Anda di halaman 1dari 19

A.

Latar Belakang

Hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Hadits berfungsi sebagai
penjelas apa yang ada dalam Al-qur’an. Sesuatu yang belum jelas atau tidak ada dalam Al-qur’an
umat islam merujuknya kepada Hadits. Dengan kata lain, persoalan yang belum jelas atau
membutuhkan penjelasan para ulama menggunakan hadits sebagai rujukan dalam memutuskan
suatu masalah.

Banyak sekali Hadits Rasulullah SAW yang menuntut umat islam baik laki-laki maupun
perempuan untuk belajar ilmu. Dengan ilmu maka mudah bagi umat islam menjalankan tugas
sebagaimana tujuan Allah SWT menciptakan manusia ke muka bumi, yaitu beribadah. Misalnya
mengerjakan shalat. Seseorang akan mengetahui syarat dan rukun shalat dan bagaimana gerakan
shalat dengan ilmu yang diperoleh dari pengajian atau pendidikan.

Menuntut ilmu atau belajar merupakan suatu keharusan bagi setiap insan manusia.
Karena dengan ilmu, orang mampu membedakan perbuatan yang mana yang baik dan mana yang
buruk. Dengan ilmu pula seseorang menjalani kehidupan dunia tentram, aman dan damai. Dalam
agama islam, ilmu pengetahuan adalah kunci untuk menuju kebahagian dan keselamatan dunia
akhirat.
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam, hal ini terlihat dari
banyaknya ayat Al-Qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulia
disamping hadits-hadits yang banyak member dorongan bagi umatnya untuk menuntut ilmu.1
Dalam Al-Qur’an, kata ilmu dalam berbagai bentuknya digunakan lebih dari 800 kali. 2 Salah
satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya sebagaimana disebutkan oleh Dr Mahdi
Ghulsaniy yaitu penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al-qur’an dan sunnah mengajak
kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearidan, serta menempatkan orang-
orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi.3
Dari uraian singkat di atas jelas terlihat betapa penting ilmu pengetahuan bagi manusia,
baik untuk kehidupan diri pribadinya, ataupun kehidupan dengan kemanusiaannya. Baik

1
Suja’I Sarifandi, Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Hadis Nabi, Jurnal Ushuluddin Vol. XXI No. 1, Januari 2014
2
Muhammad Fu’ad Abd al-Bagi’, Mu’jam al-Mufakhrasy li al-Alfazh al-Qur’an al-karim, (kairo : Maktanah Dar al-
Salam, 2008)
3
Mahdi Ghulsaniy, Filsafat Sains Menurut al-Qur’an, Kata Pengantar Haidar Bagis, (Bandung : Mizan, 1991), hlm. 3.

1
kehidupan dunia ataupun kehidupan akhirat. Agar lebih jelas pembahasan penulisan makalah ini,
maka penulis akan menjelaskan lebih lanjut dalam bab pembahasan.
B. Pembahasan
1. Pengertian Hadits

Hadits atau al-hadits menurut bahasa berarti al-jadid ( sesuatu yang baru), lawan dari
kata al-qadim. Kata hadis juga berarti al-khabar (berita), yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. 4 Hadis sebagaimana tinjauan Abdul Baqa’ adalah
isim dari tahdith yang berarti pembicaraan. Kemudian didefinisikan sebagai ucapan, perbuatan
atau penetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.5

Menurut Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Hadis menurut bahasa artinya baru. Hadis juga
secara bahasa berarti “sesuatu yang dibicarakan dan dinukil”, juga “sesuatu yang sedikit dan
banyak”. Bentuk jamaknya adalah ahadits.6 Hadis menurut istilah ahli hadis adalah apa yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan, sifat,
atau sirah beliau, baik sebelum kenabian atau sesudahnya.7

Adapun secara terminologis, menurut ulama hadis sendiri ada beberapa perbedaan
definisi yang agak berbeda diantara mereka. Perbedaan tersebut ialah tentang hal ihwal atau sifat
Rasul sebagai hadis dan ada yang mengatakan bukan hadis. Ada yang menyebutkan taqrir
Rasulullah secara eksplisit sebagai bagian dari bentuk-bentuk hadis dan ada yang
memasukkannya secara implicit ke dalam aqwal atau af’al-nya.8

Ulama ushul memberikan definisi yang terbatas, yaitu “segala perkataan Nabi
Muhammad SAW yang dapat dijadikan dalil untuk menetapkan hukum shara’.” Dari pengertian
di atas bahwa segala perkataan atau aqwal Nabi Muhammad yang tidak ada relevansinnya
dengan hukum atau tidak mengandung misi kerasulan, seperti tentang cara nabi berpakaian,
berbicara, tidur, makan, minum tidak termasuk hadis.9

4
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, (Surabaya: al-Muna, 2010), hlm. 1.
5
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Terj. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), hlm. 21.
6
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, Terj. Cet. 1(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2005), hlm. 22.
7
Ibid., 22.
8
Arifin, Studi Kitab … 3
9
Ibid.

2
Menurut Muhammad ‘Ajaj Al-Khatib dalam bukunya Ushul Al-Hadits memberikan
definisi Hadis menurut ahli ushul fiqh, hadis adalah perkataan, perbuatan, dan penetapan yang
disandarkan kepada Rasulullah SAW setelah kenabian. Adapun sebelum kenabian tidak
dianggap sebagai hadis, karena yang dimaksud dengan hadis adalah mengerjakan apa yang
menjadi konsekwensinya. Ini tidak dapat dilakukan kecuali dengan apa yang terjadi setelah
kenabian.10

Sedangkan Ulama Hadis memberi definisi yang saling berbeda. Perbedaan tersebut
mengakibatkan dua macam ta’rif hadis. Pertama, ta’rif hadis yang terbatas, sebagaimana
dikemukakan oleh jumhur al-muhaddisin, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan. Ta’rif ini mengandung empat
unsur, yakni perkataan, perbuatan, pernyataan dan sifat-sifat atau keadaan-keadaan Nabi
Muhammad SAW yang lain, yang semuanya hanya disandarkan kepadnya saja,tidak termasuk
hal-hal yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’i.11

Kedua, pengertian yang luas, sebagaimana dikemukakan oleh sebagian muhaddisin, tidak
hanya mencakup sesuatu yang di-marfu-kan kepada Nabi Muhammad SAW saja, tetapi juga
perkataan, perbuatan dan taqrir yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’I pun disebut hadis.
Pemberian terhadap hal-hal tersebut yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW disebut
berita yang marfu’. yang disandarkan kepada sahabat disebut berita mauquf dan yang
disandarkan kepada tabi’i disebut maqthu’. Sebagaiman dikatakan oleh Mahfudh,
“Sesungguhnya hadis itu bukan hanya yang di-marfu’-kan kepada Nabi Muhammad SAW saha,
melainkan dapat pula disebutkan pada apa yang mauquf dan maqthu’.12

Dari beberapa pengertian hadis di atas, baik dari ulama ushul maupun dari ulama hadis,
dapat ditarik kesimpulan bahwa hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi
Muhammad SAW, sahabat, dan tabiin yang dapat dijadikan hukum syara’.

2. Pengertian Ilmu

10
Muhammad ‘Ajaj Al-Khatib, Ushul Al-Hadits Pokok-Pokok Ilmu Hadits, Cet 1 (Beirut: 1989), hlm. 27.
11
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalah al-Hadis (Bandung: PT. Al-Ma’rif, 1974) hlm. 20.
12
Ibid., 27.

3
Ilmu dalam terminologi bahasa Arab adalah pengetahuan yang mendalam atau
pengetahuan hakikat sesuatu, sedangkan akar katanya

‫ ﻋﻠﻤﺎ‬-‫ﯾﻌﻠﻢ‬-‫ﻋﻠﻢ‬

Yang artinya pengetahuan. Dalam kamus al-munjid fi al-lughoh wa al-‘ulum


didefinisikan

13
‫اﻟﻌﻠﻢ ادراك اﻟﺸﻲء ﺑﺤﻘﯿﻘﺔ اﻟﯿﻘﯿﻦ واﻟﻤﻌﺮ ﻓﺔ‬

Ilmu juga dapat diartikan sebagai suatu cabang studi yang berkenaan dengan pengamatan,
pengklasifikasian fakta-fakta, dan khususnya dengan penetapan kaidah-kaidah umum yang bisa
diuji. Sedangkan dalam ensiklopedi Islam dinyatakan bahwa ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ilm
yang berarti pengetahuan, merupakan lawan dari kata jahl yang berarti ketidaktahuan atau
kebodohan. Kata ilmu bisa disepadankan dengan kata Arab lainnya, yaitu ma’rifat
(pengetahuan), fiqh (pemahaman), hikmah (kebijaksanaan), dan syu’ur (perasaan).14

Adapun pengertian ilmu yang termuat dalam ta’lim al-muta’alim adalah sebagai berikut :

‫وﻣﺎ ﺗﻔﺴﯿﺮ اﻟﻌﻠﻢ ﻓﮭﻮ ﺻﻔﺔ ﺗﺠﻠﻰ ﺑﮭﺎ ﻟﻤﻦ ﻗﺎ ﻣﺖ ﺑﮫ الءﻣﺰﻛﻮر‬

Artinya: ilmu itu ditafsiri dengan sifat yang kalau dimiliki seseorang, maka menjadi jelas
apa yang terlintas di dalam pengertiannya.15

Sementara menurut Fazlur Rahman, al-Qur’an sering mengemukakan perkataan ‘ilm,


kata-kata jadiannya yang umum, dan pengertiannya sebagai “pengetahuan” melalui belajar,
berfikir, pengalaman dan lain sebagainya. Dengan pengertian seperti inilah perkataan ilmu
dipergunakan pada zaman nabi Muhammad SAW. Tetapi pada generasi para sahabat, islam
mulai berkembang sebagai sebuah “tradisi”. Ada bukti-bukti bahwa perkataan ‘ilm mulai

13
Louis Mahlouf al-Yasui,al-Munjid fi al-Lughoti wa al-Adabi wa al-‘Ulum, (Beirut, al-Matba’ah al-Katquiliyah, 973)
hlm. 527.
14
Van Hoeve, Ensiklopedi, (Jakarta: PT. Ihtiar Baru, 1994), cet. Ke-2. Hlm. 201.
15
Syekh Ibrahim bin Ismail, Syarh ta’limul muta’alim, (Indonesia: Darul Ihya’alKutub al-Arabiyah), hlm. 9.

4
dipergunakan dengan pengertian pengetahuan yang diperoleh melalui belajar terutama sekali dari
generasi-generasi yang lampau.16

3. Dalil Tentang Kewajiban Belajar


a. Al-Qur’an

Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia dalam mencapai tujuan hidup,
yaitu kebahagian di dunia maupun di akhirat. Dengan ilmu pengetahuan, tugas-tugas manusia
baik sebagai khalifah dan tugas ubudiah kepada Allah dapat dilaksanakan dengan baik dan benar.
Oleh karena itu, Allah SWT telah memberikan petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia
melalui al-Qur’an dan Hadis.

Sebelum melihat hadis tentang kewajiban belajar, maka penulis memberikan beberapa
ayat-ayat al-qur’an yang memuat perintah menuntut ilmu. Sebagaimana firman Allah sebagai
berikut :

               

        

Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.17

Menurut Abdurrahman Ibn Nasir As-Sa’di dalam kitabnya Taisirul Karimir rahman fi
tafsiri kalami mannan, beliau mengatakan ayat di atas secara tegas mewajibkan kepada beberapa
orang dari berbagai kelompok, agar mereka mempelajari ilmu syar’i, dan mengajarkan kepada
orang lain, dan agar mereka memahami seluk beluknya dan mengajarkannya kepada orang lain,

16
Fazlur Rahman, MembukaPintu Ijtihah, (Bandung: Pustaka, 1984), Cet. Ke-2, hlm 198-199.
17
QS. At-Taubah/09:122

5
dan hendaklah mereka mengingatkan kaum mereka ketika mereka telah kembali kepada
mereka.18

‫ ھﺬه اﻻ ﯾﺔ أﺻﻞ ﻓﻲ وﺟﻮب طﻠﺐ اﻟﻌﻢ وﻗﺎل أﯾﻀﺎ طﻠﺐ اﻟﻌﻠﻢ ﻓﻀﯿﻠﺔ‬: ‫ﻗﻞ اﻟﻘﺮ طﺒﻲ رﺣﻤﮫ ﷲ‬
‫ﻋﻈﯿﻤﺔ وﻣﺮ ﺗﺒﺔ ﺷﺮﯾﻔﺔ ﻻ ﯾﻮازﯾﮭﺎ ﻋﻤﻞ‬
Berkata Al-Imam al-Qurtubi: Ayat ini merupakan dasar tentang wajibnya menuntut ilmu,
dan Ia juga mengatakan bahwa menuntut ilmu itu adalah sebuah keutamaan yang agung,
dan martabat yang mulia yang tidak dapat disamai oleh sebuah amalan. 19

Dalam surat Al-‘Alaq, Allah SWT berfirman :

              

         

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.

‫ﻗﺎل اﻻﻣﺎم اﻟﻘﺮطﺒﻲ وﻣﻌﻨﻰ اﻗﺮأ ﺑﺎﺳﻢ رﺑﻚ أي اﻗﺮأ ﻣﺎ أﻧﺰل اﻟﯿﻚ ﻣﻦ اﻟﻘﺮان ﻣﻔﺘﺘﺤﺎ ﺑﺎﺳﻢ رﺑﻚ‬
‫وھﻮ أن ﺗﺰﻛﺮ اﻟﺘﺴﻤﯿﺔ ﻓﻲ اﺑﺘﺪاء ﻛﻞ ﺳﻮرة‬
Berkata al-Imam al-Qurtubi: Ma’na bacalah dengan menyebut nama tuhanmu adalah,
bacalah wahai Muhammad apa yang telah diturunkan kepada engakau dari Al-qur’an
dengan memulai membaca nama tuhanmu yaitu bismillah setiap awal surat.

Dalam surat An-Nahl Allah SWT berfirman :

                

18
Abdurrahman Ibn Nasir As-Sa’di, Taisirul Karimir rahman fi tafsiri kalami mannan, cet. 1 (Beirut: Muassasah Ar-
Risalah, 2002), hlm. 355.
19
Abu Abdillah Muhammad ibn Ahmad ibn abi Bakr ibn Farh al-Ansari al-Khazraji Syamsuddin al-Qurtubi, Al-Jami’
Li Ahkamil qur’an, cet. 2 (kairo: Darul Kutub al-Misriyah, 1964), jilid, VIII, hlm. 293.

