Anda di halaman 1dari 8

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI CRURIS PADA KASUS

POST OREF DI UNIT RADIOLOGI RS PKU MUHAMMADIYAH


WONOSOBO

Rahma Oktavia Nurul Aiyah1, Alan Maulana Akbar2, Fisnandya Meita Asrtari3
1
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
2
Radiologi RS PKU MUHAMMADIYAH WONOSOBO
3
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

e-mail : Rahmaoktavianurul@gmail.com

ABSTRAK

Mengetahui teknik pemeriksaan radiografi cruris pada kasus post oref di


unit radiologi RS PKU Muhammadiyah Wonosobo. Oref adalah reduksi terbuka
dengan fiksasi external dimana prinsipnya tulang ditransfiksasika di atas dan di
bawah fraktur.
Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Study
Kasus untuk melihat teknik pemeriksaan Cruris yang dilakukan di RS PKU
Muhammadiyah Wonosobo. Waktu penilitian dari 24 Juni – 27 Juli 2019
Hasil pemeriksaan cruris dengan Teknik Pemeriksaan Proyeksi
AP(AnteroPosterior) dan Lateral dimana posisi pasien supine diatas meja
pemeriksaan dan arah sinar vertikal tegak lurus pada proyeksi AP dan arah sinar
horizontal untuk proyeksi lateral pada kaset ukuran 35x43 cm dibagi 2 pada
pemeriksaan cruris.
Kata Kunci : Cruris, Oref
ABSTRACT
The technique of radiographic examination of Cruris in the case of post Oref
in the radiology unit of PKU Muhammadiyah HOSPITAL Wonosobo. Oref is an
open reduction with an external fixation where the principle of the bone is
transfixants above and below the fracture.
This method of research was conducted using the case Study approach to
see Cruris examination technique conducted at PKU Muhammadiyah HOSPITAL
in Wonosobo. Research time from 24 June – 27 July 2019
Results of Cruris examination with AP projection inspection technique
(AnteroPosterior) and Lateral to the position of the supine patient on the
examination table and vertical light direction perpendicular to the AP projection
and horizontal beam direction for Lateral projection of the cassette Size 35x43 cm
divided by 2 on cruris examination.
Keywords: Cruris, Oref

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cruris adalah tungkai bawah yang terdiri dari dua tulang panjang yaitu
tulang tibia dan fibula. Tibia disebut juga tulang kering, merupakan jenis tulang
panjang dalam tubuh manusia. Merupakan jenis tulang panjang dengan dua ujung.
Tibia dapat dengan mudah dipalpasi pada bagian kaki dibagian anteromedial.
Terbagi menjadi tiga bagian corpus pada bagian corpus pada bagian tengah dan dua
ekstremitas pada bagian proksimal dan distal. Pada bagian distal bersendi dengan
talus dan bagian proksimal dengan femur. Fibula memiliki ukuran lebih kecil
dibandingkan tibia, terletak di sisi lateral dari tulang tibia. Caput fibula berada
disisi proksimal berlanjut kearah inferior membentuk corpus hingga sampai ke
bagian distal membentuk tonjolan yang menutupi sisi lateral dari talus disebut
maleolus lateralis(mata kaki). Tibia dan fibula bersinggungan membentuk
persendian tibiofibular joint.( Asih Puji Utami, dkk. 2016. radiologi dasar 1)

Kasus yang sering terjadi di cruris adalah fraktur. Metode penanganan fraktur
ada 2 macam, yaitu metode konservatif dan metode operatif dengan pemasangan
internal fiksasi. Penanganan dengan metode konservatif maksudnya penanganan
fraktur tanpa dilakukan tindakan operasi, misalnya dengan reduksi tertutup.
Reduksi tertutup juga disebut reposisi, dimana prinsip dari reposisi adalah
berlawanan dengan arah fraktur. Setelah dilakukan reposisi kemudian dilakukan
pemasangan eksternal fiksasi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya pergeseran
kembali pada tulang yang mengalami fraktur. Salah satu contoh eksternal fiksasi
adalah pemasangan gips. Umumnya, reduksi tertutup digunakan untuk semua
fraktur dengan pergeseran minimal. Penanganan dengan metode operatif adalah
suatu bentuk operasi dengan pemasangan open reduction internal fixatie (ORIF)
maupun dengan pemasangan open reduction external fixatie (OREF). Metode
operatif ini paling sering digunakan. Oref adalah reduksi terbuka dengan fiksasi
external dimana prinsipnya tulang ditransfiksasika di atas dan di bawah fraktur,
sekrup atau kawat ditransfiksi di Bagan proksimal dan distal kemudian
dihubungkan satu sama lain dengan suatu barang lain. Pada kasus ini metode
operatif yang digunakan yaitu dengan eksternal fiksasi, hal ini dilakukan karena
fragmen fraktur sulit untuk menyambung dengan baik dan karena penyambungan
kontak fragmen langsung lebih baik daripada tanpa tindakan operasi (Apley, 1995).
Dalam teori dijelaskan pada bontrager proyeksi yang digunakan untuk
pemeriksaan cruris yaitu Antero Posterior(AP) dan Lateral, dimana pemeriksaan
pada proyeksi AP dilakukan dengan sinar vertikal dan proyeksi lateral dengan sinar
vertikal dengan posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan.(Bontrager 2014).
Pemeriksaan cruris dengan kasus post oref RS PKU Muhamadiyah
Wonosobo menggunakan arah sinar vertikal utntuk proyeksi AP dan arah sinar
horizontal utnuk proyeksi Lateral. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk
membahas lebih lanjut masalah di dalam laporan kasus ini dengan judul ”Prosedur
Pemeriksaan Cruris pada Kasus Post Oref di Unit Radiologi RS PKU
Muhammadiyah Wonosobo”.

METODE PENELITIAN
Metode yang dilakukan pada penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus di lakukan di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo.
Penelitian ini dilakukan terhadap pasien yang melakukan pemeriksaan cruris
dengan indikasi post oref. Data yang diperoleh dibuat dalam bentuk transkip,
selanjutnya dianalisis untuk dijadikan pembahasan yang akan ditarik suatu
kesimpulan. Penelitian dilaksanakan di instalasi radiologi RS PKU
Muhammadiyah Wonosobo selama 1 bulan dimulai pada tanggal 24 Juni 2019
sampai dengan 27 Juli 2019.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan pada pasien dengan kasus post oref pada cruris
dengan melakukan teknik pemeriksaan dengan proyeksi Antero Posterior(AP)
dimana posisi tiduran/supine diatas meja pemeriksan dengan cruris sinistra
menempel pada kaset dan proyeksi lateral dengan kaset berada disamping kaset.
Kasus post oref yaitu terpasangnya eksternal di cruris yang menyulitkan pasien
untuk melakukan pergerakan .

1. DATA PASIEN
Identitas pasien pemeriksaan Radiograf pada kasus post oref cruris di Unit
Radiologi di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo.

Nama : Sdr. A

Umur :30/04/1999

Jenis kelamin : Laki-laki

Dokter pengirim : dr. A

Permintaan foto : Cruris

Diagnosa : Post Oref

No. Rontgen : 303XX


No. RM : 036XXX

Tanggal pemeriksaan : 19 Juni 2019

2. PERSIAPAN
Persiapan pasien

Pada pemeriksaan post oref Cruris ini pasien tidak melakukan persiapan
khusus , hanya membebaskan benda – benda yang dapat menimbulkan artefak pada
radiograf. Selain itu sebelum pemeriksaan, petugas memberi tahu prosedur
pemeriksaan sehingga tidak terjadi kesalah pahaman dari pasien
Persiapan alat :

Nama Pesawat : Toshiba

Kv Maksimum : 125kV

Computer Radiograf (CR)

Printer

Kaset dan film ukuran 35x43 cm

Marker L

3. TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

Proyeksi Antero Posterior ( AP )

Posisi pasien : Pasien berbaring pada meja pemeriksaan.

Posisi objek : Kaki pasien diletakan lurus diatas kaset kemudian


atur Cruris dengan mengukur ketinggian yang
sama pada kedua epicondilusnya dengan
permukaan kaset sehingga true AP. Usahakan
kedua sendi masuk dalam ukuran kaset.

Arah sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.

Titik bidik : Pada pertengahan Cruris

FFD : 102 cm

Marker : L ( Left )

Faktor Eksposi : 55 kv ; 5 mAs

Kaset : 35x43 cm
Eksposi : Dilakukan saat pasien tidak bergerak

Hasil Radiograf Foto Cruris Post Oref


Proyeksi AP

Proyeksi Lateral

Posisi pasien : Pasien berbaring pada meja pemeriksaan.

Posisi objek : Posisi obyek tetap sama dengan proyeksi AP,


hanya sinar menjadi horizontal terhadap kaset,
kaset di letakkan vertikal di samping obyek ,dan
objeknya di ganjal pada bagian posterior agar
objek tidak terpotong.

Arah sinar : Horisontal tegak lurus terhadap kaset.

Titik bidik : Pada pertengahan Cruris

FFD : 102 cm

Faktor Eksposi : 55 kv ; 5 mAs

Marker :L

Kaset : 35x43 cm

Eksposi : Dilakukan saat pasien tidak bergerak


Hasil Radiograf Foto Cruris Post Oref Proyeksi
Lateral

4. PROTEKSI RADIASI
Proteksi radiasi untuk pasien dengan menggunakan faktor eksposi yang
tepat agar tidak mengulang foto. Luas lapangan penyinaran
seperlunya,selama melakukan pemeriksaan pintu kamar selalu di tutup.
5. PEMBAHASAN
Dari penelitian dan wawancara dengan radiografer di RS PKU
Muhammadiyah Wonosobo terkait teknik pemeriksaan cruris yang berbeda
dari teori di buku bontrager. Dimana dijelaskan pada bontrager bahwa
pemeriksaan pada proyeksi AP dan Lateral dilakukan dengan sinar vertikal
tegak lurus kaset dengan posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan.
Sedangakn di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo menggunakan arah sinar
vertikal utntuk proyeksi AP dan arah sinar horizontal utnuk proyeksi Lateral.
Walau terdapat perbedaan dengan diteori hasil pemeriksaan tersebut sudah
dapat untuk menegakkan diagnosa.

HASIL PEMBACAAN RADIOGRAF

Hasil bacaan radiograf oleh dokter spesialis radiologi pada pemeriksaan


cruris dengan klinis post oref di Instalasi Radiologi RS PKU Muhammadiyah
Wonosobo:

Old fracture dengan kalus (+) di os tibia sinistra pars tertia distalis dalam Open
Reduction External Fixation(OREF)

Trabekulasi os talus dan os pedis (yang tervisualisasi) tampak kasar disertai


penurunan densitas, mengarah gambaran disuse osteoporosis.
KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah penulis jabarkan dalam Laporan Kasus ini,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan, sebagai berikut :

Proyeksi yang digunakan dalam pemeriksaan cruris pada kasus fraktur post
oref yang dilaksanakan di unit radiologi RS PKU Muhammadiyah Wonosobo
adalah proyeksi Antero-Posterior (AP) dan proyeksi Lateral, dimana proyeksi
lateral dilakukan dengan posisi pasien supine menggunakan sinar Horisontal dan
kaset vertikal. Sedangkan menurut literature Bontrager 2014 , Pada proyeksi Cruris
AP dan Lateral menggunakan sinar vertikal tegal lurus kaset. Dengan
memggunakan proyeksi AP dengan sinar vertikal dan Lateral dengan sinar
horizontal sudah dapat menegakkan diagnose.

SARAN
Alangkah baiknya komunikasi dengan pasien ditingkatkan, supaya dalam
melaksanakan pemeriksaan berjalan dengan lancar. Mobilisasi pasien diusahakan
tidak terlalu banyak dilakukan. Proteksi radiasi untuk pasien perlu ditingkatkan,
terutama pada pengaturan kolimasi agar luas penyinaran sebesar obyek yang di
periksa. Proteksi radiasi untuk pasien itu sendiri sebaiknya ditingkatkan dengan
cara pasien di beri apron, karena radiasi hambur sangat berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Bontrager, Kenneth L. 2014. Textbook of Radiographic Positioning and Related
Anatomy.Missouri : Mosby, Inc.
Asih Puji Utami, dkk. 2016. Buku Radiologi Dasar 1. Inti Medika Pustaka :
Magelang.

Bruce W, Long. 2012. Merrill’s Atlas of Radiographic Positioning & Procedures


Thirteenth Edision Volume One:America

Fitriani.2018. Teknik Pemeriksaan Radiografi Cruris Pada Kasus Fractur di


Instalasi Radiologi RSUD Wonosari: Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Ulfa Noviyana.2016. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kaus Paska Operasi Fraktur
Tibia-Fibula 1/3 Distal Sinistra dengan Extrenal Fixator Unilateral Frame di Rumah
Sakit Orthopedi Prof. Dr Soeharso Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta

Price,S.A dan Wilson, L.M., 1994, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai