1 SM
1 SM
21-30
Abstrak
Abstract
Porang is one of the plants having high glucomannan content, about 45-65% which is
potentially applied both in medical or food industry. This study focused on the extraction of the
two types of porang, white porang (Amorphophallus oncophyllus) and yellow Porang
(Amorphophallus blume muerelli). The aim of this study is to determine the yield of glucomannan
extraction and its characteristics including the levels of glucomannan, morphology and specific
functional groups. This research comprosed (1) the formation of porang flour, (2) the analysis of
porang flour, (3) the extraction of glucomannan from porang flour, and (4) analysis of
glukomannan product. The control variables were temperature of 75oC, stirring speed of 4000
rpm, and the extraction time for 15 minutes. The product was analyzed by levels of KGM (konjac
glucomannan), FTIR (fourier transform infra red) for specific fungtional groups, and particle
morphology with SEM (Scanning Electron Microscope). White porang flour had moisture content
of 13.477%, 4.612% ash content, 47.554% starch content, and 17.536% amylose content. While
for the yellow porang, the moisture content of 12.326%, ash content of 3.901%, 5.598% starch
content, and 16.948% amylose content were found. The extract from white porang flour with
water solvent obtained glucomannan levels of 73.70% and for ethanol solvent obtained glaucoma-
21
EKSTRAKSI GLUKOMANAN …… (Nita Aryanti, dkk)
nnan levels of 64.67%. Analysis of morphology of the glucomannan flour from white and yellow
porang with water solvent produce greater wavelength than the one extracted with ethanol solvent
at 3000-3700 cm-1. Results of analysis on surface structures is the glucomannan flour from white
and yellow porang with solvent water has a non-uniform oval surface shape without needle
structure, whereas the glucomannan flour with ethanol solvent has a needle structure
reprensenting a structure of Ca-oxalate.
22
METANA, Vol. 11 No. 01, JULI 2015, Hal. 21- 30
phyllus dan A Muerelli blume,aquades, telah didinginkan kemudian digiling dengan
NaOH 10%, dan HCl 2%. Sedangkan alat mortar sebelum diayak dengan menggunakan
utama yang digunakan dalam penelitian ini screen ukuran 250 µm. ketika masih ada sisa
adalah timbangan, magnetic stirrer dan sampel tadi digiling kembali sampai bisa
heater, slicer, willey mill, tray dryer, melewati ayakan. KGM yang diperoleh
termometer, stopwatch, beaker glass, kertas dianalisa kadar glukomannan, morfologi,
alumunium foil, dan kertas saring Whatman berat molekul, struktur molekul
41. glukomannan.
23
EKSTRAKSI GLUKOMANAN …… (Nita Aryanti, dkk)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik tepung porang yang
3.1. Karakteristik Tepung Porang meliputi kadar air, kadar abu, kadar pati, dan
kadar amilosa dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik tepung porang
Karakteristik Kadar air Kadar abu Kadar pati Kadar amilosa
Tepung porang putih 13,477 4,612 7,554 17,536
Tepung porang kuning 12,326 3,901 5,958 16,948
Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat dilihat Berdasarkan data Tabel 1 dapat dilihat
bahwa kadar air yang diperoleh dari tepung bahwa untuk analisa kadar amilosa diperoleh
porang putih sebesar 13,477% dan tepung kadar amilosa untuk tepung porang putih dan
porang kuning sebesar 12,326% yang tepung porang kuning adalah sebesar
menunjukan bahwa kadar air untuk tepung 17,536% dan 16,48%. Sedangkan kadar
porang putih lebih besar dibandingkan amilosa untuk tepung porang di pasaran
tepung porang kuning. Berdasarkan sekitar ± 18,86%. Hal ini menunjukan kadar
penelitian sebelumnya, kadar air untuk amilosa untuk tepung porang umbi putih dan
tepung porang adalah ± 10% (Peiying et al., tepung porang umbi kuning berada dibawah
2002), yang menunjukan kadar air dari kadar amilosa untuk tepung porang pada
tepung porang umbi putih dan tepung porang penelitian sebelumnya dan masih tidak
umbi kuning pada penelitian ini yang tidak terlalu jauh dari hasil penelitian sebelumnya.
terlalu jauh dari hasil penelitian sebelumnya.
Tabel 2 tersebut menunjukan bahwa nilai mineral, pati, serat, gula sederhana dan
yield dari ekstraksi glukomannan diperoleh komponen yang lainnya (Tatirat et al., 2012).
yield tepung glukomannan rata-rata porang Yield tepung glukomannan baik dari tepung
putih dengan pelarut etanol sebesar 68,184% porang putih maupun tepung porat kuning
dan pelarut air yaitu sebesar 71,111% dan dengan pelarut air menghasilkan yield yang
untuk yield tepung glumomannan rata-rata lebih besar dibandingkan dengan pelarut
porang kuning dengan pelarut air sebesar etanol karena ekstrasi glukomannan akan
69,408% dan pelarut etanol yaitu sebesar lebih sempurna dengan pelarut air dengan
67,389%. Rendahnya yield ekstraksi sifatnya yang lebih polar dari etanol (Hanif,
disebabkan oleh sebagian dari tepung 1991). Kadar glukomannan untuk berbagai
glukomannan porang yang diperoleh jenis tepung glukomannan dapat dilihat pada
merupakan komponen lain baik berupa Tabel 3.
24
METANA, Vol. 11 No. 01, JULI 2015, Hal. 21-30
Tabel 3. Kadar glukomannan phyllus) dan porang kuning (Amorpho-
Jenis umbi Pelarut Kadar phallus muerelli blume) ini sesuai dengan
Glukomannan (%) harapan yaitu diatas 60% (Peiying et al.,
Tepung Air 73,70 2002), hal ini dapat disebabkan etanol
glukomannan Etanol 63,20 maupun air sebagi solvent mampu
porang putih menggumpalkan glukomannan secara baik.
Tepung Air 72,54 Shriner et al. (1980) menjelaskan bahwa
glukomannan Etanol 64,67 didalam proses ekstraksi suatu senyawa
Porang kimia, berlaku hukum like dissolves like
kuning dimana pelarut polar akan melarutkan
senyawa polar dan pelarut non polar akan
Tepung glukomannan porang putih melarutkan senyawa non polar. Selain itu,
menghasilkan glukomannan yang lebih besar dengan waktu ekstraksi yang relatif singkat
yaitu sebesar 73,70% untuk pelarut air dan glukomannan terekstrak dengan baik karena
63,20% untuk pelarut etanol dibandingkan menurut Bernasconi pada tahun 1995 dengan
dengan tepung porang kuning pada pelarut semakin lamanya waktu ekstraksi maka akan
yang sama yaitu sebesar 72,54% untuk terjadinya kontak antara pelarut dengan
pelarut air dan 64,67% untuk pelarut etanol, bahan sehingga dari keduanya akan terjadi
karena kandungan glukomannan pada tepung pengendapan massa secara difusi sampai
porang putih lebih besar dari kandungan terjadi keseimbangan konsentrasi larutan di
glukomannan pada tepung porang kuning. dalam dan di luar bahan ekstraksi.
Untuk pelarut air jauh lebih besar kandungan
glukomannannya dibandingkan dengan 3.3 Analisa Gugus Fungsional spesifik
pelarut etanol karena sifat air yang lebih Analisa gugus fungsional spesifik
polar dibandingkan dengan etanol sehingga untuk glukomanan hasil ekstraksi ditunjukan
air mampu mengekstrak lebih sempurna pada Gambar 1, sedangkan Gambar 2
dibandingkan etanol. Kadar glukomannan menunjukkan Struktur Molekul Gluko-
dalam porang putih (Amorphophallus onco- mannan
Gambar 1 Spektrum FTIR (a) porang putih-air (b) porang putih-etanol (c) porang kuning-air (d)
porang kuning-etanol
25
EKSTRAKSI GLUKOMANAN …… (Nita Aryanti, dkk)
Gambar 3. Hasil Scanning Electron Microscope 2000x perbesaran (a) porang Putih-Air (b) porang
Putih-Etanol (c) porang Kuning-Air (d) porang Kuning-Etanol.