6
Artinya: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. 20

Berkata As-Syaikh As-Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini, beliau


mengatakan bahwa secara umum ayat ini mengandung pujian dan sanjungan kepada orang-orang
yang berilmu, dan tingkatan yang paling tinggi dalam ilmu adalah tentang kitabullah, maka
sesungguhnya telah memerintahkan kepada orang yang tidak tahu untuk kembali kepada orang-
orang yang berilmu terhadap segala peristiwa yang terjadi.21
Penulis melihat bahwa ayat-ayat di atas terdapat atau mengandung kata perintah (fi’il
ami) yang dalam kaidah ushul fiqh disebutkan bahwa asal fi’il amr menunjukkan kepada
perkara wajib, selama tidak ada dalil lain yang dapat memalingkan dari asal tersebut. Selain ayat-
ayat di atas, masih ada ayat-ayat lain dalam al-qur’an yang menyebutkan perintah untuk
menuntut ilmu.
Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa, jelas tersebutkan menuntut ilmu
dan belajar merupakan perbuatan yang Allah SWT perintahkan dan wajibkan bagi umat islam.
Karena dengan ilmu, bisa menjadi jalan bagi hamba untuk mengenal Allah dan mendekatkan diri
kepada Allah melalui ibadah wajib dan sunnah. Dengan ilmu pula, seorang hamba dapat
menjauhi segala perbuatan yang dapat menjauhkan hamba dengan sang pencipta, Allah SWT.
b. Hadits
Setelah melihat beberapa nash dari al-qur’an tentang perintah untuk menuntut ilmu,
dalam pembahasan di bawah ini penulis akan menyertakan beberapa hadis tentang kewajiban
menuntut ilmu dan keutamaan menuntut ilmu.
Hadis dari Anas Ibn Malik :

َ‫َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ ِھﺸَﺎ ُم ﺑْﻦُ َﻋﻤﱠﺎ ٍر َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ َﺣﻔْﺺُ ﺑْﻦُ ُﺳﻠَ ْﯿﻤَﺎنَ َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ َﻛﺜِﯿ ُﺮ ﺑْﻦُ ِﺷ ْﻨ ِﻈﯿ ٍﺮ ﻋَﻦْ ﻣُﺤَ ﱠﻤ ِﺪ ْﺑ ِﻦ ﺳِﯿﺮِﯾﻦ‬
ٍ‫ﻀﺔٌ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ ُﻣ ْﺴﻠِﻢ‬
َ ‫ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ َﻢ طَﻠَﺐُ ا ْﻟ ِﻌﻠْﻢِ ﻓَﺮِﯾ‬
‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬
َ ِ‫ﷲ‬
‫ﻚ ﻗَﺎ َل ﻗَﺎ َل َرﺳُﻮ ُل ﱠ‬
ٍ ِ‫ﺲ ﺑْﻦِ ﻣَﺎﻟ‬
ِ َ‫ﻋَﻦْ أَﻧ‬
َ‫ﺿ ُﻊ ا ْﻟ ِﻌﻠْﻢِ ِﻋ ْﻨ َﺪ َﻏ ْﯿ ِﺮ أَ ْھﻠِ ِﮫ َﻛ ُﻤﻘَﻠﱢ ِﺪ ا ْﻟ َﺨﻨَﺎزِﯾ ِﺮ اﻟْﺠَ ﻮْ ھَ َﺮ َواﻟﻠﱡﺆْ ﻟُ َﺆ َواﻟ ﱠﺬھَﺐ‬
ِ ‫َو َوا‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami [Hisyam bin Ammar] berkata, telah
menceritakan kepada kami [Hafsh bin Sulaiman] berkata, telah menceritakan kepada
kami [Katsir bin Syinzhir] dari [Muhammad bin Sirin] dari [Anas bin Malik] ia berkata;

20
QS. An-Nahl/16:43
21
As-Sa’di, Taisirul … …. Hlm. 441.

7
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban
bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti
seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi." 22

‫روي ﻋﻦ ﺑﻦ اﻟﻤﺒﺎرك أﻧﮫ سءل ﻋﻦ ﺗﻔﺴﯿﺮ ھﺬا اﻟﺤﺪﯾﺚ ﻓﻘﺎل ﻟﯿﺲ ھﻮ اﻟﺬي ﯾﻈﻨﻮن اﻧﻤﺎ طﻠﺐ‬
‫اﻟﻌﻠﻢ ﻓﺮﯾﻀﺔ أن ﯾﻘﻊ اﻟﺮﺟﻞ ﻓﻲ ﺷﻲء ﻣﻦ أﻣﻮردﯾﻨﮫ ﻓﯿﺴﺄل ﻋﻨﮫ ﺣﺘﻰ ﯾﻌﻠﻤﮫ‬
Diriwayatkan dari Ibn Mubarak bahwa ia ditanya tentang penjelasan dari hadis di atas,
maka beliau menjawab tidaklah hadis tersebut sebagaimana dipahami oleh sebagian manusia,
bahwa ilmu yang wajib dipelajari oleh seorang laki-laki adalah ilmu yang berkaitan dengan
urusan agamanya, maka ia wajib bertanya tentangnya sehingga ia mengetahuinya. 23
Ibnu ‘Arabi menjelaskan bahwa ilmu memiliki beberapa makna yang berbeda sehingga
terjadilah perbedaan definisi dan hukum seperti lafal ‘alim dan ulama. Berdasarkan hal ini maka
berbedalah pendapat para ulama dalam memahami hadis tergantung situasi dan kondisi. Para
mutakallim berpendapat bahwa kondisi yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu kalam.
Para ulama menyatakan argument bahwa ilmu ini adalah pendahuluan bagi segalanya karena ia
berkenaan dengan ilmu tauhid yang merupakan dasar dan pondasi agama.
Kaum faqih menyatakan bahwa ilmu di sini adalah ilmu fiqih karena ia berkenaan dengan
ilmu halal dan haram karena makna inilah yang dapat difahami secara spontan ketika kita
berbicara mengenai syari’at. Begitu juga halnya jika latar belakang keilmuannya tafsir maupun
hadis. Seorang ahli nahu juga tentunya akan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ilmu di
sini adalah ilmu bahasa Arab karena syari’at diperoleh dari alqur’an dan hadis yang
menggunakan bahasa Arab. Oleh karena itu wajib hukumnya menguasai ilmu bahasa Arab. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa ilmu di sini adalah seluruh ilmu yang terkait dengan ilmu-ilmu syari’at
agama islam baik itu bahasa, Hadis, tafsir, akidah, fiqih, tasauf dan seterusnya.24

22
Carihadis.com
23
Abdurahman ibn Abi Bakr Jalaluddin As-Suyuti, Syarhu ibn Majah, Misbahuz Zujajah (Karasi: Qadimi Kutub
Khanah, tt.) Jilid. I, hlm. 20.
24
Al-Manawi, Abdur Ra’uf, Zainuddin, At-Taisir Bisyarhi al-Jami’ as-Sagir, (Riyad, Dar an-Nasyar, 1998), hlm. 352.

8
Hadis Abdullah ibn Mas’ud

‫ رﺳﻮل ﺗﻌﻠﻤﻮا اﻟﻌﻠﻢ وﻋﻠﻤﻮه اﻟﻨﺎس وﺗﻌﻠﻤﻮا اﻟﻘﺮان وﻋﻠﻤﻮه اﻟﻨﺎس وﺗﻌﻠﻤﻮا‬: ‫ﻋﻦ اﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد ﻗﻞ‬
‫اﻟﻔﺮاءض وﻋﻠﻤﻮھﺎ اﻟﻨﺎس ﻓﺎﻧﻲ اﻣﺮؤ ﻣﻘﺒﻮض وان اﻟﻌﻠﻢ ﺳﯿﻘﺒﺾ وﺗﻈﮭﺮ اﻟﻔﺘﻦ ﺣﺘﻰ ﯾﺨﺘﻠﻒ‬
‫اﻻﺛﻨﺎن ﻓﻲ اﻟﻔﺮﯾﻀﺔ ﻻ ﯾﺠﺪان أﺣﺪا ﯾﻔﺼﻞ ﺑﯿﻨﮭﻤﺎ‬
Ibn Mas’ud meriwayatkan, Rasulullah saw. Berkata kepadaku “Tuntutlah ilmu
pengetahuan dan ajarkanlah kepada orang lain. Pelajarilah ilmu kewarisan dan
ajarkanlah kepada orang lain. Pelajarilah Al-qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain.
Saya ini akan mati. Ilmu akan berkurang dan cobaan akan semakin banyak, sehingga
terjadi perbedaan pendapat antara dua orang suatu kewajiban, mereka tidak menemukan
seorang pun yang dapat menyelesaikannya. 25

Perintah belajar terdapat tiga dalam hadis ini, yaitu: pertama perintah mempelajari ‘al-
ilm’, kedua perintah mempelajari al-faraid’, dan ketiga perintah untuk mempelajari al-Qur’an.
Dalam pandangan Ibn Mas’ud, ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu syariat dan segala
jenisnya. Al-Faraid adalah ketentuan-ketentuan baik ketentuan Islam secara umum maupun
ketentuan tentang harta warisan. 26
Mempelajari al-qur’an dan juga menghafalnya merupakan perbuatan yang sangat baik,
bahkan setelah dipelajari akan lebih sempurna jika diajarkan kepada orang lain. Rasulullah SAW
juga memerintahkan agar para sahabat mempelajari ilmu, karena beliau sendiri adalah manusia
seperti manusia pada umunya. Pada suatu hari nanti, dengan adanya orang yang mempelajari
ilmu, maka ilmu pengetahuan itu tidak akan hilang. Meskipun Rasulullah telah wafat.
Hadis dari Jabir ra :

– ‫ ﻋَ نْ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ِد ْﺑ ِن ا ْﻟ ُﻣ ْﻧ َﻛدِرِ ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ‬،ٍ‫ ﻋَنْ أ ُ َﺳﺎ َﻣ َﺔ ْﺑ ِن زَ ْﯾد‬،ٌ‫ ﺣَ ﱠد َﺛ َﻧ ﺎ َوﻛِﯾﻊ‬،ٍ‫ﺣَ ﱠد َﺛﻧَﺎ َﻋﻠِﻲﱡ ﺑْنُ ﻣُﺣَ ﱠﻣد‬
‫ ﺳﻠﻮا ﷲ ﻋﻠﻤﺎ ﻧﺎﻓﻌﺎ وﺗﻌﻮذوا ﺑﺎﷲ ﻣﻦ‬: ‫ ﻗﻞ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﺊ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ‬: ‫رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮫ – ﻗﻞ‬
‫ﻋﻠﻢ ﻻ ﯾﻨﻔﻊ‬
Dari Jabir ra, ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda, mintalah dan mohonlah kepada
Allah ilmu yang bermanfaat dan berlindunglah kalian dari ilmu yang tidak bermanfaat. 27

25
Abu Umar Yusuf ibn Abdillah ibn Muhammad ibn ‘Abd al-Bar ibn ‘Asim ibn Namr al Qurtubi, Jami’ Bayanil ‘Ilmi
wa Fadlihi, cet.1 (Al-Mamlakah al-‘Arabiyyah as-Su’udiyyah: Dar ibn al-Jauzi, 1994) Jilid. I, hlm. 625.
26
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, cet. 2 (Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 6.
27
Abu Dawud Sulaiman ibn Dawud ibn al-Jarud at-Toyalisi al-Basari, Musnad Abi Dawud at-Dawud at-Toyalisi, Cet.
1 (Mesir: Dar Hijri, 1999), Jilid. I, hlm. 318.

9
Hadis di atas menyatakan bahwa sebagai penuntut ilmu jangan pernah lalai dalam
mengingat Allah swt. Kemudian, kemudahan dan nikmatnya ilmu sangat tergantung dari hati
yang ikhlas. Mintalah kepada yang maha mengetahui, yaitu Allah swt agar diberikan ilmu yang
bermanfaat dan Allah swt jauhkan dari segala ilmu yang menyesatkan. Oleh karena itu,
berdoalah kepada Allah agar hati mudah menerima ilmu.
Hadis dari Zaid ibn Tsabit:

‫ أﻣﺮﻧﻲ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ أن أﺗﻌﻠﻢ ﻟﮫ ﻛﻠﻤﺎت‬:‫ﻋﻦ زﯾﺪ اﺑﻦ ﺛﺎﺑﺖ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮫ ﻗﻞ‬
‫ ﻓﻤﺎ ﻣﺮﺑﻲ ﻧﺼﻒ ﺷﮭﺮ ﺣﺘﻰ ﺗﻌﻠﻤﺘﮫ‬: ‫ اﻧﻲ وﷲ ﻣﺎ اﻣﻦ ﯾﮭﻮد ﻋﻠﻰ ﻛﺘﺎﺑﻲ ﻗﺎل‬: ‫ﻣﻦ ﻛﺘﺎب ﯾﮭﻮد ﻗﺎل‬
‫ ﻓﻠﻤﺎ ﺗﻌﻠﻤﺘﮫ ﻛﺎن اذا ﻛﺘﺐ اﻟﻰ ﯾﮭﻮد ﻛﺘﺒﺖ اﻟﯿﮭﻢ واذا ﻛﺘﺒﻮا اﻟﯿﮫ ﻗﺮأت ﻟﮫ ﻛﺘﺎﺑﮭﻢ‬: ‫ﻟﮫ ﻗﺎل‬
Dari Zaid bin Tsabit ra. berkata: Rasulullah saw. memerintahkan untuk belajar
beberapa bahasa dari tulisan Yahudi. Sabda Nabi Muhammad saw.: Sesungguhnya aku
demi Allah! Tidak yakin bangsa Yahudi (memahami) atas tulisanku. Kata Zaid: Maka
tidak lebih setengah bulan aku telah (berhasil) mempelajarinya. Kata Zaid: saat aku
telah mempelajarinya, jika Nabi menulis untuk orang yahudi, akulah yang menulisnya
untuk mereka, dan jika mereka menulis kepada Nabi, akulah yang membacakan tulisan-
tulisan mereka.

Hadis di atas menunjukan betapa penting belajar, dalam hal ini balajar bahasa asing,
selama bahasa tersebut bermanfaat bagi umat Islam. Hukum mempelajari bahasa asing yang
bermanfaat ini termasuk katagori fardhu kifayah, dengan berdasar bahwa tidak semua sahabat
Nabi diperintahkan untuk mempelajarinya. Selain itu Rasulullah saw. menjadikan ilmu termasuk
sesuatu yang harus menjadi cita-cita manusia dan harus menjadi ajang perlombaan, karena
semakin banyak orang berilmu, kehidupan di dunia ini akan menjadi semakin baik.

ْ‫َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ ﯾَﺤْ ﯿَﻰ ﺑْﻦُ أَﯾﱡﻮبَ َوﻗُﺘَ ْﯿﺒَﺔُ ﯾَ ْﻌﻨِﻲ اﺑْﻦَ َﺳﻌِﯿ ٍﺪ َواﺑْﻦُ ﺣُﺠْ ٍﺮ ﻗَﺎﻟُﻮا َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ إِ ْﺳﻤَﻌِ ﯿ ُﻞ ھُ َﻮ اﺑْﻦُ َﺟ ْﻌﻔَ ٍﺮ ﻋَﻦ‬
ِ ْ َ‫ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗَﺎ َل إِذَا ﻣَﺎت‬
‫اﻹ ْﻧﺴَﺎنُ ا ْﻧﻘَﻄَ َﻊ‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬
َ ِ‫ﷲ‬
‫ا ْﻟﻌ ََﻼ ِء ﻋَﻦْ أَﺑِﯿ ِﮫ ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ ھُ َﺮ ْﯾ َﺮةَ أَنﱠ َرﺳُﻮ َل ﱠ‬
ُ‫ﺢ ﯾَ ْﺪﻋُﻮ ﻟَﮫ‬
ٍ ِ ‫ﺻ ﺎﻟ‬
َ ‫ﺻ َﺪﻗَ ٍﺔ َﺟﺎ ِرﯾَ ٍﺔ أَوْ ﻋِ ﻠْﻢٍ ﯾُ ْﻨﺘَﻔَ ُﻊ ﺑِ ِﮫ أَوْ َوﻟَ ٍﺪ‬
َ ْ‫َﻋ ْﻨﮫُ َﻋ َﻤﻠُﮫُ إ ﱠِﻻ ﻣِﻦْ ﺛ ََﻼﺛَ ٍﺔ إ ﱠِﻻ ﻣِﻦ‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah yaitu Ibnu
Sa'id dan Ibnu Hujr mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il -yaitu Ibnu
Ja'far- dari Al 'Ala' dari Ayahnya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka

10
terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfa'at baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya." 28

Hadis di atas menjelaskan tentang keutamaan menuntut ilmu. Menuntut ilmu dan
mengajarkan ilmu merupakan perbuatan/amalan yang pahalanya mengalir terus walaupun kita
sudah meninggal. Seseorang mengambil manfaat dari ilmu dan melakukannya ilmu tersebut
pahalanya mengalir terus-menerus. Oleh karena itu, hadis di atas membuktikan bahwa orang
yang berilmu mempunyai kedudukan baik didunia maupun diakhirat.

‫َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ ﯾَﺤْ ﯿَﻰ ﺑْﻦُ ﯾَﺤْ ﯿَﻰ اﻟﺘﱠﻤِﯿﻤِﻲﱡ َوأَﺑُﻮ ﺑَ ْﻜ ِﺮ ﺑْﻦُ أَﺑِﻲ َﺷ ْﯿﺒَﺔَ َو ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْﻦُ ا ْﻟﻌ ََﻼ ِء ا ْﻟﮭَ ْﻤﺪَاﻧِﻲﱡ َواﻟﻠﱠ ْﻔﻆُ ﻟِﯿَﺤْ ﯿَﻰ‬
َ‫ﺢ ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ ھُﺮَ ْﯾ َﺮة‬
ٍ ِ ‫ﺻ ﺎﻟ‬
َ ‫ﺶ ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ‬
ِ ‫ﻗَﺎ َل ﯾَﺤْ ﯿَﻰ أَﺧْ ﺒَ َﺮﻧَﺎ و ﻗَﺎ َل ْاﻵ َﺧ َﺮا ِن َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ أَﺑُﻮ ُﻣﻌَﺎ ِوﯾَﺔَ ﻋَﻦْ ْاﻷَ ْﻋ َﻤ‬
ُ‫ﷲُ َﻋ ْﻨﮫ‬
‫ب اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ ﻧَﻔﱠﺲَ ﱠ‬
ِ َ‫ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻣَﻦْ ﻧَﻔﱠﺲَ ﻋَﻦْ ﻣُﺆْ ﻣِﻦٍ ﻛُﺮْ ﺑَﺔً ﻣِﻦْ ﻛُﺮ‬
‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬
َ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻗَﺎ َل ﻗَﺎ َل َرﺳُﻮ ُل ﱠ‬
َ‫ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ ﻓِﻲ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َو ْاﻵ ِﺧ َﺮ ِة َوﻣَﻦْ َﺳﺘَﺮ‬
‫ب ﯾَﻮْ مِ ا ْﻟﻘِﯿَﺎ َﻣ ِﺔ وَ ﻣَﻦْ ﯾَ ﱠﺴ َﺮ َﻋﻠَﻰ ُﻣ ْﻌ ِﺴ ٍﺮ ﯾَ ﱠﺴ َﺮ ﱠ‬
ِ ‫ﻛُﺮْ ﺑَﺔً ﻣِﻦْ ُﻛ َﺮ‬
َ َ‫ﷲُ ﻓِﻲ ﻋَﻮْ ِن ا ْﻟ َﻌ ْﺒ ِﺪ ﻣَﺎ ﻛَﺎنَ ا ْﻟ َﻌ ْﺒ ُﺪ ﻓِﻲ ﻋَﻮْ ِن أَﺧِﯿ ِﮫ وَ ﻣَﻦْ َﺳﻠ‬
‫ﻚ‬ ‫ﷲُ ﻓِﻲ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َو ْاﻵﺧِ َﺮ ِة وَ ﱠ‬
‫ُﻣ ْﺴﻠِﻤًﺎ َﺳﺘَ َﺮهُ ﱠ‬
ِ‫ت ﱠ‬
‫ﷲ‬ ِ ‫ﺖ ﻣِﻦْ ﺑُﯿُﻮ‬
ٍ ‫ﷲُ ﻟَﮫُ ﺑِ ِﮫ طَﺮِﯾﻘًﺎ إِﻟَﻰ ا ْﻟ َﺠﻨﱠ ِﺔ وَ ﻣَﺎ اﺟْ ﺘَ َﻤ َﻊ ﻗَﻮْ ٌم ﻓِﻲ ﺑَ ْﯿ‬
‫طَﺮِﯾﻘًﺎ ﯾَ ْﻠﺘَﻤِﺲُ ﻓِﯿ ِﮫ ِﻋ ْﻠﻤًﺎ َﺳﮭﱠ َﻞ ﱠ‬
ُ‫ﷲِ َوﯾَﺘَﺪَا َرﺳُﻮﻧَﮫُ ﺑَ ْﯿﻨَﮭُ ْﻢ إ ﱠِﻻ ﻧَ َﺰﻟَﺖْ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮭ ْﻢ اﻟ ﱠﺴﻜِﯿﻨَﺔُ َو َﻏ ِﺸﯿَ ْﺘﮭُ ْﻢ اﻟﺮﱠﺣْ َﻤﺔُ وَ َﺣﻔﱠ ْﺘﮭُ ْﻢ ا ْﻟﻤ ََﻼﺋِ َﻜﺔ‬
‫ﯾَ ْﺘﻠُﻮنَ ِﻛﺘَﺎبَ ﱠ‬
‫ﷲ ﺑْﻦِ ﻧُ َﻤ ْﯿ ٍﺮ‬
ِ ‫ﷲُ ﻓِﯿﻤَﻦْ ﻋِ ْﻨ َﺪهُ وَ ﻣَﻦْ ﺑَﻄﱠﺄَ ﺑِ ِﮫ َﻋ َﻤﻠُﮫُ ﻟَ ْﻢ ﯾُ ْﺴ ِﺮ ْع ﺑِ ِﮫ ﻧَ َﺴﺒُﮫُ َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْﻦُ َﻋ ْﺒ ِﺪ ﱠ‬
‫َو َذ َﻛ َﺮھُ ْﻢ ﱠ‬
ُ‫َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ أَﺑِﻲ ح و َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎه ﻧَﺼْ ُﺮ ﺑْﻦُ َﻋﻠِ ﱟﻲ ا ْﻟ َﺠﮭْﻀَ ﻤِﻲﱡ َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ أَﺑُﻮ أُﺳَﺎ َﻣﺔَ ﻗ ََﺎﻻ َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ ْاﻷَ ْﻋﻤَﺶُ َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ اﺑْﻦ‬
‫ﺻﺨَﺐَ َرﺳُﻮ ُل‬
َ ‫ﺢ ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ ھُ َﺮ ْﯾ َﺮةَ ﻗَﺎ َل‬
ٍ ِ ‫ﺻ ﺎﻟ‬
َ ‫ﺚ أَﺑِﻲ أُﺳَﺎ َﻣﺔَ َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ أَﺑُﻮ‬
ِ ‫ﺢ َوﻓِﻲ َﺣﺪِﯾ‬
ٍ ِ ‫ﺻ ﺎﻟ‬
َ ‫ﻧُ َﻤ ْﯿ ٍﺮ ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ‬
‫ﺚ أَﺑِﻲ ُﻣﻌَﺎ ِوﯾَﺔَ َﻏ ْﯿ َﺮ أَنﱠ َﺣﺪِﯾﺚَ أَﺑِﻲ أُﺳَﺎ َﻣﺔَ ﻟَﯿْﺲَ ﻓِﯿ ِﮫ ِذ ْﻛ ُﺮ اﻟﺘﱠﯿْﺴِ ﯿ ِﺮ‬
ِ ‫ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﺑِ ِﻤ ْﺜ ِﻞ َﺣﺪِﯾ‬
‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬
َ ِ‫ﷲ‬
‫ﱠ‬
‫َﻋﻠَﻰ ا ْﻟ ُﻤ ْﻌ ِﺴ ِﺮ‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi dan Abu Bakr bin
Abu Syaibah dan Muhammad bin Al 'Ala Al Hamdani -dan lafadh ini milik Yahya- dia
berkata; telah mengabarkan kepada kami, dan berkata yang lainnya, telah menceritakan
kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Barang siapa
membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan
membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi

28
https://carihadis.com/Shahih_Muslim/3084
11
kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan
kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka
Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-
Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa
menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga
baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk
membaca Al Qur'an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi
para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang
berada di sisi-Nya. Barang siapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga
meninggikannya.' Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Abdullah bin
Numair telah menceritakan kepada kami Bapakku Demikian juga diriwayatkan dari jalur
lainnya, dan telah menceritakannya kepada kami Nashr bin 'Ali Al Jahdhami telah
menceritakan kepada kami Abu Usamah mereka berkata; telah menceritakan kepada
kami Al A'masy -telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair- dari Abu Shalih.
Sebagaimana di dalam hadis Abu Usamah Telah menceritakan kepada kami Abu Shalih
dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata dengan
lantang, -sebagaimana Hadis Abu Mu'awiyah, hanya saja di dalam Hadis Abu Usamah
tidak disebutkan; memberi kemudahan kepada orang yang kesusahan. 29

Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan :

‫وﻟﻮ ﻟﻢ ﯾﻜﻦ ﻓﻲ اﻟﻌﻠﻢ اﻻ اﻟﻘﺮب ﻣﻦ رب اﻟﻌﺎﻟﻤﯿﻦ واﻻﻟﺘﺤﺎق ﺑﻌﺎ ﻟﻢ اﻟﻤﻸﻛﺔ وﺻﺤﺒﺔاﻟﻤﻸاﻻﻋﻠﻰ‬


‫ﻟﻜﻔﻰ ﺑﮫ ﻓﻀﻸ وﺷﺮﻓﺎ ﻓﻜﯿﻒ وﻋﺰاﻟﺪﻧﯿﺎ واﻻﺧﺮة ﻣﻨﻮط ﺑﮫ وﻣﺸﺮوط ﺑﺤﺼﻮﻟﮫ‬
“Seandainya keutamaan ilmu hanyalah kedekatan pada Rabbul ‘alamin (Rabb semesta
alam), dikaitkan dengan para malaikat, berteman dengan penduduk langit, maka itu
sudah mencukupi untuk menerangkan akan keutamaan ilmu. Apalagi kemuliaan dunia
dan akhirat senantiasa orang yang berilmu, dan ilmulah untuk mencapainya.”

Imam al-Nawawi menjelaskan tentang hadis ini bahwa keutamaan saat berpergian
mencari ilmu didapatkan seseorang, jika kesibukannya pada ilmu-ilmu syari’ah dan bertujuan
kepada Allah. Meskipun pada dasarnya hal ini merupakan prasyarat yang mutlak dalam setiap
ibadah, para ulama punya kebiasaan mengingatkannya, karena sebagian orang sering bersikap
gegebah dalam mencari ilmu. Lebih-lebih anak-anak muda yang sedang mencari ilmu, mereka
sering melupakan tujuan dan niat.30

29
https://carihadis.com/Shahih_Muslim/4867
30
Imam al-Nawawi, Shaheh Muslim Bi Syarhi al-Nawawi, (Beirut : Dar al-Fikr, 1392 H), Juz VI, hlm. 21.

12
Hadis di atas menjelaskan bahwa orang yang berilmu sangat tinggi kedudukannya.
Dengan menuntut ilmu pengetahuan, maka allah akan mudahkan segela urusan dunia dan akan
mudahkan kita jalan menuju kehagiaan selamanya yaitu di syurga kelak. Sungguh itu harus
menjadi satu dorongan atau motivasi bagi umat manusia melawan kezhaliman dengan ilmu
pengetahuan.

