Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN

“ Proses Politik dalam Planning dan Budgeting Sektor Publik”

DISUSUN OLEH :

1. Anis Tinal 1907010279


2. Anika Yohana Manu 1907010179
3. Aprilia Fransiska Karunia Assit 1907010142
4. Callysta Mayo Heo Ully 1907010138
5. Farmi Wakidjo 1907010158
6. Febronia Pricillia Woi 1907010014
7. Florencia V Mori Ate 1907010190
8. Mira Kiliana Ataupah 1907010167
9. Nadia S. Nurjanah C.010519044
10. Putri Ayuningthias Logo 1907010051
11. Schifra Prudence Elizabeth Abel 1907010248
12. Siti Nurhaliza C.0105.19.051

13. Sofia Arlina Mbahung 1907010066


14. Viktoria H. Melan 1907010183
15. Wilda Junansi Tandierung 1907010154

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021
Proses Politik Dalam Planning dan Budgeting Sektor Publik

A. Variabel Politik dalam penganggaran daerah


ada 2 sumber risiko yaitu:

1. Faktor keunggulan kekuasaan (discretionarypower) dan perilaku opportunistik


oknum legislatif. Perilaku oportunistik legislatif dapat terjadi pada dua posisi
yakni sebagai principle dan sebagai agen. Sebagai principle bagi eksekutif,
legislatif dapat merealisasikan kepentingan dengan membuat kebijakan yang
seolah-seolah merupakan kesepakatan diantara kedua belah pihak, tetapi
menguntungkan legislatif dalam jangka panjang, baik secara individual maupun
institusional. Melaui deskrisional power yang dimiliki legislatif dapat megusulkan
kebijakan yang sulit untuk ditolak oleh eksekutif, meskipun usulan itu tidak
berhubungan langsung dengan pelayanan publik dan fungsi legislatif. (Halm
2006).
2. Faktor hubungan eksekutif dan legislatif (terkait mekanisme perumusan dan
pembahasan APBD). Riharjo, Sudarma, Irianto, dan Rosidi (2015) menjelaskan
anggaran yang telah ditetapkan melalui proses politik, di-hasilkanmelalui sistem
yang telah didominasi oleh struktur kekuasaan. Dominasi eksekutif didukung oleh
keunggulan yang dimiliki, terutama dalam hal pengalaman, pengetahuan, dan
penguasaan terhadap seluruh fungsi peme-rintahan. Dengan habitus dan modal
yang dimiliki, eksekutif memiliki kemampuan untuk mendominasi ranah
pembahasan, penetapan dan pelaksanaan anggaran. Sedangkan peran legislatif
dalam politik anggaran, diwujudkan melalui konsensus bersama eksekutif, yang
ditentukan oleh kekuatan politik yang mendominasi.
B. Pelaku-pelaku kunci (key person) yang terlibat dalam penyusunan anggaran
pemerintahan kabupaten’kota
1. Pihak Eksekutif (Bupati/Walikota, Sekretaris Daerah, Tim Anggaran, SKPD,
Bappeda dan BPKD)
 Bupati/Walikota
Dalam hal ini bupati/walikota harus segera menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah terpilih.
 Sekretaris Daerah (Sekda)
Dalam kaitannya dengan penyusunan anggaran daerah, Sekretaris daerah
dalam suatu merupakan koordinator Tim Anggaran Eksekutif yang
mempunyai tugas antara lain menyampaikan Kebijakan Umum Anggaran
(KUA) kepada DPRD.
 Tim Anggaran Eksekutif Tim
bertugas untuk menyusun Kebijakan Umum anggaran dan
mengkompilasikan Rencana Kerja Anggaran setiap Satuan Kerja (RKA-
SKPD) menjadi RAPBD.
 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unit kerja pemerintahan
kabupaten/kota yang merupakan pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran dan mempunyai tugas untuk menyusun dan melaksanakan
anggaran pada unit kerja yang bersangkutan.
 Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
BAPPEDA merupakan unit perencanaan daerah yang mempunyai tugas
antara lain untuk menyiapkan berbagai dokumen perencanaan.
 Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD)
BPKD adalah unit kerja pada suatu pemerintahan yang bertugas antara lain
menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah
(APBD) dan berfungsi sebagai bendahara umum daerah. (BPKAD),
2. Pihak Legislatif
Pihak Legislatif yang terlibat dalam penyusunan anggaran pemerintah daerah antara
lain adalah:
 Panitia Anggaran Legislatif
Panitia Anggaran Legislatif adalah suatu Tim Khusus yang bertugas untuk
memberikan saran dan masukan kepada kepala daerah (bupati/walikota)
tentang penetapan, perubahan, dan perhitungan APBD yang diajukan oleh
pemerintah daerah sebelum ditetapkan dalam Rapat Paripurna.
