Anda di halaman 1dari 3

Pola Tidur Pengaruhi Pertumbuhan Bayi

Lusia Kus Anna | Rabu, 4 Mei 2011 | 10:44 WIB

Dibaca: 2359

Komentar: 3
|

Share:

shutterstock
TERKAIT:

 Durasi Tidur Pengaruhi Kemampuan Berpikir


 Bayi Butuh Tidur Lebih Lama
 Mengenal Pola Tidur Bayi

Kompas.com - Bayi baru lahir memang memiliki jam tidur yang tidak teratur. Sebagian besar
waktunya didominasi oleh tidur, tetapi terkadang kebiasan tidurnya mendadak berubah sehingga
orangtua kesulitan mengikutinya.
Pola tidur bayi baru lahir yang sering berubah-ubah tersebut ternyata sangat berkaitan dengan
growth spurt (percepatan pertumbuhan) yang dialami bayi di usia 2 minggu, 4 minggu, 3 bulan
dan 6 bulan.
Michelle Lampl, profesor antropologi dari Emory University dan timnya melakukan penelitian
mengenai hal tersebut dengan melibatkan 23 pasang orangtua. Para orangtua yang baru
memiliki bayi baru lahir ini diminta membuat catatan kebiasan tidur bayi mereka.
Data yang ditulis meliputi jam tidur bayi dan kebiasaan bangun, termasuk juga keterangan
apakah bayi diberikan ASI atau susu formula, serta kesehatan bayi secara umum misalnya ada
tidaknya gejala demam, diare, mual, atau gatal-gatal. Pencatatan ini dilakukan selama 4-17
minggu.
Kemudian para peneliti mengukur tinggi badan bayi-bayi itu setiap hari atau dua kali dalam
seminggu. Lalu data pertumbuhan bayi itu diuji silang dengan pola tidur bayi yang sudah dicatat
para orangtua.
Para peneliti menemukan ketika pola tidur bayi berubah, misalnya lebih banyak tidur siang atau
tidur lebih lama dari biasanya, akan diikuti dengan growth spurt. Secara spesifik bayi mengalami
percepatan pertumbuhan 43 persen untuk setiap tambahan waktu tidur siang yang dilakukan,
dan 20 persen pertumbuhan untuk tambahan satu jam tidur pada saat puncak waktu tidur
mereka. Rata-rata bayi mengalami pertumbuhan pada 4,5 jam waktu tidur setiap hari dan tiga
kali tambahan tidur siang.
Selain bertambah tinggi, bayi yang tidur lebih lama juga bertambah berat badannya. "Hasil riset
ini menunjukkan secara empirik percepatan pertumbuhan bukan cuma terjadi ketika tidur tapi
sangat dipengaruhi oleh pola tidur," kata Lampl.
Bayi laki-laki cenderung tidur siang lebih sering dibanding bayi perempuan. Bayi yang mendapat
ASI juga diketahui tidur siang lebih singkat dan lebih sering dibanding bayi yang diberi susu
formula.

Durasi Tidur Pengaruhi Kemampuan


Berpikir
Asep Candra | Senin, 2 Mei 2011 | 21:47 WIB

Dibaca: 1771

Komentar: 0
|

Share:

SHUTTERSTOCK
Tidur lebih awal akan membuat Anda tidak merasa malas-malasan saat bangun esok harinya.
TERKAIT:

 Sering Mimpi Buruk Tanda Stres


 Insomnia, Tidurlah Lebih Larut
 Mencegah 3 Penyakit Paling Ditakuti
 Kurang Tidur Bikin Gairah Seks Turun
 12 Alasan Tidur Bisa Menyembuhkan

KOMPAS.com - Penelitian menunjukkan, tidur terlalu sedikit atau terlalu berlebihan berkaitan
dengan penurunan keemampuan kognitif. Menurut studi yang dipublikasikan jurnal Sleep,
kuantitas tidur berpengaruh bagi mereka yang berusia paruh baya.  Untuk kalangan usia ini, tidur
kurang dari enam jam setiap malam dipandang sebagai durasi yang terlalu minim, sedangkan
lebih dari delapan jam dipandang sebagai terlalu banyak.
Peneliti dari University College London Medical School melakukan studi antara 1997-1999 dan
2003-2004, yang dilanjutkab ke tahap berikutnya setelah 5,4 tahun. Mereka menanyakan para
responden durasi tidur rata-rata per malam dalam sepekan.  Para peneliti juga membandingkan
orang yang melaporkan perubahan dalam pola tidurnya dengan responden yang durasi tidurnya
tetap selama masa studi.
Dalam proses lanjutan, responden diberi serangkaian pemeriksaan standar guna menilai
ingatan, kemampuan mereka mengambil keputusan secara logis, kosakata, status ingatan global
dan pengaruh verbal mereka.
Hasil studi memperlihatkan bahwa perempuan yang tidur delapan jam tiap malam memiliki nilai
tertinggi pada setiap pengukuran kognitif, lalu diikuti oleh mereka yang tidur selama enam jam.

Bagi pria, fungsi kognitif tidak menunjukkan perbedaan pada mereka yang tidur enam, tujuh atau
delapan jam. Namun, tidur kurang dari enam jam --atau lebih dari delapan jam-- berkaitan
dengan nilai yang lebih rendah.

"Tidur memberi tubuh kebutuhan hariannya bagi pemulihan dan pengembalian psikologis," kata
Jane Ferrie, peneliti senior dari Epidemiology and Public Health    Faculty University College
London Medical School.
"Meski tidur tujuh jam tiap malam tampaknya adalah batas optimal buat sebagian besar
manusia, banyak orang berfungsi secara sempurna jika rata-rata tidur kurang atau lebih setiap
malam," tambah Ferrie.
Namun, karena kebanyakan penelitian dipusatkan pada dampak kekurangan tidur pada sistem
biologi, masih belum sepenuhnya dipahami mengapa tidur tujuh jam adalah optimal --atau
mengapa tidur lama tampaknya malah merugikan, kata Ferrie.
"Kekurangan tidur kronis menghasilkan hormon dan zat kimia di tubuh yang meningkatkan risiko
serangan jantung dan stroke, serta kondisi lain seperti tekanan darah tinggi, peningkatan
kolesterol, diabetes dan kegemukan," papar ilmuwan tersebut.
Penelitian lain menunjukkan, kurang tidur bisa melenyapkan hormon yang mengendalikan nafsu
makan. Akibatnya, keinginan untuk menyantap makanan berlemak dan tinggi karbohidrat akan
meningkat, sehingga membuat seseorang cenderung mengasup kalori tinggi. Seiring
berjalannya waktu, kebiasaan ini dapat menyebabkan penambahan berat badan. 
Dalam penelitian pada kembar identik oleh ahli dari University of Washington ditemukan, mereka
yang tidur 7-9 jam setiap malam, rata-rata indeks massa tubuh mereka 24,8, hampir dua poin
lebih rendah daripada rata-rata Indeks Massa Tubuh (BMI) mereka yang kurang tidur.
 

Anda mungkin juga menyukai