Analisis Protein Kasar Dengan Metode Kjeldahl
Analisis Protein Kasar Dengan Metode Kjeldahl
Makalah
Oleh:
Rahmat Darmawansyah
(1105105010013)
Protein adalah molekul yang sangat vital untuk organisme dan terdapat di
semua sel yang merupakan polimer dari monomer-monomerasam amino yang
dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala fosfor dan
sulfur. Analisis protein dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu secara kualitatif
dan secara kuantitatif. Analisis protein secara kualitatif terdiri atas reaksi
Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida, dan reaksi
Sakaguchi. Sedangkan analisis protein secara kuantitatif terdiri dari metode
Kjeldahl, metode titrasi formol, metode Lowry, metode spektrofotometri visible
(Biuret), dan metode spektrofotometri UV (Hanum,2012).
Metode Kjeldahl dikembangkan pada tahun 1883 oleh pembuat bir bernama
Johann Kjeldahl. Makanan didigesti dengan asam kuat sehingga melepaskan
nitrogen yang dapat ditentukan kadarnya dengan teknik titrasi yang sesuai. Jumlah
protein yang ada kemudian dihitung dari kadar nitrogen dalam sampel. Prinsip
dasar yang sama masih digunakan hingga sekarang, walaupun dengan modifikasi
untuk mempercepat proses dan mencapai pengukuran yang lebih akurat. Metode
ini masih merupakan metode standart untuk penentuan kadar protein. Karena
metode Kjeldahl tidak menghitung kadar protein secara langsung, diperlukan
faktor konversi (F) untuk menghitung kadar protein total dan kadar nitrogen
(Alvesson, 2008).
Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen
total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel
didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai
sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali
kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan
penyerap dan ditetapkan secara titrasi. Metode ini telah banyak mengalami
modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara semimikro, sebab hanya
memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang
3.1 Sejarah
Seorang ahli kimia Denmark, Johan Gustav Christoffer Thorsager Kjeldahl
(1849-1900), mengembangkan apa yang sekarang dikena sebagai metode
Kjehdahl untuk menganalisis nitrogen dalam senyawa organik. John Kjeldahl
bekerja di laboratorium perusahaan Carlsberg sebagai ketua aboratorium kimia,
yang mana salah satu tugasnya adalah menemukan metode yang cepat yang dapat
menentukan kandungan protein dalam biji-bijian. Pada saat itu, metode yang ada
dalam bidang kimia analitik yang terkait dengan protein dan biokimia masih jauh dari
akurat.Untuk mengatasi masalah penentuan kandungan nitrogen akurat dalam sampel,
Johan Kjeldahl mengembangkan metode yang melibatkan dua langkahreaksi, yaitu
distilasi dan kemudian titrasi kembali. Metode ini akhirnya dapat mengatasi
permasalahan dalam pembuatan bir dengan kandungan protein yang bervariasi dalam
pada bahan baku yang berupa biji-bijian.
Metode asli seperti yang disajikan oeh Kjeldahl terus ditingkatkan. Perkembangan
ini telah meningkatkan aspek keselamatan terhadap lingkungan dan individu,
meningkatkan kecepatan dan fleksibilitas, serta menyederhanakan keseluruhan proses
analisis. Pada tanggal 7 Maret 1883 Kjeldahl memperkenalkan metodenya di Denmark
Chemical Society. Universalitas metode Kjeldahl, presisi dan reproduksibilitasnya telah
membuat metode ini diakui secara internasional yang pada awalnya digunakan untuk
memperkirakan kandungan protein dalam makanan. Lama-kelamaan metode ini juga
digunakan untuk uji tanah, air limbah, pupuk, dan lain-lain.
Selama lebih dari 120 tahun, metoda Kjeldahl merupakan standar resmi di
dunia untuk penentuan nitrogen dalam semua jenis sampel makanan, seperti susu,
keju, produk daging, bir, biji-bijian, tepung, sereal, dan makanan lainnya. Digesti
Kjeldahl mengubah senyawa nitrogen (protein, amina, senyawa organik) menjadi
senyawa amonia. Amonia bebas dilepaskan melalui penambahan kaustik, yang
kemudian dikeluarkan melalui distilasi dan selanjutnya dititrasi. Metode Kjeldahl
ini juga digunakan pada analisis lingkungan dan industri pertanian untuk
Metode Kjeldahl dapat digunakan untuk analisis protein semua jenis bahan
pangan. Prosedur penetapan tidak membutuhkan biaya mahal dan hasilnya cukup
akurat. Metode resmi yang diakui AOAC (The Association of Official Analytical
Chemists).
Prinsip metode Kjeldahl yaitu peneraan jumah protein secara empiris
berdasarkan jumah N dalam bahan. Setelah bahan dioksidasi, amonia (hasil
konversi senyawa N) bereaksi dengan asam menjadi amonium sufat. Dalam
kondisi basa, amonia diuapkan dan kemudian ditangkap dengan larutan asam.
Jumah N ditentukan dengan titrasi HCl atau NaOH.
Berdasarkan prinsip tersebut di atas, prosedur analisis dengan metode
kjeldahl dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi.
a. Digestion
Sampel makanan yang akan dianalisis ditimbang dalam labu digesti dan
didigesti dengan pemanasan dengan penambahan asam sulfat (sebagai oksidator
yang dapat mendigesti makanan), natrium sulfat anhidrat (untuk mempercepat
tercapainya titik didih) dan katalis sepert tembaga (Cu), selenium, titanium, atau
merkurium (untuk mempercepat reaksi). Digesti mengubah nitrogen dalam
makanan (selain yang dalam bentuk nitrat atau nitrit) menjadi amonia, sedangkan
unsur oganik lain menjadi CO2 dan H2O. Gas amonia tidak dilepaskan ke dalam
larutan asam karena berada dalam bentuk ion amonium (NH 4 ) yang terikat
+
dengan ion sulfat (SO4 ) sehingga yang berada dalam larutan adalah :
2-
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Tujuan utama analisis protein yaitu menera jumlah atau kandungan protein
dalam bahan pangan.
2. Metode Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kandungan protein dalam
suatu bahan secara kasar (proximat).
3. Prinsip metode Kjeldahl yaitu peneraan jumah protein secara empiris
berdasarkan jumah N dalam bahan.
4. Prosedur analisis dengan metode kjeldahl dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu
destruksi, destilasi, dan titrasi.
5. Metode Kjeldahl telah banyak diterapkan dalam menganalisis suatu bahan
yang memiliki kandungan protein/ nitrogen, seperti susu, pupuk, tanah, dan
sebagainya
6. Metode Kjeldahl digunakan pada industri minuman, petrokimia, tekstil,
polimer, dan lain-lain.
4.2 Saran
Saran untuk praktikum ini yaitu:
1. Semoga kedepannya praktikum analisis protein dapat dilakukan karena
materinya cukup penting, sehingga tidak terbatas hanya teori.
2. Peralatan dalam Lab. Analisis Kimia harus ditingkatkan kuantitas dan
kualitasnya sehingga menunjang proses praktikum.
3. Bahan untuk praktikum harus tersedia sebelum praktikum sehingga tidak ada
praktikum yang tertunda