‫ ﺳﻤﻌﺖ ﻋﻄﺎء ﺑﻦ ﻗﺮة ﻗﺎل ﺳﻤﻌﺖ ﻋﺒﺪ ﷲ ﺑﻦ ﺿﻤﺮة‬: ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﺛﺎﺑﺖ ﺑﻦ ﺛﻮﺑﺎن ﻗﺎل‬
‫ ﺳﻤﻌﺖ رﺳﻮل زﻛﺮ ﷲ وﻣﺎ واﻻه وﻋﺎﻟﻢ أو ﻣﺘﻌﻠﻢ‬: ‫ ﺳﻤﻌﺖ أﺑﺎ ھﺮﯾﺮة ﯾﻘﻮل‬:
Dari Humaid dari al-hasan bahwa Abu Darda’ ia berkata: Jadilah engkau orang yang
mengajar, atau orang yang belajar, atau orang yang mencintai ilmu, atau orang yang
mengikuti ilmu, dan janganlah engkai jadi yang kelima maka engkau akan celaka, aku
berkata kepada hasan apa yang kelima, ia berkata al-Mubtadi’ atau orang-orang yang
mengada-ngadakan yang baru dalam agama.

Hadis di atas memberikan informasi bagi kita, bahwa ada 4 poin yang buat kita bernilai
ibadah dalam menuntut ilmu:
1. Mengajar ilmu yang bermanfaat;
2. Belajar ilmu untuk beribadah;
3. Mencintai ilmu agama; dan
4. Mengikuti/mengamalkan ilmu untuk kehidupan dunia

4. Hukum Menuntut ilmu

Ibn Abdil Bar rahimahullah mengatakan: Para ulama telah bersepakat bahwa ilmu itu ada
yang wajib ‘ain yaitu ilmu diwajibkan kepada setiap orang yang khusus untuk dirinya, dan ilmu
wajib kifayah jika dilakukan oleh sebagian orang, maka gugurlah kewajiban dari orang lain. Ilmu
tauhid yang berkaitan dengan syahadatain, dan keyakinan tentang Allah swt. yang maha esa
yang tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada serupa dengan-Nya, tidak beranak dan tidak
diperanakkan, dan keyakinan bahwa Allah swt. maha menghidupakan dan maha mematikan,
yang maha mengetahui tentang yang ghaip dan yang nyata.

Seorang muslim harus meyakini bahwa Al-qur’an adalah kalamullah dan shalat lima
waktu itu adalah wajib, dan harus pula seorang muslim mengetahui tentang kewajiban yang
mengiringi shalat tersebut, seperti thaharah dan hukum lainnya yang berkaitan dengannya, dan

13
begitu juga dengan puasa, zakat, haji dan lain-lain. Adapun wajib kifayah adalah ilmu yang jika
dipelajari atau dilakukan oleh sebagian orang, maka gugurlah kewajiban dari orang lain.

Menurut imam al-Gazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin beliau menerangkan secara
khusus tentang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan tatanan sosial masyarakat. Ia
mengklasifikasikan ilmu pengetahuan berdasarkan tiga criteria, yaitu :
1. Klasifikasi ilmu penegtahuan menurut tingkat kewajibannya
Berdasarkan tingkat kewajibannya ini imam al-Gazali membagi kepada dua kewajiban
yaitu;
a. Ilmu pengetahuan yang Fardu ‘ain
Menurutnya ilmu pengetahuan yang termasuk dihukumi fardu ‘ain ialah segala macam
pengetahuan yang dengan dapat digunkana untuk bertauhid (pengabdian, peribadatan kepada
Allah secara benar, untuk mengetahui zat serta sifat-sifat-Nya).
b. Ilmu pengetahuan Fardu kifayah
Adapun yang termasuk Fardu kifayah menurutnya adalah setiap ilmu pengetahuan yang
tidak dapat dikesampingkan dalam menegakkan kesehjetaraan dunia. Al-Gazali menyebutkan
ilmu-ilmu yang termasuk fardu kifayah adalah: ilmu kedokteran, berhitung, ilmu bekam, politik
dan lain sebagainnya.
2. Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut sumbernya
Adapun klasifikasi ilmu pengetahuan menurut sumbernya. Al-gazali membagi kepada
dua sumber:
a. Sumber dari pengetahuan syari’ah
Ilmu ini adalah ilmu pengetahuan yang di peroleh dari para nabi as. Bukan dari
penggunaan ilmu akal seperti berhitung atau dari eksperimen seperti ilmu kedokteran atau dari
pendengaran seperti ilmu bahasa.
Kemudian dari pengetahuan syari’ah di klasifikasikan menajdi 4 bagian yaitu :
1. Usul yang terdiri dari, Al-qur’an, hadis, Ijma’ dan asar sahabat.
2. Furu’ yang terdiri dari ilmu fiqih, ilmu akhlak atau etika Islam
3. Muqaddimah yakni ilmu yang merupakan alat seperti ilmu bahasa dan nahu
4. Mutammimah (penyempurnaan) yakni ilmu al-qur’an hadis dan ilmu asar sahabat dan
lainnya.
b. Pengetahuan gairi syaria’ah (aqliyah)

14
Sumber-sumber primer dari pengetahuan gairu syari’ah adalah akal pikiran, eksperimen
dan akulturasi. Jadi pengetahuan gairu syari’ah yakni sesuatu yang dapat diganti (dicari) dan
tercapai oleh persepsi dan ilmu ilmu penegathuan ini ada yang terpuji, dan yang tercela dan ada
yang mubah.
3. Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut fungsi sosialnya
Berdasarkan fungsi sosialnya, al-Gazali membagi kepada 2 macam:
a. Ilmu pengetahuan yang terpuji, yakni pengetahuan yang bermanfaat dan tidak dapat
di kesampingkan. Contohnya ilmu kedokteran dan berhitung.
b. Ilmu pengetahuan yang terkutuk yaitu pengetahuan yang merugikan dan merusak
manusia. Contohnya ilmu magis (sihir)
5. Syarat-Syarat Menuntut Ilmu

Dalam kitab “Ta’lim al-Muta’allim” yang ditulis oleh Imam Al-Zarnuji, beliau menulis
bahwa syarat-syarat mencari ilmu itu ada 6 yaitu :

1. Cerdas (Dzakaun)

Kecerdasan merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi oleh thalibul ilmi. Imam
Ghazali pernah mengatakan bahwa orang yang pintar adalah orang yang mengetahui bahwa ia
tidak tahu akan sesuatu dan karenanya dia mau belajar. Maksud cerdas disini bukanlah tingkatan
kepintaran, melainkan tidak gila. Orang tersebut haruslah waras, dapat membedakan mana angka
satu dan dua, mana hitam dan putih, mana baju dan celana.

2. Rakus (hirsun)

Rakus adalah (punya kemauan dan semangat untuk berusaha mencari ilmu)
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa
yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.

“Tidak cukup teman belajar di dalam negeri atau dalam satu negeri saja, tapi pergilah
belajar di luar negeri, di sana banyak teman-teman baru pengganti teman sejawat lama,
jangan takut sengsara, jangan takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan
sesudah menderita.”

15
3. Sabar

Seorang yang menuntut ilmu sudah barang tentu akan menghadapi macam-macam
gangguan dan rintangan. Selain berusaha maka bersabarlah untuk menghadapi semua itu, dan
perlu diketahui bahwa sabar adalah sebagian dari Iman, “As-Shobru mina al-iman”. Dan Sabar
disini mengandung arti tabah, tahan menghadapi cobaan atau menerima pada perkara yang tidak
disenangi atau tidak mengenakan dengan ridha dan menyerahkan diri kepada Allah Swt, akan
tetapi kesabaran disini harus diartikan dalam pengertian yang aktif bukan dalam pengertian yang
pasif. Artinya nrimo (menerima) apa adanya tanpa usaha untuk memperbaiki keadaan.

4. Modal/bekal

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan wajib hukumnya bagi setiap muslim,
dan dijelaskan lagi dalam hadis “Tuntutlah ilmu mulai dari rahim ibu sampai liang lahat”. Dari
hadis tersebut kita bisa mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut ilmu. Pendidikan
bukan hanya pendidikan formal tetapi non formal pun ada. Rasul menjanjikan kepada para
penuntut ilmu,

“Sesungguhnya Allah pasti mencukupkan rezekinya bagi orang yang menuntut ilmu”

Dan yakinkanlah bagi para penuntut ilmu walaupun dengan segala kekurangan (biaya)
pasti mampu atau bisa menyelesaikan pendidikan. Karena pasti akan ada jalan lain selama
manusia berusaha dan yakin terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah Al-Yaqinu Lâ Yuzâlu bi
as-Syak Artinya: ”keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keragu-raguan”. Dan akhirnya maka
tidak ada alasan orang tidak bisa menuntut ilmu karena biaya, seperti keterangan sebelumnya
carilah jalan lain, solusi lain untuk bisa menuntut ilmu.

5. Petunjuk guru

Banyak orang yang tersesat karena belajar tanpa guru, seoarng tholibul ilmi hendaklah
mempunyai seorang guru sebagai petunjuk, walaupun ada yang mengatakan bahwa buku adalah
guru yang besar, tapi buku tidak bisa mituturi (memberi nasihat)

6. Karena ilmu sangat luas dan tidak memiliki akhir maka sudah barang tentu
membutuhkan waktu yang sangat lama.

16
Pepatah Arab mengatakan :”Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat” seorang
pelajar harus mengulang-ulang pelajaran yang telah didapat, jadi dalam mencari ilmu tidaklah
cukup dalam waktu yang singkat.

6. Ilmu dalam Konsep Islam

Islam sangat menghargai sekali ilmu. Allah berfirman dalam banyak ayat al-Qur’an
supaya kaum Muslimin memiliki ilmu pengetahuan. Al-Qur’an, al-Hadits Dan para sahabat
menyatakan supaya mendalami ilmu pengetahuan.

Dalam ayat Allah juga berfirman:

               

               

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-


lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang- orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (Q.S. Al-Mujadillah: 11)

Selain al-Qur’an dan al-Hadist, para sahabat juga menyatakan bahwa sangat penting bagi
kaum Muslimin memiliki ilmu pengetahuan. Seperti Ali bin Abi Talib ra., berkata:” “Ilmu lebih
baik dari pada harta, oleh karena harta itu kamu yang menjaganya, sedangkan ilmu itu adalah
yang menjagamu. Harta akan lenyap jika dibelanjakan, sementara ilmu akan berkembang jika
diinfakkan (diajarkan). Ilmu adalah penguasa, sedang harta adalah yang dikuasai. Telah mati
para penyimpan harta padahal mereka masih hidup, sementara ulama tetap hidup sepanjang
masa. Jasa-jasa mereka hilang tapi pengaruh mereka tetap ada/membekas di dalam hati.” 31

Mu’az bin Jabal ra. mengatakan:” “Tuntutlah ilmu, sebab menuntutnya untuk mencari
keridhaan Allah adalah ibadah, mengetahuinya adalah khasyah, mengkajinya adalah jihad,

31
Syaikh Abdul Qdir Abdul Aziz, Keutamaan Ilmu(Jakarta: Pustaka al-Alaq, 2006), hlm 77.

17
mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah dan mendiskusikannya
adalah tasbih. Dengan ilmu, Allah diketahui dan disembah, dan dengan ilmu pula Alah
diagungkan dan ditauhidkan. Allah mengangkat (kedudukan) suatu kaum dengan ilmu, dan
menjadikan mereka sebagai pemimpin dan Imam bagi manusia, manusia mendapat petunjuk
melalui perantaraan mereka dan akan merujuk kepada pendapat mereka.” 32

C. Kesimpulan

Dari berbagai penjelasan materi di atas, dapat disimpulkan bahwa Hadis menjadi sumber
rujukan setalah Al-qur’an. Apa yang belum jelas dalam al-qur’an, hadis ada sebagai penguat dan
penjelas dari ayat-ayat al-qur’an. Dalam hal ini hadis tentang kewajiban belajar. Al-qur’an sudah
menyebutkan nash tentang menuntut ilmu. Kemudian Hadis sebagai penguat dan menambah
terang persoalan kewajiban dan keutamaan menuntut ilmu.

Hadis menurut ulama hadis ada dua perbedaan definisi, pertama ta’rif hadis, yaitu
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan,
pernyataan. Dalam ta’rif mengandung empat unsur, yakni perkataan, perbuatan, pernyataan dan
sifat-sifat atau keadaan-keadaan Nabi Muhammad. Kedua pengertian yang luas. Sedangkan ilmu
adalah pengetahuan dari berbagai studi keilmuan.

Dalam Nash al-qur’an, penulis menyimpulkan menuntut ilmu dan belajar merupakan
perbuatan yang Allah SWT perintahkan dan wajibkan bagi umat islam. Karena dengan ilmu, bisa
menjadi jalan bagi hamba untuk mengenal Allah dan mendekatkan diri kepada Allah melalui
ibadah wajib dan sunnah. Dengan ilmu pula, seorang hamba dapat menjauhi segala perbuatan
yang dapat menjauhkan hamba dengan sang pencipta, Allah SWT.

Ibn Abdil Bar rahimahullah mengatakan: Para ulama telah bersepakat bahwa ilmu itu ada
yang wajib ‘ain yaitu ilmu diwajibkan kepada setiap orang yang khusus untuk dirinya, dan ilmu
wajib kifayah. Adapun wajib kifayah adalah ilmu yang jika dipelajari atau dilakukan oleh
sebagian orang, maka gugurlah kewajiban dari orang lain.

32
Ibid., hlm. 78

18
Dalam hadis tentang kewajiban menuntut ilmu, Rasulullah telah menyuruh kepada
sahabat untuk belajar dan menuntut ilmu. Dengan ilmu, akan sangat mudah menciptakan
kedamaian dalam berkehidupan. Bahkan dengan ilmu, semakin mendekatkan diri sang hampa
kepada Allah swt. Syarat dalam menuntut ilmu seperti tersebut dalam kita “Ta’lim al-Muta’allim
yaitu, Cerdas, rakus, sabar, modal/bekal, petunjuk guru dan kesabaran dalam dalam menuntut
ilmu. Dalam islam sangat menghargai ilmu. Dengan ilmu pengetahuan derajat dan kemulaian
seseorang akan tinggi. Ilmu pengetahuan menjadi syarat mutlak bagi setiap insan yang ingin
menjadi pribadi cerdas dan intelektual.

19

Anda mungkin juga menyukai