27
EKSTRAKSI GLUKOMANAN …… (Nita Aryanti, dkk)
Pada analisa morfologi pada tepung glukomannan rata-rata porang kuning
glukomannan porang putih dan porang dengan pelarut air sebesar 69,408% dan
kuning menunjukan bahwa pada tepung pelarut etanol yaitu sebesar 67,389%.
glukomannan yang diekstraksi dengan air Tepung glukomannan porang putih
menunjukan ukuran partikel dan persebaran menghasilkan kadar glukomannan yang lebih
yang lebih kecil dan lebih seragam besar dibandingkan dengan tepung porang
dibandingkan dengan yang diekstraksi kuning pada pelarut yang sama. Tepung
dengan etanol. Hal itu karena glukomannan porang putih mengandung kadar air
yang terekstraksi jauh lebih sempurna 13,477%, kadar abu 4,612%, kadar pati
dengan air dibandingkan dengan etanol. Pada 7,544%, dan kadar amilosa 17,536%. Untuk
morfologi untuk tepung glukomannan putih porang kuning menunjukan kadar air
dengan pelarut air bentuk tepung cenderung 12,326%, kadar abu 3,901%, kadar air
ovale atau bulat dengan persebaran cukup 5,958%, dan kadar amilosa 16,943%.
merata dan dengan pelarut etanol bentuk Analisa gugus fungsi dengan FTIR pada
tepung cenderung berbentuk jarum atau tepung glukomannan menunjukan hasil
serabut dengan persebaran yang kurang dalam glukomannan mengandung paling
merata. Untuk tepung glukomannan kuning banyak gugus polisakarida yaitu pada
dengan pelarut air bentuk tepung cenderung panjang gelombang 3000-3700 cm-1.
ovale atau bulat tidak sama ukuran dengan
Analisa morfologi pada tepung gluko-
persebaran cukup merata dan dengan pelarut
etanol bentuk tepung cenderung berbentuk mannan menunjukan tepung gluko-
jarum atau serabut dengan persebaran yang mannan porang putih maupun porang
kurang merata. Hal ini karena dengan pelarut kuning yang diekstraksi dengan pelarut
air pada saat ekstraksi mampu melarutkan air yang menunjukan bentuk struktur
kalsium oksalat sebagai pengotor sehingga bulat sedangkan ekstraks menggunakan
permukaan dari tepung porang berbentuk pelarut etanol memiliki bentuk struktur
bulat bersih dan seragam tanpa ada kristal jarum yang merupakan bentuk struktur
jarum yang merupakan struktur permukaan dari asama oksalat sebagai pengotor dari
asam oksalat, dan dengan pelarut etanol pada tepung glukomannan.
saat ekstraksi tidak mampu melarutkan
kalsium oksalat secara sempurna sebagai
pengotor dalam tepung glukomannan
5. DAFTAR PUSTAKA
sehingga bentuk permukaan dari tepung An, N. T., Thien, D. T., Dong, N. T., Duna,
glukomannan menjadi banyak kristal jarum, P. L. and Du, N. V. 2011.
tidak teratur dan tidak seragam yang Isolation and characteristics of
merupakan struktur permukaan dari asam polysaccharide from Amorpho-
oksalat (Tatirat et al., 2012). Granula dari phallus corrugatus in Vietnam,
KGM terakumulasi dalam bentuk bulat telur Carbohydrate Polym. 84, 64–68.
yang berbeda dari sel lainnya di dalam
parenchyma. Dalam glukomannan juga AOAC. 1995. Official methods of
dimungkinkan adanya deposisi kalsium analysis of the association
oksalat dalam bentuk seperti jarum dan official analytical chemistry.
dalam kluster nultikristal (Chua et al., 2013). Virginia: Arlington.
Morfologi granula glukomannan
menunjukkan kesesuaian dengan morfologi Apriyantono, A., Puspitasari N.L., Dedi F.,
granula glukomannan. Sedarnawati, and Budiyanto S.,
1989. Analisis Pangan. Bogor:
4. KESIMPULAN Pusat Antar Universitas Institut
Yield tepung glukomannan rata-rata Pertanian Bogor.
porang putih dengan pelarut air sebesar
68,184% dan pelarut etanol yaitu sebesar Bernasconi, G., H. Gerster, H. Hauser, H.
71,111% dan untuk yield tepung Stauble, and E. Scheneifer., 1995.
