Anda di halaman 1dari 12

Prinsip- prinsip Invenstasi Modal dan Menilai Kelayakan

Investasi

Tim Penyusun :

Kelompok 3

1. Ni Made Evayanti
(1902622010258/ 01)
2. Ni Kadek Dwi Kurnia Utami (1902622010266/ 09)
3. Kadek Ayu Ardiyanti (1902622010270/ 13)
4. Ni Putu Diah Mas Widnyani (1902622010286/ 29)
5. Kadek Widiatantri (1902622010287/ 30)

Universitas Mahasaraswati Denpasar


Fakultas Ekonomi & Bisnis
Prodi Akuntansi
2019/2020

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin meningkatnya
persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini menyebabkan banyak perusahaan
yang mengalami gulung tikar karena tidak mampu untuk bersaing dengan para pesaingnya.

Persaingan dunia usaha menuntut perusahaan-perusahaan untuk melakukan inovasi


dalam berbagai hal untuk meningkatkan keuntungan perusahaan tersebut. Inovasi ini
dilakukan untuk lebih memuaskan konsumen dan mempertahankannya, karena bila hal ini
tidak dilakukan maka konsumen akan beralih pada produk yang lebih baik dari perusahaan
pesaing.

Bila suatu perusahaan dapat memuaskan konsumennya, maka perusahaan akan


memperoleh dua keuntungan. Yang pertama, perusahaan akan dapat mempertahankan
konsumen lama dan yang kedua, perusahaan akan mendapat konsumen baru. Inovasi yang
dapat dilakukan perusahaan antara lain dengan menjaga kualitas, menjaga image perusahaan,
menciptakan produk yang baru, memperluas jaringan pemasaran, menjaga kestabilan
kuantitas, memberikan pelayanan jasa yang baik, atau memberikan bonus / hadiah.

Perusahaan selain berusaha untuk melakukan inovasi, haruslah dapat mengalokasikan


dananya secara tepat. Salah satu bentuk pengalokasian dana yang dimaksud disini adalah
dengan melakukan investasi. Penanaman modal / investasi dilakukan perusahaan dengan
harapan bahwa perusahaan akan memperoleh kembali dana yang telah diinvestasikan dalam
aktiva tersebut.

Investasi ini memerlukan dana yang cukup besar dan menyangkut masalah resiko dan
ketidakpastian. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan anggaran belanja perusahaan
yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan mengenai layak / tidaknya perluasan
usaha tersebut. Salah satu teknik yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian investasi
adalah dengan menggunakan NPV dan IRR.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan NPV & IRR?


2. Apa pengertian dari capital rationing dan bagaimana pilihan proyek dalam keterbatasan
dana?
1.3 Tujuan

1. Mampu menjelaskan hubungan NPV dan IRR.


2. Mampu mengetahui pengertian dari capital rationing dan mampu menganalisis proyek
dalam keterbatasan dana.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hubungan NPV & IRR


Dari kelima metode penilaian investasi, ternyata ada 3 metode yang cukup baik
digunakan dalam menilai investasi yaitu metode Net Present Value (NPV), metode
Profitability Index (PI), dan metode Internal Rate of Return (IRR). Hal ini terutama karena
ketiga metode tersebut memperhatikan nilai waktu uang dalam analisis penilaiannya. Dengan
demikian, perhitungan metode NPV, PI, dan IRR semuanya menggunakan basis konsep yang
sama yaitu present value dari aliran kas yang terjadi, baik aliran kas keluar (initial cash
outlays) maupun aliran kas masuk (proceeds). Keputusan yang diambil dengan menggunakan
ketiga metode tersebut juga tidak berbeda. Oleh karena itu antara NPV, PI, dan IRR memiliki
hubungan yang selaras. Artinya suatu usulan proyek investasi yang layak dilaksanakan jika
dinilai dengan metode NPV, maka layak pula jika dinilai dengan metode PI dan IRR. Namun
demikian, kadang-kadang terjadi konflik antara hasil keputusan metode NPV dan IRR.
Dalam kasus tertentu hasil keputusan kedua metode tersebut saling berlawanan.

