kapata yang berasal dan dinyanyikan di pulau Seram, kapata tersebut sebagai berikut:
Dengan demikian, maka asal mula dari Pela Gandong baik bentuk, sifat, isi dan tatalaku, ialah dari
adanya kehidupan sosial yang berkembang di masyarakat Nunusaku di pulau Seram. Perkembangan
kehidupan sosial masyarakat tersebut banyak ditemui dalam berbagai bidang, diantaranya:
Adanya perbedaan ketrampilan seperti cara menenun pakaian di antara para anggota kedua rumpun.
Perbedaan penampilan yang sangat mendasardi antara para anggota kedua rumpun.
Karena faktor – faktor perkembangan tersebut, maka kehidupan sosial masyarakat Nunusaku akhirnya
mengalami perpecahan dan terjadilah eksodus, selain ke arah timur maupun barat pulau Nusa Ina itu
sendiri, juga ke arah pulau Ambon dan pulau – pulau Lease.
Arus migrasi kelompok – kelompok yang eksodus berjalan lamban, bahkan amat lamban. Kelambanan
itu terjadi karena sering ada peperangan antar kelompok untuk merebut daerah – daerah kekuasaan.
Hampir selalu terjadi yang kuat memakan dan menindas yang lemah.
Peperangan bukan saja terjadi antar rumpun Patasiwa dan Patalima, akan tetapi juga dalam tiap – tiap
rumpun sendiri, seperti antar Patasiwa sendiri atau antar Patalima sendiri. Perepcahan dalam rumpun
sendiri pun tidak dapat dielakkan.
Dengan sering terjadinya peperangan antara rumpun maupun rumpun itu sendiri, menimbulkan
kesadaran di antara kedua rumput. Akhirnya peperangan antar rumpun maupun rumpun itu sendiri
perlahan bisa diatasi dengan ikrar perjanjian. Ikrar perjanjian mana selalu disertai nyanyian atau kapata
“Kuru Siwa Rima e”, yang hidup di pulau Seram. Karena ikrar perjanjian ini begitu kuat sehingga menjadi
awal mulanya tercipta ikatan Pela Gandong.
Eksodusnya bagian – bagian dari masyarakat Nunusaku yang kemudian Bermigrasi ke pulau Ambon dan
pulau -pulau Lease membawa serta pengetahuan dan pengalaman tentang Pela Gandong baik aspek,
faset, bentuknya, isinya, dan juga tata lakunya.