Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEKNIK DAN MANAJEMEN PUPUK

“DEFISIENSI HARA TANAMAN”

Marselus Yogi Yanto


C1011191181

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan kasih sayang-Nya. Makalah teknik manajemen pupuk yang berjudul “DEFISIENSI
HARA TANAMAN”. dapat diselesaikan dengan waktu yang tepat. Sehubung dengan
adanya tugas terstruktur sebagai salah satu syarat kelulusan matakuliah Teknik manajemen
pupuk. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
bapak Maulidi, SP, M.Si dan Ibu Ir. Agustina Listiawati, MP. selaku dosen pengampu
matakuliah Teknik manajemen pupuk, dan juga saya berterima kasih kepada teman-teman
yang membantu dan selalu mendukung saya dalam membuat makalah ini, sehingga makalah
ini bisa diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam penulisan laporan makalah ini saya menyadari masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak,
sehingga makalah ini bisa disempurnakan dikemudian hari.

Pontianak , 27 Maret 2021


Penulis

Marselus Yogi Yanto

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................................2
BAB 2.........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 Pengertian unsur hara N dan K...............................................................................3
2.2 Defisiensi tanaman yang kekurangan unsur hara N dan K..................................4
2.3 Cara mengatasi tanaman yang kekurangan unsur hara N dan K........................6
BAB 3.........................................................................................................................................8
PENUTUP.................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan................................................................................................................8
DOKUMENTASI...................................................................................................................10

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tanaman, seperti halnya mahluk hidup lainnya memerlukan nutrisi yang cukup
memadai dan seimbang agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Secara garis besar
tanaman memerlukan 2 jenis elemen unsur hara untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal. Dua jenis unsur hara tersebut adalah unsur hara makro dan
unsur hara mikro.

Unsur hara makro adalah unsur-unsur hara yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah
yang cukup besar. Yang termasuk unsur hara makro diantaranya Nitrogen, Fosfor, Kalium,
Magnesium, Kalsium, dan Blerang. Sedangkan unsur hara mikro adalah unsur uang
diperlukan tanaman dalam jumlah yang sedikit tetapi sangat penting. Yang termasuk unsur
hara mikro yaitu Boron, Tembaga, Seng, Besi, Molibdenum, Mangan, Khlor, Natrium,
Cobalt, Silicon, dan Nikel.

Nitrogen (N) dan Kalium (K) merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman dalam jumlah yang besar. Nitrogen merupakan anasir penting dalam pembentukan
klorofil, protoplasma, protein, dan asam-asam nukleat. Unsur ini mempunyai peranan yang
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan semua jaringan hidup (Brady and Weil,
2002).

Nitrogen pada umumnya diserap tanaman dalam bentuk NH4+ atau NO3", yang
dipengaruhi oleh sifat tanah, jenis tanaman dan tahapan dalam pertumbuhan tanaman. Pada
tanah dengan pengatusan yang baik N diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat, karena sudah
terjadi perubahan bentuk NH4+menjadiNO3, sebaliknya pada tanah tergenang tanaman
cenderung menyerap NH4+(Havlin et al., 2005)

Kalium diserap dalam bentuk K+ dan banyak terkandung pada abu, seperti pada abu
daun teh yang muda mengandung 50 % K2O, pucuk tebu muda mengandung 60 – 70 % K2O.
Bila tanaman sama sekali tidak diberi K, maka asimilasi akan terhenti. Ubi kayu, kentang,
tebu nanas paling banyak memerlukan K2O di dalam tanah. Kalium termasuk kedalam
golongan yang mempunyai tingkat mobilitas sangat tinggi, selain unsur N dan Na. Unsur hara
dapat dikatakan mobil bila ia dapat ditransformasikan atau disalurkan lagi dalam bagian

1
tumbuhan, bila pada suatu saat ia telah tersimpan dalam salah satu bagian tumbuhan dan pada
bagian lain terjadi kekurangan unsur hara tersebut. Nitrogen dan Kalium adalah unsur yang
mobil, mudah sekali terlindi dan mudah menguap, sehingga tanaman seringkali mengalami
defisiensi..

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian unsur hara N dan K?
2. Apa defisiensi tanaman yang kekurangan unsur hara N dan K?
3. Bagaimana cara mengatasi tanaman yang kekurangan unsur hara N dan K?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui ciri-ciri tanaman yang kekurangan unsur hara N dan K


2. Mengetahui cara mengatasi tanaman yang kekurangan unsur hara N dan K

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian unsur hara N dan K

A. Nitrogen (N)
Nitrogen adalah unsur hara yang berfungsi merangsang pertumbuhan
vegetative tanaman secara keseluruhan, khususnya pertumbuhan batang, akar,
dan daun. Menurut Sugito (2012) bahwa terdapat empat jenis unsur yang paling
banyak dijumpai dalam jaringan tanaman ialah C, H, O dan N. Tiga unsur
pertama mudah tersedia bagi tanaman, terutama dalam bentuk CO2, H20 dan O2.
Namun Nitrogen (N) yang merupakan penyusun utama protein, relative tidak
tersedia bagi tanaman walaupun molekul nitrogen menduduki 80 persen dari total
unsur di atmosfir. Nitrogen merupakan unsur hara makro yang merupakan bagian
integral penyusun klorofil sehingga bertanggung jawab terhadap proses
fotosintesa (Munawar, 2011). Pada umumnya, nitrogen di atmosfir secara
kimiawi bersifat “innert” dan tidak bisa langsung digunakan oleh tanaman.
Sebagai pengganti tanaman gharus bergantung pada sejumlah kecil senyawa
Nitrogen (N) yang terdapat dalam tanah, terutama yang berbentuk ion bagi nitrit
dan ammonium, selanjutnya fiksasi hayati telah dilaporkan pada berbagai jenis
organisme, baik organisme yang hidup bebas maupun simbiosis anatara jasad
renik dan tanaman tinggi terutama jenis legume (kacang-kacangan).
B. Kalium (K)
Kalium memiliki beberapa fungsi. Kalium (K) bukan merupakan unsur
penyusun jaringan tanaman, namun berperan dalam pembentukan pati,
mengaktifkan enzim, pembukaan stomata (mengatur pernapasan dan penguapan),
proses fisiologis dalam tanaman, proses metabolik dalam sel, mempengaruhi
penyerapan unsur-unsur lain, mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan,
penyakit selain itu juga berperan dalam perkembangan akar. Kegunaan Kalium
(K) bagi tanaman yang lain adalah mengaktifkan kerja beberapa enzim asetik
thiokinase, aldolase, pirivat kinase, glutamilsistein sinterase, for[ CITATION Ari10 \l
1033 ]mil tetrahidrofolatsintetase, suksinil Co A sintetase, induksi nitrat
reduktase, sintesis tepung, ATP ase. Kalium (K) juga memacu translokasi
karbohidrat dari daun ke organ tanaman yang lain, terutama organ tanaman
penyimpan karbohidrat, misalnya ubi. Disamping itu Kalium (K) juga merupakan
komponen penting di dalam mekanisme pengaturan osmotik di dalam sel dan
juga berpengaruh langsung terhadap tingkat semipermiabilitas membran dan
fosforilasi di dalam khloroplast. Ahli yang lain juga menyebutkan bahwa peranan
unsur Kalium (K) bagi tanaman sangat penting dalam setiap proses melabolisme
dalam tanaman yaitu dalam sintesis dari asam amino dan protein dari ion-ion
amonium, dalam proses fotosintesis, sebab apabila terjadi kekurangan kalium
dalam daun, maka kecepatan asimilasi karbondioksida (CO2) akan turun. Jadi K
membantu pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan bagian

3
kayu dari tanaman, meningkatkan resistensi terhadap penyakit dan kualitas buah-
buahan.
Kalium (K) dalam tanah berasal dari: mineral-mineral yang terdiri dari primer
tanah seperti: feldspar dalam bentuk KalSi3O8 (sumber utama) sebanyak 16 %,
mika 5,2 % (terbagi dalam bentuk biotit ( (H,K)2(M,Fe)2Al2(SiO4)3) sebanyak
3,8 % dan muskovit (H2Kal3(SiO4)3) sebanyak 1,4 %); mineral sekunder: illit
(hidrous mika), vermikulit, khlorit, dan mineral tipe campuran. Kalium juga
dapat berasal dari pupuk buatan (ZK); dan bahan pupuk kalium seperti: kalsium
nitrat, gipsum, batuan posfat, super posfat, dan ca-cyanamide. Selain itu,sisa
tanaman dan pupuk kandang juga dapat menjadi sumber kalium yang cukup
penting.

2.2 Defisiensi tanaman yang kekurangan unsur hara N dan K

Ketahatan unsur hara N dan K adalah masalah yang umum pada hampir semua jenis
tanah, secara umum petani memberikan pupuk N dan K secara bersamaan untuk dapat
menghasilkan produk optimum dari pertaniannya dimana jumlah yang diberikan untuk
kedua unsur tersebut berbeda-beda sesuai dosis anjuran yang mereka ketahui. Tanaman
yang mengalami defisiensi unsur N menunjukkan pertumbuhan yang lambat, kelihatan
lemah, daunnya berwarna hijau terang hingga kuning. Biasa dijumpai pada daun-daun tua,
karena N merupakan unsur yang mobile. Tanaman cenderung mudah stress terhadap
kekeringan. Bila ammonium merupakan sumber N satu-satunya, kondisi toksik dapat
berkembang yang ditunjukkan dengan patahnya batang, sehingga menghambat serapan air.
Sedangkan unsur Kalium terjadi pada daun tua. Bagian tepi daun awalnya menguning
diikuti dengan munculnya bintik coklat (nekrotik) yang menandakan sel jaringan mati.
Kemudian bintik melebar disepanjang tepi daun yang mengalami kecoklatan dengan tepi
gelap (jaringan daun telah mati) yang dikelilingi oleh warna kuning (lapisan sel daun yang
belum mati). Namun, Bagian pertulangan daun tetap berwarna hijau.
1. Nitrogen
Diantara berbagai hara tanaman, Nitrogen (N) termasuk yang paling banyak
mendapat perhatian, karena jumlahnya yang sedikit dalam tanah, sedangkan yang
terangkut oleh tanaman berupa hasil panen setiap musim sangat banyak. Selain itu,
Nitrogen (N), sering hilang karena pencucian dan penguapan, sehingga
ketersediaannya dalam tanah untuk dapat diserap tanaman sangat kecil. Oleh
karena itu, pengawetan dan pengendalian unsur ini sangatlah penting (Purwono
dan Harsono, 2005 dalam Isrun, 2010), selanjutnya tantangan terbesar dalam
kegiatan pertanian saat ini adalah peningkatan efisiensi penyediaan Nitrogen (N),
melalui pengurangan kehilangan Nitrogen (N) dan dampak negatif yang
ditimbulkannya. Nitrifikasi merupakan proses perubahan amonium (NH4+)
menjadi nitrat (NO3-), perubahan ini dapat merugikan apabila laju nitrifikasi
terlalu tinggi. Untuk mengatasi tantangan tersebut di atas maka diperlukan suatu
upaya. Upaya petani di negara maju untuk meningkatkan efisiensi Nitrogen (N)
salah satunya dengan senyawa penghambat nitrifikasi, antara lain dengan
penggunaan pupuk Nitrogen (N) lepas lambat (slow release) atau pupuk Nitrogen
(N) bersama nitrification inhibitor seperti thiourea; sulfathiazole; dan N-serve

4
(nitrapirin). Walaupun senyawa sintetik tersebut efektif mengurangi kehilangan
Nitrogen (N) tanah, namun selain harganya relatif mahal ternyata juga berdampak
negatif terhadap mikroba non-target seperti bakteri penambat N2 dan mikoriza
(Khalifa, 2010). Bila tanah kurang mengandung Nitrogen (N) tersedia, maka
seluruh tanaman akan berwarna hijau pucat atau kuning (klorosis). Hal ini dapat
terjadi karena rendahnya produksi klorofil dalam tanaman. Daun tertua lebih
dahulu menguning karena Nitrogen (N) dipindahkan dari bagian tanaman ini
menuju ke daerah ujung pertumbuhan. Daun bagian bawah tanaman yang
mengalami defisiensi pada awalnya menguning dibagian ujung dan gejala klorosisi
cepat merambat melalui tulang tengah daun menuju batang. Daun tepi dapat tetap
hijau untuk beberapa saat. Bila defisiensi menjadi semakin berat, daun tertua kedua
dan ketiga mengalami pola defisiensi serupa dan daun tertua pada saat iru akan
menjadi coklat sempurna. Bila defisiensi Nitrogen (N) dapat dilacak pada awal
pertumbuhan, maka dapat diatasi dengan suatu penambahan pupuk yang
mengandung Nitrogen (N) sedikit pengaruh pada hasil panen (Sugito, 2012).

