Anda di halaman 1dari 11

TUGAS III

PEMBELAJARAN BERWAWASAN
KEMASYARAKATAN

Nama : Wa Ode Feni Suriani


NIM :859745283

UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2020/2021
Modul 7
Pembelaran Multikultural

Kegiatan Belajar 1 :Konsep Dasar Pembelajaran Multikultural


Dalam proses pembelajaran tidak dapat lepas dari unsur-unsur kebudayaan seperti :
1. Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks
2. Kebudayaan merupakan suatu prestasi kreasi manusia yang material.
3. Kebudayaan dapat pula berbentuk fisik
4. Kebudayaan dapat pula berbentuk kelakuan-kelakuan yang terarah
5. Kebudayaan merupakan suatu realitas yang objektif yang dapat dilihat
6. Kebudayaan tidak terwujud dalam suatu kehidupan manusia soliter.
Menurut Ki Hadjar Dewatoro, kebudayaan berarti budah budi manusia yang
merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat yaitu alam dan
zaman. Rumusan tersebut mengandung makna :
1. Kebudayaan selalu bersifat kebangsaan (nasional) dan mewujudkan sifat atau watak
kepribadian bangsa.
2. Tap-tiap kebudayaan menunjukkan keindahan dan tingginya adat kemanusiaan pada
hidup masing-masing bangsa yang memilikinya.
3. Tiap-tiap kebudayaan sebgai buah kemenangan manusia terhadap kekuatan alam dan
zaman memudahkan dan melancarkan hidupnya serta memberi alat-alat baru untuk
meneruskan kemajuan hidup dan memudahkan serta memajukan dan mempertinggi
taraf kehidupan
Thomas Hickema (Tilaar: 2000) mengungkapkan tentang tugas guru dalam
menerapkan nilai-nilai sebagai inti kebudayaan adalah :
1. Pendidik haruslah menjadi seorang model
2. Harus menciptakan masyrakat bermoral
3. Mempraktekkan disiplin moral
4. Mencptakan suasana demokratis
5. Mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum
6. Menciptakan budaya kerja sama
7. Menumbuhkan kesadaran karya
8. Mengembangkan resolusi konflik

Kegiatan Belajar 2 : Strategi Pengelolaan Pembelajaran Multikultural


Menurut Tilaar (2000), rumusan operasional mengenai hakikat pendidikan
mempunyai komponen-komponen sebagai berikut :
1. Pendidikan merupakan suaru proses berkesinambungan
2. Proses pendidikan berarti menumbuhkembangkan eksistensi manusia
3. Eksistensi manusia yang memasyarakat.
4. Proses pendidikan dalam masyarakat yang membudaya
5. Proses bermasyarakat dan membudaya
Javier Perez (Tilaar: 2000) mengungkapkan bahwa perdamaian harus dimulai dari diri
kita masing-masing. Bahan-bahan belajar yang dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran
perdamaian adalah :
a. Bahan-bahan atau materi pembelajaran harus memberi bantuan praktis dalam
pembelajaran tentang perdamaian
b. Bahan-bahan atau materi pembelajaran harus menggunakan berbagai metode yang
dapat mengembangkan peran serta peserta didik secara aktif
c. Bahan-bahan atau materi pembelajarab harus mampu memenuhi kebutuhan
d. Bahan-bahan atau materi pembelajaran harus merangsang minat peserta didik untuk
lebih memahami kelompok atau kebudayaan lain
e. Bahan-bahan atau materi pembelajaran berisi kasus-kasus yang menunjukkan
pertikaian antar manusia yang dapat diselesaikan secara damai
f. Bahan-bahan atau materi pembelajaran harus mnenrangkan masalah-masalah yang
paling penting untuk menciptakan perdamaian.
Strategi untuk mempelajari nilai-nilai inti yang berhubungan dengan hak-hak asasi
manusia adalah:
1) Belajar tentang hak-hak asasi manusia,
2) Belajar bagaimana memperjuangkan hak-hak asasi manusia,
3) Belajar melalui pelaksanaan hak-hak asasi manusia.
Strategi pembelajaran untuk demokrasi dapat dilakukan dengan cara:
1) Etos demokrasi harus belaku di tempat pembelajaran,
2) Pembelajaran untuk demokrasi berlangsung secara terus menerus,
3) Penafsiran demokrasi harus sesuai dengan konteks sosial budaya, ekonomis, dan
evolusinya.

