Skripsi Budi Kompeh PDF
Skripsi Budi Kompeh PDF
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
(S1) Pada Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian
OLEH:
BUDI HARTONO
NIM:1735052
BUDI HARTONO
1735052
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENERAPAN ASAS RESTORATIF JUSTICE PADA TAHAP PENYIDIKAN
DALAM PERKARA ANAK DI
WILAYAH HUKUM POLRES ROKAN HULU
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam
Ilmu Hukum
PENYUSUN
BUDI HARTONO
NIM:1735052
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 02
bulan Juli tahun 2021.
Mengetahui
Dekan,
Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian
iv
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi dengan judul “Penerapan Asas
Restoratif Justice Pada Tahap Penyidikan Dalam Perkara Anak Di Wilayah Hukum
Polres Rokan Hulu”, skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akhir untuk memperoleh
gelar sarjana Strata Satu (S1) dari Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas
Pasir Pangaraian. Penulis menyadari bahwa selesainya Skripsi ini atas bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis seyogyanya mengucapkan terimakasih yang mendalam
kepada:
1. Bapak Dr Hardianto, M.Pd. Selaku Rektor Universitas Pasir Pangaraian yang telah
2. Bapak H. Nofrizal, L.c.MH, Selaku PLT Dekan Fakultas Hukum Universitas Pasir
Pangaraian yang telah banyak membimbing penulis dalam mengarahkan dan menasehati
penulis.
3. Ibu Rise Karmila, SH.M.Hum selaku Ketua Prodi Fakultas Hukum Universitas Pasir
skripsi penulis yang telah banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Pasir Pangaraian yang telah
v
8. Kepada semua pihak yang telah membantu tanpa bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis sadar skripsi ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Akhir kata, semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak. Sekiranya skripsi yang dibuat ini
dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya, dan juga bisa menjadi
bahan pembelajaran bersama. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun
BUDI HARTONO
NIM . 1735052
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK ........................................................................................................................ x
ABSTRACT ....................................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
vii
3.5 Populasi,sampel,dan teknik sampling ................................................................ 44
Hulu ................................................................................................................. 48
viii
5.2 Saran ................................................................................................................ 66
ix
ABSTRAK
Tindak pidana yang dilakukan oleh anak di Kabupaten Rokan Hulu menunjukan
adanya peningkatan, dalam kasus-kasus tertentu terhadap pelaku tindak pidana anak
dibawah umur yang menjadi perhatian. khususnya aparat penegak hukum. Salah satu
satu solusi yang dapat ditempuh dalam penanganan perkara tindak pidana anak adalah
dengan pendekatan penerapan Asas Restorative Justice, yang dilaksanakan dengan cara
pengalihan (diversi). Diversi dilakukan untuk memberikan perlindungan dan rehabilitas
terhadap tindak pidana anak dibawah umur.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
penyelesaian perkara dengan pendekatan Asas Restorative Justice terhadap tindak
pidana yang dilakukan oleh anak dibawah umur yang terjadi di Kabupaten Rokan Hulu.
Selain itu juga untuk mengetahui apakah yang menjadi hambatan bagi Penyidik
kepolisian dalam menerapkan Asas Restorative Justice dalam penyelesaian perkara
tindak pidana anak dibawah umur di Polres Rokan Hulu.
Motode penelitian menggunakan hukum empiris, dan yang menjadi subjek
penelitian ini adalah pihak yang bersangkutan yaitu Kasat Reskrim Rokan Hulu, kanit
PPA dan anggota penyidik. sumber data yang digunakan merupakan Data Primer yaitu
data yang diperoleh dari penelitian dilapangan dengan cara melakukan observasi,
wawancara, dan dokumentasi di Polres Rokan Hulu. Sedangkan data sekunder adalah
data yang diperoleh dari kepustakan. analisis datanya dengan cara kualitatif dan
disajikan secara deskriptif yakni menguraikan, menjelaskan, serta menggambarkan hasil
dari penelitian ini sehingga di peroleh suatu kesimpulan akhir.
Tindak pidana yang dilakukan oleh anak dibawah umur dilakukan dengan diversi
menggunakan pendekatan Restorative Justice, yaitu tindak pidana yang ancaman pidana
penjara dibawah 7 (tujuh) tahun dan bukan merupakan pengulangan tindak pidana.
Selain itu tindak pidana dengan ancaman pidana penjara dibawah 7 (tujuh) tahun
diantaranya adalah penganiayaan, pencurian, pengerusakan barang dan kejahatan
terhadap kesopanan. Dapat disimpulkan penerapan Asas Restorative Justice melalui
konsep Diversi terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh anak di Kabupaten Rokan
Hulu belum dapat dilaksanakan sesuai dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana anak.
Kata Kunci: Restorative Justice, Tindak Pidana Anak, Polres Rokan Hulu
x
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
Anak merupakan suatu titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang didalam
dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia sepenuhya, anak juga calon
generasi penerus Bangsa dan Negara. Oleh karenanya, anak sejak mulai dalam
kandungan hingga usia 18 tahun, perlu mendapatkan hak-hak anak yang sifatnya
melekat. Hal itu sesuai dengan Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi oleh
inipun dilakukan dari segala aspek, mulai pada pembinaan pada keluarga, kontrol
sosial terhadap pergaulan anak, dan penanganan yang tepat melalui peraturan-
prasarana yang disediakan oleh Pemerintah, misalnya penjara khusus anak yang
hanya ada di kota-kota besar. Hal ini tentu saja menyebabkan tidak terpenuhinya
Hak Anak tersebut. Selain itu kurangnya sosialisasi yang terpadu dan menyeluruh
Pada saat ini anak juga sering melakukan kejahatan ataupun perbuatan
terhadap anak tersebut, sehingga anak yang berkonflik dengan hukum dapat
berkembang secara baik dan normal. Pada kondisi tertentu anak juga mempunyai
situasi yang sulit sehingga memaksanya untuk melakukan suatu perbuatan yang
dilarang dan pada akhirnya anak tersebut harus berhadapan dengan hukum.
dilakukan oleh anak selama ini baik secara kualitas ataupun modus operandi yang
dirasakan telah meresahkan seluruh pihak khususnya dari orang tua anak,
tidak sebanding dengan usia anak atau pelaku. selain itu berbagai upaya
segera dilakukan. 2
Anak yang melakukan tindak pidana dalam konteks hukum positif yang
demikian mengingat pelaku tindak pidana masih di bawah umur maka proses
baik dalam hukum acaranya maupun pradilanya. Hal ini mengikat sifat anak dan
Pelaksanaan penyidikan tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak terkait
Pidana Anak yang secara khusus mengatur hak-hak anak yang berhadapan dengan
2
Nandang Sambas, “Pembaharuan Sistem Pemidanaan Anak di Indonesia”, Yogyakarta, Graha
Ilmu, 2010, hal 103.
3
Wagiati Sutedjo dan Melani, 2013. Hukum Pidana Anak. Refika Aditama, Bandung, Hal 33.
hukum, yang diterapkan penyidik dalam proses penyidikan tindak pidana yang
perlindungan yang harus diberikan kepada seorang anak yang berkonflik dengan
hukum tentu harus ada upaya dari berbagai pihak untuk menyelamatkan anak
Polri sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002
senantiasa melihat kepentingan masyarakat. Salah satu tugas polisi yang sering
oleh undang-undang pada umumnya, dimana ada upaya paksa yang dilakukan
oleh polisi untuk menegakkan hukum sesuai dengan hukum acara yang diatur
pada moral pribadi dan kewajiban hukum untuk memberikan perlindungan kepada
anggota masyarakat. Hal ini dikenal dengan nama diskresi. Tindakan tersebut
diatur di dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP dan tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 2 Tahun 2002, dimana polisi telah
atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia.
Penyidik umum tidak dapat melakukan penyidikan atas perkara anak. Syarat-
orang dewasa;
pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain
Anak sebagai pelaku tindak pidana tetap di proses secara pidana akan
karena itu Penyidik, khususnya Penyidik Polresta Rokan Hulu, dituntut mampu
4
Pasal 41 ayat (2), Undang-undang Nomor 3 tahun 1997, tentang Peradilan Anak.LN Tahun 1997.
Nomor 3.TLNNo 3668, www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/46/441, 24 Desember 2020
5
Yoachim Agus Tridianto, “Keadilan Restoratif”, Yogyakarta, Cahaya Atma Pustaka, 2016, hal
27
Pengalihan proses peradilan anak atau yang disebut dengan diversi berguna untuk
maupun vonis hukuman. Dalam melaksanakan diversi terhadap tindak pidana oleh
anak, sebenarnya polisi telah memiliki payung hukum baik berdasarkan peraturan
pelaku tindak pidana dalam penelitian hukum dengan judul “Penerapan Asas
1. Secara Teoritis
dalam kaitanya dengan hambatan yang dialami dalam 8 penegakan hukum pidana
2. Manfaat Praktis
aparat penegak hukum, sehinga aparat penegak hukum lebih proporsional dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pembentuk kata, yaitu straafbaar dan feit. Perkataan feit adalah bahasa Belanda
yang diartikan sebagian dari kenyataan, sedang straafbaar berarti dapat dihukum,
Moeljatmo adalah Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan
yang mana disertai sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang
melanggar aturan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah
perbuatan yang dilarang hukum dan diancam pidana asal saja dalam hal itu diingat
bahwa larangan ditujukan pada perbuatan (yaitu kejadian atau keadaan yang
Didalam KUHP (WvS) hanya ada asas legalitas (Pasal 1 KUHP) yang
perbuatan yang dapat dipidana (strafbaafeit). Namun apa yang dimaksud dengan
6
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, edisi kedua, Sinar Grafika, Jakarta, cet. Ke V, 2014, hal. 5
8
tindak pidana. Pengertian tindak pidana (strafbaafeit) hanya ada dalam teori atau
bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan yang telah dirumuskan dalam
Undang-undang. Hal ini didasarkan pada perumusan asas legalitas dalam Pasal 1
KUHP yang mengandung asas “Nullum delictum sine lege” dan sekaligus
teoritis dan menurut yurisprudensi serta menurut rasa keadilan, diakui adanya asas
“tiada tindak pidana dan pemidanaan tanpa sifat melawan hukum (secara
materiil)” atau asas “sifat melawan hukum yang negatif”. Asas ini dikenal juga
unlawfulness).8
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA). Sistem
peradilan pidana anak ialah keseluruhan proses penyelesaian perkara anak yang
7
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai, Kebijakan Hukum Pidana (perkembangan penyusunan
konsep KUHP baru), Kencana, Jakarta, 2008, cet ke 4, hal. 86
8
Ibid., hal. 86
Hal tersebut sesuai dengan salah satu asas pelaksanaan sistem peradilan pidana
di bawah umur sebagai anak yang telah berumur 12 tahun tetapi belum berumur
(tiga), yaitu:
dan;
Hal baru yang sangat mendasar dan perlu mendapat perhatian dalam
dengan diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan
pelaku, korban, keluarga. Pelaku atau korban dan pihak lain yang terkait untuk
9
Theresia Adelina, A.A. Ngurah Yusa Darmadi, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai
Pelaku Tindak Pidana Penganiayaan,
yang bertujuan menolongnya guna mengatasi hambatan yang terjadi dalam masa
keputusan hakim.
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yaitu : “Setiap anak berhak untuk
10
Satino, Sulastri, Yuliana Yuli, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak
Pidana Melalui Diversi Berdasarkan Sistem Peradilan Pidana Anak Jurnal ESENSI HUKUM,
Vol. 2 No. 1 Bulan Juni Tahun 2020, hlm. 15-270
dapat dilihat dari keseluruhan proses hukumnya, mulai dari tahap penyidikan,
B. Restorative Justice
partisipasi atau ikut serta langsung dari pelaku, korban dan masyarakat dalam
proses penyelesaian perkara pidana. sehingg pendekatan ini populer disebut juga
dengan istilah “non state justice system” di mana peran Negara dalam
penyelesaian perkara pidana menjadi kecil atau bahkan tidak ada sama sekali.
yang terlibat dalam suatu tindak pidana tetentu bersama-sama mengatasi masalah
11
Ahmad Faizal Azhar, Penerapan Konsep Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Dalam
Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia, Jurnal Kajian Hukum Islam 134 Vol. 4, No. 2, Desember
2019
lebih baik dengan melibatan korban, Anak, dan masyarakat dalam mencari solusi
pembalasan.
adalah pandangan hidup bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara, yaitu
perlindungan anak dan hak-haknya, sebagai amanah dan karunia Tuhan yang
Maha Esa yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Untuk
UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, yang mewajibkan
dimulai pada tahun 1970-an di Negara Canada. Program ini awalnya dilaksanakan
menyusun usulan hukuman yang menjadi salah satu pertimbangan dari sekian
12
M. Virsyah Jayadilaga, S.Si.,M.PAsmadi dkk, Perspektif Restorative Justice Sebagai Wujud
Perlindungan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum, Jurnal Penelitian Hukum De Jure, SN
1410-5632 Vol. 16 No. 4 , Desember 2016.
keuntungan dan manfaat dari tahapan ini dan korban juga akan mendapat
perhatian dan manfaat secara khusus sehingga dapat menurunkan jumlah residivis
dikalangan pelaku anak dan meningkatkan jumlah anak yang bertanggung jawab
dalam memberikan ganti rugi pada pihak korban. Pelaksanaan program tersebut
diperoleh hasil tingkat kepuasan yang lebih tinggi bagi korban dan pelaku
umum tentang pendekatan restoratif diperkenalkan untuk pertama kali oleh Albert
keadilan rehabilitative.14
dalam kebiasaan, hukum adat serta nilai-nilai yang lahir di dalamnya. Sebelum
restorative justice jauh sebelum ide ini hadir dan masuk ke dalam sistem peradilan
13
Op.Cit hal 30.
14
Albert Eglash, 1977, Beyonde Restitution: Creative Restitution, Lexington, Massachusset-USA,
hlm 95, yang dikutip oleh Rufinus Hotmaulana Hutauruk, 2013, Penanggulangan Kejahatan
Korporasi melalui Pendekatan Restoratif.
pidana anak. Pada Sila ke-4 Pancasila, menyebutkan bahwa “kerakyatan yang
permasalahan yang ada di bangsa ini. Inilah bukti bahwa sebenarnya restorative
berhadapan dengan hukum dengan cara semua pihak yang terlibat dalam suatu
tindak pidana tertentu baik korban, pelaku dan masyarakat untuk bersama-sama
keadilan restorative juga dilakukan diluar proses formal melalui pengadilan untuk
Konsep Restorative Justice telah muncul lebih dari dua puluh tahun yang
15
Marlina. 2009, Peradilan Anak Di Indonesia Dan Pengembangan Konsep Diversi Dan
Restorative Justice, Refika Aditama, Bandung, Hal 203
memecahkan masalah dan pemikiran bagaimana mengatasi akibat pada masa yang
akan datang. 16
memberi warna yang berbeda terkait dengan perlindungan hukum terhadap anak
Anak ini menghadirkan konsep diversi dan restorative justice yang bertujuan
330 BW yang memberikan batasan orang belum dewasa, pasal 45, 46, 47, 72
KUHP, Pasal 153 secara eksplisit disebutkan oleh KUHAP, UU No. 1 tahun 1974
Hak Asasi Manusia, UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU No.
3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Ratifikasi Konvensi Hak Anak dalam
penanganan anak salah satu kelemahannya adalah tidak adanya pengaturan secara
16
Rika Saraswati, Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
2009, hal 135
tegas terhadap kewajiban aparat penegak hukum mencegah anak secara dini
yang berhadapan dengan hukum, karena pada dasarnya anak tersebut tidak dapat
karenanya, menjadi tidak adil apabila anak yang berkonflik dengan hukum itu
dirinya.
dilaksanakan secara terintegrasi. Hal ini menjadi penting mengingat apabila salah
satu dari komponan tersebut tidak menerapkan konsep atau pendekatan keadilan
restoratif (restorative justice) maka putusan yang restoratif tidak mungkin dapat
restoratif namun hakim masih menganut pola pikir yang legistis, dalam kasus
seperti ini hakim akan menjatuhkan putusan yang sangat normatif sehingga
17
Rahmaeni Zebua Analisis Diversi Dan Restorative Justice Dalam Undang-undang No. 11 Tahun
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Jurnal Karya Ilmiah, hal 2.
atau konsep keadilan restoratif (restorative justice) itu sendiri tidak akan
Salah satu produk dari restorative justice adalah diversi yaitu banyak pihak
berkepentingan guna mencapai suatu tujuan sebagai mana tercantum dalam Pasal
juga dituntut berperan aktif dalam melaksanakan diversi agar anak menjadi lebih
atau saran (dalam hal diangap perlu), dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater,
tokoh agama, pekerja sosial professional atau tenaga kesejahteraan sosial, dan
tenaga ahli lainnya dalam hal melakukan pemeriksaan terhadap anak korban dan
anak saksi, penyidik wajib meminta laporan sosial dari pekerja sosial professional
18
Kristian & Christine Tanuwijaya , Penyelesaian Perkara Pidana Dengan Konsep Keadilan
Restoratif (Restorative Justice) Dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu Di Indonesia, Jurnal
Mimbar Justitia, Vol. I No. 02 Edisi Juli-Desember 2015.
atau tenaga kesejahteraan sosial setelah tindak pidana dilaporkan dan diadukan.
dalam waktu paling lama 3x24 (tiga kali dua puluh empat) jam setelah permintaan
penyidik diterima.
pihak yang berhak mengikuti proses diversi antara lain telah diatur dalam Pasal 15
Ayat (2) dan (3) Peraturan Pemerintah Nomor 65 tentang Pedoman Pelaksanaan
Diversi dan Penanganan Anak yang Belum Berumur 12 (Dua Belas) Tahun antara
lain: penyidik, anak dan atau orangtua atau walinya, korban atau anak korban dan
mengukuti diversi tersebut antara lain yang dapat dihadirkan dalam proses diversi,
jika para pihak setuju untuk mengikuti proses antara lain tokoh agama, guru,
terobosan hukum yang harus dan wajib digunakan dalam setiap perkara anak yang
berkonflik dengan hukum, dan mempunyai peran yang besar dalam masa depan
mengangkat harkat dan martabat anak seperti yang dituangkan dalam Konvensi
tanggung jawab kepada anak serta dapat memberikan dampak positif dalam masa
utama dari Restorative Justice adalah perbaikan atau pergantian kerugian yang
diderita oleh korban, pengakuan pelaku terhadap luka yang diderita oleh korban
pelaku dapat mengganti kerugian, atau mengembalikan barang yang telah dia curi
dari korban.
pidana anak di bawah umur berbeda dengan proses penerapan hukuman pada
Undang Sistem Peradilan Pidana, tetapi dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang
No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menjelaskan bahwa
proses diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan anak dan orang
19
Prakoso Abintoro, Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak, Laksbang Grafika, 2013,
Surabaya, hal 161
Penjelasan dari Pasal 8 ini dapat dibuat kesimpulan bahwa penerapan restorative
justice mengikuti mekanisme dari diversi, yaitu pengalihan hukum dari proses
(diversi) tidak akan berjalan apabila tidak menggunakan restorative justice sebagai
penyelesaiannya. Diversi terdapat dalam setiap tahap mulai dari tahap penyidikan,
C. Penyidikan
mekanisme kerja dalam sebuah sistem, yaitu Sistem Peradilan Pidana (Criminal
peran yang sangat penting dalam penegakan hukum pidana. Dalam Kitab Undang-
20
Reyner Timothy Danielt, Jurnal Penerapan Restorative Justice Terhadap Tindak Pidana Anak
Pencurian Oleh Anak Di Bawah Umur, Lex et Societatis, Vol. II/No. 6/Juli/2014, hal 21
21
Armunanto Hutahaean, Erlyn Indarti, Lembaga Penyidik Dalam Sistem Peradilan Pidana
Terpadu Di Indonesia, Jurnal Legislasi Indonesia Vol 16 No.1 - Maret 2019
Undang Hukum Acara Pidana disebutkan bahwa Polri adalah Penyelidik dan
Penyidik. Hal ini dipertegas lagi dalam Pasal 2 UU No. 2 tahun 2002 tentang
kepolisian adalah menjalankan salah satu fungsi pemerintahan negara dalam tugas
Kemudian dalam Pasal 14 ayat (1) huruf g dinyatakan bahwa Polisi berwenang
cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan
bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi
23
dan guna menemukan tersangkanya. Dalam Pasal 6 ayat (1) UU No 8 tahun
1981 berbunyi, Penyidik adalah (a) Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia; (b)
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh
pejabat lain yang ditunjuk. Artinya penyidik khusus anak telah memenuhi
22
Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi Polri), Laksbang Mediatama,
Surabaya, 2007, cet. 1, hal. 27.
23
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP, Pasal 1 angka 2
perhatian dedikasi, memahami masalah anak dan telah mengikuti pelatihan teknis
pidana oleh anak di bawah umur menggunakan mediasi atau musyawarah dengan
apabila tidak ada kerjasama antara korban, pelaku tindak pidana, masyarakat dan
penyidik. Penyidik atau pihak kepolisian sebagai pintu gerbang dari Sistem
Peradilan Pidana Anak dan pihak yang berwenang pertama kali menentukan
posisi seorang anak yang berhadapan dengan hukum. Pihak kepolisian harus
Peradilan Pidana Anak, penahanan terhadap anak tidak boleh dilakukan dalam hal
anak memperoleh jaminan dari orang tua/wali dan/atau lembaga bahwa anak tidak
24
Analiansyah dan Syarifah Rahmatillah, 2015, Perlindungan terhadap Anak yang Berhadapan
dengan Hukum (Studi Terhadap Undang-undang Peradilan Anak Indonesia dan Peradilan Adat
Aceh), Jurnal Fakultas Hukum UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, h. 8.
25
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2009, hal 226
akan melarikan diri, tidak akan merusak atau menghilangkan barang bukti,
atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala Kepolisian Negara Republik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu dalam Pasal 26 ayat (3) Undang-
Pada proses penegakan hukum pidana anak didasarkan pada Pasal 9 ayat
(1), maka aparat baik itu penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam melakukan
keluarga anak korban serta kesediaan anak dan keluarganya. Hal ini
mengindikasikan bahwa harus ada keaktifan dari korban dan keluarganya dalam
26
Lihat Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak
proses diversi agar proses pemulihan keadaan dapat tercapai sesuai dengan
keadilan restoratif.
keadilan restoratif untuk kepentingan terbaik bagi anak, wajib melibatkan balai
Penerapan restorative justice menitik beratkan kepada proses keadilan yang dapat
memulihkan, yaitu memulihkan bagi pelaku tindak pidana anak, korban dan
27
Wagiati Sutedjo dan Melani, 2013. Hukum Pidana Anak. Refika Aditama, Bandung, Hal 136
BAB III
METODE PENELITIAN
Dilihat dari sudut metode yang di pakai maka penelitian ini dapat di
penelitian ini penulis langsung terjun ke lapangan untuk mencari kebenaran dan
gambaran secara lengkap dan jelas mengenai fenomena hukum yang akan diteliti
oleh penulis. Sedangkan jika dilihat dari sifatnya deskriptif, adalah peneliitian
yang memberikan gambaran dengan jelas dan terperinci mengenai penerapan teori
Restoratif Justice yang salah satunya penerapanya adalah diversi terhadap anak
dikarenakan jumlah kasus tindak kejahatan dominan dilakukan oleh anak dibawah
kasus anak saja yang berhasil dilakukan upaya diversi oleh karena itu penulis
26
a. Populasi
dengan penelitian ini. Di dalam penelitian ini penulis telah menetapkan populasi
b. Sampel
Maka dari populasi yang telah ditentukan maka dari itu penulis telah
yaitu menetapkan sampel yang akan mewakili jumlah populasi dan dapat
a. Data primer
Data primer adalah data yang didapatkan oleh penulis langsung dari
wawancara secara tertutup dan responden atau sampel. Adapun data yang
diperoleh oleh penulis berasal dari pihak-pihak yang terkait dengan perbuatan
kenakalan yang dilakukan oleh anak di wilayah hukum Polres Rokan Hulu. 28
b. Data Sekunder
langsung dari sumbernya (objek penelitiannya) tetapi melalui sumber lain, seperti
dari buku-buku literatul yang mendukung pokok masalah yang akan dibahas oleh
penulis. Selain dari buku-buku literatul, penulis juga memperoleh data sekunder
dari skripsi, tesis, jurnal, kamus, dan sumber-sumber lain yang mendukung untuk
Yaitu bahan hukum yang berasal dari penelitian kepustakaan yang didapat
Tahun 2002 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dan Undang-Undang Nomor.
primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer
yang terdapat di dalam kutipan-kutipan literatul dan hasil karya ilmiah dari
peneliti hukum yang berhubungan dengan pokok pembahasan dari penelitian ini.
