadi tiga region yaitu nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring). Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada
traktus respiratorius dan digesi.
c. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan paring dan trakea. Laring sering disebut sebagai kotak
suara.
d. Trakea
Disebut juga batang tenggorokan. Ujung trakea bercabang menjadi
dua bronkus yang disebut karina.
2. Saluran Nafas Bawah
a. Bronkus
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri disebut bronkus lobaris
kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus). Bronkus
segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental
yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki: arteri, limfatik dan
saraf.
b. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus,
bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir
yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam
jalan napas.
c. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis
(yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia).

6
d. Bronkiolus Respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori.
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan
napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
e. Duktus Alveolar dan Sakus Alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus
alveolar dan sakus alveolar dan kemudian menjadi alveoli.
f. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2 terdiri atas 3 tipe:
1) Sel-sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding
alveoli.
2) Sel-sel alveolar tipe II adalah sel yang aktif secara metabolik dan
mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan
dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps).
3) Sel-sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel-sel
fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan.
3. Paru
Paru merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut terletak dalam
rongga dada atau toraks. Setiap paru mempunyai apeks dan basis, paru
kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus (lobos-lobus) tersebut
terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya.
4. Pleura
Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan
jaringan elastis terbagi menjadi 2 :
a. Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada.
b. Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru.

7
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis.
Pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak
selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-
paru tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir. Hal
ini untuk mencegah kolap paru-paru.

Gambar 1 Anatomi Paru


5. Mekanisme bernapas
Perubahan ritme kapasitas volume rongga dada dipengaruhi oleh
kinerja otot-otot pernapasan. Pada pernapasan normal, saat inprirasi otot
interkostal eksternal berkontraksi, tulang kosta dan sternum akan tertarik
ke atas, karena tulang kosta pertama tidak bergerak.
Pada saat inspirasi, diafragma berkontraksi sehingga turun,
akibatnya kapasitas rongga dada meningkat (Faiz & Moffat, 2013).
Akibatnya, tekanan antar permukaan pleura menjadi lebih negatif, lalu
jaringan elastis pada paru akan meregang dan paru akan mengembang
memenuhi kapasitas rongga dada. Pada saat ini tekanan udara di alveolus
lebih rendah dari tekanan atmosfir. Udara akan masuk ke dalam alveolus
akibat perbedaa tekanan tersebut.
Sebaliknya, pada saat ekspirasi dalam pernapasan normal, otot
interkotal eksternal akan relaksas, tulang kosta dan sternum akan turun,
lebar dan dalamnya dada akan kurang, diafragma akan relaksasi,

8
melengkung naik, panjang rongga dada akan berkurang, kapasitas rongga
dada akan berkurang tekanan permukaan pleura menjadi kurang negatif.
Jaringan elastis paru akan kembali ke keadaan semula. Tekanan udara
pada alveolus saat ini lebih tinggi dari tekanan udara. Udara akan
terdorong keluar alveolus.

Gambar 2 Proses inspirasi dan ekspansi par


Pada keadaan pernafasan paksa, tepatnya saat inspirasi, otot
cuping hidung dan otot glotis akan berkontraksi untuk membantu
masuknya udara ke dalam paru-paru. Otot pada leher akan berkontraksi,
tulang kosta pertama akan bergerak ke atas (dan sternum bergerak naik
dan ke depan). Pada saat ekspirasi pada pernapasan paksa, otot
interkostal internal berkontraksi, sehingga tulang kosta akan menurun
lebih dari pernafasan normal. Otot abdominal juga berkontraksi untuk
membantu naiknya diafragma (Sherwood, 2011).
C. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK) antara lain:
1. Pajanan dari partikel antara lain :
a. Merokok.
Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di
negara berkembang. Perokok aktif dapat mengalami hipersekresi mukus
dan obstruksi jalan nafas kronik. Dilaporkan ada hubungan antara
penurunan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dengan jumlah,

9
jenis dan lamanya merokok (Oemiati, 2013). Komponen-komponen asap
rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru
(Rahmadi, 2015).
b. Polusi
Polusi udara mempunyai pengaruh buruk pada volume ekspirasi
paksa detik pertama (VEP1), inhalan yang paling kuat menyebabkan
PPOK adalah Cadmium, Zinc dan debu. Bahan asap
pembakaran/pabrik/tambang. Beberapa penelitian menemukan bahwa
pajanan kronik di kota dan polusi udara menurunkan laju fungsi
pertumbuhan paru-paru pada anak-anak (Oemiati, 2013).
Polusi dari tempat kerja misalnya debu-debu organik (debu
sayuran dan bakteri atau racun-racun dari jamur), industri tekstil (debu
dari kapas) dan lingkungan industri (pertambangan, industri besi dan
baja, industri kayu, pembangunan gedung), bahan kimia pabrik cat, tinta
dan sebagainya (Susanto, 2021).
2. Genetik
Kekurangan Alpha 1-antitrypsin merupakan kekurangan suatu enzim
yang normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan. Peradangan pada
orang yang kekurangan enzim ini dapat terkena emfisema pada usia yang
relatif muda, walaupun tidak merokok (Rahmadi, 2015).
3. Riwayat infeksi saluran nafas berulang.
Infeksi saluran nafas akut adalah infeksi akut yang melibatkan organ
saluran pernafasan, hidung, sinus, faring, atau laring. Infeksi saluran nafas
akut adalah suatu penyakit terbanyak diderita anak-anak. Penyakit saluran
pernafasan pada bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai
pada masa dewasa, dimana ada hubungan dengan terjadinya PPOK
(Oemiati, 2013).

10
4. Usia.
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan usia yang bertambah
disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang.
Pada usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat
berkurang sehingga sulit bernafas (Dianasari, 2014)
D. Patofisiologi/Pathway

11
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen komponen
asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain
itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta
metaplasia. Perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu
sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental
dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi
sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi
sangat purulen. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul
hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat
mukus yang kental dan adanya peradangan (Jackson, 2014).
Komponen-komponen asap rokok atau paparan zat dan gas yang lain
juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator
peradangan secara progresif merusak strukturstruktur penunjang di paru. Akibat
hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi
berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal
terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan
demikian apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di
dalam paru dan saluran udara kolaps. (Grece & Borley, 2011).
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah sebagai
berikut Dianasari, (2014) seperti kelemahan badan, batuk, sesak nafas saat
aktivitas dan nafas berbunyi mengi atau wheezing, ekspirasi yang memanjang,
penggunaan otot bantu pernapasan, suara nafas melemah, edema kaki, asites dan
jari tabuh.
Klasifikasi derajat PPOK menurut Global initiative for chronic Obstritif
Lung Disiase (GOLD) 2011, diantaranya:
1. Derajat I (PPOK Ringan): Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada
tetapi tidak sering. Pada derajat ini pasien sering tidak menyadari bahwa
menderita PPOK.

12
2. Derajat II (PPOK Sedang): Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan
kadang ditemukan gejala batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini
biasanya pasien mulai memeriksakan kesehatannya.
3. Derajat III (PPOK Berat): Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa
lelah dan serangan eksasernasi semakin sering dan berdampak pada kualitas
hidup pasien.
4. Derajat IV (PPOK Sangat Berat): Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal
napas atau gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini
kualitas hidup pasien memburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam
jiwa biasanya disertai gagal napas kronik.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pengukuran Fungsi Paru
a. Kapasitas inspirasi menurun.
b. Volume residu : meningkat pada emfisema, bronkhitis, dan asma.
c. FEV1 (Forced Expiratory Volume In One Second) atau jumlah udara
yang dihembuskan dalam satu detik selalu menurun = derajat obstruksi
progresif penyakit paru obstruktif kronik.
d. FVC (Forced Vital Capacity) atau jumlah maksimal udara yang
dihembuskan awal normal : menurun pada bronkhitis dan asma.
2. Analisa Gas Darah
PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada asma. Nilai pH
normal, asidosis, alkalosis respiratorik ringan sekunder.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) meningkat pada polisetimia
sekunder.
b. Jumlah darah merah meningkat.
c. Pulse oksimetri : SaO2 oksigenasi menurun.

13
4. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan gram kuman / kultur adanya infeksi campuran. Kuman
patogen yang biasa ditemukan adalah streptococcus pneumoniae,
hemophylus influenzae, dan moraxella catarrhalis
5. Pemeriksaan Radiologi Thoraks Foto (AP dan lateral)
Menunjukan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung, dan
bendungan area paru. Pada emfisema paru didapatkan diagpragma dengan
letak yang rendah dan mendatar, ruang udara retrosternal ˃ (foto lateral),
jantu ntung, memanjang dan menyempit.
6. EKG
Kelainan EKG yang paling awal terjadi adalah rotasi clock wise
jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal, terdapat deviasi aksis ke kanan
dan P-pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan pada PPOK dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
terapi non farmakologis dan terapi farmakologis. Tujuan terapi tersebut
adalah mengurangi gejala, mencegah progresivitas penyakit, mencegah dan
mengatasi ekserbasasi dan komplikasi, menaikkan keadaan fisik dan
psikologis pasien, meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi angka
kematian.
Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan cara menghentikan
kebiasaan merokok, meningkatkan toleransi paru dengan olahraga dan
latihan pernapasan serta memperbaiki nutrisi. Edukasi merupakan hal
penting dalam pengelolaan jangkan panjang pada PPOK stabil. Edukasi
pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK adalah
penyakit kronik yang bersifat irreversible dan progresif, inti dari edukasi
adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan
perburukan penyakit.

14
2. Medis
Program rehabilitasi terdiri dari 3 komponen yaitu: latihan fisik,
psikososial dan latihan pernapasan (PDPI, 2015).
a. Terapi Oksigen: pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah
kerusakan sel baik di otot maupun organ-organ lainnya.
b. Nutrisi: malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena
bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang
meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan
terjadi hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti
PPOK karena berkorelasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan
perubahan analisis gas darah (PDPI / Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2015)
c. Bronkodilator: Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga
jenis bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat
penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak
dianjurkan pada penggunaan jangka panjang
H. Komplikasi

Komplikasi yang bisa saja terjadi akibat PPOK yaitu Gagal napas akut atau

Acute Respiratory Failure (ARF), Corpulmonal dan Pneumothoraks

15
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. L DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAFASAN DENGAN PPOK DI RUMAH SAKIT UMUM AVISENA
TAHUN 2021

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Biodata
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. L
Usia : 59 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
suku bangsa : Indonesia
Gol Darah : -
Tgl masuk RS : 12 November 2021
Tgl Pengkajian : 13 November 2021
No Medrek : 126729
Ruangan : Garnet
Diagnosa Medis : PPOK
Alamat : Jl. Marga Asri 3 bumi asri blok 04 01/08 kel.
Gempol sari, kec. Bandung kulon

16
2) Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Usia : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : S2
Hub dengan Klien : Menantu
Alamat : Bumi sangar mebel, jl cibolerang cinunuk

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Sesak Nafas
2) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSU Avisena pada tanggal 12 November
2021, pukul 18.40 dengan keluhan lemas, sesak, mual, batuk
berdahak, dan demam sejak 4 hari yang lalu. Suhu tubuh pasien saat
tiba di IGD 37,80C, pasien juga mengatakan sesak akan semakin
berat jika merasa kedinginan dan beraktivitas yang berlebihan.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien mengatakan pernah menjadi perokok aktif pada usia 30-37
tahun, pasien berhenti merokok karena timbul sesak yang terus
menurus terutama pada saat beraktivitas yang berat dan kedinginan.
Pasien mengatakan jika merasa sesak dan batuk pasien berobat ke
klinik atau puskesmas untuk melakukan therapy nebulizer.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit
yang sama dengan pasien ataupun penyakit lain.

