TPT Pasal 344 Dan 345
TPT Pasal 344 Dan 345
Dari rumusan diatas, dapat diketahui bahwa ketentuan pidana yang diatur dalam
pasal 344 KUHP sama sekali tidak mempunyai unsur subjektif, melainkan hanya
mempunyai unsur objektif. Selain itu, pasal ini memiliki unsur yang meringankan, dalam
artian ada permintaan yang tegas dan sungguh-sungguh dari korban. Tegas dalam arti
secara lisan dengan harus ada saksi maupun tertulis dengan surat bertanda tangan
dengan tetap harus ada saksi yang menandakan korban dalam keadaan sadar dan agar
tidak ada penipuan1. Pasal ini merupakan delik material, yaitu selesainya suatu delik
tidak dilihat dari dengan dipenuhinya suatu rumusan dalam perundang-undangan
melainkan akibat dari perbuatan ini sudah nampak, yaitu matinya orang lain. Selain itu,
terdapat dolus yang terkadung dalam pasal ini yaitu dolus impetus, yaitu suatu bentuk
kesengajaan yang dilakukan tanpa direncanakan terlebih dahulu, yaitu kesengajaan
pembunuhan yang tidak direncanakan.
Jika unsur dengan nyata dan dengan kesungguhan hati tidak dipenuhi, maka pelaku
tindak pidana (orang yang membunuh) tidak dapat dikenakan pasal 344 KUHP,
melainkan Pasal 338 KUHP karena pada dasarnya ketentuannya sama tentang
pembunuhan pokok akan tetapi adanya permintaan dengan nyata dan sungguh-sungguh
dari korban yang merupakan dasar yang meringankan hukuman. Euthanasia tidak
diterima oleh Pasal 338 KUHP, tetapi dianggapnya pembunuhan sehingga masuk ke
Pasal 338 KUHP;
Untuk pasal ini terdapat pengecualian, yaitu untuk:
o anak di bawah umur dan pengampuan tidak berlaku dan tidak sah karena
dianggap belum cakap melakukan perbuatan hukum;
o orang yang sakit jiwa (gila) tidak berlaku karena dianggap tidak memiliki
kesadaran dan tidak bisa bertanggung jawab;
o orang yang dalam keadaan sakit dan/atau koma tidak berlaku;
Artinya, Pasal 344 KUHP hanya terkait dan berlaku untuk orang dewasa yang
sehat walafiat tanpa penyakit apapun (korban).
Di dalam pasal ini, beberapa ahli menyinggung soal euthanasia yang memiliki
pengertian sebagai berikut :
1
Drs. P.A.F. Lamintang, S.H.. Theo Lamintang, S.H., 2018. Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh,
dan Kesehatan, Penerbit Sinar Grafika hal. 77
Euthanasia berasal dari kata yunani, yaitu eu (baik) dan thanatos (kematian) yang
artinya mati dengan damai atau tenang. Sedangkan, menurut van Hattum (Belanda)=
euthanasia adalah tindakan mempercepat proses kematian pada penderita penyakit
yang tidak dapat disembuhkan dengan melakukan atau tidak melakukan sesuatu
tindakan medis dengan maksud untuk membantu korban mengakhiri penderitaan
dan membantu keluarga korban mengakhiri melihat penderitaan. Euthanasia dibagi
menjadi 2, yaitu:
o Euthanasia aktif= hidup seseorang diakhiri karena sakit, tetapi masih ada
kemungkinan penyembuhan dengan pengobatan dan pernyataan tersebut harus
ditentukan oleh dokter. Namun, dihentikan pengobatan sehingga dikategorikan
sebagai pembunuhan.;
o Euthanasia pasif= ada kemungkinan besar penyakit tersebut tidak bisa
disembuhkan lagi dan pernyataan tersebut harus ditentukan oleh dokter.
Ada beberapa ahli yang mengatakan pasal ini berkaitan dengan Euthanasia.
Padahal, kedua pernyataan tersebut saling bertolak belakang. Sehingga pernyataan
tentang Pasal 344 dengan Euthanasia tidak berhubungan karena Pasal 344
membahas tentang orang yang sehat dan dewasa, sedangkan euthanasia membahas
tentang korban yang mengalami penyakit yang berkelanjutan/koma dan tidak bisa
disembuhkan;
2
Drs. P.A.F. Lamintang, S.H.. Theo Lamintang, S.H., 2018. Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh,
dan Kesehatan, Penerbit Sinar Grafika hal. 83
terdapat dolus didalamnya yaitu dolus impetus, yaitu suatu bentuk kesengajaan yang
dilakukan tanpa direncanakan terlebih dahulu, yaitu kesengajaan pembunuhan yang tidak
direncanakan. Terdapat Unsur yang meringankan dalam pasal ini adalah bahwa bunuh
diri bukanlah suatu kejahatan dan keputusan untuk bunuh diri ada di tangan korban
sendiri.
Orang yang bunuh diri tidak diancam dengan hukuman atau tidak dapat dipidana.
Akan tetapi, orang yang menghasut orang lain atau membantu melakukan untuk bunuh
diri dapat dikenakan pidana dengan pasal ini dengan syarat orang yang bunuh diri
tersebut benar meninggal dunia. Jika orang yang bunuh diri karena satu dan lain hal dapat
diselamatkan atau tidak mati, hanya dikategorikan sebagai percobaan, maka orang yang
menghasut tidak dapat dipidana karena dalam pasal 345 KUHP tidak dikenal adanya
percobaan bunuh diri, sehingga dikenal dengan sebutan Blanco straf bepaling atau suatu
ketentuan hukum pidana yang kosong karena dalam Pasal 345 KUHP mensyaratkan
pengandaian/kalimat bersyarat jika (jika bunuh diri terjadi dan korban meninggal dunia
dan hanya berlaku untuk kejahatan, namun jika bunuh diri gagal, maka tidak bisa
dipidana karena hal tersebut hanya termasuk percobaan). Sehingga bertentangan dan
tidak bisa diterapkannya Pasal 163 bis ayat (1) KUHP yang membahas bahwa percobaan
melakukan tindak pidana dapat dipidana dengan pidana penjara enam tahun (kejahatan)
serta bunuh diri bukan merupakan suatu kejahatan.