Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN HASIL

KUNJUNGAN RUMAH DOKTER MUDA

Disusun oleh:

Elena Ghentilis Fitri Amelia NIM 011923143038

Pembimbing:

Subur Prajitno, dr., MS., AKK..

PUSKESMAS GUNUNG ANYAR

Periode 30 Agustus - 12 Agustus 2021

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT – KEDOKTERAN PENCEGAHAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021

LAPORAN MINI CEX


A. Identitas Pasien
Nama : Tn. Bagus Tejo P. S
Umur : 42 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Berat badan : 43 kg
Tinggi badan : 160 cm
Pekerjaan : Penjaga toko kelontong
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Jl. Kyai Satari No. 4 Rungkut Menanggal

B. Assessment
1. Keluhan utama : Batuk
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien saat ini mengalami batuk berdahak, sedang tidak meminum obat batuk
dikarenakan obat batuk di puskesmas sedang tidak bersedia. Pasien juga merasakan
rasa sesak di kerongkongan seperti selang yang diremas. Pasien juga merasa dadanya
nyeri namun tidak menembus ke belakang dan lokasinya berpindah-pindah. Pasien
mengalihkan rasa nyeri dengan makan atau melakukan hal lain. Pasien juga
merasakan tubuhnya tidak kuat dalam melakukan aktivitas lama seperti memegang
handphone dengan satu tangan sehingga harus bergantian dengan tangan yang
lainnya. Saat ini pasien sudah dua bulan dalam program pengobatan TB RO dari
puskesmas. Pasien juga menyebutkan pada pemeriksaan sputum pada akhir Agustus
2021 hasilnya sudah negatif. Pasien mengalami kenaikan berat badan jika
dibandingkan saat pemeriksaan berat badan pada awal sakit (39→43 kg).
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pertama kali mengeluh batuk lama dari sekitar April 2021 dan
kemudian memeriksakan dirinya ke klinik dan didiagnosa TB. Selanjutnya pasien
diberi surat rujukan ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan darah lengkap,
rontgen dan pemeriksaan sputum. Karena tidak percaya, pasien kemudian
memeriksakan dirinya ke dokter lain namun juga didiagnosis TB, diresepkan
rifampisin, dan diberi surat rujukan ke puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan
rontgen. Dari hasil pemeriksaan darah dan rontgen di puskesmas didapatkan hasil
pasien diduga menderita TB resistensi obat. Pasien menjelaskan hasil rontgen tampak
seperti sudah lama menderita TB sekitar 2 tahun, namun pasien tidak pernah
mengikuti pengobatan TB. Menurut pasien, ada kemungkinan terkena infeksi di tahun
2014 saat mendampingi pasien TB dan menjadi TB laten dan saat ini muncul ketika
imunitas pasien menurun. Sebelum pasien ingin melakukan pemeriksaan dahak,
pasien mengalami batuk darah.
Pada bulan 20 Juni 2021 pasien mengeluh batuk darah dan masuk ke IGD
RSDS dan diberi obat asam traneksamat dan kodein. Karena hasil swab pasien saat di
IGD negatif, pasien meminta untuk dirawat jalan saja karena takut tertular COVID-19
jika dirawat di rumah sakit. Setelah itu pasien kembali berobat ke puskesmas Gunung
Anyar untuk memeriksakan dahak dan didiagnosis TB paru. Pasien memulai
pengobatan sejak 2 Juli 2021 diberi obat TB merah, obat batuk, dan vitamin B.
Pasien memiliki riwayat hepatitis B sejak tahun 1980 dan hepatitis A pada
tahun 1995. Pasien memiliki riwayat merokok 1 pak/hari namun saat ini sudah
berhenti. Tidak ada riwayat penyakit metabolik seperti Diabetes Melitus dan
Hipertensi. Tidak ada alergi dan penyakit imunologi lain.
4. Riwayat pengobatan
- Asam traneksamat
- Transamin
- Kodein
- Obat TB merah
- Obat TB kuning, diminum 3 kali seminggu
- Obat batuk
- Vitamin B
- Vitamin C
5. Riwayat penyakit keluarga
Saat ini dua keponakan pasien mengalami batuk namun menurut pasien
dikarenakan sering minum es. Ibu pasien memiliki riwayat asma sejak kecil,
hipertensi, dan diabetes melitus.

6. Faktor-faktor sosial, ekonomi, dan budaya


Pasien merupakan orang yang agamis, suka membaca, sudah tidak merokok,
tidak konsumsi kopi, dan berkegiatan sehari-hari sebagai penjaga toko kelontong
milik sendiri dan istirahat siang pada pukul 11.00 hingga 13.00. Pasien tampak
memiliki literasi kesehatan yang baik.

7. Pemeriksaan Fisik
Kondisi umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
Berat badan : 43kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 16,8 kg/m^2

8. Denah Tempat Tinggal


Kondisi tempat tinggal
● Tempat tinggal (yg di eval) : Rumah 2 Lantai
● Ukuran rumah : 8 x 17 m2
● Ukuran kamar rumah : 2,5 x 2,5 m2
● Lantai : Keramik
● Atap : Asbes
● Dinding : Tembok
● Cahaya : Cukup
● Ventilasi : Jendela ukuran 60 x 200 cm2
● Pintu : 150 x 210 cm2
● Jumlah ruangan : 5 kamar tidur, 2 toilet luar, 1 toilet dalam, 1 garasi untuk toko,
1 dapur, 1 ruang tamu
● Letak kamar pasien (deskripsikan posisi dalam rumahnya) : Rumah pasien terdiri
dari 2 lantai, kamar pasien terletak diatas bersamaan dengan balkon untuk
menjemur pakaian, kamar mandi terletak di setiap lantai. Dapur pasien terletak di
lantai satu.
● Dapur umum : Ada, 1 buah
● Ukuran ventilasi : 60 x 100 cm2
● Jumlah kamar mandi : 2 ruang
● Ukuran bak mandi : 60 x 60 cm2
● Asal air : PDAM (MCK), air galon (masak dan konsumsi minum)
● Nilai air : tidak keruh, tidak berbau, tidak berwarna
● Jenis jamban : semua kloset duduk
Pekarangan dan selokan :
● Kebersihan : lancar dan selokan cukup lebar
● Air limbah : mengalir melalui selokan
● Tempat sampah : Ada 2, 1 di dapur dan 1 di depan rumah

9. Hasil Analisa Kunjungan Rumah


● Host
Pasien tergolong underweight dan saat ini dalam program pengobatan TB
resistensi obat. Saat ini pasien masih mengalami batuk berdahak, sudah minum
obat. batuk namun tidak membaik. Pasien tidak lemas, tidak gelisah dan dapat
berkomunikasi dengan baik. Pasien sehari-hari dapat mengonsumsi makanan
dengan baik dan tampak kenaikan berat badan. Pasien sehari-hari bekerja sebagai
penjaga toko kelontong di rumah. Bertemu dengan banyak orang dapat menjadi
salah satu faktor risiko seseorang terinfeksi penyakit TB. Pasien suka membaca
dan terlihat pengetahuan mengenai penyakitnya sudah sangat baik.
● Agent
Pada penyakit TB ini faktor agent yaitu bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Salah satu faktor yang mempengaruhi agent yaitu virulensi. Virulensi merupakan
kemampuan atau keganasan suatu agent penyebab penyakit dalam menimbulkan
kerusakan pada sasaran. Berdasarkan sumber yang sama virulensi kuman TB
termasuk dalam tingkat tinggi.
● Environment
Berkaitan dengan penyakit TB, bakteri penyebab infeksi yang dapat
menjangkit pasien biasa ditemukan di tempat yang lembab. Lingkungan yang
padat, kurang baik pertukaran udara dan cahaya yang cukup (jarang dibuka dan
terkena paparan) menjadi faktor mudahnya virus untuk bertahan di lingkungan
sekitar. Pasien tinggal dengan ibu, adik, dan kedua keponakannya di rumah yang
memiliki luas 8 x 17 m2.
Kamar rumah pasien memiliki ventilasi berupa kasa jaring ditiap atas jendela
ukuran 60 x 100 cm2 dan jendela ukuran 200 x 60 cm2. Kriteria rumah sehat
memiliki ventilasi 1/8-1/10 luas lantai. Ukuran kamar pasien 2,5 x 2,5 m2,
ventilasi rumah pasien memenuhi kriteria sehat karena sering membuka jendela
rumahnya. Namun, terdapat ventilasi di salah satu kamar yang tertutup dan
jarang dibuka oleh karena ruangan di sebelahnya digunakan sebagai tempat
budidaya jamur. Atap pasien yang terbuat dari asbes bisa memicu reaksi alergi
atau penyakit paru seperti asbestosis jika rumah tidak dibersihkan secara berkala.
Rumah yang sehat harus memiliki debu total max 150 mg/m3 dan asbes bebas
maksimal 0,5 fiber/m2/4 jam.
Di rumah pasien 11 ruangan terdiri dari 5 kamar tidur, 2 toilet luar, 1 toilet
dalam, 1 garasi untuk toko, 1 dapur, 1 ruang tamu

C. Advice
1. Diagnosis
Diagnosis utama : TB resistensi obat
Diagnosis banding : -
Diagnosis sekunder: Hepatitis B

2. Tatalaksana
Tatalaksana Farmakologis
a. Bedaquiline 2 x 2 Tab @ 100 mg/hari
b. Moxifloxacin 1 x 1,5 Tab @ 400 mg/hari
c. Ethionamide 1 x 2 Tab @ 250 mg/hari
d. Isoniazid 1 x 1,5 Tab @ 300 mg/hari
e. Klofazimin 1 x 1 Cap @ 100mg/hari
f. Etambutol 1 x 2 Tab @ 400mg/hari
g. Pirazinamid 1 x 3 Tab @ 500mg/hari
h. Vitamin B Complex 1 x 1 Tab/hari

Tatalaksana Non-Farmakologis
a. Buka jendela kamar untuk cahaya matahari masuk dan sirkulasi udara.
b. Rutin cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer.
c. Olahraga rutin 3-5 kali seminggu.
d. Makan bergizi seimbang 3 kali sehari.
e. Istirahat cukup.
f. Kelola stres, usahakan pasien tidak stres.
g. Etika batuk: tutup mulut saat batuk/bersin, tidak buang dahak sembarangan (buang
tisu segera ke tempat sampah dan ke wc/wastafel dan disiram air), dan cuci tangan
h. Minum obat teratur, tidak boleh putus (tepat waktu, tepat dosis, tepat cara - minum
obat sekaligus), jika tidak : bisa tidak sembuh dan menularkan ke orang lain,
menjadi semakin parah, bakterinya kebal jadi butuh obat lain.
i. Pakai masker: cuci tangan, tutup mulut-hidung-dagu dan tekan bagian atas masker
supaya mengikuti bentuk hidung, lepas masker melalui talinya dan buang/cuci jika
masker kain, masker diganti tiap 4 jam, dan cuci tangan setelah mengganti masker.

3. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi


a. Komunikasi
- Mengkomunikasikan kepada pasien mengenai penyakit yang dialami,
modifikasi gaya hidup dan resiko, serta konsultasi konseling.
- Memotivasi pasien untuk terus menjaga semangatnya dalam menjalani
pengobatannya.
b. Informasi
- Penjelasan kepada pasien mengenai penyakitnya dan faktor risiko dari
Tuberculosis
- Penjelasan kepada pasien untuk rajin kontrol dan patuh pengobatan.
- Penjelasan kepada pasien mengenai modifikasi gaya hidup seperti gizi
seimbang yang perlu diikuti.
- Penjelasan kepada pasien mengenai cara mengurangi keluhan yang
dihadapinya
c. Edukasi
- Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai pentingnya kepatuhan obat.
- Memberikan edukasi kepada pasien memperhatikan kebersihan lingkungan
dan rumah, dan pentingnya menjaga protokol kesehatan.
4. Rencana Rujukan
Berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik untuk saat ini pasien termasuk
dalam kategori rujukan (TB resistensi obat), namun perlu evaluasi lebih lanjut terkait
keluhan pasien. Pasien dapat dirujuk ke faskes yang lebih tinggi yaitu RS tipe D atau C
dan pengobatan dapat diteruskan atas pengawasan puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai