Disusun oleh :
Kelompok Peternakan 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
PEMBAHASAN
2. Subsistem On-Farm
Subsistem Produksi (On-Farm), yaitu kegiatan yang menggunakan sarana
produksi pertanian untuk menghasilkan komoditas pertanian primer, dalam hal
ini adalah pohon murbei sebagai sarana perkembangbiakan ulat dalam
menghasilkan kokon ulat sutera. Budidaya usaha persuteraan alam terdiri dari dua
kegiatan yaitu kegiatan budidaya murbei dan budidaya pemeliharaan ulat sutera.
Pada budidaya murbei, dilakukan secara konvensional dan menggunakan input
yang terbatas.
Subsistem onfarm atau usaha budidaya ulat sutera berupa:
1. Pemeliharaan daun murbei sebagai pakan ulat sutera.
2. Pemeliharaan ulat sutera kecil sampai ulat sutera besar dan menghasilkan
kokon sebagai bahan baku pembuatan kain sutera.
3. Subsistem Hilir
Subsistem Hilir adalah kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas
pertanian primer (agroindustri), berupa kokon ulat sutera menjadi produk olahan
baik produk antara berupa benang sutera yang akan digunakan untuk
memproduksi kain (intermediate product) maupun produk akhir (finish product)
berupa aksesoris yang sudah siap dipakai. Kokon yang dihasilkan dipintal menjadi
benang sutera dan benang sutera kemudian ditenun menjadi kain sutera.
Subsistem hilir usaha persuteraan meliputi:
1. Pengolahan kokon ulat sutera menjadi benang sutera.
2. Pengolahan benang sutera menjadi kain sutera/industri benang sutera.
3. Pengolahan produk akhir berupa aksesoris yang sudah siap pakai.
4. Subsistem Hilir ( Pemasaran)
Subsistem pemasaran yakni kegiatan-kegiatan untuk memperlancar
pemasaran komoditas pertanian hasil olahan kokon ulat sutera baik di dalam
maupun luar negeri. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan
pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan
pasar luar negeri. Ada beberapa proses dalam subsistem pemasaran produk sutera
alam yaitu proses dalam menentukan strategi pemasaran yang meliputi produk,
harga, distribusi, dan promosi. Sehingga dalam kegiatan pemasaran produk sutera
alam untuk menambah nilai tambah produk meliputi kegiatan pengemasan,
kegiatan pengiriman, distribusi, dan promosi.
C.
SUBSISTEM JASA PENUNJANG
Perkembangan
1. Penelitian dan pengembangan.
Konsep
2. Sistem informasi dan dukungan kebijakan
Sistem pemerintah.
3. Penyediaan sarana produksi dan permodalan.
Kendala yang dihadapi serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala
tersebut dalam membangun agribisnis khususnya komoditas agribisnis non
pangan di Indonesia yaitu:
1. Pola Pikir Masyarakat
Mindset atau pola pikir masyarakat Indonesia yang sering memandang
sebelah mata agribisnis ternyata merupakan masalah besar di negeri ini. Di mata
masyarakat awam, agribisnis berarti kegiatan yang dikerjakan di sawah atau
mencangkul di kebun sedangkan sektor lainnya dapat dilakukan dalam ruangan
nyaman dan berAC. Citra dari sektor agribisnis yang digambarkan kotor dan
banyak dikerjakaan oleh masyarakat dengan golongan menengah kebawah masih
menjadi wajah menyeramkan agribisnis Indonesia.
Hal ini sangat bertolak belakang dengan kekayaan alam yang dimiliki negeri
ini sehingga menimbulkan masalah besar. Banyak masyarakat masih menilai
rendah pertanian meskipun sektor ini menjadi penyumbang yang besar bagi
negara bahkan dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakatnya. Namun dalam
hal ini masyarakat awam tidak dapat terus menerus disalahkan karena pada
kenyataannya mindset kurang baik seperti ini dapat terbentuk karena melihat
kenyataan di lapangan yang mana kondisi dari petani yang masih dibawah taraf
kesejahteraan. Banyak petani masih hidup dalam kemiskinan sehingga pola pikir
seperti ini terbentuk di masyarakat.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki kesejahteraan
petani sehingga dapat hidup dengan layak dan berkecukupan dari hasil
pertaniannya dan membuktikan bahwa pertanian merupakan sektor yang
menjanjikan dengan memanfaatkan sumber kekayaan yang ada. Kemudian
memberikan sosialisasi yang baik kepada masyarakat mengenai agribisnis sebagai
sektor yang menjanjikan dan mampu menopang kehidupan yang sejahtera.
Dengan begitu diharapkan masyarakat dapat merubah mindset mengenai
agribisnis dan bersama petani membangun sektor ini agar lebih maju.
2. Krisis Regenerasi Petani Muda
Masalah selanjutnya masih ada kaitannya dari masalah sebelumnya yaitu
mengenai pola pikir yang berdampak pada generasi muda juga. Sektor agribisnis
yang sejatinya memiliki prospek yang menjanjikan jika dikelola dengan baik,
belum mampu menarik perhatian generasi muda untuk terjun didalamnya. Hal ini
dapat menyebabkan krisis generasi pada bidang agribisnis yang mana generasi
muda sangat diharapkan mampu mendominasi segala bidang yang dapat
memajukan negeri ini. Dalam hal ini generasi muda memang menjadi sorotan
karena dengan pemikiran yang sedang berkembang sempurna diharapkan mampu
berperan sebagai agen perubahan dan pengendali dari sektor agribisnis.
Masih banyak anak muda berpikiran bahwa agribisnis merupakan suatu
kegiatan yang kurang menarik untuk dijalani dan lebih memilih pekerjaan di
perkantoran maupun di sosial media. Hal tersebut membuat kegiatan bertani di
negeri ini hampir keseluruhan dijalankan oleh masyarakat dengan kisaran umur
yang sudah tidak muda lagi. Peran generasi muda sangat penting mengingat ide
dan pemikiran yang mereka dapat membantu memajukan sektor pertanian.
Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan sosialisasi dan
membuat saran edukasi pertanian yang menarik perhatian khususnya generasi
muda supaya tidak enggan dalam berkecimpung di bidang agribisnis. Sosialisasi
dan pengarahan seperti ini diharapkan dapat membuka wawasan mengenai
pertanian yang menyenangkan dan tidak mempunyai pikiran bahwa yang bertani
adalah yang tua, kurang sejahtera, dan kotor. Banyaknya ide yang dapat
dikembangkan untuk menarik dan menumbuhkan jiwa bertani pada generasi muda
akan membuat anak muda tertarik menggeluti bidang ini berdasarkan
kemauannya.
3. Permodalan
Permodalan termasuk permasalahan paling mendasar yang sering dihadapi
petani. Modal dapat menjadi kendala seorang petani dalam melakukan
usahataninya. Keterbatasan modal juga dapat menyebabkan kualitas dan kuantitas
hasil yang didapat petani menjadi kurang maksimal.
Masalah mengenai permodalan juga dianggap sebagai penyebab utama
banyaknya petani yang hidup di bawah garis kemiskinan. Modal sering
menimbulkan masalah dalam pertanian di Indonesia yang cukup serius.
Permodalan yang tidak memadai dapat berpengaruh secara langsung terhadap
tingkat produksi yang dihasilkan.
Modal sebagai suatu input yang dibutuhkan dalam bertani jika tidak
diperhitungkan dengan tepat juga dapat menimbulkan kerugian bagi petani.
Pemerintah telah menyediakan modal bagi petani yang membutuhkan dalam
bentuk pinjaman melalui bank milik negara, namun aksesbilitasnya masih belum
dapat menjangkau petani kecil.
Dalam hal ini sebaiknya ada kebijakan yang memudahkan petani khususnya
petani kecil dalam mendapatkan akses modal berupa pinjaman ke lembaga formal
pemerintah maupun bank swasta melalui beberapa pertimbangan yang dapat
dijangkau oleh golongan petani tersebut. Selain itu pinjaman modal melalui
koperasi untuk taraf terendah lembaga penyedia modal dapat menerapkan
kebijakan yang tidak menyulitkan bagi petani yang membutuhkan sumber modal.
4. Alih Fungsi Lahan
Seiring bertambahnya jumlah penduduk, lahan yang dibutuhkan sebagai
tempat tinggal semakin bertambah sehingga alih fungsi lahan kerap terjadi di
masyarakat. Alih fungsi lahan khususnya lahan pertanian merupakan masalah
yang pada dasarnya menjadi perhatian bersama karena hal tersebut berarti lahan
yang tersedia untuk menghasilkan pangan semakin sedikit yang bertolak belakang
dengan kebutuhan pangan yang terus meningkat. Alih fungsi lahan yang terjadi di
masyarakat dikarenakan adanya anggapan bahwa mempertahankan lahan
pertanian pada masa sekarang ini tidak lagi menguntungkan. Kondisi ini
diperparah dengan banyaknya tawaran di masyarakat mengenai harga beli tanah
yang tinggi sehingga masyarakat rela menggadaikan tanah pertaniannya yang
kebanyakan akan dialih fungsikan sebagai tempat berdirinya bangunan atau
kebutuhan lainnya.
Upaya yang dapat dilakukan untuk permasalahan ini adalah dengan
merubah mindset di masyarakat mengenai pentingnya mempertahankan lahan
pertanian untuk masa yang akan datang serta adanya jaminan dari pemerintah
terutama mengenai kestabilan harga komoditas pertanian sehingga pemilik lahan
lebih terjamin melalui hasil panen yang diperoleh serta adanya kepedulian
pemerintah ketika petani mengalami gagal panen guna mencegah lahan beralih
kepemilikan maupun beralih fungsi.
5. Teknologi
Teknologi yang belum maksimal dalam menjangkau masyarakat dapat
menjadi masalah yang serius. Adanya definisi teknologi pertanian yang dapat
memudahkan dalam proses produksi memiliki pengaruh langsung terhadap
kualitas dan kuantitas produk pertanian. Namun jika teknologi ini belum
menjangkau maupun belum dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh petani
justru dapat mengundang masalah.
Upaya yang dapat diterapkan adalah dengan melakukan sosialisasi teknologi
pertanian kepada petani sehingga dapat meningkatkan kualitas pertaniannya serta
memaksimalkan ketersediaan teknologi yang digunakan untuk menunjang hasil
yang maksimal pada produk pertanian.
6. Persoalan Pupuk
Pupuk merupakan kebutuhan dasar bagi dunia pertanian khususnya
budidaya tanaman. Ketersediaan pupuk harus terpenuhi untuk dapat mencapai
hasil yang maksimal. Dewasa ini distribusi subsidi pupuk dari pemerintah kerap
mengalami permasalahan yang menimbulkan keresahan dikalangan petani.
Distribusi yang kurang merata dapat menimbulkan kendala bagi proses budidaya
yang dilakukan sehingga berpengaruh juga terhadap hasil pertanian. Persoalan
pupuk seperti ini harus segera mendapatkan penanganan yang tepat sehingga
proses produksi dapat mendapatkan hasil maksimal.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini yaitu
pemerintah dan petani sebaiknya memiliki kerjasama yang baik dalam mengatasi
masalah pupuk dengan memaksimalkan tersebarnya pupuk secara merata
dimasyarakat dan petani turut membantu dalam memastikan pupuk tersebar pada
masyarakat sekitarnya.
7. Pemasaran
Pemasaran produk sering menjadi kendala dalam pertanian Indonesia.
Pasalnya hasil produk khususnya dari petani lokal yang belum mampu dipasarkan
dengan baik dapat menghambat proses produksi. Strategi pemasaran yang tepat
dibutuhkan agar produk dapat dipasarkan sempurna sehingga petani maupun
negara memperoleh keuntungan dari penjualan produk pertanian.
Masalah yang sering dihadapi dalam segi pemasaran produk adalah masih
minimnya jaringan pasar serta adanya rantai pemasaran yang panjang sehingga
dapat menimbulkan kerugian pada petani. Selain itu persaingan pasar yang ketat
dengan produk impor juga memicu kendala pemasaran yang serius untuk petani
lokal.
Upaya yang dapat diterapkan adalah menetapkan kebijakan pasar dari
pemerintah sehingga petani lebih terjamin serta diciptakannya beberapa strategi
tepat dalam memasarkan produk sehingga dapat dipasarkan secara optimal.
8. Penetapan Harga Dasar
Penetapan harga dasar merupakan kendala pertanian yang berhubungan
dengan kebijakan pemerintah. Penetapan ini sangat penting demi kesejahteraan
petani sehingga petani tidak mendapatkan kerugian dan tetap dapat bertahan
menjalankan kegiatan pertaniannya. Penetapan harga dasar yang kurang tepat
memicu kontroversi yang berujung pada kerugian yang didapatkan petani.
Terkait kendala tersebut pemerintah diharapkan dapat lebih bijak dalam
membuat kebijakan mengenai penetapan harga dasar untuk seluruh produk
pertanian agar tidak merugikan petani serta masih mampu dijangkau oleh
masyarakat umum.
9. Teknik Budidaya Kurang Tepat
Teknik dalam arti budidaya yang kurang tepat dapat memicu kendala pada
hasil produk yang dihasilkan kurang optimal sampai dengan kegagalan panen.
Teknik budidaya sangat dibutuhkan selama kegiatan produksi untuk menghasilkan
produk pertanian. Teknik ini bertujuan untuk memudahkan petani dalam
menjalankan kegiatan budidaya serta memaksimalkan hasil pertanian. Petani yang
masih minim pengetahuan akan teknik budidaya ini menjadi perhatian dalam
masalah ini.
Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan sosialisasi kepada
petani mengenai teknik budidaya yang tepat sesuai dengan kegiatan pertanian
yang dijalankan sehingga dapat menghasilkan produk dengan kualitas dan
kuantitas yang baik.
Biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses produksi serta
membawanya menjadi produk disebut biaya produksi. Termasuk di dalamnya
barang yang dibeli dan jasa yang dibayar di dalam maupun di luar usaha tani. Di
dalam jangka pendek, satu kali produksi dapat dibedakan biaya tetap dan biaya
berubah (variabel). Tetapi dalam jangka panjang, semuanya merupakan biaya
berubah karena semua faktor yang digunakan menjadi variabel (Hernanto, 1993).
Sedangkan biaya total adalah seluruh biaya yang dikorbankan yang merupakan
totalitas biaya tetap ditambah biaya variabel(Anonimd, 2008).
Berikut biaya yang ada dalam usaha produksi kokon menjadi benang sutera:
Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dalam periode tertentu jumlahnya tetap tidak
tergantung jumlah produksi. Biaya ini sifatnya tetap hanya sampai periode
tertentu atau batas produksi tertentu, tetapi akan berubah jika batas itu dilewati.
Contoh, biaya penyusutan mesin, biaya penyusutan gedung, pajak perusahaan,
dan biaya administrasi.
1. Biaya gaji dan tunjangan pegawai kantor dan pabrik yaitu besarnya biaya
yang dikeluarkan untuk membayar gaji dan tunjangan pegawai kantor dan
pabrik.
2. Biaya penyusutan yaitu terdiri dari penyusutan bangunan pabrik, penyusutan
kendaraan dan penyusutan mesin pemintal. Besarnya biaya penyusutan
dipengaruhi karena mesin yang digunakan untuk memintal benang sutera
tidak cukup hanya menggunakan satu mesin saja dan mesin-mesin pemintal
benang tersebut harganya cukup mahal.
3. Biaya bunga modal investasi merupakan nilai bunga atas modal yang
dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan investasi
adalah semua modal kerja yang dikeluarkan perusahaan untuk mesin,
bangunan, serta kendaraan.
4. Biaya alat tulis kantor dikeluarkan untuk membeli peralatan tulis yang
diperlukan oleh kantor apabila benar benar diperlukan untuk memperlancar
jalannya kegiatan di kantor sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu
besar.
Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi benang
sutera yang besarnya berubah-ubah secara proporsional terhadap kuantitas output
yang dihasilkan. Biaya variabel yang dikeluarkan adalah biaya bahan baku, bahan
bakar, makan minum pegawai dan pekerja harian pabrik, biaya penggandaan,
biaya jamuan tamu, biaya administrasi, biaya listrik, biaya telepon, upah buruh
pintal, upah lembur, dan biaya pemeliharaan.
1. Biaya bahan baku
Bahan baku yang berupa kokon ulat sutera yang digunakan cukup besar
untuk menghasilkan benang sutera, dengan harga bahan baku yang mahal
inilah yang menyebabkan biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku relatif
besar.
2. Biaya bahan bakar
Merupakan biaya terbesar kedua dalam biaya variabel setelah biaya untuk
bahan baku. Bahan bakar dalam hal ini merupakan bahan bakar yang
digunakan untuk menjalankan mesin dalam proses pemintalan. Bahan bakar
yang digunakan mesin-mesin dalam proses pemintalan yaitu bahan bakar
MFO (Marine Fuel Oil). MFO (Marine Fuel Oil) merupakan residu bahan
bakar minyak solar yang mirip aspalt cair yang berwarna hitam. MFO yang
digunakan dalam proses pemintalan benang sutera relatif banyak sehingga
biaya yang dikeluarkan juga besar.
3. Biaya untuk upah buruh pintal
Buruh pintal ini merupakan tenaga kerja yang bekerja di pabrik pemintalan
benang sutera.
4. Biaya listrik
Besarnya biaya listrik ini dikarenakan penggunaan listrik sangat berperan
dalam seluruh aktivitas dalam pembuatan benang sutera yaitu untuk
menjalankan mesin untuk proses produksi, penerangan di pabrik maupun di
kantor.
5. Biaya makan dan minum pegawai dan pekerja harian pabrik
Biaya makan dan minum pegawai dan pekerja harian pabrik memberi
kontribusi terbesar kelima dalam biaya variabel setelah biaya listrik. Biaya
makan minum merupakan biaya yang dikeluarkan untuk makan dan minum
pegawai dan pekerja harian pabrik selama bekerja pada saat jam kerja di
pabrik karena pada dasarnya pekerjaan di pabrik merupakan pekerjaan yang
berat sehingga membutuhkan tenaga yang lebih besar.
6. Biaya telepon
Biaya telepon ini cukup besar karena kegiatan dari memesan telur untuk
dikembangbiakkan menjadi ulat sutera sampai pemasaran benang sutera
sebelumnya dilakukan melalui telepon terlebih dahulu.
7. Biaya pemeliharaan
Biaya pemeliharaan yang dikeluarkan meliputi biaya pemeliharaan gedung
pabrik, pemeliharaan instalasi listrik dan pemeliharaan mesin boiler. Biaya
pemeliharaan gedung pabrik dikeluarkan untuk pengecatan gedung pabrik
dan perbaikan gedung yang rusak. Biaya pemeliharaan boiler yaitu untuk
memperbaiki mesin boiler yang rusak sedangkan pemeliharaan instalasi
listrik meliputi penggantian lampu dan kabel yang rusak.
8. Biaya administrasi
Biaya administrasi yaitu administrasi pabrik dan kantor, meliputi biaya
pembukuan, pengadaan surat-surat dinas, dan biaya administrasi lainnya.
9. Biaya jamuan tamu
Biaya jamuan tamu merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memberikan
layanan apabila ada tamu yang berkunjung.
10. Biaya pengemas dan penandaan
Biaya untuk membungkus atau mengemas benang ini disebut dengan biaya
pengemas dan penandaan.
11. Biaya untuk upah lembur
Biaya upah lembur relatif kecil karena kegiatan lembur tidak setiap bulan
dilakukan. Upah lembur merupakan upah yang diberikan kepada pekerja
yang bekerja di luar jam kerja selama proses produksi benang sutera.
Kegiatan lembur merupakan kegiatan yang dilakukan pekerja di pabrik
pemintalan benang sutera untuk mengoven kokon sutera yang akan diproses
menjadi benang sutera.
12. Biaya penggandaan
Biaya penggandaan relatif kecil karena hanya dikeluarkan untuk fotocopy
dokumen-dokumen atau surat-surat penting untuk memperlancar kegiatan
industri.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Risky, Titisari Erry. 2009. Analisis Usaha Industri Benang Sutera di Pengusahaan
Sutera Alam (PSA) Regaloh Kabupaten Pati [skripsi] Surakarta (ID):
Universitas Sebelas Maret.