Hubungan antara NPV dengan PI terlihat pada parameter atau ukuran yang digunakan
untuk menilai kelayakan suatu usulan proyek investasi. Apabila suatu investasi memiliki nilai
NPV positif (NPV > 0) berarti besarnya PV of Proceeds lebih besar daripada PV of Outlays.
Ingat bahwa NPV = PV of Proceeds – PV of Outlays. Jika PV of Proceeds lebih besar
daripada PV of Outlays maka akan menghasilkan PI > 1. Ingat pula bahwa PI = PV of
Proceeds dibagi PV of Outlays. Suatu usulan investasi akan diterima apabila NPV > 0 atau PI
> 1. Dengan demikian antara NPV dan PI memiliki keputusan yang sama jika digunakan
untuk menilai usulan proyek investasi.

Hubungan antara NPV dengan IRR terlihat pada faktor diskonto (discount rate) yang
digunakan untuk menghitung nilai sekarang (present value) dari suatu investasi. IRR
merupakan tingkat pengembalian (rate of return) yang disyaratkan oleh investor (perusahaan)
ketika melakukan investasi. IRR merupakan “discount rate” yang menjadikan NPV sama
dengan nol. Artinya, pada saat NPV sama dengan nol maka besarnya tingkat pengembalian
investasi yakni sebesar IRR. Apabila tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan
perusahaan dari suatu investasi lebih rendah daripada IRR, maka investasi tersebut diterima.
Sebaliknya apabila rate of return yang diinginkan lebih tinggi daripada IRR, maka investasi
tersebut tidak layak diterima baik menurut metode NPV daripada IRR. Dengan kata lain,
apabila IRR lebih tinggi daripada rate of return yang disyaratkan (diinginkan), maka investasi
diterima dan terjadi sebaliknya.

2.2 Capital Rationing


2.2.1 Pengertian Capital Rationing

Capital Rationing merupakan proses tentang bagaimana alternatif investasi


yang tersedia, sehingga yang dimiliki dapat tertanam dengan profit yang maximum
dapat diperoleh. Suatu Perusahaan harus melakukan efisiensi dalam penggunaan uang
karena terbatasnya dana atau modal yang dimiliki perusahaan. Dalam manajemen
keuangan yang konservatif (hati-hati), maka investasi aktiva tetap lebih aman
menggunakan modal sendiri. Namun, modal sendiri ini sifatnya terbatas, sehingga
diperlukan prioritas dalam penggunaannya. Karena terbatasnya dana, maka usulan
investasi yang akan dilaksanakan perusahaan perlu dinilai secara rasional dengan
melihat present value tiap-tiap usulan investasi tersebut. Pemilihan usulan investasi
dengan melihat terbatasnya modal yang tersedia dinamakan “capital rationing”. Oleh
karena itu, capital rationing terjadi ketika perusahaan menghadapi pilihan beberapa
usulan investasi yang menghasilkan return yang berbeda-beda, sedangkan perusahaan
memiliki keterbatasan dana yang akan digunakan untuk investasi tersebut.
Sebagai contoh, perusahaan menghadapi lima alternatif proyek investasi yang
semuanya menjanjikan NPV positif dan dana yang dibutuhkan untuk lima proyek
tersebut Rp 100.000.000.000,00. Namun, perusahaan hanya memiliki dana sebesar
Rp 60.000.000.000,00. Dengan kondisi tersebut, perusahaan harus melakukan kajian
dan pemilihan proyek-proyek dengan kendala dana untuk menghasilkan nilai
maksimum bagi perusahaan.
Di samping memilih investasi yang menghasilkan profit tertinggi, pemilihan
usulan investasi juga perlu memperhatikan sifat hubungan antar usulan-usulan
investasi yang ditawarkan. Hubungan antar usulan investasi meliputi investasi yang
bebas atau tidak saling tergantung (independent), investasi yang saling terkait atau
saling tergantung (dependent) investasi yang bersifat saling meniadakan (mutually
exclusive).

Contoh pemilihan investasi berkaitan dengan keterbatasan dana yang tersedia:


Suatu perusahaan pengolahan kayu menghadapi 6 tawaran investasi yang menjanjikan
keuntungan cukup besar. Dana yang tersedia sebanyak Rp 500 juta. Keenam tawaran
investasi tersebut mempunyai profitability index (benefit cost ratio) sebagai berikut:
Usulan Nilai Investasi yang Profitability Index Rangking
Investasi diperlukan
A Rp. 160.000.000 1,12 4
B Rp. 100.000.000 1,01 5
C Rp. 140.000.000 1,22 3
D Rp. 120.000.000 1,24 2
E Rp. 80.000.000 1,34 1
F Rp. 170.000.000 0,98 6

Untuk memilih usulan investasi yang ditawarkan kita perlu memperhatikan


hubungan masing-masing usulan investasi yang satu dengan lainnya. Apabila keenam
usulan investasi tersebut bersifat independent (tidak saling tergantung). Maka kita
memilih usulan investasi yang memberikan present value aliran kas masuk yang
tertinggi. Kita membuat rangking usulan investasi yang dimulai dari usulan investasi
yang memiliki profitability index tertinggi hingga seluruh dana yang tersedia dapat
digunakan. Dengan demikian kita membuat suatu portofolio (penganekaragaman)
investasi dari dana yang tersedia. Dari rangking berdasarkan profitability index
tersebut, maka kita akan memilih usulan investasi dengan urutan investasi E, D, C, A,
B, dan F. Namun karena dana yang tersedia hanya Rp 500 juta, maka akan dipilih
berdasarkan urutan profitability index-nya yaitu investasi E, D, C, dan A dengan total
nilai investasinya sebesar : Rp 80.000.000 + Rp 120.000.000 + Rp 140.000.000 + Rp
160.000.000 = Rp 500.000.000.
Dalam praktek pelaksanaan anggaran dimungkinkan adanya fleksibilitas.
Lagi pula biaya dari suatu usul investasi tertentu mungkin disebar selama beberapa
tahun. Berhubung dengan itu kita harus mempertimbangkan lebih dari hanya kendala
satu waktu saja. Ini, berarti bahwa kita tidak hanya mengadakan analisis waktu
tunggal saja, tetapi kita perlu juga untuk mengadakan analisis waktu ganda (multi-
period -analysis).
Dengan analisis waktu ganda, penundaan dari usul investasi adalah
dimungkinkan. Usulan investasi dalam tahun ini, sedangkan ada batasan anggaran,
maka usul-usul investasi yang mempunyai profitabilitas yang lebih kecil dapat
ditunda sampai periode berikutnya kalau anggaran memungkinkan.
Yang dianggap sebagai biaya atau korban dari pencatuan modal adalah
profitabilitas yang dikorbankan karena proyek tersebut tidak dilaksanakan pada tahun
ini. Kemungkinan terjadi kalau suatu unsur investasi tidak dilaksakan pada tahun ini,
dan ditunda sampai tahun depan, proyek tersebut akan mempunyai profitabilitas yang
lebih rendah dibandingkan kalau dilaksanakan tahun ini.

Contoh:
Suatu perusahaan mempunyai kesempatan investasi di bawah ini yang
diurutkan menurut besarnya profitability-index.

Profitability Profitability
Usul Indeks Tahun Index Kalau Ditunda Tahun
Investasi Ini Dana investasi Depan
6 1,15 2.500.000,00 1,11
7 1,13 2.000.000,00 1,11
3 1,12 5.000.000,00 1,07
2 1,09 3.000.000,00 1,03
1 1,08 2.000.000,00 1,01
5 1,07 2.500.000,00 1,05
4 1,05 3.000.000,00 1,01

2.2.2 Analisis Waktu Tunggal dan Waktu Ganda

Kita menyadari bahwa pelaksanaan anggaran adalah tidak kaku. Dengan


demikian dalam praktik dimungkinkan adanya fleksibilitas. Lagi pula biaya dari suatu
usul investasi tertentu mungkin disebar selama beberapa tahun. Berhubung dengan itu
kita harus memperhatikan lebih dari hanya kendala satu waktu saja. Ini berarti bahwa
kita tidak hanya mengadakan analisis waktu tunggal saja, tetapi kita perlu juga untuk
mengadakan analisis waktu ganda.
Dengan analisis waktu ganda, penundaan dari usul investasi adalah
dimungkinkan. Kalau terdapat usulan investasi dalam tahun ini, sedangkan ada
batasan anggaran, maka usul-usul investasi yang mempunyai provitabilitas yang lebih
kecil dapat ditunda sampai periode berikutnya kalau anggaran memungkinkan.
Berhubung dengan itu, kalau kita mengadakan analisis waktu ganda maka
usul-usul investasi yang mempunyai angka kehilangan yang besar diusahakan sedapat
mungkin dilaksanakan tahun ini, sedangkan yang mempunyai angka kehilangan yang
kecil dapat ditunda sampai tahun depan. Tetapi tujuannya adalah tetap yaitu memilih
kombinasi usul investasi yang dapat menghasilkan NPV yang paling tinggi. Hanya
kombinasi disini meliputi usul investasi yang akan dilakukan tahun depan.
1. Analisis Waktu Tunggal
Alternatif 1
Kombinasi dari usul-usul investasi 6,7, 3, 2, dan 5 yang memerlukan dana
investasi sebesar Rp 2,50 + Rp 2,00 + Rp 5,00 + Rp 3,00 + Rp 2,50 = Rp 15,00
(dalam jutaan rupiah). Keseluruhan NPV dari alternatif ini adalah :

Usul 6 Rp 2.500.000,00 ( 1,15 – 1,0 ) = Rp 375.000,00


7 Rp 2.000.000,00 (1,13 – 1,0 ) = Rp 260.000,00
3 Rp 5.000.000,00 (1,12 – 1,0 ) = Rp 600.000,00
2 Rp 3.000.000,00 ( 1,09 – 1,0 ) = Rp 270.000,00
5 Rp 2.500.000,00 ( 1,07 – 1,0 ) = Rp 175.000,00

Rp 15.000.000,00 Total NPV Rp 1.680.000,00

Alternatif II

Kombinasi dari usul-usul investasi 6,7, 3, 2, dan 5 yang juga memerlukan dana
investasi sebesar 15 juta. Keseluruhan NPV dari alternatif ini adalah :

Usul 6 Rp 2.500.000,00 ( 1,15 – 1,0 ) = Rp 375.000,00

3 Rp 5.000.000,00 ( 1,12 – 1,0 ) = Rp 600.000,00

2 Rp 3.000.000,00 ( 1,09 – 1,0 ) = Rp 270.000,00

1 Rp 2.000.000,00 ( 1,08 – 1,0 ) = Rp 160.000,00

5 Rp 2.500.000,00 ( 1,07 – 1,0 ) = Rp 175.000,00

Rp 15.000.000,00 Total NPV = Rp 1.580.000,00

Dari dua analisis tersebut ternyata alternatif I yaitu yang terdiri dari usul-usul
investasi 6, 7, 3, 2 dan 5 mempunyai total NPV yang lebih besar daripada alternatif II,
sehingga kita harus memilih alternatif I atau kombinasi I.

2. Analisis Waktu Ganda


Dalam analisis waktu ganda kita perlu mengetahui besarnya kehilangan angka
dari masing-masing usul investasi kalau usul tersebut terpaksa ditunda sampai tahun
depan yang ini dapat dilihat sebagai berikut:
Usul Outlay PI PI Kalau Ditunda Kehilan
Investasi Sekarang Tahun Depan gan
Angka
6 Rp. 2,5 juta 1,15 1,11 0,04
7 2,0 juta 1,13 1,11 0,02
3 5,0 juta 1,12 1,07 0,05
2 3,0 juta 1,09 1,03 0,06
1 2,0 juta 1,08 1,01 0,07
5 2,5 juta 1,07 1,05 0,02
4 3,0 juta 1,05 1,01 0,04 Kita
mencoba untuk
menyusun berbagai kombinasi yang terdiri dari usul-usul investasi yang akan dilakukan tahun
ini dan yang akan ditunda sampai tahun depan sebagai berikut:
Kombinasi I
Tahun ini : Usulan 6, 7 , 3, 2, dan 5

Usulan 6 Rp 2.500.000,00 ( 1,15 – 1,0 ) = Rp 375.000,00

7 Rp 2000.000,00 (1,13 – 1,0) = Rp 260.000,00

3 Rp 5.000.000,00 ( 1,12 – 1,0 ) = Rp 600.000,00

2 Rp 3.000.000,00 ( 1,09 – 1,0 ) = Rp 270.000,00

5 Rp 2.500.000,00 ( 1,07 – 1,0 ) = Rp 175.000,00


Rp 15.000.000,00 Rp 1.680.000,00
Ditunda Tahun Depan :
Usulan 4 Rp 3.000.000,00 (1,01 – 1,0 ) = Rp 30.000,00
Rp 18.000.000,00
Total NPV = Rp 1.710.000,00

Dana investasi tahun ini yang digunakan Rp 15 juta dan usul investasi yang ditunda
memerlukan Rp 3 juta sehingga keseluruhan menjadi Rp 18 juta. (Masih dalam batas
anggaran investasi tambahan tahun depan = Rp 2 juta).

Kombinasi II

Tahun ini: Usulan 6, 3, 1, 5 dan 4

Usulan 6 Rp 2.500.000,00 ( 1,15 – 1,0) = Rp 375.000,00


3 Rp 5.000.000,00 ( 1,12 – 1,0) =Rp 600.000,00

1 Rp 2.000.000,00 ( 1,08 – 1,0 ) =Rp 160.000,00

5 Rp. 2.500.000,00 (1,07 – 1,0) = Rp 175.000,00

4 Rp. 3.000.000,00 (1,01 – 1,0) = Rp 150.000,00

NPV proyek tahun ini Rp 1.460.000,00

Ditunda Tahun Depan:

Usulan 7 Rp 2.000.000,00(1,11-1.0) = Rp 220.000,00

Total NPV Rp 1.680.000,00

Dana investasi yang digunakan tahun ini Rp 15 juta dan untuk usulan yang ditunda
sampai tahun depan membutuhkan dana investasi sebesar Rp 2 juta sehingga keseluruhan
menjadi Rp 17 juta.

Kombinasi III

Tahun ini: Usulan 6, 2, 3, 1, dan 5

Usulan 6 Rp 2.500.000,00 ( 1,15 – 1,0 )= Rp 375.000,00

2 Rp. 3.000.000,00 (1,09 – 1,0) = Rp 270.000,00

3 Rp 5.000.000,00 ( 1,12 – 1,0 ) = Rp 600.000,00

1 Rp 2.000.000,00 ( 1,08 – 1,0 ) = Rp 160.000,00

5 Rp. 2.500.000 ,00(1,07 – 1,0) = Rp 175.000,00

NPV proyek tahun ini Rp 1.580.000,00

Ditunda Tahun Depan:


Usulan 7 Rp 2.000.000,00 (1,11-1.0) = Rp 220.000,00

Total NPV Rp 1.800.000,00


Dari hasil perhitungan di atas tampak jelas bahwa kombinasi III adalah kombinasi
yang menghasilkan keseluruhan atau total NPV yang paling besar dibandingkan dengan
kombinasi I dan kombinasi II sehingga sebaiknya perusahaan memilih kombinasi III.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Investasi merupakan suatu tindakan melepas dana saat sekarang dengan harapan
untuk dapat menghasilkan arus dana masa datang dengan jumlah yang lebih besar dari dana
yang dilepaskan pada saat investasi awal. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh perusahaan
akan dijadikan sebagai dasar penilaian manajemen kas perusahaan. Penilaian kinerja
perusahaan ini sebagian atau seluruhnya dapat dinilai dari penggunaan kas untuk investasi.

Beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk menganalisis kelayakan investasi


diantaranya:
1. Net Present Value (NPV) yaitu selisih antara Present Value dari investasi dengan
nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional
maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang.
2. Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai tingkat pengembalian investasi,
dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Metode ini digunakan untuk mencari
tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di
masa datang, atau penerimaan kas, dengan pengeluaran investasi awal.

Hubungan antara NPV dengan IRR terlihat pada faktor diskonto (discount rate) yang
digunakan untuk menghitung nilai sekarang (present value) dari suatu investasi. Hubungan
proyek ynag saling meniadakan, baik untuk proyek yang memiliki usia sama maupun usia
berbeda. Dalam situasi yang demikian, kriteria NPV lebih mudah diterapkan. Namun
demikian ini tidak berarti bahwa kriteria IRR tidak dapat digunakan.

Capital Rationing merupakan proses tentang bagaimana alternatif investasi yang


tersedia, sehingga yang dimiliki dapat tertanam dengan profit yang maximum dapat
diperoleh. Dalam membahas mengenai keterbatasan dana, didalamnya diperkenalkan dua
Analisis/pendekatan, yakni analisis waktu tunggal (single period analisys) dan analisis waktu
ganda (multi period analisys). Kesemuanya menunjukkan bahwa kriteria NPV lebih luwes
dan canggih untuk diterapkan, dibanding dengan kriteria investasi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.coursehero.com/file/p2068ki/Hubungan-antara-NPV-PI-dan-IRR-Dari-kelima-
metode-penilaian-investasi-yang/, diakses pada 26 November 2020
https://kelincicoklatdiary.wordpress.com/2010/10/14/net-present-value-npv-dan-internal-rate-
of-return-irr/, diakses pada 26 November 2020
https://www.academia.edu/12306491/capital_rationing , diakses pada 26 November 2020

Anda mungkin juga menyukai