 Komisi-Komisi DPRD
Dalam proses penetapan anggaran komisi-komisi merupakan kelompok
kerja yang bersama-sama dengan semua SKPD terkait membahas RKA-
SKPD.
3. Pihak Pengawas (Auditor)
Yang bertindak sebagai pihak pengawas dalam perencanaan dan pengelolaan
keuangan daerah adalah:
 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
 Badan Pengawas Daerah (BAWASDA)
C. Preferensi: Pengambil kebijakan terhadap program-program kesehatan
Model alokasi anggaran yang tepat dan benar adalah model rasional teknis dan di
sesuaikan fungsi dari anggaran.Oleh karena itu paradox kebijakan yang di ambil juga
harus rasional sesuai dengan hasil analisis situasi untuk mengetahui masalah yang
ada.Untuk anggaran Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang di alokasikan untuk sector
kesehatan akan lebih tepat memang dihitung secara detail melalui kebutuhan perkapita
dan dilakukan survei National Health Account/Province Health Account/ District Health
Account. Dari hasil tersebut dapat dibuat perkiraan persentase yang harus di alokasikan
untuk sector kesehatan. Model pembagian alokasi anggaran di internal Kemenkes/ Dinas
Kesehatan akan lebih tepat jika dihitung secara detil berdasarkan analisis situasi
permasalahan kesehatan yang terjadi dan berapa kebutuhan anggaran untuk unit/bidang.
Model pembagian alokasi anggaran kesehatan yang ditansfer ke Daerah akan lebih tepat
jika menggunakan formula yang memenuhi prinsip-prinsip equity, equality dan
adequacy. Adanya formula anggaran ini dapat mengurangi intervensi politik dari
berbagai pihak. Rekomendasi untuk pengambil kebijakan di sector kesehatan meliputi:
1. Penguatan terhadap peraturan dalam proses penganggaran dan peningkatan
kemampuan advokasi dan melakukan pendekatan baik kepada Kemenkeu dan
DPR (Pusat), TAPD dan DPRD (Daerah).
2. Pembuatan formula anggaran, karena formula merupakan suatu alat untuk
mengurangi terjadinya politik anggaran. Formula anggaran sebaiknya tidak terlalu
rumit dan memenuhi prinsip-prinsip equity, equality serta adequacy sehingga
mudah diterima oleh DPR.
3. Pembuatan formula anggaran harus di dukung dengan kebijakan agar dapat
dipatuhi oleh seluruh jajaran kesehatan.
D. Teknik-teknik Lobi dalam Perencanaan dan Penganggaran
Definisi Lobi dapat di susun sebagai Suatu upaya pendekatan yang dilakukan oleh satu
pihak yang memiliki kepentingan tertentu untuk memperoleh dukungan dari pihak lain
yang di anggap memiliki pengaruh atau wewenang dalam upaya pencapaian tujuan yang
ingin di capai Definisi lain mengenai Lobi adalah suatu kegiatan dari orang-orang yang
berusaha untuk mempengaruhi orang lain untuk suatu tujuan tertentu, baik itu sebuah
lembaga pemerintahan maupun suatu organisasi tertentu. Tiap aktifitas lobi mengandung
dua elemen utama, yakni kontak dan pengaruh, di mana pada tiap lobi selalu di awali dan
diakhiri dengan “kontak”.Lobi memiliki manfaat untuk memberikan pengertian yang
menyeluruh mengenai sebuah tujuan baik individu maupun perusahaan, kegiatan ini bisa
dimanfaatkan untuk menyamakan persepsi mengenai banyak hal yang berkaitan dengan
keinginan dan tujuan masing-masing.Dari lobi kemudian juga bisa di temukan peluang-
peluang yang bisa di manfaatkan kedua belah pihak yang di teruskan lewat kegiatan
negosiasi yang akhirnya bisa menguntungkan bagi kedua belah pihak.
1. Persiapan yang di perlukan saat Melobi
Berikut ini hal-hal yang perlu di perhatikan sebelum kita melaksanakan lobi :
a. Langkah-langkah Persiapan :
 Pahami prinsip-prinsip kegiatan lobi kita
 Kenali sasaran lobi kita
 Pahami prinsip-prinsip membangun kepercayaan sasaran lobi terhadap diri
kita.
 Berikan gambaran manfaat yang di dapat bila mendukung atau
mengabulkan permintaan kita.
 Persiapkan berbagai fasilitas pendukung (waktu, tempat, dan acara).
b. Ukuran Keberhasilan
 Sasaran yang di lobi
 Lobi terhadap pemerintah (lembaga legislatif, yudikatif, eksekutif)
c. . Lobiterhadaporganisasiatauperusahaanlain,seperti
 Perbankan
 Competitor
 Media
 Lobi dengan perusahaan mitra strategis
 Asosiasi
 Supplier
 LSM
 Perusahaan farmasi
 Perusahaan ekspor-impor
 Perusahaan jasakonsultan

2. Mengorganisasikan dan Merencanakan Lobi

1. Menetapkan Bentuk Kegiatan


 Seminar, workshop, dialog bersama yang diselingi diskusi informal di
hotel berbintang.
 Olah raga ataukegiatanlain yang juga bisa dimanfaatkan untuk saran
melakukan lobi.
2. Menetapkan Tempat dan Suasana
3. Privasi
4. Kondisi/keinginan sasaran
5. Pertimbangkan faktor lokasi tempat lobi berlangsung
6. MenetapkanWaktu
7. Menetapkan Tim Lobi
8. Menetapkan TujuanLobi
 Mengajak sasaran lobi untuk terjun langsung dan mengamati kegaiatan
industry perusahaan anda.
 Memberikan gambaran yang jelas kepada jurnalis mengenai dunia
industri (bila sasarannya media), menjalin hubungan yang lebih
harmonis dengan mereka, merangsang jurnalis agar dapat menulis
tentang sisi lain industry anda.
 Saling mengenal satu sama lain dan memahami secara personal.
9. MenetapkanAnggaran.
Anggaran (budget) tergantung banyak variabel :
 Tujuan dan sasaran akhir lobi.
 Siapa yang diundang.
 Lokasi atau tempat lobi.
 Jumlah yang diundang.
 Pilihan menu.
 Tahapan lobi
 Publikasi
 Souvenir

Sumber

http://saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Sistem-Penganggaran-Penerintah.pdf

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/12.-Full-Text-Seminar-Nasional-
Kebijakan-Kesehatan-Indonesia-di-NTT-Politik-Anggaran-Dewi-MDH.pdf

Anna Gustina Zainal, S. (2017). Teknik Lobi dan Negosiasi. Bandar Lampung, Februari 2017,
11,25-27.

http://repository.lppm.unila.ac.id/20052/1/Lobi%20dan%20Negosisasi.pdf

Romarina, Arina dan Akhmad Makhfatih. 2010. Faktor-Faktor Risiko Fiskal dalam
Penganggaran Daerah. JURNAL BPPK, 1 (2), 31-49

Yuhertiana, Indrawati, Soeparlan Pranoto, dan Hero Priono. 2015. PERILAKU


DISFUNGSIONAL PADA SIKLUS PENGANGGARAN PEMERINTAH: TAHAP
PERENCANAAN ANGGARAN. JAAI, 19 (1), 25-38

Jumaidi, Lalu Takdir. 2019. ANALISIS PERILAKU SKPD DAN DPRD DALAM PROSES
PENYUSUNAN PENGANGGARAN DENGAN FENOMENOLOGI. Jurnal Riset
AkuntasiAksioma, 18 (1), 278-310

Anda mungkin juga menyukai