Anda di halaman 1dari 9

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

BIOGRAFI TOKOH YANG BERPENGARUH TERHADAP PERADABAN


UMAT MANUSIA PADA MASA KEJAYAAN EROPA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam IV
Dosen Pengampu : Anis Tyas Kuncoro, S.Ag., MA

Oleh:
HERI SUTARDIYONO
NIM. 30201800079

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan Allah SWT kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancar. Tugas ini disusun guna
memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan Agama Islam IV.
Dalam penyusunan tugas ini, penulis mendapatkan banyak dukungan serta dorongan dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu penulis dalam pembuatan tugas, yakni:
1. Anis Tyas Kuncoro, S.Ag., MA dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama
Islam IV
2. Teman-teman satu angkatan jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, mendukung dan
memberikan motivasi selama ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang terselip dari tugas ini, untuk itu
penulis mengharapakan kritik dan saran para pembaca. Meskipun demikian, penulis juga
berharap tugas review ini dapat berguna untuk memberikan sedikit informasi kepada para
pembaca. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah membantu
dan mendukung penulis.

Semarang, 5 Juli 2021

Penulis
Masuknya Islam ke Eropa

Dalam sejarah ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, tanah Spanyol lebih banyak
dikenal dengan nama Andalusia, yang diambil dari sebutan tanah Semenanjung Liberia.
Julukan Andalusia ini berasal dari kata Vandalusia, yang artinya negeri bangsa Vandal.
Andalusia termasuk dalam wilayah Spanyol dan pada masa kejayaan Islam di Spanyol
muncullah beragam teknologi, seperti teknologi kincir air dan teknologi pengatur air untuk
irigasi. Ada beberapa tokoh yang berasal dari Andalusia yang sangat berpengaruh bagi umat
Islam yaitu :
1. Ibnu Hazm (384 H-456 H)
Nama lengkap Ibnu Hazm adalah Ali Ibnu Ahmad Ibnu Said Ibnu Hazm Ibnu
Ghalib Ibnu Shalih Ibnu Khalaf Ibnu Ma’dan Ibnu Sufyan Ibnu Sufyan. Ia dilahirkan hari
Rabu pada tanggal 7 November 994 M bertepatan dengan hari akhir bulan Ramadhan
384 H, yaitu pada waktu sesudah terbit fajar sebelum munculnya matahari pagi Idul Fitri
di Cordova, Spanyol menurut Rahman Alwi (2005)
Banyak ulama klasik dan kontemporer memakai nama singkatnya dengan sebutan
Ibnu Hazm dan terkadang dihubungkan dengan panggilan al- Qurthubi atau al-Andalusi
yang dinisbatkan pada tempat kelahirannya, Cordova dan Andalus. Kadang Ia dikenal
dengan sebutan al-Zahiri sehubungan dengan aliran fiqh dan pola fikir al-Zahiri yang
dianutnya.
Kakek Ibnu Hazm beserta keluarga Bani Umayyah pindah ke Andalusia,
sementara keluarga Bani Hazm tinggal di Manta Lisyam, kota kecil yang menjadi
pemukiman orang Arab di Andalusia. Di sana mereka hidup dengan kemewahan dan
kedudukan terhormat. Oleh karena itu IbnuHazm dan keluarganya memihak Bani
Umayyah
Ayah Ibnu Hazm bernama Ahmad Ibnu Said berpendidikan cukup tinggi, ia
menjadi pejabat di lingkungan kerajaan Khalifah Abu Amir Muhammad IbnuAbi Amir
(Al-Mansur) dan kemudian menjadi wazir (menteri) al-Mansur pada tahun 381 H/991 M.
Ia tinggal bersama keluarganya di Muniyyat al-Mughirat, pemukiman pejabat istana di
bagian Timur Cordova dekat istana al-Zahirat, pusat kerajaan al-Mansur. Ia juga sempat
menjabat wazir di masa pemerintahan al-Muzaffar yang wafat pada tahun 402
Ibnu Hazm dikenal banyak orang sebagai laki-laki yang memiliki kecerdasan
intelektual, spiritual, cerdik, ingatan yang kuat, dan sangat egaliter.Dia memposisikan
dirinya sebagai ilmuwan yang independen. Ada sekitar 400 judul buku yang telah dibuat,
salah satunya berjudul Tawq al-Hamamah (The Dove's Necklace). Selain berkiprah
dalam dunia intelektual, ia juga seorang aktivis politik yang pernah melibatkan diri pada
pemerintahan khalifah Abdurrahman.

2. Ibnu Rusyd (520 H-595 H)


Seorang filosof yang bernama Abdul Walid Muhammad bin Ahmad Ibnu Rusyd
lahir di Cordova pada tahun 520 H / 1126 M, ia berasal dari kalangan keluarga besar
yang terkenal dengan keutamaan dan mempunyai kedudukan tinggi di Andalusia
(Spanyol). Ibnu Rusyd adalah seorang filosof Islam terbesar yang dibelahan barat dunia
di Eropa pada zaman pertengahan dengan sebutan “Averrois” menurut Ibnu Rusyd,
dalam bukunya yang berjudul “Mendamaikan Agama dan Filsafat”
Keluarga Ibnu Rusyd sejak dari kakeknya, tercatat sebagai tokoh keilmuan.
Kakeknya menjabat sebagai Qadhi di Cordova dan meninggalkan karya-karya ilmiah
yang berpengaruh di Spanyol, begitu pula ayahnya. Maka Ibnu Rusyd dari kecil tumbuh
dalam suasana rumah tangga dan keluarga yang besar sekali perhatiannya kepada ilmu
pengetahuan. Ia mempelajari kitab Qanun karya Ibnu Sina dalam kedokteran dan filsafat,
Dia juga mempelajari matematika, fisika, astronomi, logika dan filsafat. Guru-gurunya
dalam ilmu-ilmu tersebut tidak begitu dikenal, tetapi secara keseluruhan Cordova
terkenal sebagai pusat studi-studi filsafat, sedangkan Seville terkenal karena aktifitas-
aktifitas artistiknya.
Ibnu Rusyd mengajar ilmu perundang-undangan dan kedokteran di cordova.
Kemudian ia berkelana ke marrakesy pada 548 H/1135 M atas permintaan Ibnu Thufail,
seorang tabib Khalifah Yusuf (ayahanda Khalifah Ya‟qub) pada waktu itu, yang
mempertemukannya dengan Khalifah. Peristiwa pertemuan ini di dokumentasikan dan di
catat dalam sejarah andalusia pada masa pemerintahan Al-Murabithun dan
Muwahhidiah. Saat itu, Khalifah Yusuf bertanya kepada ibnu Rusyd mengenai
pandangan para filosof tentang persoalan alam : apakah alam itu qodim atau baru? Ibnu
Rusyd segera memahami bahwa diskusi tentang persoalan ini mengarah pada penindasan
terhadap filosof sebagai akibat penyelewengan mereka dari syariat bukan hal aneh pada
masa itu. Oleh karena itu, ibnu Rusyd tidak mengaku bahwa ia mempelajari filsafat.
Ketika Khalifah Yusuf melihat kebimbangan Ibnu Rusyd dan mengetahui apa
yang dapat membebaskannya dari kebimbangan itu, ia menoleh kepada Ibnu Thufail.
Kemudian Ibnu Thufhail membahas persoalan tersebut dengan mengemukakan pendapat
Aristoteles, Plato, dan filosof lain yang kerap kali ditolak oleh para ahli kalam. Ibnu
Rusyd kagum dengan pengetahuan dan keluasan pandangan Ibnu Thufail. Maka Ibnu
Rusyd merasa tenang, lalu ia menjawab pertanyaan yang di ajukan kepadanya dengan
mengemukakan pendapatnya sendiri. Ibnu Rusyd pulang dari pertemuan dengan
Khalifah Yusuf itu dengan membawa hadiah dan kehormatan yang di berikan Khalifah
kepadanya. Ibnu Rusyd di kisahkan menulis tiga macam ulasan : ulasan yang besar,
menengah dan kecil. Ulasan-ulasan besarnya disebut tafsir, dan mengikuti pola tafsir
Al.Quran
Ibnu Rusyd ia memilki gelar "Sang Komentator Besar" karena kontribusinya
terhadap pemikiran dan peradaban di Timur dan Barat. adalah sosok penerjemah terbaik
pemikiran Aristoteles. Namanya sangat dikenal bagi para pengkaji filsafat dan fikih.
Kebesaran namanya pun tak hanya bersinar di kalangan umat Islam, tetapi juga Eropa.

3. Ibnu ‘Arabi
Ibnu ‘Arabi nama lengkap Ibnu ‘Arabi adalah Abu Bakar Ibnu Ali Muhyiddin al-
Hatimi al-tha’I al Andalusia. Ada pula yang menyebutkan bahwa nama aslinya ialah
Muhamad Bin Ali Ahmad Bin Abdullah. sedangkan nama Abu Bakar Abnu Ali
Muhyidin atau al-Hatimi hanyalah nama gelar baginya, selanjutnya, ia populer dengan
nama Ibnu ‘Arabi dan ada yang menulisnya Ibnu al-Arabi. Muhammad Ibn ‘Ali
Muhammad Ibnu ‘Arabi At-Tai Al-Hatimi, lahir di Murcia Spanyol bagian Utara lahir
pada tanggal 27 Ramadhan 560 H (17 Agustus 1165 M) pada pemerintahan Muhammad
Ibn Said Ibn’ Mardanisy. Ibnu ‘Arabi berasal dari keturunan Arab berasal dari keluarga
yang soleh. ayahnya, menteri utama Ibn’ Mardanisy, jelas seorang tokoh terkenal dan
berpengaruh di bidang politik dan pendidikan, keluarganya juga sangat religius, karena
ketiga pamannya menjadi pengikut jalan sufi yang masyhur, dan ia sendiri digelari
Muhyi al-Din (penghidup agama) dan al Syaikh al-Akbar (doktor maximus) karena
gagasan-gagasannya yang besar terutama dalam bidang mistik.
Ibnu Arabi adalah seorang sufi terkenal dalam perkembangan tasawuf di dunia
Islam. Sosoknya juga bisa dibilang cukup kontroversi saat itu terkait ajarannya yang
disebut Wahdah al-Wujud yang berarti dalam semesta ini hanya ada satu wujud; wujud
Tuhan. Tuhan adalah alam, dan alam adalah Tuhan.

4. Al-Zahrawi (936 H-1013 H)


Peletak dasar-dasar ilmu bedah modern itu bernama Al-Zahrawi (936 M-1013
M). Orang barat mengenalnya sebagai Abulcasis. Al-Zahrawi adalah seorang dokter
bedah yang amat jenius. Karya dan hasil pemikirannya banyak diadopsi para dokter di
dunia barat. “Prinsipprinsip ilmu kedokteran yang diajarkan Al-Zahrawi menjadi
kurikulum pendidikan kedokteran di Eropa,” ujar Dr. Campbell dalam History of Arab
Medicine.
Ahli bedah yang termasyhur hingga ke abad 21 itu bernama lengkap Abu al-
Qasim Khalaf ibn al-Abbas Al-Zahrawi. Ia terlahir pada tahun 936 M di kota Al-Zahra,
sebuah kota berjarak 9,6 km dari Cordoba, Spanyol. Al-Zahrawi merupakan keturunan
Arab Ansar yang menetap di Spanyol. Di kota Cordoba inilah dia menimba ilmu,
mengajarkan ilmu kedokteran, mengobati masyarakat, serta mengembangkan ilmu bedah
bahkan hingga wafat.
Kisah masa kecilnya tak banyak terungkap. Sebab, tanah kelahirannya Al-Zahra
dijarah dan dihancurkan. Sosok dan kiprah Al-Zahrawi baru terungkap ke permukaan,
setelah ilmuwan Andalusia Abu Muhammad bin Hazm (993M-1064M)
menempatkannya sebagai salah seorang dokter bedah terkemuka di Spanyol. Sejarah
hidup alias biografinya baru muncul dalam AlHumaydi’s Jadhwat al Muqtabis yang baru
rampung setelah enam dasa warsa kematiannya.
Al-Zahrawi mendedikasikan separuh abad masa hidupnya untuk praktik dan
mengajarkan ilmu kedokteran. Sebagai seorang dokter termasyhur, Al-Zahrawi pun
diangkat menjadi dokter istana pada era kekhalifahan Al-Hakam II di Andalusia.
Berbeda dengan ilmuwan muslim kebanyakan, Al-Zahrawi tak terlalu banyak melakukan
perjalanan. Ia lebih banyak mendedikasikan hidupnya untuk merawat korban kecelakaan
serta korban perang.
Para dokter di zamannya mengakui bahwa Al-Zahrawi adalah seorang dokter
yang jenius terutama di bidang bedah. Jasanya dalam mengembangkan ilmu kedokteran
sungguh sangat besar. Al-Zahrawi meninggalkan sebuah ‘harta karun’ yang tak ternilai
harganya bagi ilmu kedokteran yakni berupa kitab Al-Tasrif li man ajaz an-il-talil—
sebuah ensiklopedia kedokteran. Kitab yang dijadikan materi sekolah kedokteran di
Eropa itu terdiri dari 30 volume.
Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara
rinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedic, opththalmologi, farmakologi,
serta ilmu kedokteran secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi
pun ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika seperti
deodorant, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil
pengembangan dari karya AlZahrawi.
Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar hingga ke
seantero Eropa. Tak heran, bila kemudian pasien dan anak muda yang ingin belajar ilmu
kedokteran dari Abulcasis berdatangan dari berbagai penjuru Eropa. Menurut Will
Durant, pada masa itu Cordoba menjadi tempat favorit bagi orang-orang Eropa yang
ingin menjalani operasi bedah. Di puncak kejayaannya, Cordoba memiliki tak kurang
dari 50 rumah sakit yang memberikan pelayanan prima.
Sebagai seorang guru ilmu kedokteran, Al-Zahrawi begitu mencintai murid-
muridnya. Dalam Al-Tasrif, dia mengungkapkan kepedulian terhadap kesejahteraan
siswanya. AlZahrawi pun mengingatkan kepada para muridnya tentang pentingnya
membangun hubungan yang baik dengan pasien. Menurut Al-Zahrawi, seorang dokter
yang baik haruslah melayani pasiennya sebaik mungkin tanpa membedakan status
sosialnya.
Dalam menjalankan praktik kedokterannya, Al-Zahrawi menanamkan pentingnya
observasi tertutup dalam kasus-kasus individual. Hal itu dilakukan untuk tercapainya
diagnosis yang akurat serta kemungkinan pelayanan yang terbaik. Al-Zahrawi pun selalu
mengingatkan agar para dokter berpegang pada norma dan kode etik kedokteran, yakni
tak menggunakan profesi dokter hanya untuk meraup keuntungan materi.
Kehebatan dan profesionalitas Al-Zahrawi sebagai seorang ahli bedah diakui para
dokter di Eropa. “Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah kepala dari seluruh ahli bedah.”
Ucap Pietro Argallata. Kitab Al-Tasrif yang ditulisnya lalu diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin oleh Gerard of Cremona pada abad ke-12 M. Kitab itu juga dilengkapi
dengan ilustrasi. Kitab itu menjadi rujukan dan buku resmi sekolah kedokteran dan para
dokter serta ahli bedah Eropa selama lima abad lamanya pada periode abad pertengahan.
Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada tahun 1013M—dua tahun setelah
tanah kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Meski Cordoba kini bukan lagi menjadi
kota bagi umat Islam, namun namanya masih diabadikan menjadi nama jalan kehormatan
yakni ‘Calle Albucasis’. Di jalan itu terdapat rumah nomor 6 –yakni rumah tempat Al-
Zahrawi pernah tinggal . Kini rumah itu menjadi cagar budaya yang dilindungi Badan
Kepariwisataan Spanyol.
Sang penemu puluhan alat bedah modern. Selama separuh abad mendedikasikan
dirinya untuk pengembangan ilmu kedokteran khususnya bedah, Al-Zahrawi telah
menemukan puluhan alat bedah modern. Dalam kitab Al-Tasrif, ‘bapak ilmu bedah’ itu
memperkenalkan lebih dari 200 alat bedah yang dimilikinya. Di antara ratusan koleksi
alat bedah yang dipunyainya, ternyata banyak peralatan yang tak pernah digunakan ahli
bedah sebelumnya.Menurut catatan, selama karirnya Al-Zahrawi telah menemukan 26
peralatan bedah. Salah satu alat bedah yang ditemukan dan digunakan Al-Zahrawi adalah
catgut.
Alat yang digunakan untuk menjahit bagian dalam itu hingga kini masih
digunakan ilmu bedah modern. Selain itu, juga menemukan forceps untuk mengangkat
janin yang meninggal. Alat itu digambarkan dalam kitab Al-tasrif. Peralatan penting
untuk bedah yang ditemukannya itu antara lain, pisau bedah (scalpel), curette, retractor,
sendok bedah (surgical spoon), sound, pengait bedah (surgical hook), surgical rod, dan
specula. Tak cuma itu, Al-Zahrawi juga menemukan peralatan bedah yang digunakan
untuk memeriksa dalam uretra, alat untuk memindahkan benda asing dari tenggorokan
serta alat untuk memeriksa telinga. Kontribusi Al-Zahrawi bagi dunia kedokteran
khususnya bedah hingga kini tetap dikenang dunia.

5. Abu Ishaq Al-Zarqali (1029 H-1087 H)


Abū Isḥāq Ibrāhīm ibn Yaḥyā al-Naqqāsh al-Zarqālī al-Tujibi, juga dikenal
sebagai Al-Zarkali atau Ibn Zarqala (1029–1087), adalah seorang pembuat instrumen,
astrolog, dan salah satu astronom utama Muslim Arab pada masanya. Meskipun
namanya secara konvensional disebut sebagai al-Zarqālī, bentuk sebenarnya diyakini
adalah al-Zarqālluh. Dalam bahasa Latin, ia disebut sebagai Arzachel atau Arsechieles,
sebuah bentuk modifikasi dari Arzachel, yang artinya 'engravir'. Ia tinggal di Toledo, Al-
Andalus sebelum pindah ke Córdoba pada masa berikutnya. Karyanya menginspirasi
generasi astronom Islam di Al-Andalus.
Al-Zarqālī lahir di sebuah desa dekat pinggiran kota Toledo , ibukota Taifa di
Toledo. Art dari Toledo di Al-Andalus menggambarkan Alcázar di tahun 976.AD Dia
dilatih sebagai tukang logam dan karena keterampilan burr dia dijuluki Al-Nekkach
"pemahat logam". Nama latinnya, 'Arzachel' terbentuk dari bahasa Arab al-Zarqali al-
Naqqash , yang berarti 'pemahat'.
Dia sangat berbakat di bidang Geometri dan Astronomi . Dia dikenal telah
mengajar dan mengunjungi Córdoba dalam berbagai kesempatan, dan pengalaman dan
pengetahuannya yang luas akhirnya menjadikannya astronom terdepan pada masanya .
Al-Zarqālī juga seorang penemu, dan karyanya membantu menempatkan Toledo di pusat
intelektual Al-Andalus . Dia juga disebut dalam karya Chaucer, sebagai 'Arsechieles'.
Pada tahun 1085 Toledo diambil oleh raja Kristen Castile Alfonso VI . Al-Zarqālī
dan rekan-rekannya, seperti Al-Waqqashi (1017-1095) dari Toledo , harus melarikan
diri. Tidak diketahui apakah orang tua Al-Zarqālī melarikan diri ke Cordoba atau
meninggal di kamp perlindungan Moor .
Karya-karyanya memengaruhi Ibn Bajjah (Avempace), Ibn Tufail (Abubacer),
Ibn Rusyd (Averroës), Ibn al-Kammad , Ibn al-Haim al-Ishbili dan Nuruddin al-Betrugi
(Alpetragius). Pada abad ke-12, Gerard dari Cremona menerjemahkan karya al-Zarqali
ke bahasa Latin. Dia menyebut Al-Zarqali sebagai astronom dan pesulap. Ragio
Montanous [ rujukan? ] Menulis sebuah buku di abad ke 15 mengenai keuntungan dari
Sahifah al-Zarqalia. Pada tahun 1530, ilmuwan Jerman Jacob Ziegler menulis sebuah
komentar tentang salah satu karya al-Zarqali. Dalam bukunya "De Revolutionibus
Orbium Coelestium", pada tahun 1530, Nicolaus Copernicus mengutip karya al-Zarqali
dan Al-Battani.
Al-Zarqālī menulis dua karya tentang konstruksi instrumen (sebuah equatorium )
untuk menghitung posisi planet menggunakan diagram model Ptolemaic. Karya-karya ini
diterjemahkan ke bahasa Spanyol pada abad ke-13 atas perintah Raja Alfonso X di
bagian Libros del Saber de Astronomia yang berjudul "Libros de las laminas de los vii
planetas".
Dia juga menemukan jenis astrolabe yang disempurnakan yang dikenal sebagai
"tablet al-Zarqālī" (al-ṣafīḥā al-zarqāliyya), yang terkenal di Eropa dengan nama Saphaea
. Ada catatan al-Zarqālī yang membangun jam air , yang mampu menentukan jam siang
dan malam dan menunjukkan hari-hari bulan lunar. Menurut sebuah laporan yang
ditemukan di Kitāb al-Ju'rāfīyya al-Zuhr , namanya diberikan sebagai Abu al-Qāsim
bin'Abd al-Raḥmān, juga dikenal sebagai al-Zarqālī, yang membuat beberapa sejarawan
berpikir bahwa ini adalah orang yang berbeda

Anda mungkin juga menyukai