Anda di halaman 1dari 8

Gambaran Kualitas Pengelolaan Rantai Dingin Vaksin Anti Rabies (VAR) di Kota Manado

Provinsi Sulawesi Utara

A. Pendahuluan
Rabies adalah penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan ke manusia dari
hewan) yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini menginfeksi hewan domestik dan liar,
yang menyebar ke orang melalui kontak dekat dengan air liur yang terinfeksi melalui
gigitan atau cakaran. Rabies tergolong penyakit berbahaya karena berisiko. (Kemenkes,
2017). Salah satu penyakit dengan kasus terbanyak setiap tahunnya dan belum
terselesaikan di Kota Manado yaitu penyakit Rabies. Sejak Tahun 2019 sampai tahun
2020 kasus GHPR dan Rabies terus meningkat. Pada tahun 2019 kasus GHPR mencapai
3215 orang namun menurun pada tahun 2020 menjadi 2200 kasus. Namun kasus Lyssa
atau kematian akibat rabies mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2019 hanya 5 dan
pada tahun 2020 mencapai 42 kasus. (Dinas Kesehatan Kota Manado, 2021)
Berdasarkan pedoman penyelenggaraan imunisasi yaitu Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 12Tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi. Kasus Penyakit
Rabies ataupun kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) pada manusia merupakan
salah satu penyakit yang wajib ditangani dengan pemberian Vaksin yang dikenal dengan
Vaksin Anti Rabies (VAR). jka Terlambat dalam tatalaksana pemberan vaksi maka akan
menyebabkan kematian. (Meva Nareza,2021)
Vaksin adalah produk biologis yang terbuat dari komponen kuman yang telah
dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang timbulnya kekebalan
spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu seperti vaksin BCG, DPT, campak, polio,
DPT-HB, DT, TT dan hepatitis B. Sehingga memerlukan penanganan rantai vaksin secara
khusus sejak diproduksi di pabrik hingga digunakan di unit pelayanan kesehatan
(Kemenkes RI, 2017).
Rantai dingin (cold chain) adalah proses menjaga suhu vaksin di kondisi idealnya
sehingga kualitasnya tetap terjaga dari awal sampai pelaksanaan vaksinasi. Pemantauan
suhu penyimpanan vaksin sangat penting dalam menetapkan secara cepat apakah vaksin
masih layak digunakan atau tidak, dengan cara selalu memperhatikan vaccine vial monitor
(VVM) yang ada pada setiap masing-masing vaksin untuk mengetahui apakah vaksin masih
layak untuk digunakan. Manjemen rantai dingin vaksin suatu yang wajib dilakukan seorang
petugas pengelolah vaksin dipuskesmas atau instalasi farmasi agar dapat menjaga kualitas
suatu vaksin. Cold chain management merupakan prosedur yang diterapkan untuk
menjaga vaksin pada suhu yang telah ditentukan (2ºC–8ºC), sehingga menjamin kualitas
vaksin. Rantai dingin vaksin yang tidak dikelola dengan baik akan menghilangkan
ataupun mengurangi efektivita vaksin, sehingga perlu perhatian khusus terkait rantai
dingin dan manajemen vaksin yang efektif (EVM) pada program imunisasi. Studi oleh
Program Appropiate Technology in Health (PATH) dan Departemen Kesehatan RI tahun
2001-2003 menyatakan bahwa 75% vaksin di Indonesia telah terpapar suhu beku selama
distribusi. Suhu beku dijumpai selama transportasi dari provinsi ke kabupaten (30%),
penyimpanan di lemari es kabupaten (40%) dan penyimpanan di lemari es puskesmas (30%)
(Depkes RI,2003).
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan vaksin seperti pelatihan dan pembaharuan
peralatan rantai dingin yang dimiliki oleh puskesmas sedangkan upaya peningkatan
untuk rumah sakit dan klinik swasta masih belum optimal. Produksi vaksin yang tidak
sesuai dapat menyebabkan penyimpangan terhadap kualitas vaksin. Penyimpangan

1
tersebut dapat mengakibatkan kerusakan vaksin sehingga menurunkan atau bahkan
menghilangkan potensi. Faktor resiko yang menyebabkan penyimpangan pada vaksin
yaitu tidak mengikuti prosedur pedoman pengelolaan vaksin yang benar, pengetahuan
petugas yang kurang, fungsi lemari es yang tidak khusus menyimpan vaksin, tidak
tersedia thermometer pengukur suhu, dan cara membawa vaksin yang tidak tepat.
Penyimpangan biasanya terjadi saat proses pengiriman (Kemenkes RI, 2017).
Hasil Penelitian Gabbie P (2015) tentang evaluasi pengolahan rantai dingin vaksin
terhadap 4 (empat) Puskesmas di Kota Manado menyatakan bahwa semua puskesmas
belum sesuai dengan pedoman pengelolaan cold chain Vaksin dalam hal penyimpanan
dan pendistribusian vaksin yang terlihat dari tidak adanya alat pengukur suhu, freeze
tag, tidak memiliki genset, tidak memiliki indikator pembeku dan terbatasnya kotak
dingin cair dalam kotak dingin selama pendistribusian.
Masih minimnya data hasil penelitian mengenai informasi kualitas rantai dingin
Vaksin Anti Rabies (VAR) di Puskesmas yang ada di Kota Manado. Agar memperoleh
gambaran yang lebih refresentatif maka perlu dilakukan penelitian yang sama yang
lebih mendalam dengan jumlah sampel yang lebih besar. Belum diketahuinya data
mengenai pengelolaan rantai vaksin (cold chain) khususnya Vaksin Anti Rabies (VAR) di
Kota Manad, maka perlu dilakukan suatu studi untuk mengetahui bagaimanakah cara
pengelolaan rantai vaksin pada tingkat Puskesmas di Kota Manado, sehingga
pengelolaan vaksin akan lebih baik dan mencegah terjadinya Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI).

B. Permasalahan
Belum diketahuinya data mengenai pengelolaan rantai dingin (cold chain) vaksin
Anti Raibes (VAR) di Kota Manado.
.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengelolaan Rantai Dingin Vaksin Anti Rabies pada
tingkat Puskesmas di Kota Manado
2. Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Gambaran Karakteristik Responden Pengelolaan Rantai
Dingin Vaksin Anti Rabies pada tingkat Puskesmas di Kota Manado tahun 2021.
2. Untuk Mengetahui Gambaran Kualitas Sarana-prasarana Pengelolaan Rantai
Dingin Vaksin Anti Rabies pada tingkat Puskesmas di Kota Manado tahun 2021
3. Untuk Mengetahui Gambaran Pengetahuan Pengelola Cold Chain tentang
Pengelolaan Rantai Dingin Vaksin Anti Rabies pada tingkat Puskesmas di Kota
Manado tahun 2021.

D. Metode Pelaksanaan
Jenis studi adalah Deskriptif Observasional dengan desain studi cross sectional,
dan dilakukan pada bulan Juli tahun 2021. Populasi pada studi kali ini adalah Semua
Puskesmas atau Instalasi pelayanan vaksin Rabies dibawah naunngan Dinas Kesehatan
Kota Manado. Teknik pengambilan sampel secara Purposive Random
Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dengan Kiteria
lokasi puskesmas yang memiliki kasus Lysa dan kasus GPHR yang tinggi. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara wawancara dengan petugas puskesmas dan pimpinan

2
puskesmas serta mengobservasi sarana prasaran alat pendukung pengolahan Rantai
dingin penyimpan vaksin di puskesmas.
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
digunakan untuk pengumpulan data pada petugas dan pimpinan puskesmas/instalasi.
Analisis data dengan cara univariat yaitu dengan menyajikan data dalam bentuk tabel
dan interpretasi data (Narasi) hasil penelitian. Tools bantuan analisis data menggunakan
Aplikasi SPSS 2.0.

E. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan dilapangan didapatkan maka
sampel instansi yang didapatkan selama pelaksanaan 4 hari berjumlah 10
Puskesmas/Instansi.
a. Karakteristik Pengelola Rantai Dingin (Cold Chain)
Gambaran karateristik respnden pada studi kali ini dapat dilihat pada tabel
sebagi berikut :
Tabel 1 : Distribusi Karakteristik Pengelola Rantai Dingin Vaksin Anti Rabies
(VAR) dan Pengawasan Pimpinan Puskesmas di Puskesmas Kota Manado
Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2021
Variabel Jumlah (n=10) Persentase (%)
Umur
1. ≥ 40 tahun 3 30
2. < 40 tahun 7 70
Jenis Kelamin
2 20
1. Laki-laki
8 80
2. Perempuan
Masa Kerja
1. ≥ 5 tahun 2 20
2. < 5 tahun 8 80
Pendidikan
1. Medis 10 100
2. Non Medis 0 0
Riwayat Pelatihan
1. Pernah 2 20
2. Belum Pernah 8 80
Pengawasan Pimpinan Puskesmas/
Instansi
1. Ya 2 20
2. Tidak 8 80
Sumber Data : Primer, 2021
Berdasarkan Tabel 1, petugas pengelola rantai dingin di 10 Puskesmas dan
Instalasi farmasi diketahui bahwa 8 petugas (80%) berjenis kelamin
perempuan, rata-rata umur petugas pengelola rantai dingin adalah di bawah
40 tahun (80%). Rata-rata masa kerja sebagai pengelola rantai dingin adalah
dibawah 5 Tahun (80%). Riwayat pendidikan Petugas pengelola rantai dingin
semuanya berlatar pendidikan Medis (100%). Pengelolaan cold chain tidak
mendapat pengawasan oleh pimpinan puskesmas/instalasi adalah sebanyak

3
80% dan selebihnya (20%) sudah mendapat pengawasan dari kepala
puskesmas.
Berdasarkan Tabel 1 juga dapat diketahui bahwa sebanyak 8 orang (80%)
pengelola rantai dingin vaksin di puskesmas belum pernah mendapatkan
pelatihan pengelolaan rantai dingin dan 2 orang (20%) petugas pengelola
rantai dingin sudah pernah mengikuti pelatihan dimana dua orang tidak
mendapatkan sertifikat pelatihan yang diselenggarakan Dinas Kesehatan
Daerah Provinsi Suawesi Utara dan Dinas Kesehatan Kota Manado bekerjasama
dengan Kementerian Kesehatan RI.
b. Sarana dan Prasarana Pendukung Pengolahan Rantai Dingin (Cold Chain)
Vaksin
Tabel 2: Distribusi Sarana dan Prasarana Pendukung Pengolahan Rantai
Dingin (Cold Chain) Vaksin Anti Rabies (VAR) di Puskesmas
Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2021
Variabel Jumlah (n=10) Persentase (%)
Ketersediaan Pedoman Imunisasi di Masa Pandemi
1 Ya 3 30
2 Tidak 7 70
Ketersediaan Peralatan Rantai Dingin
1 Refrigerator Vaksin 10 100
2 Jenis Refrigerator
- Kulkas Biasa 2 20
- Showcase Cooler 1 10
- Vaksin Refrigerator Buka Atas 6 60
- Vaksin Refrigerator Buka Depan 1 10
3 Termometer selain bawaan
Refrigerator/Lemari penyimpan
vaksin
- Ada 2 2
- Tidak 8 80
4 Vaksin Carrier/ Coolbox
- Ada 10 100
- Tidak 0 0
5 Alat Pengukur Suhu dalam
Vaksin Carrier
- Ada 5 50
- Tidak 5 50
6 Cold pack
- Ada 10 100
- Tidak 0 0
7 Freeze Tag
- Ada 4* 40
- Tidak 6 60
8 Log Tag
- Ada 2** 20
- Tidak 8 80
9 Ketersedian Generator
- Ya 8 80
- Tidak 2 20
*3 lokasi Freeze Tag Rusak ; **Log Tag Rusak

4
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa didapatkan bahwa semua
puskesmas telah memiliki lemari es (Refrigerator) atau lemari pendingin
penyimpanan Vaksin, vaksin Carrier/CoolBox serta Cold Pack. Jenis Refrigerator
yang digunakan puskesmas/instalasi paling banyak Vaksi Refrigerator Buka Atas
sebanyak 60 %, kulkas biasa 20% dan sisanya adalah menggunakan showcase
cooler serta Vaksin Refrigerator buka depan. Tersedia Termometer yang tersedia
selain dari refrigerator bawaan di puskesmas hanya 2 (20%) puskesmas yang
menyediakan dan 80% puskesmas/instalasi yang tidak menyediakan. Untuk
ketersediaan alat pengukur suhu pada vaksin Carrier, 50% puskesmes memiliki
alat pengukur suhu dan 50% lagi tidak memiliki. Ketersediaan Freeze tag dan log
terdapat 4 puskesmas yang memiliki freeze Tag namun 3 puskesmas memiliki
Freeze Tag yang tidak berfungsi atau rusak dan 60 % tidak memiliki sedangkan
untuk log Tag hanya 2 puskesmas yang memiliki Log Tag dan kesemuanya dalam
keadaan rusak. Selanjutnya untuk ketersediaan Genset/ Generator sebanyak 8
puskesmas (80%) memiliki generator dan lainnya tidak.

Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Suhu Refrigerator Rantai Dingin (Cold Chain)


Vaksin Anti Rabies (VAR) di Puskesmas Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2021
Suhu Refrigerator Jumlah (n=10) Persentase (%)
1. < 2ᵒC 0 0
2. 2 s/d 8ᵒC 8 80
3. > 8ͦᵒC 0 0
4. Tidak Ada 2 20
Sumber Data : Primer, 2021
Dari Tabel 3 didapatkan 8 (Delapan) puskesmas (80%) memilik refrigerator
dengan suhu 2ᵒC sampai 8ᵒC, 2 (dua) Puskesmas/Instalasi tidak terukur suhu
refrigeratornya. hal ini dikarenakan alat pengukut suhu termometer hilang
sehingga suhu lemari es tidak terdeteksi.
Hasil Analisis Univariat mengenai Ketersedian sarana Prasarana pendukung
dalam pengelolaan Rantai Dingin Vaksin dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Kategori Kualitas Sarana & Prasarana Pendukung
pengolahan Rantai Dingin (Cold Chain) Vaksin Anti Rabies (VAR)
di Puskesmas Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2021
Kategori Kualitas Sarpras Jumlah (n=10) Persentase (%)
1. Baik 2 20
2. Kurang 8 80
Sumber Data : Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa 8 (80%) puskesmas/Instalasi
dengan kategori kualitas kurang baik dibandingkan dengan puskesmas kategori
kualitas Sarana Prasarana Pengolahan Rantai dingin Vaksin yang baik.

5
c. Pengetahuan Pengelolah Rantai Dingin tentang Manajemen Rantai Dingin
(Cold Chain) Vaksin

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Tingat Pengetahuan Responden tentang


Pengelolaan Rantai Dingin (Cold Chain) Vaksin Anti Rabies (VAR) di Puskesmas
Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2021
Tingkat Pengetahuan Jumlah (n=10) Persentase (%)
1. Baik 2 20
2. Kurang 7 70
3. Sangat Kurang 1 10

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 10 orang yang diwawancari


terdapat 7 orang (70%) dengan pengetahuan Kurang dan 1 orang (10%) memiliki
pengetahuan yang sangat kurang.

2. Pembahasan
a. Karakteristik Pengelola Rantai Dingin (Cold Chain)
Hasil studi menemukan bahwa pengelola Rantai dingin di puskesmas paling
banyak usia > 40 tahun yaitu 7 orang (70%) dibandingkan dengan > 40 tahun.
Jika dilihat dari hasil penelitian kepala puskesmas ebih memilih petugas yang
lebih muda untuk melakukan pengolahan Rantai dingin karena dianggap lebih
gesit, ulet dan memiliki waktu yang banyak dalam pengawsan Rantai dingin.
Hal ini sesuai dengan laporan penelitian yang menyatakan bahwa umur yang
muda lebih banyak ditugaskan sebagai petugas rantai dingin Vaksin di
puskesmas di Kabupaten Aceh Timur namun tidak ada hubungan secara
signifikan terhadap kinerja petugas Pengelolah vaksinasi. (Nasutio.N, 2017)
Meskipun umur petugas cukup bervariasi ini tidak

b. Sarana dan Prasarana Pendukung Pengolahan Rantai Dingin (Cold Chain)


Vaksin.
Dalam menjaga kualitas vaksin yang baik diperlukan sarana dan prasarana
vaksin yang mendukung. Sarana prasarana penyimpanan vaksin yang
mendukung harus tersedia di setiap pusat pelayanan kesehatan, agar vaksin
dapat digunakan dengan baik tanpa mengurangi potensinya. Salah satu
pelayananan kesehatan yang mengelola vaksin adalah Puskesmas.
Beberapa Puskesmas di kota Manado dalam pengelolaan vaksin yang
didukung dengan Sarana prasarana penyimpanan vaksin masuk dalam kategori
Kurang dengan presentase 80 %. Peralatan rantai dingin terdiri dari freezer,
cold room, vaccine refrigerator, dan freezer room yang dilengkapi dengan
generator yang berfungsi dengan baik jika terjadi listrik padam.
Alat untuk memindahkan vaksin meliputi kendaraan berpendingin khusus,
cool pack, cold pack, dan vaccine carier. Alat yang dipergunakan untuk
mengukur suhu meliputi termometer, termograf, alat pemantau suhu beku,
alat pemantau/mencatat suhu secara terus-menerus, dan alarm. Peralatan
rantai dingin berfungsi untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak
diterima sampai dengan sasaran. Vaksin Anti Rabies (VAR) disimpan pada suhu

6
±2oC s.d. ±8oC dengan dilakukan pemantauan secara rutin setiap hari pada pagi
dan sore hari. Beberapa ketentuan dalam pemakaian vaksin secara berurutan
adalah paparan terhadap panas, masa kedaluwarsa vaksin, waktu penerimaan
serta ketentuan pemakaian sisa vaksin.(Kementerian Kesehatan,2017)
Hal-hal lain yang tidak memenuhi syarat adalah tidak tersedianya suku
cadang refrigerator (seperti Log Tag dan Frezee Tag). Suku cadang lemari es
sangat diperlukan untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi kerusakan
pada lemari es maka dapat dilakukan perbaikan segera agar lemari es selalu
berfungsi dengan baik dan benar sehingga kegiatan penyimpanan vaksin tetap
terlaksana sesuai dengan standar (Wisnuwijoyo dkk,2004).

c. Pengetahuan Pengelolah Rantai Dingin tentang Manajemen Rantai Dingin


(Cold Chain) Vaksin
Hasil analisis Univariat menunjukkan bahwa gambaran kualitas
pengetahuan para pengelolah Rantai dingin Vaksin VAR di Puskesmas Kota
Manado tahun 2021 adalah masih tergolnga kurang. Hal ini dikaitkan dengan
data lainnya mengenai riwayat pelatihan tentang Pengolahan rantai dingin
vaksin yang masih sangat kurang dimana 80% petugas dari 10 puskesmas
belum pernah pengikuti pelatihan tentang tata cara pengolahan rantai dingin
Vaksin.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dalam mengelola
vaksin adalah pengetahuan dan merupakan faktor yang paling berpengaruh
dengan kepatuhan petugas, terhadap kualitas pengelolaan vaksin.(Yulianti D et
al, 2010)
Penelitian yang dilakukan tahun 2014 oleh Rahmah N, dkk didapatkan
hasil terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan petugas dengan
praktik penyimpanan dan transportasi vaksin di Puskesmas Kota Padang
sehingga petugas harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik
mengenai rantai dingin.

F. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang gambaran pengelolaan Rantai Dingin Vaksin Anti
Rabies (VAR) puskesmas di Kota Manado tahun 2021 adalah sebbagai berikut :
a. Gambaran Karakteristik Responden Pengelolaan Rantai Dingin Vaksin Anti
Rabies pada tingkat Puskesmas di Kota Manado tahun 2021 adalah 80%
pengelolah VAR belum Pernah mengikuti Pelatihan Pengolaha Rantai dingin
Vaksin dan Pimpinan tidak melakukan Pengawasan terhadap Rantai dingin
Vaksin.
b. Gambaran Kualitas Sarana-prasarana Pengelolaan Rantai Dingin Vaksin Anti
Rabies pada tingkat Puskesmas di Kota Manado masih sangat Kurang dimana
ditemukan terdapat 8 (80%) puskesmas belum memiliki tempat penyimpanan
Vaksin Standart Refregirator Buka Atas dan masih ada sarana penunjang yang
seharusnya tersedia tapi tidak ada seperti freeze tag log tag serta alat
pemantau suhu lainnya.

7
c. Gambaran Pengetahuan Pengelola Rantai Dingin Vaksin Anti Rabies (VAR)
tentang Pengelolaan Rantai Dingin Vaksin Anti Rabies (VAR) pada tingkat
Puskesmas di Kota Manado masih sangat kurang dengan persentase 70%.
2. Saran
Sebaiknya dilakukan pengecekkan ulang terhadap fasilitas-fasilitas cold chain, dan
suku cadangnya minimal 1 kali dalam setahun oleh petugas terkait, dan perlu
petugas khusus yang telah mendapat pelatihan cold chain yang ditunjuk sebagai
pengelola cold chain, serta perlu penyediaan sarana untuk penyimpanan vaksin
sesuai standar.

DAFTAR PUSTAKA
1. Andri S,Lintang D.S, Mateus S. Gambaran Kualitas Pengelolaan Rantai Dingin Vaksin
Meningitis di Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (pdf); 2021. Diakses pada
tanggal 28 Novemer 2021 (online) https://doi.org/10.22435/mpk.v31i2.3706

2. Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017


tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2017.

3. Nasution, N. Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Kinerja Bidan Desa Dalam


Pencapaian Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja Puskesmas Siabu
Kabupaten Mandailing Natal. 2017 (pdf) : diakses pada 29 November 2021 (online)
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2430/131000545.pdf?seq
uence=1&isAllowed=y

4. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Peraturan Badan pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia No. 9 Tahun 2019 tentang Pedoman Teknis Cara
Distribusi Obat Yang Baik. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan; 2019

5. Rahmah N, Lasmini PS, Rahmatini. Hubungan Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan


Petugas Imunisasi terhadap Praktik Penyimpanan dan Transportasi Vaksin Imunisasi
di Tingkat Puskesmas Kota Padang Tahun 2014 (pdf). Jurnal Kesehatan Andalas.
2015; Diakses pada tanggal 28 November 2021 (online)
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/386/341

6. Yulianti D, Achadi A. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Petugas


terhadap SOP Imunisasi pada Penanganan Vaksin Campak (pdf) National Public
Health Journal. 2010; diakses pada 29 November 2021 (online)

Anda mungkin juga menyukai