28
Soerjono Soekanto, “Penelitian Hukum Normatif”, Jakarta, Rajawali Persh, 2014, hal 12
29
Suteki, “Metode Penelitian Hukum”, Depok, Rajawali Persh, 2018, hal 215.
3. Data tersier
sejenisnya yang mendukung data primer, data sekunder dan kamus bahasa
Indonesia.
oleh karena itu peneliti memakai teknik pengumpulan data dengan metode sebagai
berikut :
a. Wawancara/Interview
b. Kajian Kepustakaan
penelitian ini.
Dalam hal analisis data, penelitian ini memakai pengolahan data secara
terkumpul dan tidak berupa angka-angka yang disusun secara logis dan sistematis
yang terdapat di dalam judul dan ruang lingkup penelitian atau memberikan suatu
untuk sama-sama mencari solusi yang adil dengan bertujuan memulihkan keadaan
kejahatan atau pelanggaran baik yang disebut dalam KUHP maupun peraturan
perundang-undangan lainya. 31
4. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (Delapan belas) tahun, dan
30
Jonaedi Efendi, Ismu Gunandi Widodo, Fifit Fitri Lutfianingsi, “Kamus Istilah Hukum
Populer”, Jakarta, Prenadamedia Groub, 2016, hal 360
31
Ibid hal 400
32
Laurensius Arliman S, “Perlindungan Anak”, Yogyakarta, CV. Budi Utama, 2016. Hal 1
BAB IV
Hasil Observasi
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini dilaksanakan di Polres Kabupaten Rokan
merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Riau dengan ibu kotanya terletak di
Hulu memiliki luas wilayah sebesar 7.588,13 km² dengan jumlah penduduk
kecamatan, 7 daerah kelurahan dan 149 daerah desa. Kabupaten Rokan Hulu
31
berikut:
Sumatera Barat
2. Kecamatan Kabun,
3. Kecamatan Kepenuhan,
5. Kecamatan Rambah,
9. Kecamatan Tambusai,
Tindak pidana yang terjadi saat ini di masyarakat bukan saja pelakunya
usia anak-anak. Oleh karena itu, berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan
kenakalan anak perlu segera dilakukan. Salah satu upaya pemerintah dalam
menggunakan istilah anak yang berkonflik dengan hukum. Anak yang berkonflik
dengan hukum adalah anak yang berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum
berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. 33 Anak
yang berkonflik dengan hukum dapat didefinisikan sebagai anak yang disangka,
dituduh, atau diakui sebagai anak yang telah melanggar Undang-Undang Hukum
33
Pasal 1 ayat (3) , Undang-Undang No.11 Tahun 2012
Pidana (Pasal 40 ayat (1) Konvensi Hak anak. Dalam prespektif Konvensi Hak
Anak, anak yang berkonflik dengan hukum dikategorikan sebagai anak dalam
Januari 2021 terlihat banyak sekali anak yang terlibat dalam kasus tindak pidana.
hal ini dinyatakan sesuai yang peneliti dapatkan datanya bahwa kasus tindak
pidana yang dilakukan oleh anak di Polres Kabupaten Rokan Hulu yaitu terdiri
narkoba dan yang paling memprihatinkan adalah kasus dimana seorang anak
dilakukan oleh anak dibawah umur melakukan perbuatan tindak pidana pencurian
hukum pengadilan negeri Rokan Hulu bahwa anak terbukti melakukan tindak
masih banyaknya jumlah anak bermasalah dengan hukum yang harus menjalani
AKP Ranly Labolang, selaku Kasat Polres Rokan Hulu pada tanggal 11 Juni 2021
beliau mengatakan :
“Penerapan asas Restorative justice atau upaya diversi selalu dilakukan bagi setiap
anak yang menjadi pelaku tindak pidana. Dalam beberapa kasus upaya diversi
perkara tidak dilanjutkan ke tingkat penuntutan. upaya diversi ini juga digunakan
apabila yang melakukan tindak pidana ringan. Dan tidak dapat dilakukan asas
tersebut apabilla pelaku tersebut sudah pernah melakukan diversi. Dan nantinya
Meski anak dibawah umur ketika melakukan pidana berat akan tetap diadili sesuai
dengan aturan yang berlaku karena ketika menerapkan asas Restorative justice ini
Jika pihak korban ingin memproses kasusnya maka diversi tersebut bisa
gagal sehingga mengakibatkan akan ada anak dipenjarakan. Dan penyidik dari
perkara yang pelakunya adalah anak dibawah umur, sesuai dengan undang-
undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak, yaitu dengan
tersangkut dalam perkara pidana”. Hal serupa juga, dengan yang diungkapkan
oleh Selaku Kanit PPA reskrim Polres Rokan Hulu beliau menjelaskan :
yang melakukan tindak pidana di Polres Rokan Hulu. Dan peneyelesaian dengan
kemasyarakatan dan dari penegak hukum itu sendiri. dan juga ada beberapa
keuntungan yang akan diperoleh jika diversi dilakukan pada tahap penyidikan
kali berkepanjangan dan memakan biaya yang tinggi serta sering memberikan
menghasilkan keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak. Sehingga para
Perkara anak di kepolisian Resort Rokan Hulu menjadi berakhir sering dengan
pemberian peringatan formal, peringatan formal ini perlu dicatat dalam buku
catatan kepolisian dan tidak perlu disampaikan ke ketua pengadilan negeri untuk
memperoleh penetapan.
hukum yang terjadi seperti penulis temukan datanya. Dibawah ini ditemukan
dalam tabel, data mengenai tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak di
wilayah hukum Kepolisian Resort Rokan Hulu selama kurun waktu tahun sampai
Tabel 1.
Data Jumlah Anak yang melakukan Tindak Pidana Di Kepolisian Resort Rokan
Hulu Tahun
jumlah tindak pidana yang dilakukan anak dari tahun ke tahun. Hal ini dapat
dilihat dari tabel 1 diatas tahun 2019 terjadi 34, namun mengalami peningkatan
yang signifikan ditahun 2020 menjadi 37 kasus. Peneliti tidak mencari apa yang
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa masih banyak anak yang kemudian
tindak pidana oleh anak melalaui diversi dengan pendekatan Restorative Justice.
perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana.
pidana anak harus mengacu pada due process of law, sehingga hak asasi anak
yang diduga melakukan tindak pidana dan atau telah terbukti melakukan tindak
ketentuan Pasal 10 ayat (1) Kovenan Hak-Hak Sipil dan Politik yang menjamin
Dengan adanya aturan ini juga diharapkan mampu untuk memberi rasa
keadilan bagi pihak korban dan pelaku tindak pidana. Selain itu dapat
pihak. Dibawah ini akan dikemukakan tindak pidana anak yang diselesaikan
:34
kesalahannya;
para korban, orang tua dan keluarga pelaku, orang tua dan keluarga korban,
sosial
dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah penyidikan dimulai dan proses
diversi dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah dimulainya diversi.
34
Wawancara dengan kasatreskrim Rokan hulu, Tanggal 10 Januari 2010, Jam 10 wib
acara diversi kepada Ketua pengadilan Negeri untuk dibuat penetapan, apabila
penuntut umum dengan melampirkan berita acara diversi dan laporan penelitian
Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun”.
ada pemberitahuan dari penuntut umum yang menyatakan bahwa berkas perkara
telah lengkap atau apabila tanggapan waktu 14 hari sejak tanggal penerimaan
berkas, penuntut umum tidak menyampaikan pernyataan apa-apa dan tidak pula
sudah sah dan sempurna, beralih kepada penuntut umum tanpa memerlukan
proses lagi. Terjadi penyerahan tanggung jawab hukum atas seluruh perkara yang
yuridis atas berkas perkara, tanggung jawab hukum atas tersangka dan tanggung
jawab hukum atas segala barang bukti atau benda yang disita
diversi. Lalu penyidik menyampaikan surat kesepakatan diversi dan berita acara
kesepatan diversi kepada atasan penyidik lalu dalam jangka waktu 3 (tiga) hari
diversi dan berita acara diversi kepada ketua pengadilan negeri untuk memperoleh
penetapan35
ramah terhadap tersangka anak dan tidak boleh melakukan intimidasi terhadap
anak tersebut supaya pemeriksan berjalan dengan lancar, karena seorang anak
Pelaksana diversi juga harus bijak dan seksama dalam melihat umur anak
yang terjerat tindak pidana karena ada ketentuan tersendiri mengenai batasan
umur anak dalam melakukan diversi sebagai mana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak adalah anak yang
35
Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi
dan Penanganan Anak yang Belum Berumur 12 tahun.
36
Gatot Supramono, 2007, Hukum Acara Pengadilan Anak, Jakarta: Djambatan Hlm 39
37
Anggota PPA Polresta Rokan Hulu, Wawancara Pribadi, Rokan Hulu, 18 Juni 2021, Pukul
13.00 WIB
UndangUndang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak dalam hal
anak yang belum mencapai usia 12 tahun melakukan tindak pidana, maka polisi
(enam) bulan.
sesuai yang peneliti dapatkan datanya bahwa di Kepolisian Resort Rokan Hulu
dilakukan oleh anak. Diversi ini sebagian mendapatkan kesepakatan Hanya anak
yang melakukan tindak pidana ringan saja, dan untuk tindak pidana berat yang
dilakukan oleh anak itu kadang ada yang mendapatkan kesepakatan diversi dan
ada juga yang tidak mendapat kesepakatan diversi, yang artinya anak yang terlibat
kasus tindak pidana berat seperti kasus pemerkosaan, itu akan tetap dilanjutkan
dikarenaka adanya pihak-pihak yang menolak sehingga dikatakan diversi itu gagal
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 19 juni 2021 dengan
Selaku Kanit PPA Reskrim Polres Rokan Hulu. Melalui pedoman wawancara
secara garis besar beliau mengatakan: “dari sejumlah kasus tindak pidana yang
dilakukan oleh anak yang masuk laporannya ke pihak polres Rokan Hulu mulai
dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2020 adalah sejumlah 71 kasus dan kasus
hanya 20 kasus saja. Dari sejumlah kasus yang begitu banyak yang masuk
laporan ke pihak kepolisisan hanya sebagian kecil yang mampu diselesaikan oleh
pihak Kepolisisan Resort Rokan Hulu. Terkadang pihak kepolisian dilibatkan dan
dimana pihak korban atau orang tua korban tidak bersedia melakukan perdamaian
dengan adanya surat pernyataan yang ditandatangani oleh orang tua korban maka
beberapa kasus anak yang wajib mereka teruskan ke kejaksaan seperti kasus
“Untuk diversi biasanya dilakukan pada kasus tindak pidana ringan atau kasus
penganiayaan atau pencurian. Namun untuk kasus pencabulan atau narkoba semua
dilimpahkan”
terlaksana dengan baik, karena banyak kasus yang terjadi tidak bisa di selesaikan
dengan cara diversi, disebabkan para pihak tidak mau berdamai, seperti kasus
4.2 Pembahasan
pidana pencurian yang dilakukan oleh anak di Kabupaten Rokan Hulu. Setelah
sistem peradilan pidana anak, maka setiap tindak pidana yang dilakukan oleh anak
Tindak Pidana pencurian yang dilakukan oleh Anak Di Polres Rokan Hulu
korban dan pelaku (tersangka) bersama-sama duduk dalam satu pertemuan untuk
polisi sebagai mediator, fasilitator, atau pengawas. Dalam hal ini polisi
para masyarakat dipersilahkan mencari jalan keluar terbaik agar terjadi proses
anak, yaitu dengan melakukan upaya restoratif justice melalui diversi terhadap
anak yang tersangkut dalam perkara pidana. Berdasarkan hasil penelitian dalam
dalam penerapan asas restorative justice di Polres Rokan Hulu yang dilakukan
pemulihan baik bagi korban maupun pelaku dimana keterlibatan dalam proses
penyelesaian yakni korban dan pelaku serta pihak ketiga yakni pihak kepolisian
yang menjadi mediator dan fasilitator untuk menjebatani kedua belah pihak untuk
musyawarah adalah untuk memulihkan segala kerugian dan luka yang telah
diversi.
Rokan Hulu
penyidik Polres Rokan Hulu pada tanggal 10 Juni 2021 Faktor-faktor penyebab
1. Faktor Internal
merupakan aspek kepribadian yang berasal dari dalam diri anak seperti konsep
diri yang rendah. Anak yang terlibat dalam kasus tindak pidana biasanya kurang
mampu melakukan penyesuai sosial atau adaptasi pada situasi lingkungan yang
kompleks.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan diantara rumah dan sekolah yang sehari-hari anak alami, Juga
menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas
untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antara orangtua atau pada
anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak ketika meningkat remaja, belajar
bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya sehingga adalah hal yang wajar kalau
anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan
3. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi menjadi salah satu faktor anak melakukan kejahatan, latar
belakang ekonomi keluarga yang tidak mampu memenuhi segala kebutuhan anak
sangat mendorong anak melakukan tindak pidana pencurian. Tekanan yang ada
dalam kelompok sosial memiliki pengaruh yang sangat besar. Dan berdasarkan
Kelompok sosial dan teman sebaya memberikan tekanan yang sangat kuat kepada
positif bagi generasi muda namu juga membawa dampak negative, salah satu
antara lain :
peranan yang sangat besar dalam mempengruhi kehidupan dan perilaku anak.
serta akal anak sejak si anak lahir hingga dewasa adalah keluarga. Baik dan
buruknya perilaku anak tergantung bagaimana pola asuh orangtua dan dengan
siapa si anak bergaul. Dari sekian banyak anak yang melakukan tindak pidana
adalah anak-anak yang kurang pengawasan dan mengalami polah asuh yang salah
dari orangtua.
2. Faktor Pendidikan
yang melakukan tindak pidana, pendidikannya rata-rata hanya tamat sekolah dasar
dan sekolah menengah pertama. Dengan pendidikan yang minim maka pola pikir
mereka akan mudah dipengaruhi oleh keadaan sosial sehingga pergaulan dalam
3. Faktor Ekonomi
Ekonomi adalah salah satu hal yang penting didalam kehidupan manusia,
desakan ekonomi, gaya hidup, kebutuhan keluarga yang harus segera dipenuhi,
nilai hukum yang hidup dalam masyarakat, sehingga ada pelaku kejahatan anak
yang melakukan tindak pidana yang mendapat hukuman terlalu ringan atau aparat
penegak hukum memilih model penyelesaian tindak pidana yang tidak tepat
(misalnya program diversi tapi diberikan pada pelaku yang tidak tepat), maka
karena hukuman yang diberikan tidak menimbulkan efek jera bagi si anak
terhadap anak yang telah menjalani proses penghukuman didalam lapas anak
yaitu
38
Marlina. 2012. Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, Pengembangan Konsep Diversi dan
Restorative Justice. 2. Medan: PT Refika Aditama.
kesenmpatan kepada pelaku untuk menempu jalur non pidana seperti ganti rugi.
Kerja sosial atau pengawasan orang tua. Langkah pengalihan dibuat untuk
2012 tentang sistem peradilan pidana anak pasal 6 Diversi bertujuan untuk :
Setiap warga Negara memiliki hak yang sama yang melindungi oleh
undang-undang, begitu pula dengan anakanak yang dilindungi oleh konstitusi dan
yang harus dijamin dalam setiap tahap proses peradilan pidana anak.39
berkonflik dengan hukum, kiranya tidak mungkin hak-hak anak nakal akan
nakal yang belum bisa mendapatkan hak-haknya sebagai terdakwa anak, hal ini
39
Wagiati Soetedjo dan Melani, 2013, Hukum Pidana Anak, Bandung: PT Refika Aditama, hal. 53
terlihat bahwa penahan terdakwa anak dengan terdakwa orang dewasa masih
disatukan, hal ini disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana, yang
Rokan Hulu pada tanggal 18 Juni 2021 menyatakan bahwa peran kepolisian
sebagai penegak hukum untuk mencegah terhadap anak yang melakukan tindak
terencana, terpadu dan terarah kepada tujuan untuk menciptakan suasana yang
kondusif guna menekan terjadinya tindak pidana anak di Rokan Hulu. Upaya
a. Melakukan sosialisasi/penyuluhan
ditunjukan kepada warga desa atau kecematan yang secara khusus adalah kepada
anak dan juga kepada karang taruna yang beranggotakan para pemuda dan anak
pemahaman tentang apa itu tindak pidana dan sanksi hukum yang akan dijatuhkan
apabila melakukan tindak pidana. Memberi pemahaman ini bertujuan agar anak
tidak melakukan tindak pidana dan tahu akan bahaya yang ditimbulkan apabila
tersebut serta jika ditemukan atau mengalami suatu tindak pidana oleh anak
segera melaporkan kepada pihak kepolisian tentang adanya tindak pidana yang
melakukan patroli, pengawasan oleh babinsa yang dibantu oleh masyarakat dalam
hal melakukan ronda malam mencari anak-anak yang suka melakukan tindak
2. Tindakan Represif
tindak pidana tersebut terjadi. Upaya represif baru diterapkan apabila upaya lain
sudah tidak memadai atau tidak efektif lagi untuk mengatasi suatu tindak pidana
anak kemudian upaya represif yaitu upaya ini dimaksudkan untuk menindak para
kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang mereka lakukan adalah
perbuatan yang melanggar hukum. Langkah awal dalam upaya mengatasi hal
kepada anakanak tentang beberapa aspek yuridis yang relevan dengan perbuatan-
perbuatan nakal yang sering kali mereka lakukan. Dengan demikian, anak-anak
maupun remaja dapat dilakukan melalui beberapa aktivitas, akan tetapi yang
nantinya akan memberikan kesadaran bagi anak. Selain aspek sedaran hukum, dan
aspek lain dapat membimbing anak untuk dapat menjadi anggota masyarakat
agama dapat pendidikan anak memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
memiliki penghayatan serta perilaku yang sesuai dengan perintah agama, dan
sehat secara material maupun secara moral/spiritual. Oleh karena itu upaya
40
Achjani Zulfa, Eva, 2011, Pergeseran Paradigma Pemidanaan, Bandung: Lubuk Agung, hal 163-
164
ini :
a. Keluarga
yang sangat besar dalam mempengaruhi kehidupan dan perilaku anak. Kedudukan
Pendidikan dan pembinaan akhlak merupakan hal yang penting dan sangat
mendesak untuk dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas hidup. Dari beberapa
kasus tindak pidana yang dilakukan oleh anak, terlihat bahwa kebanyakan anak
pelaku tindak pidana adalah anak-anak yang menjalani hidup secara bebas, tanpa
pengawasan dan perhatian dari orangtua, serta anakanak yang berasal dari anak
keluarga “brokenhume” hal ini tidak akan terjadi jika orang tua mengadakan
mengenal dan mencari tahu dengan siapa saja anak bergaul. Demikian juga
dengan kasus penganiayaan, kasus perjudian yang dilakukan oleh anak, kasus
narkotika dan pencurian juga kebanyakan dilakukan oleh anak-anak kurang yang
b. Masyarakat
c. Media Massa
Agar media massa dapat digunakan sebagai sarana sosialisasi dalam upaya
pencegahan kenakalan anak, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah
terlarang dan kekerasan dan media massa harus menyadari tanggung jawab dan
terlarang.
d. Pendidikan
sosial.
dalam memenuhi prasarat disekolah, untuk hadir disekolah, dan bagian anak yang
sistem peradilan juga harus bekerja sama dengan orang tua, organisasi
dilakukan oleh anak diwilayah hukum Polres Rokan Hulu dalam hal ini
diwujudkan dalam bentuk diversi secara konseptual akan lebih sesuai dalam
melakukan upaya penindakan dan sanksi perdamaian terhadap anak pelaku tindak
pidana dengan korban dalam rangka perlindungan anak terhadap stigma (cap
hukum. Namun demikian dalam sistem peradilan pidana anak dindonesia, ide
tindak pidana yang dilakukan oleh anak dipolres Rokan Hulu oleh penyidik
kepolisian belum terlaksana secara efektif. Dari tahap ketahap yang dilalui oleh
dilakukan oleh anak dapat dikatakan semuanya belum berhasil. Dikarenakan ada
beberapa kasus anak yang wajib mereka teruskan ke kejaksaan seperti kasus
Dengan demikian diharapkan dengan adanya aturan ini juga mampu untuk
memberi rasa keadilan bagi pihak korban dan pelaku tindak pidana. Selain itu
pidana dan mulai mendapatkan dukungan banyak pihak masih banyak hambatan
3) Kurangnya kerja sama antara pihak yang terlibat (aparat penegak hukum
penanganan anak berhadapan dengan hukum untuk kepentingan terbaik bagi anak.
sosial anak nakal dalam hal ini Departemen social atau organisasi sosial
sehingga dapat dikirim kepanti sosial untuk dibina secara khusus diberi pemulihan
sistem pemasyakatan anak saat ini tidak memberi peluang yang demikian.
Kepolisian dalam hal ini Bapak Ranly Labolang selaku Kasat reskrim Polres
Rokan Hulu pada tanggal 10 Juni 2021, Polres Rokan Hulu dan beliau
masyarakat kurang paham dengan sistem diversi ini maka akan banyak anak yang
dihakimi secara masal tentu saja hal ini akan mempengaruhi mental dan
Restorative justice atau diversi adalah pemahaman masyarakat tentang anak yang
pemahaman para pihak terutama orang tua dan masyarakat luas terkait anak yang
menerima kembali atau memaafkan seorang anak yang telah melakukan tindak
pidana. Hal ini tentu mengakibatkan proses diversi jarang berhasil atau gagal.
pihak kepolisian di Polres Rokan Hulu mengalami kendala pada anak yang tidak
dan adanya keinginan dari pihak ini untuk melanjutkan proses penyidikan.
hambatan yang dihadapi oleh fasilitator diversi dalam hal ini penyidik di Polres
anak yang berhadapan dengan hukum adalah sikap keluarga korban yang
bagi anak yang melakukan tindak pidana dan anak akan lepas dari tanggung jawab
atas perbuatannya. Dan hambatan ini terjadi juga karena adanya faktor dari
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
anak dibawah umur yang berkonflik dengan hukum masih belum sesuai dengan
Restorative justice/upaya diversi selalu dilakukan bagi setiap anak yang menjadi
pelaku tindak pidana, tetapi dalam beberapa kasus upaya diversi tersebut tidak
ke tingkat penuntutan.
penyelesaian nya dengan musyawarah antar pelaku, korban dan keluarga, para
pelaku tidak mau berdamai dan memilih untuk dilanjutkan pada tahap penuntutan
yang dilakukan oleh anak di Kabupaten Rokan Hulu dan khususnya di pihak
62
pelaku diversi baik itu dari pihak pelaku, korban, dan atau keluarganya, aparat
pelaksanaan diversi.
sebagai penyelesaian perkara anak yang berhadapan dengan hukum adalah sikap
mewakili pertanggungjawaban bagi anak yang melakukan tindak pidana dan anak
akan lepas dari tanggung jawab atas perbuatannya, oleh karena itu keluarga
korban tidak mau berdamai sehingga tidak dapat di terapkan dengan pelaksanaan
diversi.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Wagiati Sutedjo dan Melani, 2013. Hukum Pidana Anak. Refika Aditama,
Bandung,
B. Praturan Prundang-undangan
C. Jurnal