Anda di halaman 1dari 16

A.

MAKALAH PERKEMBANGAN MANUSIA


“TIPE DAN JENIS PERMAINAN”

Disusun oleh

Amanda Tiara Kholil P27228020007


Apriliano Dripsa Sukarno P27228020009
Fauziah Azima P27228020022
Lavrenza Febri Hermawanti P27228020030
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TERAPI OKUPASI JURUSAN TERAPI
OKUPASI POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA TAHUN
2021/2022

DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN.................................................................................................................I
DAFTAR ISI........................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Pengertian Bermain.........................................................................................................2
B. Tipe Dan Jenis Permainan...............................................................................................3
a. Bermain Aktif..............................................................................................................3
b. Bermain Pasif..............................................................................................................3
C. Jenis-Jenis Permainan.....................................................................................................4
a. Permainan Fisik...........................................................................................................4
b. Bermain Teka-Teki Dan Berfikir Logis Matematis....................................................5
c. Bermain Dengan Benda...............................................................................................5
D. Tahapan Perkembangan Bermain...................................................................................6
a. Tahapan Perkembangan Bermain Menurut Jean Piaget..............................................6
b. Ragam Kegiatan Bermain Menurut Parten..................................................................8
c. Tahapan Bermain Menurut Hurlock............................................................................9
E. Permainan Dalam Menstimulasi Aspek-Aspek Perkembangan Anak (Kognitif,
Motorik Kasar, Motorik Halus, Bahasa)..............................................................................10
1. Permainan Dalam Mengembangkan Aspek Kognitif Anak......................................10
2. Permainan Dalam Mengembangkan Aspek motorik kasar Anak..............................10
3. Permainan Dalam Mengembangkan Aspek motorik halus Anak..............................11
4. Permainan dalam mengembangkan Aspek Bahasa anak...........................................11
BAB III PENUTUPAN.......................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan anak dapat didefinisikan sebagai proses di mana anak
mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Bisa dikatakan, perkembangan
mengacu pada urutan perubahan fisik, bahasa, emosi, dan pemikiran, yang terjadi
pada anak sejak lahir hingga awal masa dewasa. Selama proses ini, anak berkembang
dari yang awalnya bergantung pada orangtua, menjadi pribadi yang mandiri.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh faktor genetika (gen yang diturunkan
orang tua) serta peristiwa-peristiwa yang terjadi selama kehidupan prenatal. Meski
begitu, peran eksternal juga berpengaruh pada perkembangan anak. Misalnya,
lingkungan keluarga, faktor sosial, ekonomi, dan budaya.  Dengan demikian, tumbuh
kembang berhubungan langsung dengan gizi anak, kesejahteraan, pola pengasuhan,
pendidikan serta interaksi mereka dengan teman sebayanya. Cara yang paling dekat
dengan fase perkembangan anak untuk memahami dunianya adalah melalui bermain.
Karena melalui bermain yang menyenangkan dapat terpenuhi rasa ingin tahu anak
terhadap sesuatu. Seperti ketika anak ingin memahami tentang jauh dan dekat,dapat
dilakukan kegiatan bermain aktif berlari menjauhi dan mendekati sebuah objek.
Selain untuk memperoleh kesenangan dan informasi, melalui aktivitas bermain anak
dapat memanfaatkan energy berlebih yang anak miliki agar dapat berguna bagi
tubuhnya. Dengan demikian, agar tahap perkembangan dasar ini dapat berkembang
dengan optimal dan baik, maka jangan sia-siakan masa bermain anak. biarkanlah anak
berkembang sesuai dengan masa dan tahapan perkembangannya. Biarkanlah anak
melalui masa bermainnya. Sehingga tahap dasar perkembangan dapat terlewati sesuai
harapan dan menjadi dasar yang kokoh untuk tahapan perkembangan selanjutnya.
Bermain adalah hak asasi bagi anak usia dini yang memiliki nilai utama dan
hakiki pada masa anak-anak. Kegiatan bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu
yang sangat penting dalam perkembangan kepribadiannya. Bermain bagi seorang
anak tidak sekedar mengisi waktu, tetapi media bagi anak untuk belajar. Setiap bentuk
kegiatan bermain pada anak usia dini merupakan nilai positif terhadap perkembangan
seluruh aspek yang ada dalam diri anak. Dalam bermain anak memiliki nilai
kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang anak rasakan dan pikirkan. Bruner
dalam buku Hurlock menyatakan bahwa bermain adalah aktivitas yang serius,
selanjutnya ia menjelaskan bahwa bermain memberikan kesempatan bagi banyak
bentuk belajar. Dua diantaranya yang sangat penting adalah pemecahan masalah dan
kreativitas. Tanpa bermain dasar kreativitas dan dasar pemecahan masalah tidak dapat
diletakkan sebelum anak mengembangkan kebiasaan untuk menghadapi lingkungan
dengan cara yang tidak kreatif