28
METANA, Vol. 11 No. 01, JULI 2015, Hal. 21-30
Teknologi Kimia. 2nd. Jakarta. Singapore: Willey-Blackwell,
198–215.
Chua, M., Baldwin, T. C., Hocking, T. J. and
Chan., K., 2010. Traditional uses Peiying, L, S. Zhang, G. Zhu, Y. Chen,
and potential health benefits of Quyang H., Han M., Wang Z.,
Amorphophallus konjac K. Koch Xiong W, and Peng H., 2002.
ex N.E. Br.: Review Article, J. of Professional standard of the
Ethnopharmac. 128(2), 268-278. people Republic of China for
konjac flour (NY/T 494). Beijing:
Chua, M., Hocking, T. J., Chan, K. and Ministry of Agriculture of P.R. of
Baldwin, T. C., 2013. Temporal China.
and spatial regulation of
glucomannan deposition and Shriner, R. L., L. R. Fuson, D. Y. Curtin, and
mobilization in corms of T. C. Morrill., 1980. The Systemic
Amorphophallus konjac (Ara- Identification of Organic
ceae), American J. Botany 100(2), Compounds. 6th. New York: John
337-345. Willey and sons, Inc.
Chua M., Chan, K., Hocking, T. J., Williams, Takigami, S., 2000. Konjac Glucomannan.
P. A., Perry, C. J. and Baldwin, T. In : Phillips Go and Williams P.
C., 2012. Methodologies for the A., Handbook of Hydrocolloids,
extraction and analysis of konjac 379-395. Boca Raton : CRC Press.
glucomannan from corms of
Amorphophallus konjac K. Koch., Tatirat, O., and Charoenrein, S. 2011.
Carbohydrate Polym. 87, 2202– Physicochemical properties of
2210. konjac glukomannan extracted
from konjac flour by a simple
Faridah, A. and Widjanarko, S. B., 2013. centrifugation process, LWT-Food
Optimization of multilevel ethanol Sci. Technol. (44), 2059-2063.
leaching process of porang flour
(Amorphophallus muelleri) using Tatirat, O., Charoenrein, S. and Kerr, W. L.,
response surface methodology, Int. 2012. Physicochemical properties
J. on Adv. Sci. Eng. Inf. Technol. of extrusion-modified konjac
3(2), 74-80. glucomannan, Carbohydrate
Polym. 87(2), 1545-1551.
Hanif, Z. 1991. Pengaruh Cara
Pengeringan dan Cara Ekstraksi Widjanarko, S. B., Nugroho, A. and Estiasih,
Terhadap Rendemen Mutu T., 2011. Functional interaction
Tepung Mannan Umbi Iles-Iles components of protein isolates
Kuning (Amorphophallus and glucomannan in food bars by
oncophyllus prain). Bogor: IPB. FTIR and SEM studies, African J.
Food Sci. 5(1), 12 – 21.
Lee, H. V., Hamid, S. B. A. and Zain, S. K.,
2014. Review article conversion of Wootton, A. N., Brown, M. L., Westcott, R.
lignocellulosic biomass to J. and Cheetham, P. S. J., 1993.
nanocellulose: structure and The extraction of a glucomannan
chemical process, Sci. World J. polysaccharide from konjac corms
2014, 1-20. (elephant yam, Amorphophallus
rivierii), J. Sci. Food Agric. 61,
Parry , J., 2010. Konjac glucomannan. In: 429-433.
A. Imeson, ed. Food stabilisers,
Thickeners and Gelling Agents. Xu, W., Wang S., Ye, T., Jin, W., Liu, J.,
Lei, J., Li, B. and Wang, C., 2014.
29
EKSTRAKSI GLUKOMANAN …… (Nita Aryanti, dkk)
A simple and feasible approach to Zhao, J., Zhang, D., Srzednicki, G., Kanla-
purify konjac glucomannan from yanarat, S. and Borompichai-
konjac flour - temperature effect, chartkul, C., 2010. Development of
Food Chem. 158, 171–176. a low-cost two-stage technique for
production of low-sulphur puri-
Yaseen, E.I., Herald, T.J., Aramouni, F. M. fied konjac flour, Int. Food Res. J.
and Alavi, S., 2005. Rheological 17(4), 1113-1124.
properties of selected gum
solutions, Food Res. Int. 38(2),
111−119.
30