Anda di halaman 1dari 12

Bidang study Dosen

Fiqih muamalah amrul muzan

MAKALAH
Ijarah, ariyah, qorh

OLEH:

Kelompok 7

Muhammad Raihan Syukrillah (12120514821)

M. Agung Laksamana (12120514826)

Suryani (12120521291
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah nya
sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul ijarah, ariyah, qorh ini tepat
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak amrul
muzan pada bidang studi fiqih muamalah, selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang memperdalam makna dari fiqih muamalah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapakan terimah kasih kepada bapak amrul muzan selaku dosen bidang studi fiqih
muamalah yang tela memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna . oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum warahwatullahi wabarakatuh

PEKANBARU, 28 oktober 2021

TIM PENYUSUN

KELOMPOK 7

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..2

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MUAMALAH……………………………………………………3


B. RUMUSAN PERMASLAHAN…………………………………………………………..3
C. TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………………..4

BAB II PEMBAHASAN

PENGERTIAN IJARAH, ARIYAH, QARDH

1) IJARAH…………………………………………………………………………………..5
2) ARIYAH………………………………………………………………………………….6
3) QARDH…………………………………………………………………………………..6

BAB III

SYARAT DAN RUKUN IJARAH, ARIYAH, QARDH

1) SYARAT DAN RUKUN IJARAH…………………………………………………….…7


2) SYARAT DAN RUKUN ARIYAH………………………………………………………8
3) SYARAT DAN RUKUN QARDH……………………………………………………….8

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………..10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...….11

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Muamalah


Masalah Muamalah adalah satu aspek dari ajaran yang telah melahirkan peradaban
Islam yang maju di masa lalu. Ia merupakan satu bagian dari syariat Islam, yaitu yang
mengatur kehidupan manusia dalam hubungan dengan manusia, masyarakat dan alam
berkenaan dengan kebendaan dan kewajiban.

Diantara permasalahan yang paling berkembang dalam kehidupan bermasyarakat


hari ini adalah masalah muamalah, khususnya muamalah maliyah atau interaksi sesama
manusia yang berkaitan dengan uang dan harta dengan segala bentuk macam
transaksinya. Hal ini tidak dapat kita bendung, sebab perubahan itu terjadi seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.

Dalam persoalan muamalah syariat Islam lebih banyak memberikan penjelasan


terkait prinsip dan kaidah secara umum dibandingkan jenis dan bentuk muamalah secara
perinci2 . Memang telah kita ketahui, manusia adalah makhluk sosial yang tidak lepas
dari kegiatan muamalah. Namun tidak semua masyarakat mengetahui secara kaffah akan
peraturan-peraturan dalam bermuamalah, misalnya dalam kasus jual beli. Terdapat
larangan atas memperjual belikan barang yang najis sebagaimana hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhori dan muslim Nabi bersabda:
sesungguhnya Allah mengharamkan jual-beli khamer (minuman keras), bangkai,
babi dan berhala" Kemudian seseorang bertanya: "Bagaimana tentang lemak bangkai,
karena banyak yang menggunakannya sebagai pelapis perahu dan, meminyaki kulit dan
untuk bahan bakar lampu?" Rasulullah SAW. menjawab:"Tidak boleh, semua itu adalah
haram .

B. RUMUSAN MASALAH

1.bagaimana hukum wadiah dan aruyah dalam hukum ekonomi islam (fiqih muamalah)?

2.bagaimana aplikasi keduanya di lemnbaga keuangan islam khususnya bank islam

3
C .TUJUAN PENULISAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih muamalah. selain itu
pula, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada
umumnya di samping untuk memenuhi tugas makalah tersebut makalah ini juga bertujuan
untuk menambah pengetahuan serta menambah wawasan penulis mengenai judul ijarah \, ariyah,
qorh dalam fiqih muamalah dan aplikasinya di perbankan syariah dan makalah ini dapat
dijadikan refensih para pembaca.

4
BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN IJARAH, ARIYAH, QARDH

1. IJARAH

Secara harfiah, ijarah berasal dari kata al-ajru dari bahasa Arab yang menurut bahasa
Indonesia berarti ganti dan upah. Sementara secara etimologi, ijarah bermakna menjual manfaat.
Dalam arti luas, ijarah adalah akad atas kemanfaatan suatu barang dalam waktu tertentu dengan
pengganti sejumlah tertentu yang telah disepakati.

ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam
waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri. Hukum ijarah adalah mubah atau diperbolehkan.

Praktik tata cara ijarah ijarah sangat sering dijumpai dalam masyarakat, apalagi jika
berkaitan dengan sewa menyewa properti. Dalam hukum Islam, ijarah yang berhubungan dengan
sewa aset atau properti didefinisikan sebagai akad memindahkan hak untuk memakai dari aset
atau properti tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa. Tata cara ijarah harus
melalui ketentuan hukum agama yang betul agar transaksinya halal.

Bentuk tata cara ijarah ini mirip dengan kegiatan leasing atau sewa pada bisnis
konvensional namun dengan syarat dan rukun tertentu. Dalam hukum Islam, pihak yang
menyewa atau lessee disebut dengan mustajir. Pihak yang menyewakan atau lessor disebut
dengan mu’jir atau muajir. Kemudian biaya sewa disebut ujrah. Mungkin Anda saat ini sedang
memikirkan untuk mulai memiliki tempat tinggal yang bisa disewakan

Sementara tata cara ijarah yang berkaitan dengan sewa menyewa jasa dalam properti
berarti mempekerjakan jasa seseorang misalnya untuk membangun rumah, memperbaiki atau
merenovasi rumah dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Dalam praktik tata cara ijarah
yang berhubungan dengan jasa ini, pihak yang mempekerjakan disebut mustajir. Pihak pekerja
yang menyediakan jasa disebut ajir. Kemudian upah yang dibayarkan disebut ujrah.

5
Di Indonesia, pembelian properti yang berdasarkan syariah banyak menganut sistem tata
cara ijarah yang diawali dengan aktivitas perdagangan lalu menjadi model keuangan. Secara
sederhananya ini berarti bank membeli aset atau properti yang sudah Anda setujui kemudian
bank menyewakan kepada Anda dengan membayar angsuran selama jangka waktu tertentu.

2. ARIYAH

Pinjam-meminjam atau ‘Ariyah adalah memiliki barang secara cuma-cuma dalam waktu
tertentu dan tanpa imbalan. Seperti yang kita ketahui bahwa setiap permasalahan pasti memiliki
hukum, rukun dan syarat, dan bagaimana pertanggung jawabannya. Dalam ‘Ariyah memiliki
beberapa rukun di antaranya adalah orang yang meminjamkan, orang yang meminjam, barang
yang dipinjam, dan lafadz atau sighat. Untuk pertanggungjawabannya, para ulama memiliki
perbedaan satu sama lain dalam menentukan, sebagian ulama’ mengatakan bahwa ‘ariyah
merupakan bagian dari amanah, maka apabila barang tersebut rusak di luar kuasa yang
meminjam maka tidak wajib ganti rugi. Sedangkan ulama lain mengatakan bahwa harus
menggangtinya dalam keadaan apapun.

Pinjam-meminjam atau ‘ariyah merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sering ditemui
dalam kehidupan sehari-hari. Pinjam meminjam sering terjadi di masyarakat guna memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi. Dari permasalahan di atas, Islam memberi solusi
dengan jalan ‘ariyah. Sebagaimana dalam pembahasan lain yang terdapat dalam fiqh muamalah,
‘ariyah juga memiliki hukum- hukum tertentu, rukun dan syarat, bentuk-bentu ‘ariyah, dan lain-
lain.

3. QARDH

Qardh adalah akad pinjaman yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama pada
waktu yang disepakati. Secara teknis, pinjaman ini diberikan oleh seseorang atau lembaga
keuangan syariah pada orang lain yang kemudian digunakan untuk kebutuhan yang mendesak.
Pembayarannya bisa dilakukan dengan diangsur atau lunas sekaligus.

Menurut Bank Indonesia, qardh adalah pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan
kewajiban peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka
waktu tertentu. Qard berlaku tanpa imbalan karena meminjamkan uang dengan imbalan adalah
riba. Riba Qardh tidak boleh dilakukan karena akad Qardh dalam islam bertujuan untuk tolong-
menolong dan bukan untuk mengambil keuntungan. Pada dasarnya riba Qardh adalah hasil
keuntungan yang didapatkan dari tambahan pembayaran pokok pinjaman yang disyaratkan oleh
peminjam, sehingga pemberi utang akan mendapatkan kelebihan dari si penerima utang.

6
BAB III

SYARAT DAN RUKUN IJARAH, ARIYAH, QARDH

1. SYARAT DAN RUKUN IJARAH


 SYARAT:
(a) Syarat Saat Terjadinya Akad
Syarat ini berkaitan dengan Aqid, zat, dan tempat akad. Ketiga hal
mendasar ini wajib hukumnya untuk diketahui oleh pihak yang akan melakukan
akad. Aqid sebaiknya Baligh, berakal dan mampu mengatur hartanya, dan saling
mengizinkan atau ridho.

(b) Syarat Saat Pelaksanaan


Barang yang akan disewakan harus menjadi hak milik penuh pihak yang
akan menyewakan. Akad ijarah tidak akan sah jika barang tidak dimiliki secara
penuh. Maka ada baiknya sebelum ijarah pihak penyewa mengetahui status
kepemilikan dengan jelas.

(c) Syarat Sah Ijarah

Barang yang menjadi objek harus memiliki manfaat yang jelas. Sahnya
perjanjian ditentukan oleh tata cara ijarah yang sama-sama disetujui
dengan ikhlas oleh masing-masing pihak. Pihak yang menyewakan harus
menjelaskan dengan rinci mengenai manfaat dan batasan waktunya.

(d) Syarat Kelaziman

Syarat kelaziman meliputi:

 Barang terhindar dari cacat atau mauquf'alaih.


 Tidak ada hal yang dapat menyebabkan akad akan menimbulkan kerugian
baru atau mudharat.

7
 RUKUN

1) Sighat ijarah, yaitu pernyataan dari kedua belah pihak yang berakad. Ini bisa dinyatakan
dalam bentuk lisan dan dikuatkan dengan perjanjian tertulis sesuai ketentuan yang
berlaku.
2) Pemberi sewa atau pemberi jasa
3) Penyewa atau pengguna jasa
4) Objek akad ijarah yang berupa manfaat barang atau manfaat jasa.
5) Ujrah atau upah, ongkos, biaya

2. SYARAT DAN RUKUN ARIYAH


 SYARAT
1) Pemberi pinjaman harus baligh berakal sehat dan melakukannya dengan sukarela.
2) Peminjam harus baligh berakal sehat dan jelas orangnya.
3) Peminjam harus menerima barang pinjaman.
4) Benda yang dipinjamkan adalah hak milik pemberi pinjaman atau Ia memiliki izin
untuk meminjamkannya.
5) Benda yang dipinjamkan dapat diambil manfaatnya tanpa mengurangi atau
merusaknya.
6) Fungsi atau manfaat benda tersebut Mubah/boleh karenanya tidak boleh
meminjamkan benda yang akan digunakan untuk perbuatan yang diharamkan
seperti,meminjamkan alat elektronik untuk mendengarkan musik, meminjamkan
apartemen, untuk prostitusi, toko untuk penjualan barang haram,benda tajam untuk
membunuh ,meminjamkan mushaf kepada orang kafir dan lain-lain.

 RUKUN
1) Mu’ir (Pemberi pinjaman)
2) Musta’ir (Orang yg meminjam)
3) Mu’ar (Barang yang dipinjam)
4) Shighah (serah terima, baik dengan ucapan maupun perbuatan).

3. SYARAT DAN RUKUN QARDH


1) Peminjam (muqtaridh). Pihak peminjam harus seorang yang Ahliyah
mu’amalah, yang berarti harus baligh, berakal waras, dan tidak mahjur (secara
syariat tidak diperkenankan mengatur hartanya sendiri).

8
2) Pemberi pinjaman (muqridh). Pihak pemberi pinjaman haruslah seorang
Ahliyat at-Tabarru’ (layak bersosial), dengan arti mempunyai kecakapan dalam

menggunakan hartanya secara mutlak menurut pandangan syariat. Dalam qardh,


seorang muqridh meminjamkan dananya tanpa paksaan dari pihak lain.

3) Dalam perbankan syariah, qardh dijalankan sebagai fungsi sosial bank. Dananya
biasa berasal dari dana zakat infaq, dan sadaqah yang dihimpun dari aghniya’ atau
dari sebagian keuntungan bank.
4) Barang/utang (Mauqud ‘Alaih). Barang yang digunakan sebagai obyek dalam
qardh harus dapat diakad salam. Dengan bisa diakad salam, maka barang tersebut
dianggap sah untuk dihutangkan.
5) Ijab qabul (shighat). Ucapan dalam ijab qabul harus dilakukan dengan jelas dan
dapat dipahami oleh kedua pihak, sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

9
BAB IV

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Al-ijarah adalah akad pemindahan kepemilikan atas suatu barang atau jasa dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang
itu sendiri, Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
.Penggunaan ijarah dalam UU lebih terperinci dikemukakan dalam UU Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. salah satu contoh transaksi Ijarah bisa dilihat dalam, pinjaman
multiguna. Contohnya, seseorang menjaminkan sepeda motornya ke bank untuk mendapatkan
pinjaman. Hak guna sepeda motor tersebut berpindah ke bank, namun tidak atas
kepemilikannya.
dapat disimpulkan pinjaman atau 'ariyah adalah memberikan manfaat sesutu barang dari
seseorang kepada orang lain secara cuma-cuma. Jika digantikan dengan sesuatu atau ada
imbalannya, maka tidak dapat dikatakan 'ariyah, Ariyah artinya saling tukar menukar.
Sedangkan, Wadi'ah berarti meninggalkan atau titip. Lalu, bagaimana tata cara pinjam
meminjam, utang piutang, gadai yang benar menurut syari'at?

Contohnya si A meminjam buku terhadap si B untuk membuat/menyusun makalah, setelah si B


selesai meminjam lalu kemudian si B mengembalikan buku terhadap si A dengan tidak
mengurangi zat atau bentuknya.

Al-Qardh adalah suatu akad pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah
wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada Lembaga Keuangan Syariah pada waktu
yang telah disepakati antara nasabah dan LKS, Al-qard adalah pemberian harta kepada orang
lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan. Dalam fiqh klasik, al-qard dikategorikan dalam akad taawuniyah yaitu
akad yang berdasarkan prinsip tolong-menolong.

Landasan hukum dari akad Qardh berasal dari Al-Baqarah [2] : 245 yang berbunyi
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan harta
di jalan Allah), maka Allah melipat gandakan kepadanya dengan lipat ganda yang banyak, dan
Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah

10
DAFTAR PUSTAKA

A.Mas’adi, Ghufron, Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002 Al-
Hafizh ibn Hajar Al- Asqolani, Bulugul Al- Maram Min Adillat Al Ahkam, Surabaya: Darul
fikri,1989 Amirudin Dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Dan Penelitian Hukum, Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2003 Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah Dari teori ke praktek,
Jakarta: Gema Insani Press. Cet. 1, 2001 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006 Ascarya, Akad dan Produk bank syari’ah,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ed. 1, 2008 Brosur Pembiayaan Hunian Syari’ah Bank
Muamalat Indonesia Depag RI, Alqur’an Dan Terjemahnya, Semarang: CV. Diponegoro, 2005
Djuwaini, Dimyaudin, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet.1, 2008
Fauzan, Saleh bin, fiqih sehari-hari, Jakarta: Gema Insani Press, 2005 Halimah, Nur, “Studi
analisis terhadap praktek akad Qardh wal ijarah pada pembiayaan talangan haji Di Bank Syariah
Mandiri cabang Semarang” ,

11

Anda mungkin juga menyukai