Anda di halaman 1dari 13

 

INTERNAL RATE OF RETURN (IRR)


             
             
  IRR:  
Tingkat pengembalian dari modal proyek yang dianalisis.
Berupa tingkat bunga pada saat NPV=0
Satuannya %/tahun
   

  Tingkat bunga (i) pada saat itu disebut IRR  


   

  Pada saat itu terjadi juga :  


   

             
  Cara menghitung IRR:  
  a. Cara coba-coba  
    Masukkan nilai i berulang-ulang hingga didapatkan NPV=0  
  b. Interpolasi  
    Masukkan satu nilai i yang cukup rendah sehingga NPV  
positif
� i1 � NPV1
    Masukkan suatu nilai i yang cukup tinggi sehingga NPV  
negatif
i2 � NPV2
    Lakukan interpolasi linier  
     

           
   

Mudah dilakukan dengan spreedsheet


           
  Nilai IRR tidak selalu ada, bisa nilainya tidak terhingga:  
  a. Jika PV positif semua  
     

  b. Jika PV negatif semua  


     

  c. Jika PV positif ada di tahun awal, sedangkan PV� negatif di  


tahun akhir
     

             
   
             
   

             
  Latihan soal
 

  Berapakah IRR-nya ?  
I = 0.069107

  Tahun B-C DF PV CPV  


0 -700 1.0000 -700 -700
1 100 0.9354 94 -606
2 175 0.8749 153 -453
3 250 0.8183 205 -249
4 325 0.7654 249 0
    NPV = 0  
  ���� Payback 4  
period =
             
  Incremental Rate of Return� (  IRR)
 

  - Digunakan untuk memilih/membandingkan 2 proyek  


- Dihitung dari selisih arus kas
   
   

             
  Benefit � Cost Ratio ( B/C Ratio)
 

  Adalah rasio antara penerimaan dan biaya  


   
  Ada 2 jenis B/C ratio  
1) Net B/C ratio
2) Gross B/C ratio
             
  Net B/C ratio
 

  Rasio dari akumulasi PV positif dan PV negatif dari arus kas  


   

   

             
  Gross B/C Ratio
 

  Gross B/C Ratio merupakan rasio dari akumulasi PVB dan PVC  
   
   

             
  Gross B/C Ratio lebih rinci
 

  Net B/C ratio tidak selalu mencerminkan adanya cost atau benefit sehingga  


nilainya mungkin tidak bisa dihitung, jika
  a. Jika PV positif semua  
     

  b. Jika PV negatif semua  


   
Jenis Break Event Point (BEP)
1. BEP Unit      : BEP yang dinyatakan dalam jumlah penjualan produk di nilai tertentu.
2. BEP Rupiah : BEP yang dinyatakan dalam jumlah penjualan atau harga penjualan tertentu.
Nah untuk lebih lengkapnya anda bisa mengetahui semua itu dari cara menghitung BEPtersebut.
Rumus / Cara Menghitung BEP
BEP Unit       = (Biaya Tetap) / (Harga per unit – Biaya Variable per Unit)
BEP Rupiah = (Biaya Tetap) / (Kontribusi Margin per unit / Harga per Unit)
Keterangan :
• BEP Unit / Rupiah = BEP dalam unit (Q) dan BEP dalam Rupiah (P)
• Biaya Tetap = biaya yang jumlahnya tetap walaupun usaha anda tidak sedang berproduksi.
• Biaya Variable = biaya yang jumlahnya meningkat sejalan peningkatan jumlah produksi seperti
bahan baku, bahan baku pembantu, listrik, bahan bakar, dan lain-lain
• Harga per unit = harga jual barang atau jasa perunit yang dihasilkan.
• Biaya Variable per unit = total biaya variable perunit (TVC/Q)
• Margin Kontribusi per unit = harga jual per unit -biaya variable per unit (selisih)
Contoh BEP perhitungan

Ada 3 elemen dari rumus BEP yang menyusun perhitungan BEP tersebut diantaranya :
1. Fixed Cost (Biaya tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa tempat usaha, peralatan,
komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang tetap kita harus keluarkan walaupun kita hanya menjual 1
unit atau 2 unit, 5 unit, 100 unit atau tidak menjual sama sekali.

2. Variable cost (biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit penjualan contohnya setiap 1
unit terjual, kita perlu membayar komisi salesman, biaya antar, biaya kantong plastik, biaya nota
penjualan, dll.

3. Harga penjualan yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli

Baca juga : Cara Menghitung Harga Pokok Penjualan

Contoh penggunaan rumus untuk menghitung Break Even Point :

1. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point :

Total Fixed Cost


__________________________________
Harga jual per unit dikurangi variable cost

Contoh :
Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,-
Variable cost Rp.5,000 / unit
Harga jual Rp. 10,000 / unit

Maka BEP per unitnya adalah


Rp 200.000
__________ = 40 unit
10.000 – 5.000

Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi Break Even Point. Pada pejualan unit ke
41, baru mulai memperoleh keuntungan
2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP :

Total Fixed Cost


__________________________________ x Harga jual / unit
Harga jual per unit dikurangi variable cost

Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima
agar terjadi BEP adalah

Rp.200,000
_________ x Rp.10,000 = Rp.400,000,-
10,000 – 5,000
Untuk lebih jelasnya kita gunakan saja contoh kasus bagaimana menggunakan rumus
BEP diatas. Misalkan kita ingin menghitung BEP usaha frenchise ayam goreng
Huahahahey. Modal awal yang diperlukan hingga usaha siap berjalan adalah Rp 21 juta.
Ongkos produksi untuk setiap 1 item(potong) ayam goreng adalah Rp 5.000,- (termasuk
untuk minyak goreng, tepung, bumbu, ongkos kerja, dan lain sebagainya) Sedangkan
harga harga jual Rp 8.000,- per potong ayam. Maka perhitungan BEP usaha tersebut
dilakukan sebagai berikut:
  
 

BEPunit : X = TFC / ( P – V) 


 = Rp 21.000.000 / ( Rp 8.000 – Rp 5.000) = 7.000 unit(potong) 
 

Lantas berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk BEP? Yah tergantung frekuensi
penjualannya. Kalau anda berpikir bahwa secara rata-rata terjual 20 potong ayam per
hari maka waktu yang dibutuhkan adalah 7.000/20 = 350 hari. Kalau bisa laku 35
potong perhari maka 7.000/35 = 200 hari, dan seterusnya.

Jadi berapa omzet yang harus diperoleh untuk BEP? Jawabannya adalah jumlah unit
barang dikali harga jual : 

BEPRupiah = 7.000 x Rp 8.000 = Rp 56.000.000 . 

Bila anda ingin menghitung jumlah omzet saat BEP TANPA menghitung jumlah unit
dahulu, maka gunakan saja rumus berikut :

 
Rumus menghitung BEP berdasarkan Nilai (harga)

Dimana :

 FC adalah Biaya Tetap


 P adalah Harga jual per unit
 VC adalah Biaya Variabel per unit
Jadi bila kita gunakan data pada contoh di atas maka : 

BEPNilai = 21.000.000 / ( 1 – [5000 / 8000] ) 


= 21.000.000 / (1 – 0,625) = Rp 56.000.000 
 

Yang paling penting dalam perhitungan BEP adalah bagaimana mengelompokkan biaya
yang termasuk fix cost dan variabel cost. Untuk dapat memahami biaya mana yang
termasuk fix cost atau variabel cost maka hal terpenting yang perlu dilakukan anda
adalah berlatih dengan contoh kasus perhitungan BEP yang lebih kompleks. Kita akan
coba kembangkan contoh kasus sebelumnya. 
Kita kelompokkan dulu biaya yang masuk dalam masing-masing kelompok:

FIX COST

 Peralatan Masak
 Gerobak/Etalase
 Meja Kursi
 Peralatan makan/minum
 Spanduk

VARIABLE COST

 Daging ayam Per Potong


 Bumbu (per potong ayam)
 Plastik/kertas pembungkus
 Minyak Goreng (harian)
 Karyawan (1 orang) per bulan
 Sewa tempat per bulan
 Listrik+Air per bulan

Lihat komponen variabel cost di atas. Terlihat perbedaan waktu pada variabel-variabel
tersebut. Ada yang per potong, harian dan bulanan. Untuk mempermudah mendapatkan
nilai variabel cost per potong ayam kita buat dahulu ke dalam satuan bulan setelah itu
baru di konversi ke dalam satuan potong ayam. Misalkan target penjualan per hari
adalah 20 potong ayam, maka target 1 bulan adalah 600 potong ayam. Demikian juga
untuk minyak goreng, kita konversi dulu dalam bulanan. Setelah itu kita akan
mendapatkan nilai variable cost setiap potong ayam dengan cara menjumlahkan semua
komponen biaya variable cost lalu di bagi dengan total potong ayam dalam per bulan.
Selanjutnya Dengan harga jual Rp 8.000 pe potong ayam kita akan dapat menghitung
BEP unit dan nilai omzet seperti terlihat pada gambar hasil perhitungan BEP
menggunakan microsoft excel berikut.
 
Contoh perhitungan BEP dengan menggunakan Microsoft Excel

Anda mungkin juga menyukai