Anda di halaman 1dari 4

JURNAL 1

Miskonsepsi pada siswa terjadi pada subkonsep pengertian dan ciri makhluk hidup. Selain
itu juga terjadi miskonsepsi pada subjek penelitian, mata pelajaran dan konsep materi
klasifikasi tumbuhan.

Penyebab miskonsepi adalah guru dan buku teks. Jika buku teks digunakan sebagai
sumber utama tanpa adanya sumber lain maka akan menyebabkan semakin besarnya
miskonsepi pada guru.

Miskonsepsi yang terjadi pada materi ciri makhluk hidup dan organisasinya dalam
kehidupan. Penyebab miskonsepsi pada siswa adalah cara belajar yang diterapkan siswa
tersebut, metode dan kurang dalam mencari informasi.

Pembelajaran menggunakan metode diskusi dan ceramah sehingga siswa cenderung pasif.
Penyampaian materi teoritis, ketika siswa diberikan permasalahan, siswa tidak mampu
mengidentifikasi dan memberikan solusi.

Solusi menurut saya adalah perbanyaklah sumber referensi belajar, bisa dari internet
ataupun lainnya, sehingga ketika menyimpulkan suatu pernyataan atau materi bisa lebih
lengkap dan meyakinkan. Seharusnya dengan adanya diskusi, siswa menjadi lebih aktif
bukan menjadi pasif, karena di dalam kegiatan diskusi mengharuskan siswa untuk saling
memberikan pendapat atau masukan ke teman lain. Guru harus mampu mengarahkan siswa
ke pemahaman yang lebih baik.

JURNAL 2

Dengan adanya penggunaan istilah dalam materi klasifikasi makhluk hidup terutama
tumbuhan, menyebabkan guru dan siswa merasa sulit memahami konsep. Penyebab
miskonsepsi karena siswa mengklasifikasikan contoh yang salah dengan konsep materi yang
ada dalam kehidupan.

Penyebab miskonsepsi pada jurnal ini adalah kurangnya kesadaran guru dan siswa dalam
mencari sumber informasi sebanyak banyaknya. Karena dalam materi klasifikasi makhluk
hidup terutama klasifikasi tumbuhan diperlukan kumpulan istilah yang sering muncul dalam
pembelajaran. Suatu konsep tidak akan dipahami tanpa adanya kumpulan istilah yang
mendukung konsep tersebut.
Solusi menurut saya adalah kita sebagai calon guru terutama harus tidak pernah bosan
dalam mengumpulkan atau mencari informasi baru mengenai istilah dalam pembelajaran
klasifikasi ataupun pembelajaran lainnya. Karena jika tidak ada pegangan kumpulan istilah,
tidak akan bisa kita menjelaskan secara rinci ke siswa. Artinya sumber referensi sangat
penting digunakan dalam proses belajar mengajar.

Siswa juga harus memiliki kesadaran, bahwa tidak selamanya mendapatkan arahan materi
dari guru. Siswa harus aktif dan mandiri dalam mencari sumber belajar.

JURNAL 3

Pohon filogenetik diterapkan dalam pembelajaran di Indonesia masih rendah,


miskonsepsi yang terjadi yaitu dalam menginterpretasikan pohon filogenetik. Miskonsepsi
terjadi ketika memahami dasar pembuatan pohon filogenetik, pembacaan grafik, pemahaman
lebih maju secara filogenetik dan dalam menghitung nodus grafik.

Pemahaman konsep yang belum tepat dapat menimbulkan kesalahan membaca pohon
filogenetik. Kesalahan dalam membaca dan memahami pohon filogenetik terjadi pada materi
klasifikasi tumbuhan berbiji. Jika memiliki pemahaman konsep yang salah dalam
mempelajari klasifikasi tumbuhan berbiji maka dalam pembuatan pohon filogenetik
menyebabkan kesalahan.

Solusi menurut saya adalah siswa harus selalu mencoba membaca dan berlatih dalam
materi pohon filogenetik. Karena dalam materi pohon filogenetik tidak bisa jika harus satu
kali belajar, perlu belajar berulang-ulang dan berlatih mencari pohon filogenetik yang lain
sehingga kemampuan kita sebagai siswa nantinya bisa terasah dengan baik.

Guru diharapkan mampu memberikan strategi yang tepat bagaimana cara membaca dan
memahami pohon filogenetik supaya tidak terjadi miskonsepsi berkelanjutan. Mencarilah
sumber yang lebih relevan ataupun terpercaya kebenarannya. Sebagian besar buku yang
menyajikan materi melalui bahasa inggris lebih terpercaya. Tetapi buku yang berasal dari
bahasa Indonesia tidak semua buruk. Mencarilah sumber yang berasal dari jurnal-jurnal.

JURNAL 4

Pada jurnal ini, calon guru yang mengalami miskonsepsi yaitu calon guru kelas 1. Calon
guru kelas 4 sudah menguasai konsep dengan baik. Sebagian besar calon guru belum
memahami klasifikasi tumbuhan yang sesungguhnya. Modul yang digunakan perlu diperbaiki
kembali dan dipertimbangkan dalam menyampaikan materi sebelum memberikan pengajaran.
Sehingga siswa nantinya tidak akan mengalami miskonsepsi. Diperlukan pemeriksaan lebih
lanjut kepada calon guru.

Solusi menurut saya adalah kita sebagai calon guru pasti sudah tahu risiko yang
kemungkinan terjadi. Jika calon guru menyampaikan konsep yang salah maka siswa juga
akan mengalami pemahaman konsep yang salah. Perlu pelatihan rutin dalam mengasah
kemampuan calon guru. Salah satu penyebab utama calon guru mengalami miskonsepsi
karena calon guru belum bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Keadaan yang belum biasa menyebabkan calon guru menyesuaikan dengan lingkungan
baru, dengan demikian konsep yang mulanya sudah dirancang akan disampaikan dengan
benar tetapi karena perasaan gugup dan belum percaya diri, akhirnya konsep materi yang
disampaikan tidak sesuai konsep sebenarnya.

Siswa yang sudah paham mengenai materi, sebelumnya sudah belajar atau sebelumnya
pernah memahami bahwa konsep yang dipahami dengan konsep guru berbeda, diharapkan
mampu mengeluarkan pendapat kepada guru yang sedang memberikan pembelajaran dengan
cara yang sopan, dengan adanya masukan atau pendapat dari siswa maka nantinya akan
menghasilkan kesimpulan yang terbaik. Tidak ada salahnya guru belajar dari siswa begitu
pun sebaliknya.

JURNAL 5

Miskonsepsi pada klasifikasi makhluk hidup dapat menjadikan hambatan siswa dalam
mempelajari materi klasifikasi. Dalam membedakan hubungan antara kegiatan dan pengertian
klasifikasi siswa mengalami pemikiran berbeda.

Pemahaman yang berbeda ini perlu segera diatasi. Pelatihan dalam taksonomi tumbuhan
sebaiknya diperbaiki mulai dari sekarang. Pengertian yang sudah dipelajari siswa biasanya
belum tentu benar. Perlu adanya guru yang mengarahkan sehingga kegiatan yang akan
dilakukan siswa yang berkaitan dengan pengertian materi lebih tepat dan sesuai.

Sumber referensi perlu diperbanyak. Karena dengan adanya sumber referensi lain
biasanya dapat melengkapi dan meluruskan kebenaran materi.
Daftar Pustaka

Astuti, S., P. (2016). Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup di
Kelas VII SMP Negeri 1 Rasau Jaya. https://scholar.google.com/citations?
user=Qd2dYM8AAAAJ&hl=id&oi=sra. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2021.

Maskour, L., Alami, A., Zaki, M., & Agorram, B. (2019). Plant Classification Knowledge
and Misconceptions among University Students in Morocco. Edu sci.
https://www.mdpi.com/421222. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2021. 9, 48;
doi:10.3390/educsci9010048.

Sudiana, M., A. (2018). Analisis Misreading Pohon Filogenetik Dan Miskonsepsi Klasifikasi
Tumbuhan Berbiji. http://repository.upi.edu/id/eprint/37118. Diakses pada
tanggal 28 Agustus 2021.

Yangin, S., Sidekli, S., & Gokbulut, Y. (2014). Prospective Teachers Misconceptions About
Classification Of Plants And Changes In Their Misconceptions During Pre
Service Education. Journal of Baltic Science Education.
https://www.researchgate.net/profile/SelamiYangin/publication/287232118_Pros
pective_teachers'_misconceptions_about_classification_of_plants_and_changes_i
n_their_misconceptions_during_preservice_education/links/584f9e7908ae4bc899
3b0ae0/Prospective-teachers-misconceptions-about-classification-of-plants-and-
changes-in-their-misconceptions-during-pre-service-education.pdf. Diakses pada
tanggal 29 Agustus 2021.

Yona, F. (2021). Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Kelas
VII SMP Negeri 1 Tebing Tinggi Timur Kabupaten Kepulauan Meranti.
http://repository.uin-suska.ac.id/54301/ . Diakses pada tanggal 28 Agustus 2021.

Anda mungkin juga menyukai