17
5) Genogram

Keterangan:

= Laki-laki = Klien

= Perempuan = Meninggal

= Tinggal serumah = garis menikah


= garis keturunan/anak

c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Kesadaran : compos mentis
GCS : E:4 M : 5 V : 6 = 15
TTV : TD : 110/70 mmHg N : 94 R : 24 SB : 36,5 oC spo2 :
95%
1) Sistem pernafasan
Insfeksi : bentuk dada tampak simetris
Palpasi : tidak terdapat benjolan atau pembengkakan pada paru
Auskultasi : suara pernafasan pasien terdengar ronchi, pola napas
tidak teratur

18
Batuk : pasien mengalami batuk kurang lebih 4 hari dan terdapat
secret/sputum
2) Sistem kardiovaskular
Insfeksi : bentuk dada tampak simetris
Palpasi : tidak ada benjolan atau pembengkakan pada jantung
Auskultasi : tidak terdengar suara jantung tambahan
Keadaan ekstremitas : tidak ada lesi atau edema pada ekstremitas
atas dan bawah
3) Sistem pencernaan
Insfeksi : perut tampak simetris
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada bagian uluh hati
Auskultasi : terdengar suara bising usus 8 x/m
Perkusi : tidak terdapat kembung dsb
4) Sistem persyarafan
Riwayat kejang : pasien tidak mempunyai riwayat kejang
Reflek : normal
5) Sistem musculoskeletal
Kekuatan otot ekstremitas atas : lemah
Kekuatan oton ekstremitas bawah : lemah
Aktivitas : aktivitas pasien di bantu oleh keluarga sebagian
5 5
5 5
6) Sistem integument
Warna kulit : sawo matang
Integritas : normal
Turgor : normal, crt kurang dari 3 detik
d. Data Psikologis
1) Konsep Diri
a) Body Image : pasien mengatakan bersyukur dan menyukai seluruh
bagian tubuhnya yang utuh
b) Harga diri : pasien mengatakan tidak merasa malu dengan
penyakit yang diderita.

19
c) Peran : pasien mengatakan sedih, karena tidak bias berkumpul dan
melakukan aktivitas di rumah
d) Identitas diri : pasien mengenali dirinya bahwa beliau seorang ibu
rumah tangga dan memiliki 4 orang anak.
e) Ideal diri : pasien mengatakan bias beradaptasi dengan lingkungan di
rumah sakit
2) Status Emosi ; Emosi stabil dan tidak mudah marah
3) Kecemasan : pasien mengatakan khawatir dengan penyakit yang
dideritanya
4) Gaya komunikasi : gaya komunikasi normal
5) Persepsi klien terhadap penyakit : pasien menerima keadaannya
e. Data Sosial
1) Gaya komunikasi : pasien mengatakan mampu berkomunikasi dengan
Tetangganya dan Perawat saat di RS dengan baik
2) Hubungan sosial : pasien aktif dalam kegiatan sosial ( pengajian, arisan,
kerjabakti dll )
f. Data Spiritual
1) Falsafah hidup : pasien menerima keadaan penyakit yang dideritanya,
pasien menjalani kehidupan seperti biasanya
2) Harapan pasien dengan penyakitnya, pasien mengatakan ingin cepat
sembuh
3) Pasien rajin dalam beribadah selalu mengaji Al-Quran dan sholat tepat
waktu.serta melakukan pengajian di rumah.
g. Data Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 13,8 Gr/dl Wanita ( >13th)12,0-15,0
Leukosit 9,3 Rb/mm3 Dewasa (>13th)3,6 – 10,6
Hematokrit 41,3 % Wanita (>13th)35,0-49,0
Trombosit 298 X1000/ul 150 – 450
Gds 132 Mg/dl 80 – 120
12/11/2021 Basofil 0 % 0 -1
Eosinophil 0 % 0–4
Batang 2 % 2–5
Segmen 57 % 36 – 66
Limsofit 31 % 22 – 40
Monosit 10 % 4–8

20
SARS COVID-19 : Negatif (-)
2) Pemeriksaan Radiologi
Thorax foto :
Kolom udara trachea tampak baik, daerah mediastinum tidak melebar
Cor tidak membesar, CTR <50%, pinggang jantung normal, Apex diatas
diafragma, sinuse dan diafragma mendatar.
Pulmo : corakan paru berkurang tampak hiperaerasi kedua lapang paru.
Hilli normal : tidak tampak perbercakan maupun opasitas ground glas
Sela iga tampaknya melebar
Kesan thorax foto :
Sugestif emfisema pulmonum bilateral
Tidak tampak TB paru
Tidak tampak gambaran pneumonia
Tidak tampak kardiomegali
3) Therapy Obat
1. Obat Oral
- Sanmol 500 mg
- Omeprazole 1x 20 mg
- Nac 3 x 200 mg
2. Obat injeksi
- Cefotaxime 3 x 1gr
3. Obat nebulizer
- Combivent 80 mg
- Oksigen 3 liter
4. Infuse/IVFD
- Rl 500 ml/ 20gtt/menit

21
2. ANALISA DATA
Nama : Ny.L Ruangan : Garnet
Umur : 59 Tahun No Rm : 126729

Hari/Tgl/
No Data Etiologi Problem
Jam
1. Sabtu Ds: Hipersekresi Ketidakefektifan
13/11/2021 - Pasien mengatakan sesak mucus bersihan jalan
nafas disertai batuk nafas b.d
- Pasien mengatakan terdapat Penumpukan lendir peningkatan
dahak dan dahaknya susah sekresi
keluar peningkatan mucus/secret
Do : sekresi
- Pasien tampak sesak dengan mucus/secret
suara terdengar Ronchi
- Pasien tampak batuk , Merangsang reflex
- Terdapat Secret/Sputum batuk
- Observasi ttv \
- TD : 110/70 mmHg, Nadi : Ketidakefektifan
94x/menit Suhu : 36,5 C, bersihan jalan
Respirasi : 24 x/menit : nafas
SPO2 : 94 %
2. Sabtu Ds : Sesak nafas Ketidak
13/11/2021
- Pasien mengatakan sulit seimbangan nutrisi
makan karna mual dan Penurunan nafsu kurang dari
muntah makan kebutuhan tubuh
- Pasien mengatakan SMRS b.d mual dan
terjadi penuruna BB Penurunan berat muntah ditandai
- BB SMRS 61 kg badan dengan penurunan
berat badan

22
Do : Ketidak
- Mukosa bibir tampak kering seimbangan nutrisi
- BB MRS 60 kg kurang dari
kebutuhan tubuh
3. Sabtu Ds : ketidakcukupan Intoleransi
13/11/2021  Pasien mengatakan pusing suplai oksigen aktivitas b.d
 Pasien mengatakan badan ketidakcukupan
lemas dan pegal pada suplai oksigen
punggung Intoleransi
Do : aktivitas
 Pasien tampak lemas
 Aktivitas pasien di bantu
kelurga sebagian

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnose Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
sekresi mucus/secret
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah ditandai dengan penurunan berat badan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakcukupan suplai oksigen

23
C. INTERVENSI
Nama : Ny.L Ruangan : Garnet
Umur : 59 Tahun No Rm : 126729
Tanggal / No
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Waktu Dx
Sabtu 1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas Dengan dilakukannya
13/11/2021 keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor pola nafas batuk efektif / nebulizer
bersihan jalan nafas meningkat 2. Monitor bunyi nafas tambahan diharapakan sputum
dengan kriteria hasil : 3. Monitor sputum / mucus (warna) bisa cair dan keluar,
- Produksi sputum/mucus 4. Mengajarkan batuk efektif sehingga pasien tidak
menurun 5. Menganjurkan teknik relaksasi merasa sesak
- Frekuensi nafas membaik nafas dalam
- Tidak terdapat suara 6. Mengatur posisi semi fowler
tambahan 7. Kolaborasi pemberian
bronkodilator / ekspektoran
Sabtu 2. Setelah dilakukan tindakan Manajemen mual dan muntah : Dengan dilakukannya
13/11/2021 keperawatan selama 3 X 24 jam 1. Identifikasi status nutrisi manajemen mual dan
mual berkurang / hilang dengan 2. Identifikasi alergi atau muntah diharapkan
kriteria hasil : intoleransi makanan pasien mempunyai
- Porsi makan meningkat 3. Monitor asupan makanan (porsi kemauan untuk makan
(habis 1 porsi) makan) sehingga tidak akan
- Pasien tidak mual 4. Monitor berat badan merasa lemas dan berat
- Berat badan meningkat 5. Monitor hasil pemeriksaan badan kembali
laboratorium meningkat
6. Kolaborasi dengan ahli gizi
Sabtu 3. Setelah dilakukan tindakan Managemen energi Dengan dilakukannya
13/11/2021 keperawatan selama 3 X 24 jam 1. Kolaborasikan dengan tenanga manajemen energi
pasien mampu melakukan rehabilitasi medic dalam diharapkan pasien
aktifitas secara mandiri dengan merencanakan program terapi mampu mengatur
kriteria : yang tepat aktivitasnya sehingga
- Mampu melakukan 2. Bantu pasien untuk tidak akan cepat merasa
aktifitas mandiri mengidentifikasi aktivitas yang lelah.
- Berpartisifasi dalam mampu dilakukan
aktivitas fisik tanpa 3. Monitor respons fisik pasien
disertai peningkatan 4. Berikan penkes atau edukasi
tekanan darah, nadi, dan latihan fisik
respirasi

