Anda di halaman 1dari 17

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dukungan Keluarga dalam

Pencegahan Primer Hipertensi

Ronny Suhada Firmansyah, Mamat Lukman, Citra Windani Mambangsari


Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email: citra.windani@unpad.ac.id

Abstrak

Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa di Indonesia terjadi peningkatan prevalensi hipertensi delam tiga
tahun terakhir. Kabupaten Kuningan merupakan wilayah dengan prevalensi hipertensi terbanyak di Indonesia.
Kasus hipertensi merupakan salah satu penyakit yang termasuk sepuluh penyakit terbesar selama tiga tahun di
seluruh Puskesmas di Kabupaten Kuningan termasuk Puskesmas Windusengkahan yang memiliki catatan kenaikan
hipertensi tiga tahun terakhir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan faktor yang paling berhubungan
dengan dukungan keluarga dalam pencegahan primer hipertensi pada di Wilayah Kerja Puskesmas Windusengkahan
Kabupaten Kuningan. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif analitik korelasional dengan menggunakan
multivariat regresi liniear. Responden pada penelitian ini adalah anggota keluarga usia dewasa baik pria maupun wanita
di Wilayah Kerja Puskesmas Windusengkahan yang memiliki riwayat keluarga hipertensi dan memiliki minimal
dua faktor dari risiko hipertensi yang bertempat tinggal bersama keluarga. Pengambilan sampel di setiap kelurahan
dalam pada wilayah kerja Puskesmas Windusengkahan ini menggunakan proporsional random sampling. Hasil dari
penelitian ini yaitu semua variabel bebas seperti tingkat pengetahuan, faktor spiritual, faktor emosional, tingkat
ekonomi, latar belakang budaya, dan praktik keluarga berhubungan dengan dukungan keluarga dalam pencegahan
primer hipertensi. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan dukungan keluarga dalam pencegahan primer
hipertensi adalah paktor praktik. Persamaan yang muncul dari penelitian ini yaitu dukungan keluarga = 0.442 +
5.331 (Tingkat Pengetahuan Keluarga) + 2.532 (emosional)+ 3.112 (spiritual) + 7.330 (Faktor Praktik Keluarga).
Kesimpulan penelitian adalah pengetahuan keluarga, faktor emosional, faktor spiritual dan praktik keluarga lebih
ditingkatkan lagi di keluarga dalam memberikan dukungan pencegahan primer hipertensi. Keluarga menjadi faktor
penting bagi anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatannya khususnya pada pencegahan primer hipertensi.

Kata kunci: Dukungan keluarga, hipertensi, pencegahan, praktik keluarga.

Analysis of Factors Related to Support Families in Primary Prevention of


Hypertension

Abstract

The Ministry of Health stated that in Indonesia increased prevalence of hypertension delam last three years.
District Of Kuningan is the region with the highest prevalence of hypertension in Indonesia. District of Kuningan
is the region with the highest prevalence of hypertension in Indonesia. Cases hypertension is a disease that
includes ten largest disease for three years in all health centers in the district of Kuningan, including health center
Windusengkahan hypertension who have a record rise in the last three years. The purpose of this study was
to determine the factors most associated with family support in the primary prevention of hypertension work
area Puskesmas Windusengkahan District Of Kuningan. This type of research is quantitative correlational anilitik
using multivariate linear regression. Respondents in this study is adult family members of both men and women
in Puskesmas Windusengkahan who have a family history of hypertension and have at least two risk factors
of hypertension are residing with family. Sampling in every village in the Puskesmas Windusengkahan using
proportional random sampling. The results of this research are all independent variables such as the level of
knowledge, spiritual factors, emotional factors, the level of economic, cultural background, and family practices
related to family support in the primary prevention of hypertension. The most dominant factor related to family
support in the primary prevention of hypertension is paktor practice. Equations that arise from this research
that support families = 0442 + 5331 (level of family Knowledge) + 2,532 (emotional factor) + 3,112 (spiritual
factor) + 7.330 (family Practice factor). Conclusion The community nurses should develop a strategy to further
enhance the family in providing support in the primary prevention of hypertension. The family is an important
factor for the family members in the maintenance of health, especially in primary prevention of hypertension

Keywords: Family practice, family support, hypertension, primary prevention.

JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017 197


Ronny Suhada Eirmansyah : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dukungan Keluarga

Pendahuluan Hipertensi adalah kondisi dimana


seseorang mempunyai tekanan darah sistole
Berdasarkan WHO (2012), negara yang (Sistolic Blood Pressure) lebih atau sama
memiliki penghasilan tinggi memiliki dengan 140 mmHg atau tekanan darah
prevalensi hipertensi lebih kecil dari negara diastole (Diastolic Blood Pressure) lebih
berkembang atau negara yang memiliki atau sama dengan 90 mmHg sesuai kriteria
penghasilan yang rendah. Dari 927 juta WHO atau memiliki riwayat penyakit
penderita hipertensi di dunia, sebanyak 333 hipertensi sebelumnya (Bhadoria, Kasar, dan
juta penderita berada di negara maju dan Toppo, 2014). Wu, Chien, Lin, Chou, dan
639 juta penderita sisanya terdapat di negara Chou (2012) menjelaskan bahwa hipertensi
berkembang. Hipertensi merupakan faktor menurut diagnosis WHO di Amerika Serikat
penting yang memengaruhi hampir satu miliar ialah tekan sistolik > 140 mmHg dan tekan
orang di seluruh dunia dan menyebabkan diastoliknya > 90 mmHg.
sekitar 7,1 juta kematian per tahun pada usia Menurut Gu, Zang, Wang, Zhang, dan
dewasa (Osamor & Owumi, 2011). Chen (2014) dan Acelejado (2010) bahwa
Prevalensi hipertensi di dunia sebesar hipetensi akan menyebabkan serangan
26,4% yang terdiri dari populasi usia dewasa jantung, pembesaran pada jantung, gagal
(Huang, Chen, Zhou, dan Wang, 2014). jantung, dan strok. Kondisi seseorang yang
Susilo, Ari, & Wuldanari (2011) menjelaskan menderita hipertensi mengalami perasaan
bahwa Indonesia merupakan negara dengan ketidakpastian, ketidakberdayaan, dan
peringkat kelima dalam hal kejadian hambatan berhubungan sosial dengan orang
hipertensi di kawasan Asia Tenggara yaitu lain menimbulkan respon berduka (Suhadi,
sebanyak yaitu 15% dari seluruh penduduk. 2011). Menurut data dari BPJS (2015)
Kementerian Kesehatan (2013) bahwa penyakit hipertensi ringan merupakan
menyatakan bahwa di Indonesia terjadi penyakit dengan peringkat ke-6 dalam
peningkatan prevalensi hipertensi dari pembiayaan terbesar rawat inap di Rumah
7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun Sakit selama tahun 2014 yaitu sebanyak
2013. Di Indonesia penyakit hipertensi dan 70.218 kasus.
komplikasinya merupakan peringkat kelima Menurut Riskesdas (2013) bahwa
dari sepuluh besar penyebab kematian konsumsi makanan berlemak, berkolesterol
tertinggi terhitung dari 41.590 kematian tinggi, dan gorengan, provinsi Jawa Barat
dari Januari sampai Desember 2014 ada pada peringkat ketiga tertinggi nasional
(Balitbangkes, 2014). (50,1%) serta berada diatas proporsi nasional
Sesuai data dari Riskesdas (2013), bahwa yakni 40,7%. Menurut Sugiharto (2007)
Jawa Barat merupakan provinsi dengan bahwa konsumsi lemak jenuh menjadi faktor
prevalensi hipertensi paling tinggi di Pulau risiko terjadinya hipertensi, nilai p = 0,001;
Jawa (29,4%) dengan proporsi faktor risiko OR = 7,72; 95% CI: 2,45-24,38. Menurut
hipertensi pada masyarakat Jawa Barat yang Kapriana & Muhammad (2012) dalam
menduduki peringkat atas dalam beberapa penelitiannya di Semarang menunjukkan
kategori. Peluang masyarakat di Jawa Barat bahwa asupan tinggi lemak menjadi faktor
cukup besar untuk menderita hipertensi bila risiko kejadian hipertensi obesitik, nilai p =
tidak dilakukan pencegahan sejak dini. 0,002; OR = 4,3; 95% CI: 1,696-11,069.
Kabupaten Kuningan merupakan wilayah Penelitian Asdie, Ahmad, dan Husein
dengan prevalensi hipertensi terbanyak (2009) menjelaskan bahwa orang yang
di Indonesia yaitu sebanyak 43,6 persen obesitas memiliki risiko terkena hipertensi
(Batlibangkes, 2014). Selain itu kasus sebesar 2,653 kali lebih tinggi dibdaningkan
hipertensi merupakan salah satu penyakit dengan orang yang tidak obesitas. Hasil
yang termasuk 10 penyakit terbesar selama penelitian oleh Rahayu (2012) menjelaskan
3 tahun sejak 2012 sampai 2014 di seluruh bahwa orang dengan obesitas 8,449 kali lebih
Puskesmas di Kabupaten Kuningan termasuk berisiko daripada orang yang tidak obesitas.
Puskesmas Windusengkahan yang memiliki Dalam hal perilaku merokok, proporsi
catatan kenaikan hipertensi tiga tahun terakhir perokok di Jawa Barat mencapai 27,1%,
(Profil Puskesmas Windusengkahan, 2014). menjadi peringkat kedua nasional dan