1
BAB II
PEMBAHASAN

B. Pengertian Bermain

Menurut Fadlillah (2016). Permainan ialah sesuatu yang digunakan dan


dijadikan sebagai sarana aktivitas bermain. Permainan ini ragamnya sangat banyak,
ada yang tradisional ada juga yang modern. Namun demikian, untuk dapat memahami
maksud permainan sebenarnya dapat diketahui melalui pengertian bermain. Karena
kedua istilah tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Artinya dalam
bermain pasti ada permainan dan pemain itu sendiri.

Menurut Hurlock, bermain merupakan kegiatan yang dilakukan atas dasar


suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut
dilaksanakan secara sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar. Bagi anak-
anak, bermain merupakan aktifitas yang dilakukan atas dasar keinginan mereka
sendiri, bukan karena paksaan atau harus memenuhi tujuan ataupun keinginan orang
lain. Anak juga memandang bermain sebagai suatu kegiatan yang tidak memiliki
target, oleh karena itu mereka dapat saja meninggalkan kegiatan bermain kapanpun
mereka mau.

Menurut Diana (2010) Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi
perkembangan dan pertumbuhan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak
dan atas keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang,
sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses
belajar pada anak.

Anak-anak belajar melalui permainan. Pengalaman bermain yang


menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain, dan dukungan orang dewasa
membantu anak-anak berkembang secara optimal (Mutiah, 2010. Hal:91). Beberapa
pakar mengemukakan bahwa gerakan-gerakan tubuh, kaki, dan tangan yang aktif pada
proses bermain membantu anak menyeimbangkan kemampuan fungsi otak kanan dan
otak kiri secara integral. (Astuti, 2016).

Dengan demikian, disimpukan bahwa Permainan ialah sesuatu yang


digunakan dan dijadikan sebagai sarana aktivitas bermain. Bermain merupakan
kegiatan yang dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar.
bermain juga kebutuhan yang penting untuk anak, dengan bermain anak bisa belajar
bebagai hal selain untuk hiburan, bermain juga dapat melatih kemampuan sosial anak
terhadap teman sebaya, orang tua, dan lingkungan sekitarnya. Bermain sangat
berperan penting bagi perkembangan dan pertumbuhan anak.

2
C. Tipe Dan Jenis Kegiatan Bermain

Aneka kegiatan bermain bisa membuat anak asyik sekaligus merangsang


perkembangannya. Alat permainan yang digunakan oleh anak hendaknya sesuai
dengan kebutuhan anak, begitu pula jenis kegiatan bermain sesuai dengan usia
perkembangan anak. Berbagai jenis kegiatan bermain anak adalah sebagai berikut:

a. Bermain Aktif
Dalam kegiatan bermain aktif, anak melakukan aktivitas gerakan yang
melibatkan seluruh indera dan anggota tubuhnya. Diantara jenis kegiatan
bermain aktif adalah:

1) Tactile Play
Merupakan kegiatan bermain yang meningkatkan keterampilan jari
jemari anak serta membantu anak memahami dunia sekitarnya melalui
alat perabaan dan penglihatnnya.

2) Functional Play
Bermain Fungsional/Functional Play adalah kegiatan bermain yang
melibatkan panca indera dan kemampuan gerakan motorik dalam
rangka mengembangkan aspek motorik anak. (Charlotte Buhler)

3) Constructive Play
Permainan yang mengutamakan anak untukmembangun atau
membentuk bangunan dengan media balok, lego dan sebagainya.

4) Creative Play
Permainan yang memungkinkan anak menciptakan berbagai kreasi dari
imajinasinya sendiri.

5) Symbolic /Dramatic Play


Permainan dimana anak memegang suatu peran tertentu.

6) Play Games
Permainan yang dilakukan menurut aturan tertentu dan bersifat
kompetisi/persaingan.

b. Bermain Pasif
Bermain pasif adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh
kesenangan dan tidak terlalu banyak melibatkan banyak gerakan tubuh anak.
Kegiatan bermain pasif diantaranya adalah Receptive Play: Permainan dimana
anak menerima kesan-kesan yang membuat jiwanya sendiri menjadi aktif

3
(bukan fisik yang aktif) melalui mendengarkan dan memahami apa yang dia
dengar dan ia lihat.

D. Jenis-Jenis Permainan

Bentuk permainan sangat bervariasi baik antar daerah etnis ataupun bangsa. H.
Overbeck telah menghimpun ragam permainan dan nyanyian anak-anak yang ada di
Indonesia yang jumlahnya lebih dari 690 macam. Dari beberapa jenis permainan
itu pada dasarnya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
(Suyanto, 2005: 123-125)

a. Permainan Fisik
Permainan fisik ialah permainan yang banyak menggunakan kegiatan
fisik. Melalui permainan fisik anak akan tumbuh menjadi sehat dan kuat
untuk melakukan gerakan dasar. Adapun beberapa bentuk-bentuk permainan
fisik yaitu:

1) Permainan Petak umpet


Permainan ini sangat menarik bagi anak-anak karena anak akan
berusaha bersembunyi dari temannya dengan mencari tempat
persembunyian dalam hitungan waktu. Sehingga permainan ini lebih
mengandalkan kekuatan fisik secara keseluruhan.

2) Permainan Lompat tali


Lompat Tali merupakan permainan tradisional yang banyak dimainkan
oleh para anak-anak perempuan. Permainan ini sangat baik untuk
menstimulasi perkembangan motorik anak khususnya pada kekuatan
kaki.

3) Permainan Twister
Permainan Twister atau permainan lompat karpet. Permainan ini dapat
melatih motorik kasar anak dalam menggerakkan anggota tubuhnya.
Permainan ini menyerupai permainan lompat katak serta minta anak
untuk menyebutkan warna sembari melompat/ minta anak untuk
melompat pada kolom yang diperintahkan.

4) Permainan Rintangan
Permainan ini dapat dilakukan di outdoor ataupun indoor. Tujuan pada
permainan ini untuk melatih anggota gerak tubuh anak dengan
Gerakan seperti merangkak, melompat, menunduk bahkan berlari
zigzag

4
b. Bermain Teka-Teki Dan Berfikir Logis Matematis
Banyak permainan yang tujuannya mengembangkan kemampuan teka-teki dan
berfikir logis matematis. Permainan teka-teki akan merangsang anak untuk
memikirkan jawaban yang tepat dengan karakteristik yang telah di
deskripsikan. Sehingga hal ini akan membangun daya imajinasi tinggi. Begitu
juga dengan berfikir logis dan sistematis akan merangsang anak untuk berfikir
tentang sesuatu yang dapat diterima akal atau dapat dibuktikan kebenarannya,
dengan prosedur dan tahapan-tahapan yang benar hingga mencapai suatu
kebenaran yang hakiki. Adapun beberapa contoh permainan teka-teki seperti
anak menebak sesuatu yang telah dideskripsikan (benda,hewan,buah-buahan,
dll). Sedangkan permainan yang dapat merangsang berfikir logis dan
sistematis ialah:

1) Permainan Acak Geometri


permainan ini bertujuan untuk merangsang klasifikasi atas dasar
kesamaan bentuk serta merangsang kemampuan mengenali perbedaan
bentuk.

2) Permainan Tata Balok


Permainan tata balok bertujuan untuk merangsang kemampuan pada
struktur bentuk, ukuran, dan mencari berdasarkan ukuran.

3) Tata Angka
Permainan tata angka bertujuan untuk merangsang minat anak terhadap
angka dan mengidentifikasi lambang-lambang angka.

4) Hitung Benda
Permainan hitung benda bertujuan untuk merangsang kemampuan
berhitung dan mengenali karaktersitik bentuk benda.

5) Permainan Mencocokkan Geometri


Permainan mencocokkan geometri merangsang anak untuk mengenali
bentuk geometri, membandingkan serta mengklasifikasikan benda.

6) Meniru Pola, Tebak Angka, Dan Sebagainya.

c. Bermain Dengan Benda


Permainan dengan menggunakan benda dapat mengembangkan berbagai
aspek perkembangan anak, disini anak-anak akan belajar mengenai ciri-ciri
suatu benda tersebut. Adapun beberapa bentuk permainan dengan benda
meliputi:

1) Bermain balok
Balok dapat digunakan untuk membentuk berbagai macam bangunan,
belajar klasifikasi, dan mengembangkan daya imajinasi.

5
2) Bermain plastisin
Plastisin dapat digunakan untuk membentuk berbagai macam bentuk
seperti bentuk hewan, tumbuhan, dan sebagainya karena jenisnya yang
lunak, belajar klasifikasi, dan mengembangkan daya imajinasi.

3) Kubus Rubik
Kubus rubik merupakan permainan teka-teki mekanik yang terbuat
dari plastik dan terdiri dari atas 27 bagian kecil yang berputar pada
poros yang terlihat. Setiap sisi dari kubus ini memiliki sembilan
permukaan yang terdiri dari enam warna yang berbeda. Ketika
terselesaikan atau terpecahkan, setiap sisi dari kubus ini memiliki satu
warna dan yang berbeda dengan sisi lainnya.

4) Permainan puzzle
Puzzle merupakan suatu kepingan-kepingan gambar yang menarik
dengan berbagai jenis atau variasi gambar yang disukai oleh kanak-
kanak yang meliputi gambar hewan, orang, monster, robot, tumbuhan
dan banyak lagi. Dimana anak berupaya untuk menyatukan kepiangan-
kepingan puzzle tersebut menjadi gambar yang utuh atau sempurna.

E. Tahapan Perkembangan Bermain


Bermain memiliki beberapa tahapan sesuai dengan perkembangan anak. Tahapan-
tahapan ini merupakan hasil penelitian dari beberapa ahli perkembangan anak, yaitu:

a. Tahapan Perkembangan Bermain Menurut Jean Piaget


Sejalan dengan berjalannya kognitif anak, Jean Piaget mengemukakan tahapan
bermain anak sebagai berikut:

1. Sensory Motor Play (¾ bulan – ½ tahun).


Bermain dimulai pada periode perkembangan kognitif sensori motor,
sebelum usia 3-4 bulan, gerakan atau kegiatan anak belum dapat
dikategorikan sebagai bermain. Kegiatan anak semata-mata merupakan
kelanjutan kenikmatan yang diperolehnya. Berkaitan dengan kegiatan
makan atau mengganti sesuatu. Kegiatan bayi hanya merupakan
pengulangan dari hal-hal yang dilakukan sebelumnya., dan Piaget
menamakannya Reproductive Assimilation. Kegiatan tersebut
merupakan cikal-bakal dan kegiatan bermain di tahap perkembangan
selanjutnya. Sejak usia 3-4 bulan, kegiatan anak lebih terkoordinasi
dan dari pengalamannya anak belajar bahwa dengan menarik mainan
yang tergantung di atas tempat tidurnya, maka mainan tersebut akan
bergerak dan berbunyi, kegiatan ini diulang berkali-kali dan
menimbulkan rasa senang, senang yang sifatnya fungsional dan senang
karena dapat menyebabkan sesuatu terjadi. Pada usia 7-11 bulan

6
kegiatan anak bukan semata-mata berupa pengulangan, namun sudah
disertai variasi. Sekali anak menemukan mainan di bawah selimut atau
melihat wajah di balik bantal yang disingkapkan, anak melakukan terus

dengan berbagai variasinya. Baru pada usia 18 bulan tampak adanya


percobaan-percobaan aktif pada kegiatan bermain anak. Anak sudah
semakin mampu memvariasikan tindakannya terhadap berbagai alat
permainan. Hal ini merupakan awal dari penjelajahan sistematik
terhadap lingkungan.

2. Symbolic atau Make Believe Play (2-7 tahun).


Symbolic atau Make Believe Play merupakan ciri periode
praoprasional yang terjadi antara usia 2-7 tahunyang ditandai dengan
bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak juga lebih
banyak bertanya dan menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal
berkaitan dengan konsep angka, ruang, kuantitas dan sebagainya.
Seringkali anak menanyakan sesuatu hanya sekedar bertanya, hanyalah
sekedar bertanya, tidak terlalu memperdulikan jawaban yang
diperolehnya. Walau sudah dijawab anak terus bertanya lagi, anak
sudah mulai dapat menggunakan berbagai benda sebagai symbol atau
reprentasi benda lain. Misalnya, mengunkan sapu sebagi kuda-kudaan,
bermain symbolic juga berfungsi untuk mengasimilasikan dan
mengkonsilidasikan ( menggabungkan ) pengalaman emosional anak
setiap hal yang berkesan bagi anak, akan dilakukan kembali dalam
kegiatan bermainnya.

3. Sosial Play Games with Rules (8-11 tahun).


Dalam bermain tahap yang tertinggi, penggunaan symbol lebih banyak
diwarnai oleh nalar, logika yang bersifat obyektif, sejak usia 8-11
tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rulers.
Kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh aturan permainan.

4. Games With Rules and Sport (11 tahun ke atas).


Kegiatan bermain lain yang memiliki aturan adalah olah raga. Kegiatan
bermain ini masih menyenangkan dan dinikmati anak-anak, meskipun
aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara kaku dibandingkan
dengan permainan yang tergolong games seperti kartu atau kasti. Anak
senang melakukan berulang-ulang dan terpacu untuk mencapai prestasi
yang sebaik-baiknya. Bila kita lihat tahapan perkembangan bermain
yang dikemukakan oleh Piaget. Maka akan terlihat bahwa bermain
yang tadinya dilakukan sekedar demi kesenangan maka lambat laun
mengalami pergeseran. Bukan hanya rasa senang saja yang menjadi
tujuan, tetapi ada suatu hasil akhir tertentu seperti ingin menang,
memperoleh hasil kerja yang baik (Tedjasaputra, 2001.hal:24).

7
b. Ragam Kegiatan Bermain Menurut Parten

1. Unoccupied Play
Pada tahap ini anak tidak benar-benar terlibat dalam permainan. Anak
hanya mengamati permainan, jika anak tertarik dengan permainan yang
diamati, anak akan masuk dalam permainan. Namun jika tidak anak akan
melanjutkan aktivitas lainnya.

2. Solitary Play
Pada tahap ini anak hanya bermain sendiri. Anak mengabaikan kegiatan
berinteraksi. Hal ini biasanya dilakukan oleh anak yang berusia 2 atau 3
tahun. Hal ini karena pada masa ini anak berada pada tahap perkembangan
kognitif operasional konkret dan baru mengenal dirinya sendiri. Sehingga
tahap berpikir anak masih terpusat pada diri anak sendiri atau egosentris.
Dengan demikian anak sangat menikmati kegiatan bermain sendiri sampai
ketika terdapat anak lain yang mulai mengganggu atau mengambil alat
permainan yang anak gunakan.

3. Onlooker Play
Tahap ini adalah tahap bermain melalui pengamatan. Tahap ini adalah
tahap anak sebelum ikut dalam kegiatan permainan dalam sebuah
lingkungan baru. Anak lebih dulu mengamati anak lain yang sedang
bermain, setelah itu anak akan ikut bergabung dalam permainan dengan
kelompok anak yang diamati sebelumnya.

4. Parallel Play
Parallel Play adalah kegiatan bermain bersama dalam sebuah kelompok,
namun anggota dalam kelompok tersebut tidak melakukan interaksi.
Sekelompok anak melakukan kegiatan bermain dalam sebuah lingkungan
yang sama namun antar individu tidak melakukan interaksi satu sama lain.
Kegiatan bermain ini biasa dilakukan oleh anak usia 3 – 4 tahun.

5. Assosiative Play
Pada tahap ini anak sudah terlibat sedikit komunikasi seperti bertukatr alat
permainan. Namun, anak masih belum memiliki kerja sama dalam
melakukan kegiatan bermain.

6. Cooperative Play
Tahap ini adalah tahap bermain bersama. Pada kegiatan bermain
cooperative anak sudah berbagi tugas dan membuat aturan ketika bermain.
Kegiatan bermain ini biasanya sudah tampak pada anak usia 5 tahun.
Namun hal ini tetap tergantung pada peran pendidik atau orang tua
menstimulasi perkembangan bermain anak.

8
c. Tahapan Bermain Menurut Hurlock
Adapun tahapan perkembangan bermain menurut Hurlock adalah
sebagai berikut:

1. Tahapan Penjelajahan (Exploratory Stage)


Berupa kegiatan mengenal objek atau orang lain, mencoba menjangkau atau
meraih benda disekelilingnya lalu mengamatinya. Penjelajahan semakin luas
saat anak sudah dapat merangkak dan berjalan sehingga anak akan mengamati
setiap benda yang diraihnya.

2. Tahapan Mainan (Toy Stage)


Tahap ini mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3 tahun anak
biasanya hanya mengamati alat permainannya. Biasanya terjadinya bermain
dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau bermain seperti layaknya
teman bermainnya.

3. Tahapan Bermain (Play Stage)


Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuk ke sekolah dasar. Pada masa
ini jenis permainan anak semakin bertambah banyak dan bermain dengan alat
permain yang lama kelamaan berkembang menjadi games, olahraga dan
bentuk permainan yang lain yang dilakukan oleh orang dewasa.

4. Tahapan Melamun (Daydream Stage)


Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas, dimana anak mulai
kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan
mulai menghabiskan waktu untuk melamun dan berkhayal. Biasanya
khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa
kurang dipahami oleh orang lain.

Dari penjelasan di atas, maka dapat dipahami bermain merupakan


suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan dengan spontan, dan perasaan
gembira tidak memiliki tujuan ekstrinsik, melibatkan peran aktif anak,
memiliki hubungan sistematik dengan hal-hal diluar bermain (seperti
perkembangan kreativitas) dan merupakan interaksi antara anak dengan
lingkungannya serta memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan
lingkungannya tersebut. Masa bermain pada anak memiliki tahap-tahap yang
sesuai dengan perkembangan anak baik kognitif, afektif, maupun psikomotor
dan sejalan juga dengan usia anak.

Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan


sehingga hal ini memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Begitu
pula dalam suasana bermain aktif, dimana anak memperoleh kesempatan yang

9
luas untuk melakukan eksplorasi guna memenuhi rasa ingin tahunya anak
bebas mengekspresikan gagasannya melalui khayalan, drama, bermain
konstruktif, dan sebagainya. Maka dalam hal ini memungkinkan anak untuk
mengembangkan perasaan bebas secara psikologis.

F. Permainan Dalam Menstimulasi Aspek-Aspek Perkembangan Anak (Kognitif,


Motorik Kasar, Motorik Halus, Dan Bahasa)

1. Permainan Dalam Mengembangkan Aspek Kognitif Anak

a. Membuat Menara Dari Balok


Permainan ini mengharuskan anak menyusun strategi dengan berbagai cara
sehingga otak dilatih untuk berpikir kreatif, guna menyelesaikan
permainannya.

b. Tebak Gambar
kenalkan anak berbagai gambar, misalnya gambar hewan, bisa melalui buku
cerita, maupun kartu-kartu bergambar. Kemudian minta anak untuk
menyebutkan macam-macam binatang. Dalam permainan tebak gambar
bertujuan untuk mengasah kecerdasan anak dalam memahami hubungan objek
yang dilihat, dapat memahami berbagai konsep pengetahuan dari gambar yang
ditampilkan sehingga imajinasi dan kemampuan berpikirnya tumbuh.

c. Permainan Pasak Warna Atau Color Pegboard


Pasak warna adalah alat permainan berupa papan yang sudah diberi lubang
untuk selanjutnya dapat dimasukkan pasak berwarna-warni. Cara
memainkannya adalah memasukkan pasak-pasak yang disediakan kedalam
lubang yang ada pada papan sesuai dengan kelompok warnanya. Dengan
begitu, anak juga akan mampu mengenalkan warna-warna dan
membedakannya satu dengan yang lainnya. Ajak anak untuk mengucapkan
warna pasak tersebut ketika anak mengambil pasak. Mainan kayu pasak tinggi
ini biasanya diberi warna-warna berbeda satu sama lainnya, sehingga terlihat
menarik. Dengan begitu, anak juga akan mampu mengenalkan warna-warna
dan membedakannya satu dengan yang lainnya. Ajak anak untuk
mengucapkan warna pasak tersebut ketika anak mengambil pasak.

2. Permainan Dalam Mengembangkan Aspek motorik kasar Anak

a. Berjalan dipapan titian


Permainan ini bertujuan untuk melatih kekuatan otot kaki, melatih
keseimbangan, percaya diri, melatih menggerakkan badan dan kaki untuk
kekuatan otot dan koordinasi.

10
b. Permainan Lompat Lompatan
Lompat lompatan seperti, melompati ban ban yang ada pada taman bermain,
lompat tali dapat melatih motorik kasar pada anak.

c. Permainan Lari Zigzag


Lari zigzag melewati rintangan merupakan gerakan yang menuntut
kelincahan, kemampuan berhenti, mengubah arah dengan cepat tanpa
kehilangan keseimbangan menunjukkan kelincahan seseorang dalam bergerak.
Permainan ini dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar anak dengan
melatih kelincahan dan koordinasi tubuh.

3. Permainan Dalam Mengembangkan Aspek motorik halus Anak

a. Permainan Meronce Manik-Manik


Permainan meronce manik-manik bertujuan untuk meningkatkan kinerja
motorik halus, karena kegiatan meronce membutuhkan kekuatan otot pada
jari-jari serta melatih koordinasi mata dengan tangan.

b. Bermain Dengan Pasir


Permainan ini memunginkan anak-anak melatih kemampuan motorik halus.
Dengan bermain pasir motorik halus anak akan terstimulasi karena cara
bermainnya membutuhkan otot otot kecil atau jari jemari tangan untuk
mendapatkan hasil dalam membentuk atau mencetak pasir tersebut.

c. Permainan Finger Painting


Finger Painting atau menggambar dengan jari adalah tekhnik melukis dengan
jari tangan secara langsung tanpa menggunakan bantuan alat.Tujuannya yaitu,
mengembangkan ekspresi melalui media lukis dengan gerakan tangan
mengembangkan imajinasi, dan kreasi, melatih otot-otot tangan/ jari,
koordinasi otot dan mata. Aktifitas ini penting dilakukan sebab akan
memberikan sensasi pada jari sehingga dapat merasakan control jarinya dan
membentuk konsep gerak membuat pola gambar.

4. Permainan dalam mengembangkan aspek Bahasa anak

a. Permainan Menempel Huruf dan Suku Kata yang Hilang


Permainan menempel huruf dan suku kata yang hilang bertujuan
untuk merangsang kepekaan struktur huruf dan kata serta kemampuan
dalam mengenali bentuk huruf.

b. bermain awalan atau akhiran


misal “Coba tebak nama hewan yang berawalan ‘a’ atau yang berakhiran “i”
dan lain sebagainya sesuai tema saat kegiatan berlangsung. Permainan ini
melatih berbahasa anak dan daya ingat anak.

11
12
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan beberapa pemaparan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa


bermain merupakan aktivitas atau kegiatan pura-pura yang dilakukan dengan atau
tanpa menggunakan alat demi kesenangan sehingga anak dapat memproyeksikan
harapan-harapan maupun konflik pribadi. Bermain memiliki beberapa cirri yang dapat
membedakannya dengan aktivitas lain. Bermain memiliki berbagai tujuan, fungsi dan
manfaat terutama bagi perkembangan anak, karena melalui aktivitas bermain baik
aktif maupun pasif terdapat berbagai otot maupun neuron otak yang berkembang. Ada
banyak manfaat yang didapatkan dari kegiatan bermain, salah satunya adalah
berkembangnya stimulasi terhadap aspek perkembangan anak usia dini secara
menyeluruh. Bermain dalam bentuk apapun baik aktif maupun pasif, baik dengan alat
maupun tanpa alat dapat menunjang keseluruhan potensi anak. Bermain memberikan
kesempatan-kesempatan pada anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan
kreatifnya sebagai kesempatan untuk merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk
menentukan sesuatu dengan cara-cara baru dan pada akhirnya bermain memberikan
kesempatan pada anak untuk mengembanagkan seluruh potensinya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Hanrianto, Surya. (2015). Pengaruh Permainan Tradisional Gobag Sodor Terhadap
Peningkatan Kemampuan Penyesuaian Sosial Siswa Kelas IV di Madrasah Ibtidhaiyah
Yaspuri Kota Malang. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.
Herman rusmayadi. (2016). Modul Plpg Paud 2016. Diakses pada tanggal 02 Oktober 2021.
http://pgpaud-tasikmalaya.upi.edu/site-berkas/unduh?file=berkas_1476420052.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai