Asal usul
Negeri Nuruwe turun dari “NUNUSAKU” dengan tiga Kapitan besar yaitu Kukua, Tapeliline dan suaya
melakukan perjalanan ke Seram Utara. Di Air Ali, disanalah mereka diperintahkan melalui mimpi
untuk mengambil nama kampong, nama Teon Negeri dan peralatan perang. Kemudian itu mereka
melakukan perjalanan selanjutnya ke Seram Barat taniwel yang bertempat di Lumbuy Pissi. Kemudian
tiga kapitan besar tersebut berpisah untuk mencari dan menentukan petuanan masing-masing. Negeri
Nuruwe Luma abotoi berbatasan disebelah Timur bagian gunung dengan Negeri Rumberu Lumpui
sowei, sebelah timur bagian pantai berbatasan dengan Hatusua Hatumena di Nala Ote (kali Ouw),
sebelah barat dengan Lumoli pasal uwei, sebelah Utara dengan Uwet Bubui Makbala.
Teon Negeri
Teon Negeri Nuruwe adalah “NURUWE LUMA ABOTOY” yang artinya pelayan tuan rumah di Tiga
Batang Air.
Negeri Luma Abatoy memiliki 3 (tiga) Soa, masing-masing: Soa Matital sebagai soa parenta, Soa
Rumasoal sebagai Tuan Negeri dan Soa Akollo sebagai tenaga pembantu.
Batu Pamali
Batu pamali Negeri Nuruwe Luma abatoy adalah Batu moli di tapel titapu elake rumasoale
Keramat
Tempat Keramat negeri Nuruwe Luma abotoy adalah Matital Pepel alui, Lumbui keramit, Mekut butut,
Hena Babae, Himakua, Makasaka dan titapu
Bahasa
Bahasa negeri Nuruwe luma abotoi adalah bahasa ALUNE dan berada di Ina Ama ETI
Kelengkapan Adat
- Berang berwarna merah
- Baju hitam panjang
- Bobal (gelang-gelang tangan dan kaki)
- Mani-mani
- Bulu ayam
- Parang salawaku
- Tombak
- Anak Panah dan busur
- Kakele
- Lopa-lopa
- Cawat
- Onate
Pakaian Adat :
- Pakaian adat Raja Negeri menggambarkan tiga batang air
- Pakaian adat kepala soa menggambarkan peran masing-masing soa
- Pakaian adat bagi tokoh adat menggambarkan tentang adat istiadat
SEJARAH NEGERI WAISARISA
DESA WAISARISA BERASAL DARI 7 NEGERI DARI PULAU NUSA LAUT ATAU NUSA
DAN NEGERI ETI PADA TAHUN 1949 DENGAN NAMA SARIHALAWE YANG
DILAMBANGKAN DENGAN PARANG EMAS DAN DAYUNG EMAS DENGAN TEON DESA
PAKIAN ADAT TRADISONAL YANG DIGUNAKAN ADALAH PAKIAN ADAT PADA SAAT
UPACARA-UPACARA ADAT SEPERTI PANAS PELA, TUTU RUMAH TUA, MASUK MINTA
BINI, BAWAH HARTA, GANTI ATAP BAELEO DAN PADA SAAT ACARA-ACARA DESA
LAINNYA SEPERTI MAKAN PATITA, PESTA KAWIN SERTA DIPAKAI PADA SAAT
PERANG.
SAMPAI SAAT INI MASYARAKAT DESA WAISARISA TETAP HIDUP RUKUN SALING BAKU
BANTU UNTUK MEMBANGUN DESA DAN MENIKMATI SUMBER DAYA ALAM YANG
Negeri Waesamu berasal dari Nunusaku, yang dikarenakan pergolakan dan peperangan yang terjadi pada saat
itu untuk memperebutkan kekuasaan, maka dibawah pimpinan kapitan Tasiwael beberapa mata rumah
bersepakat untuk keluar mencari tempat yang lebih aman. Dalam perjalanan mencari tempat tinggal baru
mereka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain diantaranya (Bunabubui, Buria, Malilia” (Negeri
lama desa kamal) yang sekarang berada pada area pertengahan sungai Aru dan Sarihalawane, Kaibobo.
Waesamu berasal dari dua suku kata Wae : berpindah-pindah, berkeliling dan samu (berasal dari akar kata
semut) yang artinya : bersatu dan berkumpul. Jadi Waesamu berarti : berkeliling dan menjadi satu.
Pakaian adat negeri Waesamu yang dikenakan oleh raja, saniri, ketua Soa dan tohoh/tetua adat yaitu baju tural
berwarna hitam dan kain berang berwarna merah yang diikat di kepala dan pinggang.
Tarian kolaborasi dari negeri Waesamu terdiri dari beberapa tarian yaitu :
1. Tari cakalele
2. Tari katreji
3. Dansa ola-ola
4. Tari tore