Laporan Pendahuluan Kuretase
Laporan Pendahuluan Kuretase
I
DENGAN KURETASE DI RUANG FATIMAH
RSI SUNAN KUDUS
DISUSUN OLEH :
NAMA : VINA WULANDARI
NPM : 82021040090
B. TUJUAN KURETASE
Menurut ginekolog dari Morula Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan kuret ada
dua yaitu:
1. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter untuk
membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak
diharapkan.
2. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada rahim,
apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya berbeda, tindakan yang
dilakukan pada dasarnya sama saja. Begitu juga persiapan yang harus dilakukan
pasien sebelum menjalani kuret.
Efek farmakologis
Efek pada susunan saraf pusat. Apabila diberikan intravena maka dalam waktu
30 detik pasien akan mengalami perubahan tingkat kesadaran yang disertai
tanda khas pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan nistagmus.
Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari, seperti
gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang. Apabila diberikan secara
intramuskular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit, sering mengakibatkan
mimpi buruk dan halusinasi pada periode pemulihan sehingga pasien
mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan peningkatan
tekanan darah intrakranial.
Efek pada mata
Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan, terjadi
peningkatan tekanan intraokuler akibat peningkatan aliran darah pada pleksus
koroidalis.
Efek pada sistem kardiovaskular.
Ketamin adalah obat anestesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa
meningkatkan tekanan darah dan jantung. Peningkatan tekanan darah akibat
efek inotropik positif dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.
Efek pada sistem respirasi
Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi. dapat
menimbulkan dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga
merupakan obat pilihan pada pasien ashma.
Dosis dan pemberian
Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila
akses pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak – anak. Ketamin
bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M. dosis induksi
adalah 1 – 2 mg/KgBB secara I.V atau 5 – 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis
sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan harus dititrasi untuk mendapatkan
efek yang diinginkan. Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten
atau kontinyu. Emberian secara intermitten diulang setiap 10 – 15
menitdengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.
Efek samping
Dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada
mulut,selain itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan
mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot dapat menimbulkan efek
mioklonus pada otot rangka selain itu ketamin juga dapat meningkatkan
tekanan intracranial. Pada mata dapat menyebabkan terjadinya nistagmus dan
diplopia.
Kontra indikasi
Mengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks seperti yang telah
disebutkan diatas, maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja.
Pada pasien yang menderita penyakit sistemik penggunaanya harus
dipertimbangkan seperti tekanan intrakranial yang meningkat, misalnya pada
trauma kepala, tumor otak dan operasi intrakranial, tekanan intraokuler
meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma dan pada operasi intraokuler.
Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitif terhadap obat – obat
simpatomimetik, seperti ; hipertensi tirotoksikosis, Diabetes militus , PJK dll.
3) Tramadol 1-2 mg/ BB
Indikasi : Nyeri sedang sampai berat.
Kontra indikasi : Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut
akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala .
Efek samping : Mual, muntah, konstpasi, ketergantungan / adiksi pada over
dosis menimbulkan keracunan dan dapat menyebabkan kematian. Sediaan
Tramadol (generik) injeksi 50 mg/ml, tablet 50 mg
4) Sedativa ( diazepam 10 mg)
Indikasi : Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia, tambahan
pada putus alkohol akut, status epileptikus, kejang demam, spasme otot.
Cara Pemberian : Injeksi i.m atau injeksi i.v lambat : (kedalam vena besar
dengan kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit)untuk ansietas akut berat,
pengendalian serangan panik akut, penghentian alkohol akut, 10 mg, jika perlu
ulangi setelah 4 jam.Catatan : Rute i.m hanya digunakan jika rute oral dan i.v
tidak mungkin diberikan.
Kontraindikasi : Depresi pernafasan, gangguan hati berat, miastenia gravis,
insufisiensi pulmoner akut, glaukoma sudut sempit akut, serangan asma akut,
trimester pertama kehamilan, bayi prematur; tidak boleh digunakan sebagai
terapi tunggal pada depresi atau ansietas yang disertai dengan depresi.
Efek Samping : Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia,
rasa malas, vertigo, sakit kepala, mimpi buruk dan efek amnesia. Efek lain :
gangguan pada saluran pencernaan, konstipasi, nafsu makan berubah,
anoreksia, penurunan atau kenaikan berat badan, mulut kering, salivasi, sekresi
bronkial atau rasa pahit pada mulut.
5) Atropine sulfas 0.25- 0.50 mg/ml
Indikasi : Spasme/kejang pada kandung empedu, kandung kemih dan usus,
keracunan fosfor organik.
Kontraindikasi : Glaukoma sudut tertutup, obstruksi/sumbatan saluran
pencernaan dan saluran kemih, atoni (tidak adanya ketegangan atau kekuatan
otot) saluran pencernaan, ileus paralitikum, asma, miastenia gravis, kolitis
ulserativa, hernia hiatal, penyakit hati dan ginjal yang serius.Dosis : 0.25- 0.50
mg/ml
6) Oksigen dan regulator
Pemberian oksigen dilakukan setelah post operasi pasien diberikan oksigen 2
liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi keadaan pasien sampai
dipindahkan ke ruangan perawatan.
C. PERAWATAN POST KURETASE
Perawatan usai kuretase pada umumnya sama dengan operasi-operasi lain.
Harus menjaga bekas operasinya dengan baik, tidak melakukan aktivitas yang terlalu
berat, tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai
keluhannya benar-benar hilang, dan meminum obat secara teratur. Obat yang
diberikan biasanya adalah antibiotik dan penghilang rasa sakit. Jika ternyata muncul
keluhan, sakit yang terus berkepanjangan atau muncul perdarahan, segeralah
memeriksakan diri ke dokter. Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua
karena bisa saja ada sisa jaringan yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya
kuret berjalan dengan baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhannya.
Hal-hal yang perlu juga dilakukan:
1. Setelah pasien sudah dirapihkan, maka perawat mengobservasi keadaan pasien dan
terus memastikan apakah pasien sudah bernapas spontan atau belum.
2. Setelah itu pasien dipindahkan ke recovery room.
3. Melakukan observasi keadaan umum pasien hingga kesadaran pulih.
4. Pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi
keadaan pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan.
5. Konseling pasca tindakan.
6. Melakukan dekontaminasi alat dan bahan bekas operasi
Dampak Setelah Kuretase
Terkadang kuret tidak berjalan lancar. Meskipun telah dilakukan oleh dokter
kandungan yang sudah dibekali ilmu kuret namun kekeliruan bisa saja terjadi. Bisa
saja pada saat melakukannya dokter kurang teliti, terburu-buru, atau jaringan sudah
kaku atau membatu seperti pada kasus abortus yang tidak ditangani dengan cepat.
Berikut adalah dampaknya:
a. Perdarahan
Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi
perdarahan. Untuk itu jaringan harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa
sedikit pun. Bila ada sisa kemudian terjadi perdarahan, maka kuret kedua harus
segera dilakukan. Biasanya hal ini terjadi pada kasus jaringan yang sudah
membatu. Banyak dokter kesulitan melakukan pembersihan dalam sekali tindakan
sehingga ada jaringan yang tersisa. Namun biasanya bila dokter tidak yakin sudah
bersih, dia akan memberi tahu kepada si ibu, “Jika terjadi perdarahan maka segera
datang lagi ke dokter.”
b. Cerukan di Dinding Rahim
Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai meninggalkan
cerukan di dinding rahim. Jika menyisakan cerukan, dikhawatirkan akan
mengganggu kesehatan rahim.
c. Gangguan Haid
Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot rahim,
dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran siklus haid.
d. Infeksi
Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa
memicu terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang
basah oleh cairan seperti darah.
e. Kanker
Sebenarnya kecil kemungkinan terjadi kanker, hanya sekitar 1%. Namun bila
kuret tidak dilakukan dengan baik, ada sisa yang tertinggal kemudian tidak
mendapatkan penanganan yang tepat, bisa saja memicu munculnya kanker. Disebut
kanker trofoblast atau kanker yang disebabkan oleh sisa plasenta yang ada di
dinding rahim.
D. PATHWAY
Resiko
perdarahan
Kuret
E. DIAGNOSA
NO DX NOC NIC