24
D. IMPLEMENTASI
Nama : Ny.L Ruangan : Garnet
Umur : 59 Tahun No Rm : 126729

Tanggal/
Jam Implementasi keperawatan Respon Ttd
Waktu
08.00 1. Memonitor pola nafas 1. Pola nafas kembali normal
Sabtu 2. Memonitor bunyi nafas 2. Tidak ada bunyi nafas
13 .11. tambahan tambahan
2021 3. Memonitor sputum / mucus 3. Sputum/mucus sudah
Dx 1 (warna) berkurang
4. Mengajarkan batuk efektif 4. Pasien dapat melakukan
5. Menganjurkan teknik batuk efektif dan relaksasi
relaksasi nafas dalam nafas dalam
6. Mengatur posisi semi fowler 5. pasien melakukan relaksasi
7. Kolaborasi pemberian obat nafas dalam 1 menit 2x
- bronkodilator (nebulizer 6. Pasien tampak nyaman
combifen & nacl 2 cc dengan posisi semi fowler
- pemberian IVFD 20 tpm 7. pasien mau diajak kerja
- Pemberian OMZ 20 G sama terapi obat masuk
- Pemberian 02 3 lpm
- Cefotaxim 3 X 1 gr
- NAC 3 X 1
- Sanmol 500 mg

Sabtu 09.00 1. Mengidentifikasi status


1. Nafsu makan pasien
13.11.2021 nutrisi meningkat ( habis 1 porsi )
Dx 2 2. Menganjurkan pasien makan 2. pasien makan 3 sendok
sedikit tapi sering sekali dengan frekuensi
3. Memonitor asupan makan sering
makanan 3. pasien makan di bantu
4. Memonitor berat badan keluarga
5. Kolaborasi dengan ahli gizi4. BB : 60,5 Kg
5. pasien memakan makanan
yang diberikan ahli gizi
Sabtu 10.00 1. Melakukan kolaborasi 1. Pasien dapat diajak kerja
13.11.2021 dengan tenaga rehabilitasi sama
Dx 3 medic dalam merencanakan 2. pasien mampu memiringkan

25
program terapi yang tepat badan sendiri
2. Membantu pasien untuk 3. pasien belum mampu
mengidentifikasi aktivitas berjalan ke kamar mandi
yang mampu dilakukan
3. Memonitor respons fisik
pasien

Tanggal/
jam Implementasi keperawatan Respon Ttd
Waktu
08.30 1. Memonitor pola nafas 1. Pola nafas kembali normal
Minggu 2. Memonitor sputum / mucus 2. Tidak ada bunyi nafas
14.11. (warna) tambahan
2021 3. Mengajarkan batuk efektif Sputum/mucus sudah
Dx 1 4. Mengatur posisi semi berkurang
fowler 3. Pasien dapat melakukan
5. Kolaborasi pemberian obat batuk efektif dan relaksasi
- bronkodilator (nebulizer nafas dalam
combifen & nacl 2 cc ) 4. Pasien tampak nyaman
- Cefotaxim 3x1 dengan posisi semi fowler
- NAC 3x1 5. pasien mau diajak kerja
sama, therapi masuk, batuk
tampak berkurang
Minggu 09.30 1. Mengidentifikasi status 1. Nafsu makan pasien
14.11.20 nutrisi meningkat
21 2. Mengidentifikasi alergi atau 2. Tidak ada alergi makanan
Dx 2 intoleransi makanan 3. pasien makan dengan 4
3. Memonitor asupan sendok sekali
makanan 4. BB 61 Kg
4. Memonitor berat badan
Minggu 10.00 1. Melakukan kolaborasi 1. Pasien dapat melakukan
14.11.20 dengan tenanga rehabilitasi aktifitas fisik secara mandiri
21 medic dalam merencanakan 2. pasien mampu berjalan
Dx 3 program terapi yang tepat sendiri ke kamar mandi untuk
2. Membantu pasien untuk BAK
mengidentifikasi aktivitas 3. pasien mampu menggerakan
yang mampu dilakukan ke fisiknya ke posisi duduk
3. Memonitor respons fisik tanpa dibantu keluarga
pasien

26
Tanggal/
jam Implementasi keperawatan Respon Ttd
Waktu
08.00 1. Memonitor pola nafas 1. Pola nafas kembali normal
Senin 2. Memonitor bunyi nafas 2. Tidak ada bunyi nafas tambahan
15 .11. tambahan 3. Sputum/mucus sudah tidak ada
2021 3. Memonitor sputum / mucus 4. Pasien dapat melakukan batuk
Dx 1 (warna) efektif dan relaksasi nafas
4. Mengajarkan batuk efektif dalam
5. Pasien tampak nyaman dengan
posisi semi fowler
Senin 09.00 1. mengidentifikasi status nutrisi 1. Nafsu makanpasien meningkat
15.11.202 2. mengidentifikasi alergi atau habis 2 porsi dalam sehari
1 intoleransi makanan 2. Tidak ada alergi makanan
Dx 2 3. Memonitor asupan makanan 3. pasien makan dengan habis 2
4. Memonitor berat badan porsi dalam sehari
4. BB 61Kg

E. EVALUASI
Nama : Ny.L Ruangan : Garnet
Umur : 59 Tahun No Rm : 126729
Tanggal/
JAM Evaluasi keperawatan Ttd
Waktu
Sabtu 14:00 S : Pasien mengatakan masih sesak nafas disertai batuk
13.11.2021 Dx 1 O : Pasien tampak lemah kesadaran composmentis.
TD : 110/80 mmHg
S : 37,3oC
N : 80x/m
R : 23x/m
SpO2 : 96% dengan oksigen
A : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan sekresi mucus/secret
P : Masalah belum teratasi (intervensi dilanjutkan)
15:00 S : Pasien mengatakan masih susah menelan, dan mual tetapi tidak
Dx 2 disertai muntah
O : Pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, BB : 60 kg

27
TD : 110/80 mmHg
S : 36,8oC
N : 84x/m
R : 22x/m
SpO2 : 96% dengan oksigen
A : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual muntah
P : Masalah belum teratasi (intervensi dilanjutkan)
16:00 S : Pasien mengatakan pusing , pasien mengatakan badan lemas dan
Dx 3 pegal pada punggung, mudah lelah dan sesak saat beraktivias
O : pasien tampak lemas, dan berbaring di tempat tidur,
TD : 120/80 mmHg
S : 36,5oC
N : 84x/m
R : 21x/m
SpO2 : 97% tanpa oksigen
A : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidaksimbangan
antara suplai dan oksigen
P : Masalah belum teratasi (intervensi dilanjutkan)

28
Tanggal/
JAM Evaluasi keperawatan Ttd
Waktu
Minggu 14:30 S : Pasien mengatakan sesak berkurang, batuk berkurang
14.11.2021 Dx 1 O : Pasien tampak lemah kesadaran composmentis.
TD : 120/80 mmHg
S : 36,3oC
N : 81x/m
R : 20x/m
SpO2 : 98% tanpa oksigen
A : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan sekresi mucus/secret
P : Masalah teratasi sebagia (intervensi dilanjutkan)
15:30 S : Pasien mengatakan masih susah menelan, dan mual berkurang
Dx 2 tidak disertai muntah
O : Pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, BB : 61 kg
TD : 120/80 mmHg
S : 36,5oC
N : 82x/m
R : 20x/m
SpO2 : 98% tanpa oksigen
A : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual muntah
P : Masalah teratasi Sebagian (intervensi dilanjutkan)

16:30 S : Pasien mengatakan tidak pusing lagi , pegal pada punggung


Dx 3 hilang
O : pasien mampu melakukan aktivitas mandiri,
TD : 120/80 mmHg
S : 36,5oC
N : 84x/m

29
R : 20x/m
SpO2 : 98% tanpa oksigen
A : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidaksimbangan
antara suplai dan oksigen
P : masalah teratasi (intervensi dihentikan)

Tanggal/
JAM Evaluasi keperawatan Ttd
Waktu
Senin 14:00 S : Pasien mengatakan sesak hilang
15.11.2021 Dx 1 O:
TD : 120/80 mmHg
S : 36,5oC
N : 84x/m
R : 20x/m
SpO2 : 98% tanpa oksigen
A : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan sekresi mucus/secret
P : Masalah teratasi (intervensi dihentikan)
15:00 S : Pasien mengatakan sudah bisa makan seperti biasa, dan mual
Dx 2 hilang
O : Pasien tampak segar, BB : 61 kg
TD : 120/80 mmHg
S : 36,5oC
N : 84x/m
R : 20x/m
Spo2 : 98% tanpa oksigen
A : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual muntah
P : Masalah teratasi (intervensi dihentikan)

30
16:00 S : Pasien mengatakan tidak pusing lagi , pegal pada punggung
Dx 3 hilang
O : pasien mampu melakukan aktivitas mandiri,
TD : 120/80 mmHg
S : 36,5oC
N : 84x/m
R : 20x/m
SpO2: 98%
A : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidaksimbangan
antara suplai dan oksigen
P : masalah teratasi (intervensi dihentikan)

F. Diachharge Planing
1. Pantau tanda-tanda vital
2. Anjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering
3. Anjurkan minum 2 L/hari
4. Ajarkan pola hidup yang sehat
5. gunakan masker medis saat keluar rumah (terhindar dari virus, polusi yang
dapat menyebabkan sesak kambuh)
6. konsultasi dengan dOkter

31
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A., Yunus, F., Wiyono, W. H., & Ratnawati, A. 2016. Manfaat

Rehabilitasi Paru dalam Meningkatkan atau Mempertahankan Kapasitas

Fungsional dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik

di RSUP Persahabatan. Jurnal Respirologi, 1–13

Dianasari, N. 2014. Pemberian Tindakan Batuk Efektif terhadap Pengeluaran


Dahak pada Asuhan Keperawatan Tn. W dengan Penyakit Paru
Obstruksi Kronik (PPOK) di IGD RSUD DR. Soediran Mangun
Soemarso Wonogiri. (Skripsi). Surakarta: Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan
Kusuma Husada.
Global initiative for chronic Obstruktif Lung Disease (GOLD). (2011). Inc.
Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention.
http://www.goldcopd.com.
Grace A. Pierce, Borley R. Nier. (2011). At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3.
Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 2012-
2014. Jakarta : EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid 1 & 2. Yogyakarta
: MediAction
Muttaqin. 2010. Asuhan Keperawatan perioperatif konsep, proses, dan aplikasi .
Jakarta: Salemba Medika.
Oemiati, R, 2013, Kajian Epidemiologis Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK). Media Litbangkes Vol.23 No.2 : 82-88
Rahmadi, Y. 2015. Nursing Care On Mr. W With Respiratory System Disorders:
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (Copd) In Pandan Arang
Governement Hospital Of Boyolali, 302.

32
Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. 6 th ed. Jakarta :
EGC.
Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: ECG
Smeltzer. 2011. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta:
EGC.
Susanto, A D. 2021. Permasalahan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Pada Pekerja. Jurnal Respirologi Indonesia Vol 41 No. 1
Somantri, Irman. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Pernafasan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

33
Lampiran 1
LEAFLEAT BATUK EFEKTIF

34
35

Anda mungkin juga menyukai