198 JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017


Ronny Suhada Eirmansyah : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dukungan Keluarga

menjadi peringkat pertama di Pulau Jawa dengan meningkatkan kesadaran masyarakat


(Kemenkes, 2013). Wahiduddin, Mannan, dan perubahan gaya hidup menuju arah
dan Rismayanti (2013) dalam penelitiannya yang lebih sehat. Menurut Putra (2013)
menjelaskan bahwa perilaku merokok dalam penelitiannya tentang perilaku
merupakan faktor risiko terhadap kejadian pencegahan hipertensi kepada warga Desa
hipertensi, dengan OR = 2,32; 95% CI : 1,24- Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat
4,35. Menurut Martiningsih (2011) bahwa Kabupaten Semarang yaitu hanya sebanyak
dengan nilai OR = 5,318 yaitu seseorang yang 24,6% yang memiliki perilaku pencegahan
merokok memiliki risiko untuk mengalami hipertensi primer dengan kategori baik.
hipertensi sebesar 5,3 kali dibdaningkan Menurut Bustan (2007) bahwa pencegahan
dengan responden yang tidak merokok. primer pada penyakit hipertensi dilakukan
Untuk kategori konsumsi makanan dengan tujuan supaya orang sehat tetap sehat
asin, proporsi provinsi Jawa Barat sebesar ataupun orang yang sehat tidak menjadi sakit.
45,3%, berada diatas rata-rata nasional yakni Pencegahan hipertensi diwujudkan dengan
26,2% (Kemenkes, 2013). Menurut Mulyati cara memodifikasi faktor risiko dengan cara
(2011) dalam penelitiannya menjelaskan memperkuat riwayat alamiah penyakit.
bahwa sebanyak 93,7% responden yang Zulaicha, Muhlisin, dan Nugraha (2013)
mengonsumsi garam natrium lebih menderita dalam penelitiannya menunjukkan terdapat
hipertensi dengan nilai p = 0,001. Qin-Yu, sebanyak 32% responden masih memiliki
Boonstra, dan Pan (2014) dalam penelitiannya sikap pencegahan terhadap hipertensi yang
di Cina menunjukkan bahwa konsumsi garam kurang. Sebagian besar keluarga memiliki
yang tinggi berhubungan dengan hipertensi persepsi yang salah terhadap kerja yang
dengan nilai p = 0,001. berlebihan dan merokok tidak menyebabkan
Wahidudin, et al (2013) menjelaskan hipertensi. Menurut Samaria, Inayah, &
bahwa kurangnya aktifitas fisik yang Kurniawati (2012) bahwa faktor-faktor yang
merupakan faktor risiko yang memengaruhi memengaruhi lemahnya upaya pencegahan
terjadinya hipertensi, dengan OR = 2,67; hipertensi pada wanita usia produktif adalah
95% CI: 1,20-5,90. Hasil penelitian Hashani, pengetahuan yang kurang, keterbatasan
Roshi, dan Burazeri (2014) juga didapatkan paparan informasi, keterbatasan sarana
hasil bahwa aktivitas fisik yang kurang juga prasarana dan kurangnya dukungan dari
berhubungan dengan terjadinya hipertensi keluarga, tetangga dan petugas kesehatan.
dengan OR = 1,98; 95% CI : 1,46-2,74. Menurut Friedman (2010) bahwa faktor
Proverawati (2010) menjelaskan bahwa yang memengaruhi dukungan keluarga
dari perilaku sedentari yang berlebihan adalah kelas tingkat ekonomi meliputi
maka masyarakat berisiko untuk mengalami tingkat pendapatan atau pekerjaan, dan
obesitas yang semakin besar risiko terjadinya tingkat pendidikan. Purnawan (2008)
hipertensi. Untuk perilaku sedentari, Jawa menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
Barat menduduki peringkat empat tertinggi memengaruhi dukungan keluarga terdiri dari
nasional proporsi penduduk yang melakukan usia pertumbuhan & perkembangan keluarga,
perilaku sedentari lebih dari 6 jam (33,0%). pendidikan atau tingkat pengetahuan
Angka ini melebihi angka nasional perilaku keluarga, faktor emosional keluarga, faktor
sedentari yakni sebesar 24,1% (Kemenkes, spiritual keluarga, praktik di keluarga, tingkat
2013). ekonomi keluarga, dan latar belakang budaya
Perilaku mengonsumsi alkohol dapat di keluarga. Menurut Elita, Nurchayati, &
meningkatkan sintesis katekolamin, yang Amelia (2014) dalam penelitiannya bahwa
dapat memicu kenaikan tekanan darah faktor yang paling memengaruhi dukungan
(Suiraoka, 2012). Menurut Diyan (2013) keluarga dalam diet penderita Diabetes
dalam penelitiannya menjelaskan bahwa Mellitus yaitu tingkat pengetahuan keluarga,
konsumsi alkohol berhubungan secara praktik dikeluarga, dan faktor tingkat
signifkan dengan kejadian hipertensi, nilai p tingkat ekonomi keluarga. Satya & Putri
= 0,001; OR = 4,3; 95% CI: 1.86-10.28. (2015) dalam penelitiannya bahwa yang
Menurut Aditama (2012) bahwa dalam memengaruhi dukungan keluarga dalam
pencegahan hipertensi sebaiknya diawali pemberian gizi anak Autis adalah tingkat

JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017 199


Ronny Suhada Eirmansyah : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dukungan Keluarga

pendidikan keluarga, tingkat pengetahuan Berdasarkan latar belakang tersebut maka


keluarga, tingkat ekonomi, dan usia orang peneliti membuat rumusan masalah mengenai
tua. Dari barbagai literature tersebut maka faktor-faktor yang berhubungan dengan
peneliti ingin mengetahui faktor-faktor dukungan keluarga dalam pencegahan primer
yang memengaruhi dukungan keluarga pada hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
populasi anggota keluarga dengan risiko Windusengkahan. Penelitian ini bertujuan
hipertensi. untuk menganalisis faktor yang paling
Faktor yang memengaruhi dukungan berhubungan dengan dukungan keluarga
keluarga dalam pencegahan hipertensi dalam pencegahan primer hipertensi.
pada anggota keluarga dengan risiko
hipertensi yang akan diteliti yaitu tingkat
pengetahuan keluarga, faktor emosional, Metode Penelitian
faktor spiritual, faktor tingkat ekonomi, dan
faktor latar belakang budaya. Pertumbuhan Desain penelitian ini adalah penelitian
dan perkembangan keluarga tidak menjadi kuantitatif anilitik korelasional dengan
faktor yang diteliti oleh peneliti karena dari menggunakan regresi liniear multivariat.
penelitian sebelumnya faktor tersebut lebih Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
cocok ditujukan kapada keluarga yang baru faktor-faktor yang berhubungan dengan
memiliki anak usia pra sekolah dan usia dukungan keluarga dalam pencegahan primer
sekolah atau lebih berfokus terhadap pola hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
asuh kepada anak, sehingga peneliti tidak Windusengkahan Kabupaten Kuningan.
memasukannya ke dalam variabel penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
Berdasarkan studi pendahuluan dengan seluruh keluarga yang memiliki anggota
menggunakan metode home visits kepada keluarga usia dewasa yang tidak menderita
sepuluh keluarga yang memiliki anggota hipertensi memiliki riwayat keluarga dengan
keluarga dengan risiko hipertensi di wilayah hipertensi dan memiliki minimal dua faktor
kerja Puskesmas Windusengkahan. Peneliti dari risiko hipertensi seperti obesitas,
melakukan wawancara ada 10 keluarga merokok, usia > 55 tahun, atau konsumsi
dengan memperoleh hasil bahwa empat minuman keras. Teknik pengambilan sampel
keluarga merasa belum perlu memberikan di setiap kelurahan dalam pada wilayah
dukungan pencegahan hipertensi karena kerja Puskesmas Windusengkahan ini
belum merasakan gejala hipertensi pada menggunakan proporsional random sampling
anggota keluarganya, dua keluarga merasa yaitu dalam pengambilan anggota sampel
perlu memberikan dukungan dalam pada setiap area penelitian berstrata secara
pencegahan hipertensi kepada anggota proporsional serta tidak homogen. Jumlah
keluarganya tapi merasa kesulitan dalam sampel yang akan digunakan dalam penelitian
menyediakan waktu seperti rekreasi atau ini adalah 132 orang sampel penelitian adalah
mengantar ke pelayanan kesehatan seperti anggota keluarga yang tinggal satu rumah di
Posbindu karena kesibukannya bekerja, dua Wilayah Kerja Puskesmas Windusengkahan
keluarga merasa dukungan yang diberikan Kecamatan Windusengkahan Kabupaten
dalam pencegahan hipertensi masih kurang Kuningan yang terdiri dari 4 kelurahan.
karena keluarga belum membiasakan dalam Instrumen untuk mengetahui tingkat
perilaku sehari-hari seperti jarang melakukan ekonomi pada keluarga berupa pernyataan
olahraga dan konsumsi gorengan berlebihan, yang dirancang berdasarkan materi dan
serta dua keluarga yang merasa dukungan substansi faktor yang memengaruhi dukungan
dalam pencegahan hipertensi diberikan keluarga. Kuesioner status penghasilan
sewajarnya saja karena urusan sakit dan terdiri dari pertanyaan yang merupakan
sehat sudah diatur oleh tuhan. Dari hasil studi tingkat ekonomi pada keluarga dengan nilai
pendahuluan tersebut peneliti merasa tertarik Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten
untuk melakukan penelitian mengenai faktor- Kuningan sebesar Rp 1.300.000. Untuk
faktor yang berhubungan dengan dukungan kebutuhan analisis data selanjutnya, maka
keluarga dalam pencegahan primer dilakukan pengkodean skor menjadi dua
hipertensi. kategori tingkat ekonomi responden < Rp

200 JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017


Ronny Suhada Eirmansyah : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dukungan Keluarga

1.300.000 dan ≥ Rp1.300.000. nilai rhasil (0,444 sampai dengan 0,716). Dari
Instrument faktor-faktor yang semua instrument dapat dipastikan nilai r
memengaruhi dukungan keluarga terdiri tabel diatas atau lebih besar dari rtabel (0,361)
dari faktor emosional, faktor spiritual, dan sehingga bisa disimpulkan valid. Setelah
faktor latar belakang budaya. Instrumen dilakukan uji statistik reliabilitas pada semua
yang dipakai merujuk pada instrumen dari instrument didapatkan nilai alpha cronbach
penelitan Elita, Nurchayati, & Amelia (2014) 0,762 sehingga kuesioner dikatakan reliabel.
dalam penelitiannya bahwa faktor yang Teknik analisis data terdiri dari uji
paling memengaruhi dukungan keluarga univariat, bivariat mulitivariat. Analisis
dalam diet penderita Diabetes Mellitus yang univariat disajikan untuk menjelaskan
sudah melalui tahap modifikasi oleh peneliti. gambaran karakterisitik subjek penelitian.
Kuisioner faktor emosional keluarga dan Variabel yang akan dianalisis adalah
faktor spiritual terdiri dari 5 pernyataan, karakteristik responden, dukungan keluarga,
sedangkan untuk kuesioner latar belakang tingkat pengetahuan keluarga, emosional
budaya terdiri dari 6 pertanyaan yang keluarga, spiritual keluarga, tingkat ekonomi
semuanya diukur dengan skala Likert (1-5) keluarga, latarbelakang budaya, dan praktik
dengan nilai pernyataan yang favourrable dan keluarga. Analisis bivariat untuk mengetahui
unfavorable. Untuk kebutuhan analisis data hubungan variabel hubungan dari setiap
selanjutnya nilai faktor emosional keluarga faktor seperti dukungan keluarga, tingkat
baik dan kurang dengan menggunakan nilai pengetahuan keluarga, emosional keluarga,
skor untuk didapatkan mean, median, nilai spiritual keluarga, tingkat ekonomi keluarga,
minimal dan nilai maksimal dalam CI 95%. latarbelakang budaya, dan praktik keluarga
Hasil uji validitas terhadap instrument menggunakan Pearson dengan tingkat
untuk pernyataan dukungan keluarga dalam kemaknaan (α = 0,05) dan pengolahan data
pencegahan primer hipertensi dari 20 menggunakan program komputer. Jika
pernyataan mempunyai nilai rhasil (0,467 diketahui nilai ρ-value < α maka H0 ditolak
sampai dengan 0,884), untuk instrument dan apabila nilai ρ-value > α maka H0 gagal
tingkat pengetahuan keluarga sebanyak 10 ditolak.
pertanyaan dengan menggunakan KR21
mempunyai nilai rhasil (0,56 sampai dengan
0,88) dan nilai KR21 = 0,7726, untuk Hasil Penelitian
instrument faktor emosional dari 5 pernyataan
mempunyai nilai rhasil (0,421 sampai Analisis univariat menampilkan data
dengan 0,554), untuk instrument faktor distribusi frekuensi karakteristik responden.
spiritual dari 5 pernyataan mempunyai nilai Karakteristik responden dalam penelitian
rhasil (0,496 sampai dengan 0,691), untuk ini terdiri dari usia, jenis kelamin, suku,
instrument faktor latar belakang budaya dari pendidikan, pekerjaan, status pernikahan,
6 pernyataan mempunyai nilai rhasil (0,416 dan agama.
sampai dengan 0,730), untuk instrument Berdasarkan tabel 1 diatas dapat
faktor praktik dari 10 pernyataan mempunyai digambarkan bahwa kondisi karakteristik

Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%)


Kelompok Usia
< 20 Tahun 6 4,5
21 – 40 Tahun 81 60,9
41 – 60 Tahun 38 28,6
> 60 Tahun 6 4,5
Jenis Kelamin
Laki - laki 82 61,7

JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017 201


Ronny Suhada Eirmansyah : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dukungan Keluarga

Tabel 1 Persentase Karakteristik Responden dengan Risiko Hipertensi di Wilayah Kerja


Puskesmas Windusengkahan Tahun 2016 (n=132)
Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%)
Kelompok Usia
< 20 Tahun 6 4,5
21 – 40 Tahun 81 60,9
41 – 60 Tahun 38 28,6
> 60 Tahun 6 4,5
Jenis Kelamin
Laki - laki 82 61,7
Perempuan 50 37,6
Suku
Sunda 93 69,9
Jawa 35 26,3
Minang 4 3
Pendidikan
SD 6 4,5
SMP 22 16,5
SMA 74 55,6
PT 30 22,6
Pekerjaan
PNS 11 8,3
Swasta 36 27,1
Pedagang 56 42,1
Petani 29 21,8
Status Pernikahan
Menikah 103 77,4
Belum Menikah 29 21,8
Agama
Islam 116 87,2
Kristen 16 12

Tabel 2 Hubungan Tingkat Pengetahuan, Spiritual Keluarga, Emosional Keluarga, Tingkat


Ekonomi Keluarga, Latar Belakang Budaya dan Praktik Keluarga dengan Dukungan
Keluarga dalam Pencegahan Primer Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Windusengkahan
Dukungan Keluarga
Jumlah
Variabel Mendukung Kurang Mendukung P Value
n % n % N %
Pengetahuan
Keluarga
Baik 56 42,4 15 11,4 71 53,8
0,000
Kurang 16 12,1 45 34,1 61 46,2

202 JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017


Ronny Suhada Eirmansyah : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dukungan Keluarga

Spiritual
Keluarga
Baik 49 37,1 15 11,4 64 48,5
0,000
Kurang 23 17,4 45 34,1 68 51,5
Emosional
Keluarga
Baik 52 39,4 22 16,7 74 56,1
0,000
Kurang 20 15,1 38 28,8 58 43,9
Tingkat
Ekonomi
Keluarga
≥UMR 45 34 25 19 70 53 0.00
<UMR 27 20.5 35 26.5 62 47
Latar Belakang
Keluarga
Mendukung 48 36,4 18 13,6 66 50
Kurang 0,000
24 18,2 42 31,8 66 50
Mendukung
Praktik
Keluarga
Baik 57 43,2 16 12,1 73 55,3
0,000
Kurang 15 11,4 44 33,3 59 44,7

demografi responden yang memiliki risiko pencegahan primer hipertensi primer yaitu
hipertensi. Data tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 42.4 %. Dari hasil uji statistik
usia responden atau anggota keluarga yang didapatkan nilai p = 0,00 yang menunjukkan
memiliki risiko hipertensi sebagian besar bahwa ada hubungan antara tingkat
pada kelompok usia 21–40 tahun (60,9%). pengetahuan keluarga dengan dukungan
Jenis kelamin responden sebagian besar keluarga dalam pencegahan hipertensi
adalah laki-laki (61,7%). Sebagaian besar Berdasarkan tabel 2, persentasi responden
suku responden adalah suku sunda (69,9%), yang memiliki keluarga dengan faktor spiritual
pendidikan responden sebagian besar adalah baik lebih banyak merasakan dukungan
SMA (55,6%), pekerjaan responden sebagian keluarga dalam pencegahan hipertensi primer
besar adalah pedagang (42,1%), status yaitu sebanyak 37,1 %. Dari hasil uji statistik
pernikahan responden sebagian besar adalah didapatkan nilai p = 0,000 yang menunjukkan
menikah (77,4%), dan agama responden bahwa ada hubungan antara faktor emosional
sebagian besar adalah islam (87,2%). keluarga dengan dukungan keluarga dalam
Analisis bivariat bertujuan untuk melihat pencegahan primer hipertensi.
hubungan antara dua variabel yaitu variabel Persentasi responden yang memiliki
dependen dan variabel independen. Analisis keluarga dengan faktor emosional baik lebih
bivariat menggunakan tabel silang dan banyak merasakan dukungan keluarga dalam
korelasi pearson untuk menyoroti dan pencegahan primer hipertensi yaitu sebanyak
menganalisis perbedaan atau hubungan 39,4 %. Dari hasil uji statistik didapatkan
antara dua variabel. nilai p = 0,000 yang menunjukkan bahwa
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor emosional
persentasi responden yang memiliki keluarga keluarga dengan dukungan keluarga dalam
dengan tingkat pengetahuan baik lebih pencegahan primer hipertensi. Persentasi
banyak merasakan dukungan keluarga dalam responden yang memiliki keluarga dengan

JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017 203


Ronny Suhada Eirmansyah : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dukungan Keluarga

Tabel 3 Multivariat Faktor yang Paling Berhubungan dengan Dukungan Keluarga dalam
Pencegahan Primer Hipertensi
Variabel Koef Sig. Exp (B)
Tingkat Pengetahuan .303 .000 5.331
Keluarga
Emosional Keluarga .142 .013 2.532
Spiritual .184 .002 3.113
Praktik Keluarga .449 .000 7.330
Constant .350 0.660 .442

tingkat ekonomi penghasilan ≥UMR lebih (OR). Variabel tingkat pengetahuan keluarga
banyak merasakan dukungan keluarga yang dengan OR = 5.331 maka keluarga dengan
sangat tinggi dalam pencegahan hipertensi pengetahuan yang baik, akan memberikan
primer yaitu sebanyak 34%. Dari hasil uji dukungan keluarga yang sangat tinggi
statistik didapatkan nilai p = 0,017 yang kepada anggota keluarga yang memiliki
menunjukkan bahwa ada hubungan antara risiko hipertensi sebanyak 5.3 kali lipat di
tingkat ekonomi keluarga dengan dukungan bandingkan dengan tingkat pengetahuan
keluarga dalam pencegahan primer hipertensi keluarga yang rendah. Nilai B = logaritma
Persentasi responden yang memiliki natural dari 5.331 = 0.442 oleh karena nilai
keluarga dengan latar belakang budaya B bernilai positif maka tingkat pengetahuan
mendukung lebih banyak merasakan keluarga mempunyai hubungan positif
dukungan keluarga dalam pencegahan dengan dukungan keluarga.
hipertensi primer yaitu sebanyak 36,4 %. Dari Tabel 3 menunjukkan variabel emosional
hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 keluarga dengan OR=2.532 maka keluarga
yang menunjukkan bahwa ada hubungan dengan emosional yang baik, akan
antara latar belakang budaya keluarga dengan memberikan dukungan keluarga yang sangat
dukungan keluarga dalam pencegahan primer tinggi kepada anggota keluarga yang memiliki
hipertensi risiko hipertensi sebanyak 2.532 kali lipat
Berdasarkan tabel 2, persentasi responden di bandingkan dengan emosional keluarga
yang memiliki keluarga dengan praktik yang rendah. Nilai B = logaritma natural dari
pencegahan hipertensi baik lebih banyak 2.532 = 0.442 oleh karena nilai B bernilai
merasakan dukungan keluarga dalam positif maka emosional keluarga mempunyai
pencegahan hipertensi primer yaitu sebanyak hubungan positif dengan dukungan keluarga.
43,2 %. Dari hasil uji statistik didapatkan Variabel spiritual keluarga dengan OR =
nilai p = 0,000 yang menunjukkan bahwa 3.113 maka keluarga dengan spiritual yang
ada hubungan antara praktik keluarga dengan baik, akan memberikan dukungan keluarga
dukungan keluarga dalam pencegahan primer yang sangat tinggi kepada anggota keluarga
hipertensi. Tingkat pengetahuan keluarga dan yang memiliki risiko hipertensi sebanyak
faktor praktik keluarga memiliki α < 0.05, 3.1 kali lipat di bandingkan dengan spiritual
ini menunjukkan bahwa keempat variable keluarga yang rendah. Nilai B = logaritma
memiliki hubungan yang lebih signifikan natural dari 3.113 = 0.442 oleh karena nilai
dengan dukungan keluarga dibandingkan B bernilai positif maka spiritual keluarga
dua variabel yang lain. Tingkat pengetahuan mempunyai hubungan positif dengan
keluarga, emosional, spiritual, dan praktik dukungan keluarga.
keluarga mempunyai nilai Sig 0,000 < Variabel faktor praktik keluarga dengan OR
0,05 artinya tingkat pengetahuan keluarga, = 7.330 maka keluarga dengan faktor praktik
emosional, spiritual, dan praktik keluarga keluarga yang baik mengantarkan terhadap
memberikan dukungan parsial yang sangat dukungan keluarga yang baik sebanyak 7.33
signifikan terhadap dukungan keluarga. kali lipat di bandingkan dengan keluarga
Besarnya hubungan ditunjukkan dengan dengan faktor praktik keluarga yang kurang.
nilai exp (B) atau disebut juga odds ratio Nilai B = Logaritma Natural dari 5.331 =

204 JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017


Ronny Suhada Eirmansyah : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dukungan Keluarga

0.442 oleh karena nilai B bernilai positif, dengan nilai akumulasi terendah diantaranya
maka faktor praktik keluarga mempunyai adalah pengetahuan tentang durasi minimal
hubungan positif dengan dukungan keluarga. olahraga teratur untuk mengendalikan tekanan
darah, perilaku yang bisa dilakukan untuk
mengontrol tekanan darah, dan makanan
Pembahasan yang bisa menyebabkan hipertensi, oleh
karena itu perlu adanya edukasi yang lebih
Berdasarkan analisis univariabel diperoleh intensif terhadap tiga tema tersebut karena
hasil dari variabel dukungan keluarga bahwa masih banyak keluarga masih memiliki
responden yang memiliki risiko hipertensi persepsi yang salah. Dari variabel faktor
yang sebagian besar merasakan dukungan spiritual keluarga hasil yang diperoleh adalah
keluarga sebanyak 72 responden (54,5%). sebanyak 64 keluarga (48,5%) memiliki
Menurut analisa peneliti bahwa lebih dari faktor spiritual yang baik dalam hal kesehatan
separuh jumlah responden merasakan khususnya tentang penyakit hipertensi.
dukungan keluarga dalam pencegahan Menurut analisis peneliti, spiritual keluarga
primer. Tiga bentuk dukungan keluarga yang cenderung terbentuk karena tradisi agama
dirasakan responden dengan nilai tertinggi pada masyarakat setempat yang sebagian
adalah keluarga mengingatkan responden besar beragama islam. Masyarakat setempat
untuk menjaga tekanan darahnya, keluarga termasuk didalamnya adalah keluarga
menganjurkan untuk makan sayur dan buah responden seringkali mengikuti kegiatan
setiap hari, dan keluarga menjaga kedekatan keagamaan yang biasa diadakan baik setiap
dan kehangatan untuk memotivasi responden hari seperti ceramah subuh, setiap minggu
menjaga tekanan darahnya. Sedangkan tiga seperti pengajian rutin, ataupun pada hari
bentuk dukungan keluarga yang dirasakan besar agama islam dengan sehingga paparan
responden ada beberapa masih harus tersebut meningkatkan faktor spiritual
ditingkatkan karena memiliki nilai terendah masyarakat khususnya keluarga responden.
yaitu bantuan keluarga dalam memecahkan Akumulasi nilai tertinggi dari spiritual
setiap masalah dan kendala dalam hal menjaga keluarga adalah keyakinan keluarga bahwa
tekanan darah responden, upaya keluarga apabila terjadi penyakit hipertensi bukanlah
dalam mengingatkan responden meluangkan hukuman untuk penderitanya tetapi sudah
waktu untuk rekreasi saat hari libur, dan merupakan kehendak tuhan. Akumulasi nilai
upaya keluarga dalam menyediakan buah dan terendah dari spiritual keluarga yaitu dalam
sayur yang dibutuhkan oleh responden. memberi keyakinan kepada anggota keluarga
Dari variabel tingkat pengetahuan keluarga untuk selalu sehat atau menjaga kesehatan,
hasil yang diperoleh adalah sebanyak 71 padahal menjaga kesehatan merupakan
keluarga memiliki tingkat pengetahuan ikhtiar atau upaya yang diwajibkan dalam
yang baik (53.8%) tentang hipertensi dan agama islam selain berdoa bila mempunyai
pencegahannya. Dari analisis peneliti bahwa suatu keinginan yaitu menjadi sehat.
proporsi keluarga yang memiliki tingkat Dari variabel faktor emosional keluarga
pengetahuan baik tidak begitu jauh dengan hasil yang diperoleh adalah keluarga
keluarga yang memiliki tingkat pengetahuan memiliki proporsi faktor emosional baik
kurang dan cukup, hal ini disebabkan karena dalam hal kesehatan yaitu sebanyak 74
keluarga responden memiliki karakteristik keluarga (56,1%). Menurut analisa peneliti,
tingkat pendidikan, usia, dan pekerjaan yang bahwa seimbangnya proporsi faktor
berbeda-beda. Tingkat pendidikan, usia, emosional keluarga menunjukkan bahwa
dan pekerjaan akan berpengaruh terhadap keluarga belum optimal dalam mengelola
pengalaman dan paparan informasi yang emosionalnya terutama dalam hal mengatasi
diterima oleh keluarga. Pengetahuan keluarga masalah-masalah yang ada pada keluarga.
dengan nilai akumulasi nilai tertinggi Masih kurang optimalnya kemampuan
yaitu keluhan atau gejala yang muncul saat emosional keluarga menurut analisis peneliti
terjadi hiepertensi, faktor yang menjadi disebabkan karena keluarga responden
penyebab hipertensi, dan perilaku yang dapat memiliki karakteristik tingkat pendidikan,
mengendalikan stres. Pengetahuan keluarga usia, dan pekerjaan yang berbeda-beda

JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017 205


Ronny Suhada Eirmansyah : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dukungan Keluarga

maka berpengaruh terhadap pengalaman dan kurang sedap dirasakan oleh lidah bila tanpa
paparan informasi yang diterima. dimasukkan garam. Menurut analisa peneliti
Akumulasi nilai tertinggi dari emosional bahwa seimbangnya proporsi faktor latar
keluarga adalah kesadaran keluarga bahwa belakang budaya keluarga menunjukkan
anggota keluarga memiliki risiko hipertensi bahwa keluarga belum mampu memodifikasi
dan berpotensi terjadi hipertensi, oleh budaya yang sudah sejak turun temurun
karena itu diharapkan keluarga akan mudah dimana budaya tersebut berhubungan
diberikan motivasi untuk memberikan dengan pemeliharaan kesehatan keluarga
dukungan keluarga dalam pencegahan khususnya pencegahan primer hipertensi.
hipertensi. Akumulasi nilai terendah dari Menurut analisis peneliti disebabkan karena
emosional keluarga yaitu kemampuan keluarga responden sebagian besar memiliki
keluarga dalam menyelesaikan masalah- karakteristik suku sunda yang memiliki
masalah dalam keluarga, hal ini menunjukkan budaya atau kebiasaan mengonsumsi
bahwa keluarga perlu meningkatkan upaya makanan seperti ikan asin atau makanan yang
penyelesaian masalah yang akan berpengaruh digoreng. Walaupun sebagian besar keluarga
juga dalam pengendalian stres pada anggota berasal dari suku sunda tetapi tingkat
keluarga. pendidikan memengaruhi pola hidup sehat
Dari faktor tingkat ekonomi keluarga keluarga dengan adanya paparan informasi
hasil yang diperoleh adalah sebanyak 70 tentang kesehatan khususnya hipertensi
keluarga (53%) memiliki tingkat ekonomi sehingga ada sebagian keluarga mampu
dengan penghasilan sesuai atau diatas UMR memodifikasi budaya atau kebiasannya yang
Kabupaten Kuningan sebesar Rp.1.300.000. mendukung dalam pemeliharaan kesehatan
Dari analisis peneliti bahwa proporsi keluarga khususnya pencegahan primer hipertensi.
yang memiliki tingkat ekonomi penghasilan Dari variabel praktik keluarga hasil yang
sesuai atau diatas UMR tidak begitu jauh diperoleh adalah sebanyak 73 keluarga
dengan keluarga yang memiliki tingkat (55,3%) memiliki praktik yang baik dalam
ekonomi penghasilan dibawah UMR, hal ini hal pencegahan primer hipertensi. Akumulasi
disebabkan karena sebagian besar keluarga nilai tertinggi dari faktor praktik keluarga
responden memiliki pekerjaan sebagai adalah bahwa keluarga membatasi dalam
pedagang dan petani sehingga keluarga mengonsumsi minuman beralkohol, hal ini
responden memiliki penghasilan yang tidak menunjukkan bahwa keluarga menyadari
menentu. bahwa minuman tersebut berisiko terhadap
Dari variabel faktor latar belakang budaya berbagai macam penyakit kronis salah satunya
keluarga hasil yang diperoleh adalah keluarga adalah hipertensi dan minuman beralkohol
memiliki proporsi latar belakang budaya juga jarang diperjualbelikan di lingkungan
dengan proporsi seimbang (50%) yaitu masyarakat setempat karena aturan
sebanyak 66 keluarga memiliki faktor latar pemerintah yang hanya memperbolehkan
belakang budaya mendukung dan sisanya menjual minuman beralkohol di tempat atau
kurang mendukung dalam pencegahan primer area tertentu. Akumulasi nilai terendah dari
hipertensi. Akumulasi nilai tertinggi dari praktik keluarga yaitu perilaku merokok
latar belakang budaya adalah bahwa keluarga dan memeriksakan tekanan darah. Perilaku
membatasi dalam aktivitas makan bersama merokok masih menjadi kebiasaan yang
di restoran cepat saji, hal ini menunjukkan sulit untuk dihentikan walaupun keluarga
bahwa keluarga menyadari bahwa menu mengetahui bahwa rokok membahayakan
tersebut beresiko terhadap penyakit hipertensi kesehatan salah satunya berisiko untuk
dan membutuhkan biaya yang tinggi. meningkatkan tekanan darah, kemudian
Akumulasi nilai terendah dari latar belakang perilaku memeriksakan tekanan darah
budaya keluarga yaitu kebiasaan keluarga juga keluarga masih belum optimal karena
menambahkan garam pada setiap masakan berbagai sebab seperti kesibukan bekerja
yang dihidangkan, hal ini menunjukkan atau tidak merasakan keluhan.
bahwa keluarga masih kesulitan mengurangi Hubungan tingkat pengetahuan dan
kebiasaan pemakaian garam pada setiap menu dukungan keluarga dalam pencegahan
masakan karena merasa masakan menjadi hipertensi

206 JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017


Ronny Suhada Eirmansyah : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dukungan Keluarga

Berdasarkan hasil analisis pada responden hal ini pencegahan pada penderita hipertensi,
yaitu anggota keluarga yang memiliki risiko dimana perilaku biasanya dipengaruhi oleh
hipertensi beserta keluarganya didapatkan respon individu terhadap stimulus atau
hasil bahwa sebagian besar sebanyak 56 pengetahuan yang bersifat baik, sedang,
responden (42.4%) merasakan dukungan buruk, positif, negatif yang tergantung
keluarga dalam pencegahan primer hipertensi bagaimana reaksi individu untuk merespon
dengan tingkat pengetahuan yang baik terhadap suatu stimulus yang ada pada suatu
tentang hipertensi. Secara statistik tingkat tindakan atau perilaku. Menurut Watson
pengetahuan keluarga memiliki hubungan dalam Hamid (2015) juga menjelaskan bahwa
yang signifikan terhadap dukungan keluarga pengetahuan keluarga tentang perawatan
yang dirasakan oleh responden, hal ini dapat maupun dalam pencegahan bagian terpenting
dilihat dari p value = 0,000 yang menunjukan dalam memperbaiki kesehatan tersebut
bahwa ada hubungan antara tingkat yang mencakup pengetahuan mengenai
pengetahuan keluarga dengan dukungan perawatannya maupun pencegahannya.
keluarga dalam pencegahan primer hipertensi Satya & Putri (2015) dalam penelitiannya
yang dirasakan responden. Menurut peneliti menjelaskan bahwa tingkat pendidikan
pengetahuan baik sangat berhubungan dan pengetahuan keluarga khususnya
dengan dukungan dalam keluarga. orang tua berpengaruh terhadap dukungan
Keluarga yang mempunyai pedoman keluarganya. Menurut Potter dan Perry
pengetahuan yang benar dan tinggal untuk (2011) bahwa tingkat pendidikan keluarga
mempraktikan kepada anggota keluarga yang akan memengaruhi perilaku keluarga dalam
memiliki risiko hipertensi. Elita, Nurchayati, meningkatkan dan memelihara kesehatan
& Amelia (2014) dalam penelitiannya keluarga, khususnya dalam pencegahan
menjelaskan bahwa pengetahuan yang hipertensi
dimiliki keluarga mengenai penyakit akan Hubungan faktor spiritual keluarga dan
menimbulkan kesadaran bagi mereka dukungan keluarga dalam pencegahan
dan akhirnya akan menyebabkan mereka hipertensi berdasarkan hasil analisis pada
berperilaku sesuai dengan apa yang mereka responden yaitu anggota keluarga yang
ketahui. Menurut Purnawan (2008) bahwa memiliki risiko hipertensi beserta keluarganya
keyakinan seseorang terhadap adanya didapatkan hasil bahwa sebagian besar
dukungan terbentuk oleh sistem intelektual sebanyak 49 responden (37,1%) merasakan
yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang dukungan keluarga dalam pencegahan primer
pendidikan, dan pengalaman masa lalu. hipertensi dan memiliki keluarga yang
Hasil penelitian ini ada sedikit kemiripan dengan faktor spiritual yang baik tentang
dengan penelitian Purnomo, Suhadi, dan Ulya kesehatan khususnya termasuk penyakit
(2013) yang menjelaskan bahwa terdapat hipertensi. Secara statistik faktor spiritual
hubungan antara pengetahuan keluarga keluarga memiliki hubungan yang signifikan
dengan kemampuan keluarga dalam merawat terhadap dukungan keluarga yang dirasakan
lansia dengan hipertensi, semakin tinggi oleh responden, hal ini dapat dilihat dari p
pengetahuan maka semakin baik kemampuan value = 0,000 yang menunjukan bahwa ada
keluarga tersebut dalam perawatan hipertensi. hubungan antara faktor spiritual keluarga
Menurut Hamid (2014) dalam penelitiannya dengan dukungan keluarga dalam pencegahan
menjelaskan bahwa pengetahuan keluarga primer hipertensi yang dirasakan responden.
tentang pencegahan hipertensi mempunyai Menurut Elita, Nurchayati, & Amelia (2014)
hubungan dengan kejadian hipertensi, hal bahwa faktor spiritual merupakan faktor
ini menunjukkan bahwa semakin rendah penting dalam mendukung kepercayaan
pengetahuan keluarga maka peluang untuk keluarga sehingga mereka dapat mengatasi
terkena hipertensi semakin tinggi, begitupun masalah yang dialami, dengan kepercayaan
sebaliknya. keluarga yang tinggi maka dukungan yang
Menurut teori Notoatmodjo dalam dalam diberikan pun menjadi semakin optimal.
Yudiningsih (2012) bahwa pengetahuan Dari hasil penelitian Kurniasari (2011)
yang baik dan sikap yang tepat mendorong menjelaskan bahwa terdapat hubungan
keluarga untuk berperilaku yang tepat dalam signifikan antara kecerdasan spiritual dengan

JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017 207


Ronny Suhada Eirmansyah : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dukungan Keluarga

kualitas hidup, semakin tinggi kecerdasan dengan dukungan keluarga dalam pencegahan
spiritual yang dimiliki seseorang maka primer hipertensi berdasarkan hasil analisis
semakin tinggi pula kualitas hidupnya yang pada responden yaitu anggota keluarga yang
mungkin juga akan memengaruhi dukungan memiliki risiko hipertensi beserta keluarganya
keluarga yang diberikan khususnya dalam didapatkan hasil bahwa sebagian besar
pencegahan hipertensi. Menurut Friedmen sebanyak 45 responden (34%) merasakan
(2010) bahwa ada hubungan yang signifikan dukungan keluarga dalam pencegahan primer
antara kesejahteraan spiritual dan peningkatan hipertensi dan memiliki keluarga yang
kemampuan individu atau keluarga untuk dengan tingkat ekonomi ≥UMR Kabupaten
mengatasi stress dan penyakit khususnya Kuningan sebesar Rp1.300.000. Secara
hipertensi. statistik tingkat ekonomi keluarga memiliki
Hubungan faktor emosional keluarga hubungan yang signifikan terhadap dukungan
dengan dukungan keluarga dalam pencegahan keluarga yang dirasakan oleh responden, hal
primer hipertensi berdasarkan hasil analisis ini dapat dilihat dari p value = 0,006 yang
pada responden yaitu anggota keluarga yang menunjukan bahwa ada hubungan antara
memiliki risiko hipertensi beserta keluarganya tingkat ekonomi keluarga dengan dukungan
didapatkan hasil bahwa sebagian besar keluarga dalam pencegahan primer hipertensi
sebanyak 52 responden (39,4%) merasakan yang dirasakan responden.
dukungan keluarga dalam pencegahan primer Menurut Brown (2004) dalam Elita,
hipertensi dan memiliki keluarga yang Nurchayati, & Amelia (2014) menjelaskan
dengan faktor emosional yang baik. Secara bahwa tingkat ekonomi yang rendah
statistik faktor emosional keluarga memiliki berdasarkan dengan pendapatan pribadi atau
hubungan yang signifikan terhadap dukungan rumah tangga, pendidikan, pekerjaan dan
keluarga yang dirasakan oleh responden, hal area tempat tinggal berhubungan dengan
ini dapat dilihat dari p value = 0,000 yang rendahnya tingkat kesehatan baik fisik
menunjukan bahwa ada hubungan antara maupun emosi hal ini dapat menyebabkan
faktor emosional keluarga dengan dukungan meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular
keluarga dalam pencegahan primer hipertensi salah satunya adalah penyakit hipertensi.
yang dirasakan responden. Menurut Elita, Satya & Putri (2015) menjelaskan bahwa
Nurchayati, & Amelia (2014) bahwa setiap tingkat ekonomi keluarga khususnya orang tua
keluarga mempunyai persepsi dan respon berpengaruh terhadap dukungan keluarganya.
yang berbeda terhadap suatu rangsangan atau Ellis (2010) menjelaskan bahwa orang atau
stresor karena stres tanpa penanganan koping keluarga yang pendapatannya tinggi, lebih
yang positif mengakibatkan distress yang mudah untuk membeli makanan sesuai diet
dapat berisiko terjadinya gangguan kesehatan yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan dalam
dan memengaruhi dukungannya, termasuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
dalam pencegahan hipertensi. Menurut Juwita penyakit kronis. Keluarga dengan kelas
(2008) bahwa apabila keluarga tidak mampu sosial menengah juga mempunyai tingkat
mengendalikan emosi maka kemungkinan dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih
besar keluarga akan melakukan perilaku tinggi daripada keluarga dengan kelas sosial
yang salah seperti contohnya tidak menjaga bawah. Menurut Purnawan (2008) bahwa
pola makan yang benar. Menurut Purnawan tingkat ekonomi atau pendapatan keluarga
(2008) bahwa faktor emosional memengaruhi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
keyakinan terhadap adanya dukungan dan penyakit dan memengaruhi cara bereaksi
cara melaksanakannya. keluarga yang terhadap penyakitnya.
mengalami respon stress dalam perubahan Hubungan latar belakang budaya
hidup cenderung berespon terhadap berbagai keluarga dengan dukungan keluarga dalam
tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara pencegahan primer hipertensi berdasarkan
menghawatirkan bahwa penyakit tersebut hasil analisis pada responden yaitu anggota
dapat mengancam kehidupannya keluarga yang memiliki risiko hipertensi
Hubungan tingkat ekonomi keluarga beserta keluarganya didapatkan hasil bahwa

208 JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017


Ronny Suhada Eirmansyah : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dukungan Keluarga

sebagian besar sebanyak 48 responden keluarga dalam melaksanakan kesehatannya


(36,4%) merasakan dukungan keluarga terutama pada anggota keluarga yang
dalam pencegahan primer hipertensi yang memiliki risiko hipertensi dalam melakukan
sangat tinggi dan memiliki keluarga dengan pencegahan primer hipertensi. Anggota
latar belakang yang mendukung dalam keluarga akan melakukan upaya pencegahan
pencegahan primer hipertensi. Pada latar primer hipertensi jika keluarga melakukan
belakang budaya dengan dukungan keluarga hal yang sama.
sangat tinggi. Secara statistik latar belakang Pada analisis multivariat, berdasarkan
budaya keluarga memiliki hubungan yang analisis bivariabel antara bahwa faktor-faktor
signifikan terhadap dukungan keluarga yang yang berhubungan dengan dukungan keluarga
dirasakan oleh responden, hal ini dapat dalam pencegahan primer hipertensi, hasil
dilihat dari p value = 0,000 yang menunjukan uji dengan nilai p ≤ 0,25 dimasukan sebagai
bahwa ada hubungan antara latar belakang kandidat multivariabel. Pada permodelan
budaya keluarga dengan dukungan keluarga akhir didapatkan hasil bahwa faktor yang
dalam pencegahan primer hipertensi yang paling berpengaruh secara bermakna yaitu
dirasakan responden. Winkelman (2009) praktik keluarga dilihat dari exp (B) untuk
menjelaskan bahwa latar belakang budaya variabel yang signifikan, semakin besar nilai
keluarga berpengaruh terhadap perilaku exp (B) maka semakin besar hubungannya
kesehatan, keyakinan, dan nilai kesehatan dengan variabel terikat yang dianalisis.
dalam keluarga. Menurut Purnawan (2008) Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil
bahwa latar belakang budaya memengaruhi bahwa faktor praktik keluarga merupakan
keyakinan, nilai dan kebiasaan individu faktor yang paling dominan berhubungan
dalam memberikan dukungan termasuk cara dengan dukungan keluarga dalam pencegahan
pelaksanaan kesehatan pribadi khususnya primer hipertensi, akan tetapi tidak berarti
dalam pencegahan hipertensi. Menurut bahwa faktor tingkat pengetahuan, spiritual
Setiadi (2008) bahwa salah satu hambatan keluarga, faktor emosional keluarga, tingkat
pada keluarga adalah kepercayaan budaya ekonomi keluarga, dan latar belakang
yang tidak menunjang kesehatan, seperti budaya tidak mempunyai hubungan terhadap
kepercayaan bahwa perilaku tertentu yang dukungan keluarga. Dari jawaban responden
merupakan faktor pencetus hipertensi terhadap pernyataan didapatkan hasil yang
dianggap tidak membahayakan sehingga positif dari faktor spiritual keluarga, faktor
tidak dilakukan pencegahan sejak dini. emosional keluarga, tingkat ekonomi
Hubungan praktik keluarga dengan keluarga, latar belakang budaya, dan praktik
dukungan keluarga dalam pencegahan keluarga sehingga dapat disimpulkan bahwa
primer hipertensi berdasarkan hasil analisis faktor-faktor tersebut mempunyai peran yang
pada responden yaitu anggota keluarga besar untuk mewujudkan dukungan keluarga
yang memiliki risiko hipertensi beserta dalam pencegahan primer hipertensi yang
keluarganya didapatkan hasil bahwa dirasakan oleh anggota keluarga dengan
sebagian besar sebanyak 57 responden risiko hipertensi.
(43,2%) merasakan dukungan keluarga Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
dalam pencegahan primer hipertensi dan penelitian Elita, Nurchayati, & Amelia
memiliki keluarga dengan praktik yang baik (2014) dan Yudiningsih (2015) bahwa faktor
dalam pencegahan primer hipertensi. Secara yang paling berhubungan dengan dukungan
statistik bahwa praktik keluarga memiliki keluarga adalah faktor tingkat pengetahuan
hubungan yang signifikan terhadap dukungan keluarga tapi penelitan tersebut memiliki
keluarga yang dirasakan oleh responden, hal perbedaan dalam sampel dan populasi
ini dapat dilihat dari p value = 0,000 yang yang ditelitinya yaitu penderita DM dam
menunjukan bahwa ada hubungan antara penderita hipertensi. Menurut Purnawan
praktik keluarga dengan dukungan keluarga (2008) bahwa praktik keluarga merupakan
dalam pencegahan primer hipertensi yang cara bagaimana memengaruhi anggota
dirasakan responden. Menurut Purnawan keluarga dalam melaksanakan kesehatannya
(2008) bahwa praktik keluarga merupakan terutama pada anggota keluarga yang
cara bagaimana memengaruhi anggota memiliki risiko hipertensi dalam melakukan

JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017 209


Ronny Suhada Eirmansyah : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dukungan Keluarga

pencegahan primer hipertensi. Anggota co.id/news/view/masalah-hipertensi-di-


keluarga akan melakukan upaya pencegahan Indonesia.html, (diakses 3 Maret 2015).
primer hipertensi jika keluarga melakukan
hal yang sama. Menurut Mintarsih (2011) Amelia, M., Nurchayati, S., Elita, V., (2013).
bahwa hambatan dan kesulitan yang dialami Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
oleh anggota keluarga lansia dalam upaya Keluarga Untuk Memberikan Dukungan
pencegahan hipertensi selain rasa bosan Kepada Klien Diabetes Mellitus Dalam
karena lamanya waktu yang dibutuhkan Menjalani Diet. JOM PSIK Universitas Riau,
dalam pencegahan hipertensi, yang paling 1(2).
dominan adalah kurangnya motivasi
dari keluarga dalam memberi dukungan Asdie, Ahmad, & Husein., (2009). Faktor-
kepada lansia untuk melakukan upaya Faktor Kejadian Hipertensi pada Perempuan
pencegahan hipertensi dalam hal ini adalah Usia 20-50 tahun di Kota Bengkulu. April 21,
praktik keluarga yang bisa menjadi role 2009. (diakses 10 Januari 2016).
model dalam perilaku pencegahan primer
hipertensi. Faktor Menurut Soekidjo (2010) Badan Penelitian Dan Pengembangan
bahwa faktor penguat (reinforcing factors), Kesehatan, 2014. Penyebab Kematian
merupakan faktor-faktor yang mendorong Tertinggi Di Indonesia, (Online), Kementrian
atau memperkuat terjadinya perilaku, Kesehatan Indonesia, (diakses 3 Maret 2015).
misalnya perilaku tokoh yang menjadi
panutan, salah satu faktor penguat disini Bhadoria, A., Kasar, P. & Toppo, N., (2014).
adalah praktik keluarga dalam pencegahan Prevalence of hypertension and associated
primer hipertensi. cardiovascular risk factors in Central India.
Journal of family & community medicine,
21(1), pp.29–38. (diakses 22 September
Simpulan 2015).

Semua variabel bebas seperti tingkat Bustan, M. N. (2007). Epidemiologi Penyakit


pengetahuan, faktor spiritual, faktor Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta.
emosional, tingkat ekonomi, latar belakang
budaya, dan praktik keluarga berhubungan Bustan, M.N., (2007). Epidemiologi Penyakit
dengan dukungan keluarga dalam pencegahan Tidak Menular. Cetakan 2 Jakarta : Rineka
primer hipertensi. Faktor yang paling Cipta.
dominan berhubungan dengan dukungan
keluarga dalam pencegahan primer hipertensi Depkes RI, (2006c). Pedoman Teknis
adalah faktor praktik keluarga. Persamaan Penemuan Dan Tatalaksana Penyakit
yang muncul dari penelitian ini yaitu Hipertensi. Jakarta : Direktorat pengendalian
dukungan keluarga = 0.442 + 5.331 (Tingkat penyakit tidak menular. Direktorat Jendral PP
Pengetahuan Keluarga) + 2.532 (emosional)+ dan PL. (diakses 22 September 2015).
3.112 (spiritual) + 7.330 (Faktor Praktik
Keluarga) artinya Depkes RI. (2008). Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar Riskesdas provinsi banten
pada tahun 2007. Jakarta : Departemen
Daftar Pustaka Kesehatan Republik Indoesia. (diakses 22
September 2015).
Acelejado, M.C. (2010). Optimal
Management Of Hypertension In Elderly Foundation Health Measure Report, (2015).
Patient Integrated Blood Pleasure Control. 3. Heart Disease and Stroke. Healthy People
145–153 2020.

Aditama, (2012). Masalah Hipertensi di Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar


Indonesia, (Online), (http://ppid.rskariadi. keperawatan keluarga : Riset, Teori dan

210 JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017


Ronny Suhada Eirmansyah : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dukungan Keluarga

Praktek. Jakarta : EGC. Kemenkes, RI., (2013). Profil Kesehatan


Indonesia 2013, http://www.depkes.go.id/
Gu, J. Zhang, J. Wang, Y, & Chen, Q. (2014). profil kesehatan indonesia 2013. (diakses 2
Hypertension Knowledge, Awareness, September 2015).
And Self Management Behaviours Affect
Hypertension Control A Community Based Lestari, W., Nurchayati, S., Wulandhani,
Study In Xuhui District. Shanghai. China A.S. (2014). “Hubungan Dukungan Keluarga
Cardiology, 96-104. Dengan Motivasi Lansia Hipertensi Dalam
Memeriksakan Tekanan Darahnya”. Jurnal
Hamid, A, S. (2014). Hubungan Pengetahuan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Riau. 1(2).
Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi
Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD.Prof. Lubis, M, (2014). Pengaruh Dukungan
DR. Aloei Saboe Kota Gorontalo 2013. Keluarga Terhadap Kepatuhan Menjalankan
Jurnal Keperawatan Universitas Gorontalo. Pengobatan Pada Pasien Hipertensi di
Gorontalo. Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara.
Jurnal Program Studi Ilmu Keperawatan
Hashani, V., Roshi, E. & Burazeri, G., (2014). Universitas Sumatra Utara 2014.
Correlates of hypertension among adult men
and women in kosovo. Materia socio-medica, Lueckenotte, Annette G, Meiner, E., Sue
26(3), pp.213–5. (diakses 7 September 2015) (2006). Gerontologic Nursing. Third edition,
Philadelphia: Mosby.
Huang, S. Chen, Y. Zhou, J. & Wang, J (2014).
Use Of Family Member Based Supervision Martiningsih. (2011). Analisis faktor-
and Management Of Patient Hypertension faktor yang berhubungan dengan terjadinya
In Rural China Patient Preference And hipertensi primer pada pasien di Poliklinik
Adherenc, 8: 1035– 1042. Penyakit Dalam RSUD Bima ditinjau dari
perspektif keperawatan self-care Orem. Tesis.
Joint National Committee, (2011). The Universitas Indonesia. http://lontar.ui.ac.id/
Seventh Report of the Joint National file?file=digital/20281694-T%20.
Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Martiningsih.pdf. (diakses 16 Januari 2016).
Pressure. JAMA 289(19): 2560-72. Moopayak, K., Priyatruk, P., Suwonnaroop,
N,, Jaiyungyuen, U., (2012). “Factors
Juwita. (2008). Faktor-faktor yang Influencing Health-Promoting Behaviours Of
memengaruhi tingkat stress kerja perawat Older People With Hypertension. 1st Mae Fah
psikiatri di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Luang University International Conference
Kepulauan Bangka Belitung. http://jurnal. 2012. (diakses 3 Desember 2015).
pdii.lipi.go.id.
Muhammadun, A.S. (2010). Hidup Bersama
Kapriana, M., & Muhammad Sulchan, (2012). Hipertensi. Jogjakarta : In-Books.
Asupan tinggi lemak dan aktivitas olahraga
sebagai faktor risiko terjadinya Hipertensi Muliyati, Hepti, (2011). Hubungan Pola
Obesitik. http://www: jurnal HT/Aktivitas Konsumsi Natrium dan Kalium serta Aktivitas
Olah Raga terhadap Hipertensi.htm. (diakses Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada
3 Januari 2016). pasien Rawat jalan di RSUP DR. Wahidin
Sudirohusodo Makasar. http://journal.unhas.
Kemenkes, RI., (2012). Profil Kesehatan ac.id. (diakses 3 Desember 2015).
Indonesia 2012, http://www.depkes.go.id/
profil kesehatan indonesia 2012. (diakses 2 Osamor, P. E., Owumi, B. E. (2011). Factors
September 2015). Associated with Treatment Compliance in
Hypertension in Southwest Nigeria. Nigeria:

JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017 211


Ronny Suhada Eirmansyah : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dukungan Keluarga

Journal of Health Population Nutrition. Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah


(diakses 5 Desember 2015). 2015. Surabaya.

Polit, D.F & Beck, C.T, (2004). Nursing Sugiharto.A, 2007. Faktor-Faktor Risiko
Research: Principles And Method, 7 th Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi
edition. Lippincot William & Wilkins. A Kasus di Kabupaten Karanganar Jawa
Wolters Kluwer Company. Philadelpia. Tengah). http://eprints.undip.ac.id. (diakses
24 September 2015).
Proverawati. (2010). Obesitas dan Gangguan
Perilaku Makan Pada Remaja. Yogyakarta: Sugiyono. (2007). Metode Statistik untuk
Nuha Medika; 2010. Penelitian. Bandung. Alpabeta.

Purnawan, (2008), Dukungan Suami Dan Suhadi, (2011), Analisis Faktor-Faktor Yang
Keluarga. Salemba: Salemba Medika. Memengaruhi Kepatuhan Lansia Dalam
Perawatan Hipertensi Di Wilayah Puskesmas
Purnomo, Suhadi, & Ulya, (2014). Hubungan Srondol Kota Semarang. Tesis. Universitas
Pengetahuan Dan Kemampuan Keluarga Indonesia.
Merawat Lansia Dengan Hipertensi Di
Kelurahan Karangayu Semarang. Jurnal Suheni, Yuliana. (2007). Hubungan Antara
Keperawatan Poltekes Semarang. 2014. Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian
Semarang. Hipertensi pada Laki-Laki Usia 40 Tahun ke
Atas Di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu.
Putra, P. (2013). Hubungan Pengetahuan Skripsi. Fakultas Ilmu Olahraga Jurusan Ilmu
Tentang Hipertensi Dengan Perilaku Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri
Pencegahan Primer Di Desa Nyatnyono Semarang.
Kecamatan Ungaran Barat. Jurnal STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran. Suiraoka, (2012). Penyakit Degeneratif,
Mengenal, Mencegah dan Mengurangi Faktor
Profil Puskesmas Windusengkahan, (2015). Risiko 9 Penyakit Degeneratif, Yogyakarta:
Laporan 10 Besar Penyakit di Puskesmas Nuha Medika.
Windusengkahan Kabupaten Kuningan
tahun 2015. Puskesmas Windusengkahan, Susilo, Yekti, & Ari, W. (2011). Cara Jitu
Kabupaten Kuningan. Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: ANDI
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013). Qin Yu, Melse-Boonstra & Pan, X., (2014).
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/ Association of dietary pattern and body
Riskesdas 2013. (diakses 1 September 2015). weight with blood pressure in Jiangsu
Province, China. BMC public health, 14,
Samaria, K., Inayah, G., Kurniawati, Y. p.948. (diakses 5 Desember 2015).
(2012). Perilaku Berolahraga Dalam Upaya
Pencegahan Hipertensi Pada Wanita Usia Wahiduddin, Hasrin, Mannan & Rismayanti,
Produktif Di Pancoran Mas, Depok, Jawa (2013). Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di
Barat. Arc. Com. Health, 1(2) : 109–119 Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto
ISSN: 9772302139009. V. Sulawesi Selatan. http://respiratory.unhas.
ac.id (diakses 2 Oktober 2015).
Sarafino, E. P. (2006). Health Psychology :
Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition. WHO (2012), World Health Day 2013 :
USA: John Wiley & Sons. Measure your blood pressure, reduce your
risk,http://www.who.int/mediacentre/news/
Satya, D. Putri, A. (2015). Factors Which releases/2013/world_health_day_20 130403/
Associated With Family Support to Provision en/. (diakses 2 November 2015).
Autism Nutrition Gift in Autism Foundation
Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya. Wu EL, Chien IC, Lin CH, Chou YJ, Chou

212 JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017


Ronny Suhada Eirmansyah : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dukungan Keluarga

P. (2012). “Increased risk of hypertension


in patients with major depressive disorder: Zulaicha, E. Muhlisin, A. Nugraha, A.K.B.
a populationbased”. study. J Psychosom (2013). “Hubungan Tingkat Pengetahuan
Res;73:169-74. Keluarga Dengan Sikap Pencegahan
Yudiningsih, N, (2015). Faktor Faktor Yang Komplikasi Pada Pasien Hipertensi Di
Memengaruhi Pelaksanaan Dukungan Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah
Keluarga Pada Penderita Hipertensi Di Surakarta”. Jurnal Publikasi Fakultas Ilmu
Puskesmas Pancur Rembang. Jurnal Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Keperawatan Universitas Sultan Agung Surakarta.
Semarang Tahun 2015. Semarang.
Zulfitri, R. (2006). Hubungan dukungan
Yusra, A. (2011).”Hubungan Antara keluarga dengan perilaku lanjut usia hipertensi
Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup dalam mengontrol kesehatannya di wilayah
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik kerja Puskesmas Melur Pekanbaru. Diperoleh
Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat tanggal 21 Desember 2015 dari www.digilib.
Fatmawati Jakarta”. Tesis. Fakultas Ilmu ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-95790.pdf.
Keperawatan. Universitas Indonesia.

JKP - Volume 5 Nomor 2 Agustus 2017 213

Anda mungkin juga menyukai