Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Rumah Dinas Walikota Cilegon

Di Susun Untuk Memenuhi Ulang Setengah Semester (Uts)

Dosen Pengampu: Edi Widodo, M.Hum

Mata Kuliah: Arkeologi

Di Susun. Oleh:

Hidayat Saifullah (201350003)

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN

BANTEN 202
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah yang maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah nya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Rumah Dinas Walikota Cilegon"

Makalah ini disusun guna memenuhi Ulangan tengah Semester (Uts) pada mata kuliah
Arkeologi Uin Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Selain itu, saya berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Edi Widodo, M.Hum


selaku dosen pengampu. Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

PEMBAHASAN
1. Lokasi Rumah Dinas Walikota Cilegon

Rumah Dinas Walikota Cilegon berada di pusat kota Cilegon, di Jalan Sultan Agung
Tirtayasa No. 1 (Jl. Ahmad Yani Jombang wetan kecamatan cilegon kota Cilegon provinsi
Banten), berseberangan dengan Masjid Agung Nurul Ikhlas. Rumah berhalaman luas ini
merupakan bangunan warisan zaman Belanda. Dulunya, Rumah Dinas Walikota Cilegon
ini, yang eksis sejak tahun 1880-an, dulunya merupakan Kantor Asisten Residen Gubbels,
dan pernah juga digunakan sebagai Kantor Kawedanan.

2. Diskripsi Rumah Dinas Walikota Cilegon

Rumah dinas Walikota Cilegon merupakan bekas gedung kawedanan, sebagai kantor
Asisten Residen Gubbels, hingga kini bangunan berarsitektur Eropa ini masih terpelihara
dengan baik. Rumah bergaya Eropa bercorak oud Holland atau Belanda Kuno ini
menggunakan serambi yang disangga oleh tiang-tiang bergaya doria, sebuah gaya dengan
bantalan di bagian atasnya berbentuk segi empat dan badan tiangnya dihiasi motif gerigi
bertaut. Model bangunan rumah ini oleh V.I van de Wall disebut sebagai gaya echt Indisch
atau gaya Hindia Belanda yang sebenarnya. Daun pintu dan jendela pada bangunan ini
memiliki corak tersendiri berjenis jalousie window atau jendela yang disusun dari
tumpukan kayu yang tertata rapi horizontal.

Denah bangunan ini berbentuk empat persegi panjang, menghadap kearah timur.
Didepan bangunan utama terdapat bangunan berbentuk joglo (semacam tempat pertemuan)
dengan empat tiang utama ditengah dan sepuluh tiang kecil yang menopang atap bersusun
dua. Bangunan utama terdapat 5 terap anak tangga dibagian muka.Bagian serambi
bangunan ini ditopang oleh 6 buah pilar berbentuk persegi empat berwarna putih,dua buah
pilar dikiri dan kanan berbentuk pilaster (tiang semu). Dinding serambi berdaun jendela
terbuat dari kayu berjenis jalosie window. Atap bangunan berbentuk limasan dengan
konstruksi kayu. Gentingnya terbuat dari tembikar berwarna coklat, yang kini sudah
diganti dengan genting berglasir. Pintu masuk bagian depan berukuran besar (tinggi 3
meter) berjumlah 4 buah, keempatnya merupakan pintu rangkap, artinya memiliki dua lapis
daun pintu. Daun pintu rangkap pertama terbuat dari bahan kayu dengan hiasan potongan
kayu susun kebawah (jalosie) dan seperempat bagian berbentuk panil biasa, daun pintu
rangkap kedua terbagi kedalam 4 bagian, 3 panil teratas diberi kaca, sebuah panil yang
terletak dibawah berbentuk panil kayu biasa. Pada bagian belakang bangunan ini terdapat
halaman yang luas dan bangunan tambahan berbentuk barak. Bangunan yang disebelah
kanan diperuntukkan untuk kantor, dan yang disebelah kiri diperuntukkan untuk garasi.
Dibagian selatan terdapat bangunan yang digunakan sebagai kantor. Bentuk bangunan ini
bujur sangkar, atap bangunan bergaya joglo.

3. Sejarah Rumah Dinas Walikota Cilegon


Masuknya Belanda pada abad Ke-19 mulai menimbulkan persoalan yang amat besar
bagi masyarakat Banten, karena perubahan yang dilakukan oleh pemerintahan Belanda
mengubah sistem pemerintahan yang dibuat oleh Kesultanan Banten. Dari struktur
pemerintahan Tradisional beralih kepada sistem pemerintahan Modern (Eropa). Hal ini
membuat dampak yang buruk bagi tatanan hidup masyarakat.

Ditambah pihak pemerintah Belanda melaksanakan sistem perpajakan yang baru,


tindakan sewenang-wenang yang memaksa rakyat harus bekerja lebih keras dalam
beberapa pembaharuan yang membuat rakyat menderita. Tidak hanya itu, nilai budaya
sosial dan agama seakan diusik sehingga membuat para elit agama semakin tidak terima
atas perlakuan pemerintah. Sehingga timbulah reaksi masyarakat Banten khususnya di
Cilegon dengan melakukan aksi perlawanan yang dikenal dengan Geger Cilegon. Untuk
itu, dengan adanya perlawanan yang digerakan oleh beberapa Ulama besar, yaitu seperti
K.H Wasid, Arsyad Thowil, K.H Muhammad Ahya dan ulama yang lainnya, sehingga
dapat membuat rakyat semakin percaya akan adanya pemimpin yang bisa membereskan
permasalahan yang ada di Cilegon.

Pemberontakan pada tahun 1888 terjadi di Cilegon yang disebut dengan Geger
Cilegon yang di pimpin oleh Ki Wasid sebagai salah satu kiyai yang diberikan kepercayaan
untuk memimpin penyerangan terhadap orang-orang eropa dan antek-antek mereka di
Cilegon dan sekitarnya, para kiyai berkumpul di kaloran di mana diputuskan bahwa
pemberontakan akan dimulai pada suatu hari dalam bulan sura (september 1888). Juga
diputuskan bahwa Haji Wasid, Haji Iskak, Haji Tubagus Ismail dan kiyai-kiyai lainnya dari
distrik Cilegon dan Kamat watu akan memimpin serangan terhadap Cilegon. Semangat
yang menyala-nyala untuk mengenyahkan rejim kolonial membuncah dalam dada dan
minda Ki Wasid, ketika sebuah pertemuan tanggal 22 Juni 1888 untuk membahas tanggal
mulainya pemberontakan yang dihadiri oleh 60 orang kiyai dan para pengikutnya, Ki
Wasid benar-benar menginginkan segara dimulai pemberontakan tersebut. Menurutnya
„setiap penundaan, hanya akan merugikan perjuangan suci dan membahayakan anggota-
anggota komplotan itu sendiri. Pada hari Sabtu 7 juli 1888, setalah para pucuk pimpinan
berkumpul akhirnya pertemuan dilanjutkan setelah tengah malam di saneja di rumah Haji
Iskak. Pertemuan itu dihadiri oleh para Kiayi dari Jaha, Leuwibeureum, Ciora, Cibeber,
Terate udik, Serang, Bekung, dan Tanara. Selain tentu saja Haji Wasid dan Tb. Ismail di
rumah Haji Ishak diputuskan bahwa pemberontakan menggulingkan rejim klonial belanda
akan dimulai tanggal 29 syawal atau 9 Juli 1888. Betapa pentingnya momen dan locus
pertemuan tersebut tergambar dalam fakta bahwa hasil keputusan musyawarah final
tersebut selanjutnya disebarluaskan kepada paa Kiyai dan tokoh di seluruh Banten, Jawa
Barat dan Jakarta dengan mengutus puluhan kurir untuk melakukan pemberontakan itu.
Setelah Indonesia merdeka sistem pemerintahan kolonial dihapuskan pada 4 Juli 1950,
pemerintah republik Indonesia dengan persetujuan badan Komite Nasional Indonesia Pusat
menghapuskan daerah karesidenan Banten, ,dan membubarkan dewan perwakilan daerah
karesidenan.

4. Fungsi Dulu Dan Sekarang Rumah Dinas Walikota Cilegon

A. Fungsi Dulu

Sistem hak tanah di Banten pada abad XIX berasal dari zaman kesultanan.
Kepemilikan tanah bersumber pada hadiah-hadiah tanah yang diberikan pada anggota-
anggota kerabat sultan dan pejabat-pejabat pemerintah. Agar tanah sultan itu menghasilkan
keuntungan, maka pengelolaannya diserahkan kepada petani dengan syarat bahwa mereka
menggarap dan membayar upeti kepada sultan sebesar sepersepuluh dari hasilnya. Tapi
pada kenyataannya penggunaa tanah milik sultan itu dikaitkan dengan pajak hasil panen
dari kerja wajib bagi sultan. Para pejabat yang mendapat tanah dari sultan memiliki hak
untuk menikmati hasil panen dan menggunakan tenaga kerja rakyat.

Oleh karena hak atas tanah negara itu terbatas, maka banyak di antara pemegang hak
tanah membuka tanah baru dengan memanfaatkan hak kerja bakti pada tanah pusaka.
Dengan demikian mereka tidak hanya memperoleh penghasilan yang lebih tapi juga hak
penuh atas tanah tersebut. Suatu kenyataan bahwa pemungutan pajak merupakan
pendapatan kesultanan yang utama.

Dalam tahun 1808 Daendels menghapuskan tanah-tanah milik sultan serta wajib
kerja bakti yang melekat pada tanah-tanah itu dan menggantinya dengan pemungutan
seperlima dari hasil panen sebagai pajak tanah. Beberapa tahun kemudian, wajib kerja
bakti secara berangsur-angur dikurangi dan kemudian dihapuskan diganti dengan pajak
kepala sebesar satu gulden tiap orang.

Menurut peraturan yang wajib membayar pajak adalah mereka yang diharuskan
melakukan kerja bakti (herendienstplichtigen). Pelaksana peraturan ini adalah Residen
Spaan. Ia memerintahkan agar semua laki-laki sehat yang berusia antara 15 sampai 50
tahun dikenakan pajak.

Diberlakukannya peraturan Spaan ini menyebabkan para kepala rumah tangga harus
memikul beban yang berat karena mereka harus membayar pajak kepala bagi semua
anggota laki-laki sehat yang ada di keluarganya yang berusia 15 sampai 50 tahun.

B. Fungsi Sekarang

Rumah dinas walikota Cilegon ini sekarang menjadi walikota dan tempat untuk
berkumpulan para anggota walikota Cilegon dan dengan adanya forum kerukunan umat
beragama.
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) kota Cilegon dibentuk berdasarkan SK
Walikota No. 450.05/kep.125-org/2009 tanggal 23 Februari 2009. Saat ini Forum
Kerukunan Umat Beragama (FKUB) kota Cilegon diketuai oleh Dr. K. H. Abdul Karim
Ismail, M.A. dan H. Mahrur muslim, S.Sos.I. Sekretariat forum kerukunan umat beragama
(FKUB) kota Cilegon saat ini di komp. Rumah Dinas walikota Cilegon Jl.S.A. Tirtayasa
Jombang Cilegon. Penduduk kota Cilegon berjumlah 424.094 jiwa, sebagian besarnya
adalah pemeluk Agama Islam yang tersebar secara merata di delapan kecamatan. Pemeluk
agama kristen mayoritas berada di kecamatan Jombang, kecamatan Citangkil dan
kecamatan Cibeber, penganut katolik mayoritas berada di kecamatan Jombang dan
Cibeber, pemeluk agama hindu mayoritas berada di kecamatan Cibeber dan kecamatan
Cilegon, pemeluk agama Budha mayoritas berada di kecamatan Jombang, kecamatan
Cilegon dan Cibeber, sedangkan pemeluk Agama Konghucu mayoritas berada di
kecamatan Cibeber.

5. Kondisi Sekarang Rumah Dinas Walikota Cilegon

Pada masa sekarang kondisi rumah dinas walikota Cilegon sebagai apartemen
pemerintah yang dinamai dengan wali kota Cilegon, dan yang menjabat sebagai walikota
Cilegon sebagai berikut:

Drs. H. Tubagus Rifa’i Halir (27 April 1999)


H. Tubagus Aat Syafa’at S.Sos, M.Si (7 April 2000)
H. Hidayat Djohari SH, M.Si (7 April 2005)
H. Tubagus Aat Syafa’at S.Sos, M.Si (20 Juli 2005)
Dr. H. Tubagus Iman Ariyadi S.Ag, M.M., M.Si (20 Juli 2010)
Suyitno (20 Juli 2015)
Dr. H. Tubagus Iman Ariyadi S.Ag, M.M., M.Si (17 Februar 2016)
Drs. H. Edi Ariadi, M.Si (20 Februari 2019)
Maman Mauludin S.H., M.Si (17 Februari 2021)
H. Helldy Agustian S.E, S.H (26 Februari 2021)

6. Daftar Pustaka

http://www.triptrus.com/news/4-tempat-bersejarah-di-kota-cilegon

Kamaludin, Tragedi Berdarah Di Banten :Skripsi, Perjuangan KH Muhammad Ghazali Di


Petir (Serang ,IAIN SMH BANTEN,2015),.p.76.

Mufti Ali, Hendri F Isnaeni, Sejarah Kota Cilegon Riwayat Kota Baja Di Ujung Barat
Pulau Jawa,(Cilegon, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, 2016), h. 205

Kartodirdjo, Pemberontakan Petani Banten 1888, h. 59-60.

Kartodirdjo, Pemberontakan Petani Banten 1888, h. 69.


Fathulloh (securitiy rumah dinas walikota Cilegon) 2021

Suparman Usman, Habibi Asyafah, Sembilan Tahunn Kiprah FKUB Provinsi Banten,
(Serang, Sehati Grafika, 2016), h. 82

Fathulloh (securitiy rumah dinas walikota Cilegon) 2021

7. Lampiran

(Foto depan rumah dinas walikota cilegon)

(Foto wawancara rumah dinas walikota cilegon)

(Foto rumah dinas walikota Cilegon)


(Foto bersama securitiy rumah dinas walikota Cilegon)

8. Saran

"Memajukan kota Cilegon yang lebih baik dari yang dulu, dan agar bisa mengayomi masyarakat
yang ada di cilegon, baik dalam perekonomian maupun kepolitikannya"

Anda mungkin juga menyukai