Kegiatan Belajar 3 : Prosedur Pengelolaan Pembelajaran Multikultural


Prosedur yang ditempuh dalam pengelolaan pembelajaran multikultural adalah
melalui tahapan:
1) Kegiatan pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran multikultiral adalah menciptakan suasana
yang kondusif sehingga setiap peserta didik dapat belajar dalam harmoni kebersamaan.
2) Kegiatan utama
Kegiatan utama merupakan kegitan instruksional yang menekankan pada penciptaan
pembelajaran yang harmoni untuk membentuk kepribadian peserta didik yang penuh
toleransi didasarkan pada keanekaragaman budaya.
3) Analisis
Kegiatan analisis dalam pembelajaran multikultural adalah memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk berbagi pemikiran dan pemahaman pribadi tentang sesuatu
yang sudah dipelajarinya.

4) Abstraksi
Abstraksi dalam pembelajaran multikultural merupakan upaya pendidik untuk
memperjelas materi inti yang harus dipahami oleh peserta didik.

5) Penerapan
Penerapan dalam pembelajaran multikultural adalah untuk mengukur perubahan yang
terjadi pada peserta didik setelah mengikuti pembelajaran.

6) Kegiatan penutup
Kegiatan penutup adalah kegiatan akhir dari prosedur pembelajaran multikultural yang
dapat dilakukan sekaligus dengan kegiatan penilaian.
Modul 8
Muatan Life Skills dalam Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan
Kegiatan Belajar 1 : Konsep Dasar Life Skills
Dunia pendidikan di Indonesia menghadapi beberapa tantangan besar, diantaranya
sebagai berikut: 1) Dunia pendidikan dituntut untuk mempertahankan hasil-hasil
pembangunan yang telah dicapai, 2) Dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber
daya manusia yang kompeten, mampu bersaing dalam pasar kerja global, 3) Dunia
pendidikan dituntut mengubah paradigama dengan pendidikan yang demokratis, mendorong
partisipasi masyarakat dan menghargai keragaman kebutuhan dan konsisi daerah, 4) masih
rendahnya pertumbuhan ekonomi dan menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat dan
munculnya berbagai masalah sosial yang mendasar, 5) Kualitas sumber daya manusia
Indonesia masih rendah, 6) Kualitas manusia dipengaruhi juga oleh kemampuan dalam
mengelola sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Broling (1989) “life skills” adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan
yang sangat penting yang dimiliki oleh seseorang sehingga meraka dapat hidup mandiri. Kent
Davis (2000:1) kecakapan hidup adalah “manual pribadi” bagi tubuh seseorang.
Kecakapan hidup/life skills versi Broling dipilah menjadi :
1. Kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self
awareness), dan kecakapan berpikir rasional (thingking skills)
2. Kecakapan sosial (social skills)
3. Kecakapan kademik (academic skills)
4. Kecakapan vokasional (vocational skills)

Kegiatan Belajar 2 : Jenis-jenis Life Skills


Broling (1989) mengelompokkan life skills menjadi : a) Kecakapan hidup sehari-hari
(daily living skills), b) Kecakapan hidup sosial pribadi (personal/social skill), c) Kecakapan
hidup bekerja (occupational skill).
WHO (World Health Organization) mengelompokkan life skills menjadi lima jenis,
yaitu : 1) Self awareness/personal skill, 2) Social skill, 3) Thingking skill, 4) Academic skill,
5) Vocational skill.
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda mengemukakan jenis-jenis
life skills sebagai berikut : 1) Kecakapan pribadi (personal skills), 2) Kecakapan sosial (social
skill), 3) Kecakapan akademik (academic skill), 4) Kecakapan vokasional (vocational skill).
Direktorat Kepemudaan mengungkapkan tiga jenis life skills, yaitu 1) Kecakapan
Personal, 2) Kecakapan sosial, 3) Kecakapan vokasional.
Dalam dunia kerja, Satori (2002) mengenalkan jenis-jenis life skills dalam
employability skills sebagai berikut : 1) Keterampilan Dasar, 2) Keterampilan berpikir tingkat
tinggi, 3) Karakter dan keterampilan afektif. Satori menghubungkan antara life skills dengan
employability skill, vocational skills, dan occupational skills.
Slameto membagi life skills menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Kecakapan Dasar, meliputi :
a. Kecakapan belajar terus menerus
b. Kecakapan membaca, menulis, dan menghitung
c. Kecakapan berkomunikasi : lisan, tulisan, tergambar dan mendengar
d. Kecakapan berpikir
e. Kecakapan qalbu (spiritual), rasa dan emosi
f. Kecakapan mengelola kesehatan badan
g. Kecakapan merumuskan keinginan dan upaya-upaya untuk mencapainya
h. Kecakapan berkeluarga dan sosial

2. Kecakapan Instrumental, meliputi :


a. Kecakapan memanfaatkan teknologi dalam kehidupan
b. Kecakapan mengelola sumber daya
c. Kecakapan bekerja sama dengan orang lain
d. Kecakapan memanfaatkan informasi
e. Kecakapan menggunakan sistem dalam kehidupan
f. Kecakapan berwirausaha
g. Kecakapan kejujuran, termasuk olahraga dan seni (citarasa)
h. Kecakapan memilih, meyiapkan dan mengembangkan karier
i. Kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan
j. Kecakapan menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila

Kegiatan Belajar 3 : Pendekatan dan Strategi Pengembangan Muatan Life Skills pada
Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan
Pendekatan Pendidikan berbasis luas (Broad based education) sebagai pendekatan
dalam penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi life skills dmaksudkan sebagai upaya
agar pendidikan dapat memenuhi pokok-pokok pikiran sebagai berikut :
1. Pendidikan ditujukan untuk membentuk masyarakat Indonesia baru yang demokratis
2. Masyarakat demokratis memerlukan pendidikan yang dapat menumbuhkan individu
dan masyarakat yang demokratis
3. Pendidikan diarahkan untuk mengembangkan tingkah laku yang menjawab tantangan
internal dan global
4. Pendidikan harus mampu mengarahkan lahirnya suatu bangsa Indonesiaa yang
bersatu dan demokratis
5. Dalam menghadapi kehidupan global yang kompetitif dan inovatif, pendidikan harus
mampu mengembangkan kemampuan berkompetitif dalam rangka kerja sama
6. Pendidikan harus mampu mngembangkan kebhinekaan menuju kepada terciptanya
suatu masyarakat Indonesia yang bersatu di atas kekayaan kebhinekaan masyarakat
7. Pendidikan harus mampu mengindonesiakan masyarakat Indonesia sehingga setiap
insan Indonesia merasa bangga menjadi warga Negara Indonesia

Wardiman (1998:73) menyebutkan pendidikan berbasis luas nerupakan sistem baru


yang berwawasan sumber daya manusia, berwawasan keunggulan, menganut prinsip tidak
mungkin membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan, kalau
tidak diawali dengan pembentukan dasar (fondasi) yang kuat.
Strategi pengembangan muatan life skills pada pembelajaran yang berwawasan
kemasyarakatan meliputi :
a. Strategi Renung-Latih-Telaah (RLT)
Strategi RLT yang berarti perenungan, Pelatihan atau Pembiasaan dan Pennelaahan
dikemukakan oleh Marwah Ibrahim : pendidikan yang berorientasi life skills perlu
dilaksanakan dengan strategi perenungan hakikat dan makna hidup/diri,
peltihan/pembiasaan, tentang bagaimana mengelola (manajemen) hidup, dan
penelaahan kisah sukses tokoh-tokoh sukses.
b. Strategi Laerner Cantered yang dikembangkan oleh Direktorat Kepemudaan yang
menuntut penyelenggaraan life skills dalam pembelajaran menggunakan prinsip ;
1)    Pengembangan berdasarkan minat dan kebutuhan individu dan/atau kelompok sasaran
2)   Pengembangan kecakapan terkait dengan karakteristik potensi wilayah setempat (SDA
dan potensi sosial budaya)
3)   Pengembangan kecakapan dilakukan secara nyata sebagai dasar sektor usaha kecil
atau industry rumah tangga
4)   Pengembangan kecakapan berdasarkan pada peningkatan kompetensi keterampilan
peserta didik untuk berusaha dan bekerja sehingga tidak terlalu teoritik namun lebih
bersifat aplikatif operasional
c. Strategi Kurkulum Berbasis Kompetensi
d. Strategi Penguatan Pendidikan Ekstrakurikuler

Pola penyelenggaran pembelajaran berorientasi life skills, salah satunya adalah


menggunakan 15 langkah, yaitu :
1. Penyiapan Diri
2. Penyiapan Lembaga Masyarakat
3. Mengidentifikasi Potensi Penyelenggara Program
4. Menyusun Rencana Kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup
5. Menyusun Kurikulum dan Strategi Pendidikan Kecakapan Hidup
6. Menyusun/Mengadakan Bahan belajar
7. Menyusun Instrumen Pemaantauan, Penilaian, dan Pendampingan
8. Melaksanakan Orientasi Bagi Pengelola dan Narasumber
9. Melaksanakan sosialisasi Program kepada Stakeholders
10. Melaksanakan Pembekalan/Pembelajaran
11. Malaksanakan Fasilitasi Pemandirian Kecakapan Hidup Peserta Didik
12. Mamantau, Menilai dan Memfasilitasi Pelaksanaan Program
13. Menilai Program Pendidikan Kecakapan Hidup
14. Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup
15. Menyusun Rencana Tindak Lanjut Program
Modul 9
Model-Model Pembelajaran Sosial
Kegiatan Belajar 1 : Model Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk
mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, yaitu : perancanaan program
(program planning), pelaksanaan program (program implementation), dan penilaian program
(program evaluation).
Ciri-ciri pembelajaran partisipatif :
a. Pendidik menempatkan diri pada kebutuhan tidak serba mengetahui terhadap semua
bahan belajara
b. Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan
pembelajaran
c. Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik untuk berpartisipasi dalam
pembelajaran
d. Pendidik menempatkan dirinya sebagai peserta didik
e. Pendidik bersama peserta didik saling belajar
f. Pendidik membantu peserta didik untuk menciptakan situassi belajar yang kondusif
g. Pendidik mengembangkan kegaitan pembelajaran berkelompok
h. Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat berprestasi
i. Pendidik mendorong peserta didik untuk berupaya memecahkanpermasalahan yang
dihadapi dalam kehidupannya.
Knowles (1977) langkah-langkah yang harus dilakukan pendidik untuk membantu
peserta didik dalam menumbuhkan dan mengembangkan situasi kegiatab dapat dilakukan
dengan :
1.      Membantu peserta didik menciptakan iklim belajar
2.     Membantu peserta didik dalam menyusun kelpmpok belajar
3.     Membantu peserta didik dalam mendiagnosis belajar
4.     Membantu peserta didik dalam menyusun tujuan belajar
5.     Membantu peserta didik dalam merancang pengalaman belajar
6.     Membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran
7.     Membantu peserta didik dalam penilaian hasil, proses dan pengaruh kegiatan
pembelajaran

Kegiatan Belajar 2 : Model Pendekatan Pembelajaran Kontekstual


Dalam menyiapkan anak untuk bersosialisasi di masyarakat, sejak dini anak harus
sudah megenal lingkungan keidupannya. Model pembelajaran kontekstual merupakan upaya
pendidik untuk menghubungkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
peserta didik dan mendorong peserta didik melakukan hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
Dalam penerapan pembelajaran kontekstual dilandasi aliran konstruktivisme yaitu
yang menekankan pada pengalaman langsung peserta didik sebagai kunci dalam
pembelajaran.
Pembelajaran kontekstual memiliki perbedaan dengan pembelaaran konvensional,
tekanan perbedaannya yaitu pembelajaran konstekstual lebih bersifat student centereddengan
proses pembelajarannya berlangsung alamiah dalam membentuk kegiatan peserta didik
bekerja dan mengalami. Sedangkan pembelajaran konvensional lebih cenderungteacher
centered, yang dalam proses pembelajarannya siswa lebih banyak menerima informasi
bersifat abstrak dan teoritis.
Dalam penerapan pembelajaran kontekstual di kelas, tidak terlepas harus
memperhatikan komponen-komponen sebagai acuan utamanya, yaitu :
a.      konstruktivisme (construktivisme)
b.      Pecarian (Inqury)
c.      Bertanya (Questioning)
d.      Masyarakat Belajar (Learning Community)
e.      Pemodelan (Modeling)
f.      Refleksi (Reflection)
g.      Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

Kegiatan belajar 3 : Model Pembelajaran Mandiri


Menurut Knowles (1975) belajar mandiri lebih ditekankan pada orang dewasa dengan
asumsi semakin dewasa peserta didik maka :
1. Dapat mengurangi ketergantungan pada orang lain
2. Dapat menumbuhkan proses alamiah perkembangan jiwa
3. Dapat menumbuhkan tanggung jawab pada peserta didik

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar mandiri :


1. Terbuka terhadap setiap kesempatan belajar
2. Memiliki konsep diri
3. Berinisiatif
4. Memiliki kecintaan terhadap belajar
5. Kreativitas
6. Memiliki orientasi ke masa depan
7. Memiliki ketarampilan belajar.

Anda mungkin juga menyukai