2. Kalium
Untuk hara K, mekanisme yang paling berperan adalah difusi, diikuti oleh aliran
massa dan pemotongan akar yang masing-masing berkontribusi 71%, 26%, dan 3%
dari total K yang diserap tanaman (Barber dalam Corey 1973). Karena pergerakan K
ke permukaan akar terutama melalui difusi, maka difusi K sangat bergantung pada
kandungan dan kesinambungan massa lengas tanah, perbedaan konsentrasi K antara
tempat sumber K dan permukaan akar, dan jarak antara kedua tempat tersebut. Difusi
K ke permukaan akar semakin cepat dengan meningkatnya kadar lengas tanah,
perbedaan kadar
Peran K pada tanaman berkaitan erat dengan proses biofisika dan biokimia
(Beringer 1980). Dalam proses biofisika, K berperan penting dalam mengatur
tekanan osmosis dan tugor, yang pada gilirannya akan memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan sel serta membuka dan menutupnya stomata. Gangguan pada
pembukaan dan penutupan stomata akibat tanaman kahat (deficiency) K akan
menurunkan aktivitas fotosintetis karena terganggunya pemasukan CO2 ke daun.
Tanaman yang cukup K dapat mempertahankan kandungan air dalam jaringannya,
karena mampu menyerap lengas dari tanah dan mengikat air sehingga tanaman
tahan terhadap cekaman kekeringan. Dalam proses biokimia, peranan K berkaitan
erat dengan 60 macam reaksi enzimatis, di antaranya enzim untuk metabolisme
karbohidrat dan protein. Penyediaan K yang cukup sangat diperlukan dalam proses
pengubahan tenaga surya menjadi tenaga kimia (ATP atau senyawa organik). Ada
hubungan yang erat antara kadar K dalam jaringan dengan asimilasi CO 2. Apabila
tanaman kekurangan K, maka pengangkutan (translocation) karbohidrat dari daun
ke organ lainnya terhambat sehingga hasil fotosintetis terakumulasi pada daun dan
menurunkan kecepatan fotosintetis itu sendiri (Hartt dalam Mengel dan Kirkby
1978). Peran penting hara K dalam menentukan kualitas produk pertanian
berkaitan dengan komposisi kimia dan tampilan fisik. Pada tanaman yang
kekurangan K, pembentukan protein akan terganggu sehingga kadar N protein
menurun dan kadar N-bukan protein meningkat. Apabila kekurangan K sudah
sampai pada tingkat yang serius, jaringan tanaman banyak mengandung nitrat dan

5
amonium bebas, amida, dan asam-asam organik yang akan menurunkan kualitas
produk pertanian

2.3 Cara mengatasi tanaman yang kekurangan unsur hara N dan K

Dalam kondisi di atas, unsur N dan K dapat dikatakan memiliki peran yang berbeda
dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
1. Nitrogen
Penambahan N melalui pemupukan akan merangsang pertumbuhan akar dan
meningkatkan berat akar tanaman. Perakaran yang tumbuh pada tanah cukup N
berukuran besar dan nisbi pendek, sedangkan perakaran pada tanah kurang N lebih
panjang, kecil dan melimpah (Marscher, 1986). Salah satu cara untuk
mengembalikan kondisi kesuburan tanah dan unsur N seperti semula adalah
dengan menambahkan bahan organik ke tanah pertanian dan mengurangi
penggunaan pupuk kimia. Bahan organik dapat diperoleh dari pupuk organik yang
dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain; sisa panen seperti (jerami,
brangkasan tanaman legume (kacang tanah dan kedelai), tongkol jagung, bagas
tebu, dan sabut kelapa, serbuk gergaji, kotoran hewan, limbah media jamur,
limbah pasar, rumah tangga, dan pabrik, serta pupuk hijau (Yang, 2001 dalam
Syam’un et al., 2012). Tindakan alternatif lain dalam peningkatan ketersediaan
unsur Nitrogen (N) dalam tanah, antara lain dengan penambahan bahan organik
seperti seresah tanaman berkualitas tinggi. Menurut Himawan, 2011 bahwa
pemberian pupuk anorganik, pupuk kandang sapi dan seresah sengon
(Paraserianthes falcataria L.) dapat meningkatkan Nitrogen (N) total tanah,
Nitrogen (N) total tertinggi (0,07%) dicapai oleh pemberian 45% pupuk kandang
sapi + 100% dosis rekomendasi + Seresah sengon 5% bobot pupuk kandang sapi,
pemberian pupuk anorganik, pupuk kandang sapi dan seresah sengon
(Paraserianthes falcataria L.)dapat meningkatkan serapan.
Agar dapat diserap tanaman, unsur hara harus mencapai permukaan akar
melalui tiga mekanisme, yaitu intersepsi akar (root interception), aliran massa
(mass flow), dan difusi (diffusion).
2. Kallium
Kebutuhan produk pertanian dalam jumlah besar dan berkualitas menuntut
peningkatan perhatian terhadap pengelolaan hara K. Hal ini karena K paling
banyak diserap tanaman pangan, terutama tanaman serealia seperti padi dan
jagung yang peningkatan produktivitas/produksinya terus dipacu.
Pengelolaan unsur hara, terutama K, menganut azas "berikan secukupnya dan
berlaku hemat". Berikan secukupnya bermakna pupuk K dapat diberikan sesuai
kebutuhan, bergantung pada jenis dan status K tanah, jenis tanaman, dan tingkat
hasil yang ingin dicapai. Ketersediaan hara K perlu dicermati karena adanya
fenomena konsumsi "mewah" (luxury consumption), yakni tanaman menyerap K
melebihi kebutuhan untuk pertumbuhan optimumnya (Tisdale et al. 1985).
Kelebihan K yang diserap tanaman kurang bermanfaat bagi peningkatan
pertumbuhan/ hasil sehingga terjadi pemborosan. Oleh karena itu, uji tanah
memegang peranan penting. Langkah- langkah dan strategi pemupukan
berdasarkan uji tanah dalam mengimplementasikan pemupukan berimbang

6
spesifik lokasi telah disampaikan oleh Suyamto (2002). Dalam pengelolaan hara
K, makna pertama sangat relevan dengan pemanfaatan sisa-sisa tanaman atau
limbah pertanian, misalnya jerami padi, brangkasan jagung, dan brangkasan
kedelai. Berdasarkan ratarata produktivitas tanaman, padi dengan hasil 4,7 t/ha
menyerap 122,4 kg K/ha, jagung 2,7 t/ha mengambil 49,7 kg K/ha, dan kedelai 1,2
t/ha mengangkut 25,6 kg K/ha. Sebanyak 89% K yang diambil tanaman padi
berada dalam jerami, 79% K yang diserap jagung tersimpan dalam brangkasan,
dan 50% K yang diangkut kedelai terdapat dalam brangkasan. Dengan demikian,
banyaknya K dalam jerami padi adalah 108,9 kg, jagung 39,3 kg, dan kedelai 12,8
kg/ha. Data tersebut menunjukkan bahwa jerami padi dan brangkasan jagung
merupakan sumber hara K yang potensial. Memanfaatkan sisa hara dari
pemupukan pertanaman sebelumnya juga dapat menghemat pupuk K. Pupuk K
yang diberikan pada tanaman tidak seluruhnya habis dimanfaatkan dan sebagian
hilang (Su 1976). Oleh karena itu, pengelolaan hara K dengan pendekatan pola
tanam merupakan langkah strategis karena dapat mengefisienkan pemupukan K.
Hasil penelitian Suyamto dan Sumarno (1993) dan Subandi et al. (1998a, 1998b)
membuktikan kebenaran tersebut

7
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Nitrogen
Nitrogen adalah unsur hara yang berfungsi merangsang pertumbuhan
vegetative tanaman secara keseluruhan, khususnya pertumbuhan batang, akar, dan
daun. Namun Nitrogen (N) yang merupakan penyusun utama protein, relative
tidak tersedia bagi tanaman walaupun molekul nitrogen menduduki 80 persen dari
total unsur di atmosfir. Nitrogen merupakan unsur hara makro yang merupakan
bagian integral penyusun klorofil sehingga bertanggung jawab terhadap proses
fotosintesa (Munawar, 2011).
Nitrogen (N), sering hilang karena pencucian dan penguapan, sehingga
ketersediaannya dalam tanah untuk dapat diserap tanaman sangat kecil. Oleh
karena itu, pengawetan dan pengendalian unsur ini sangatlah penting (Purwono
dan Harsono, 2005 dalam Isrun, 2010), ). Bila tanah kurang mengandung Nitrogen
(N) tersedia, maka seluruh tanaman akan berwarna hijau pucat atau kuning
(klorosis). Hal ini dapat terjadi karena rendahnya produksi klorofil dalam
tanaman. Daun tertua lebih dahulu menguning karena Nitrogen (N) dipindahkan
dari bagian tanaman ini menuju ke daerah ujung pertumbuhan. Daun bagian
bawah tanaman yang mengalami defisiensi pada awalnya menguning dibagian
ujung dan gejala klorosisi cepat merambat melalui tulang tengah daun menuju
batang. Daun tepi dapat tetap hijau untuk beberapa saat. Bila defisiensi menjadi
semakin berat, daun tertua kedua dan ketiga mengalami pola defisiensi serupa dan
daun tertua pada saat itu akan menjadi coklat sempurna.

2. Kalium
Kalium (K) bukan merupakan unsur penyusun jaringan tanaman, namun
berperan dalam pembentukan pati, mengaktifkan enzim, pembukaan stomata
(mengatur pernapasan dan penguapan), proses fisiologis dalam tanaman, proses
metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain, mempertinggi
daya tahan terhadap kekeringan, penyakit selain itu juga berperan dalam
perkembangan akar. Kegunaan Kalium (K) bagi tanaman yang lain adalah
mengaktifkan kerja beberapa enzim asetik thiokinase, aldolase, pirivat kinase,
glutamilsistein sinterase, formil tetrahidrofolatsintetase, suksinil Co A sintetase,
induksi nitrat reduktase, sintesis tepung, ATP ase. Kalium (K) juga memacu
translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman yang lain, terutama organ
tanaman penyimpan karbohidrat, misalnya ubi.
Gejala tanaman yang kekurangan unsur Kalium terjadi pada daun tua. Bagian
tepi daun awalnya menguning diikuti dengan munculnya bintik coklat (nekrotik)
yang menandakan sel jaringan mati. Kemudian bintik melebar disepanjang tepi
daun yang mengalami kecoklatan dengan tepi gelap (jaringan daun telah mati)
yang dikelilingi oleh warna kuning (lapisan sel daun yang belum mati). Namun,
Bagian pertulangan daun tetap berwarna hijau.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Fahmi2B*, S. S. (2010). PENGARUH INTERAKSI HARA NITROGEN DAN


FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea Mays L).
Berita Biologi 10(3) - Desember 2010, 297-304.
Muhammad Eka1*, N. A. (2017). UNSUR HARA PADA TANAMAN KOPI
MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR BERBASIS WEBSISTEM
PAKAR IDENTIFIKASI DEFISIENSI. Jurnal Sains Komputer & Informatika (J-
SAKTI)Volume (1) No. 2 September 2017, 1, 223-236.
Subandi. (2013). PERAN DAN PENGELOLAAN HARA KALIUM UNTUK
PRODUKSI PANGAN DI INDONESIA. Diajukan 11 Oktober 2012; Disetujui 4
Januari 2013.
Tando, E. (2018). UPAYA EFISIENSI DAN PENINGKATAN
KETERSEDIAANNITROGEN DALAM TANAH SERTA SERAPAN
NITROGENPADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.). Buana Sains Vol
18 No 2: 171 - 180, 2018, 18, 171-180.

9
DOKUMENTASI

Gambar 1. Contoh tanaman kekurangan unur hara Nitrogen (N)

Gambar 2. Contoh tanaman kekurangan unsur hara Kalium (K)

10

Anda mungkin juga menyukai