Anda di halaman 1dari 2

1.

Hukum Adolph Wegner jelas berlaku di Indonesia, hal ini bisa kita lihat pada nota
keuangan negara oleh kementerian keuangan yang dimana didalam nota tersebut
terjadi peningkatan anggaran belanja negara dari tahun ke tahun seperti contohnya
pada tahun 2019 sebesar 2 309 287,30 milyar rupiah meningkat ditahun 2020
menjadi 2 739 165,90 milyar rupiah terakhir ditahun ini anggaran untuk pengeluaran
negara berada di angka 2 750 028,00 milyar rupiah (sumber; laman website BPS
https://www.bps.go.id/indicator/13/1085/1/realisasi-pengeluaran-negara-
keuangan-.html). Ditahun ini memang terjadi penurunan angka anggaran
pengeluaran negara tetapi dapat dikatakan bahwa penurunan tersebut tidak besar,
dengan demikian teori Adolph Wegner tentang peningkatan kegiatan pemerintah
setiap saat yang berakibat kecenderungan mengalami peningkatan belanja
pemerintah juga benar adanya terjadi di negara kita ini.
Jika ditelisik, maka hal ini disebabkan oleh kebutuhan bersama yang semakin
beragam yang secara langsung berimbas pada besar anggaran yang harus
dikeluarkan demi mencapai kepentingan bersama tersebut (sumber; BMP
ADPU4333 Administrassi Keuangan “pajak sebagai sumber penerimaan negara”).
Sebut saja masalah pendidikan yang juga semakin kompleks ditengah masa
pandemi ini, oleh karena itu pemerintah juga harus memikirkan bukan hanya
sebatas konsep untuk menjawab masalah bersama ini tetapi juga anggaran agar
kiranya segala program yang terlahir dari konseptual pemerintah dapat dijalankan.
Begitupun dengan kebutuhan ekonomi, sosial dll. Tingginya kebutuhan bersama
yang melahirkan peningkatan kegiatan dan belanja pemerintah sebenarnya dapat
diatasi dengan kesadaran sungguh seluruh elemen masyarakat agar patuh
membayar pajak dan juga kesadaran pemerintah baik instansi hingga orang per
orang didalamnya yang mengelola keuangan pajak tersebut agar mengelola dengan
jujur dan baik sesuai dengan segala aturan yang ada sehingga meminimalisir tingkat
penyelewengan anggaran pajak yang sudah dikumpulkan oleh seluruh masyarakat.
Pendapatan negara yang bersumber sebagian besar dari pajak memang harus
dioptimalkan dan juga dikawal segala pentahapannya hingga berdampak pada
peningkatan pendapatan negara untuk menjawab kecenderungan peningkatan
kegiatan pemerintah itu sendiri.
Selain itu juga dalm proses kecenderungan peningkatan pengeluaran negara
seharusnya pengeluaran tersebut dapat diefesiensikan walaupun memang hal ini
akibat kompleksitas kebutuhan bersama, menurut Adam Smith pengeluaran negara
harus memenuhi 7 canons of government expenditure yang dimana antara ketujuh
prinsip tersebut saling berkaitan dan saling mendun=kung diantaranya yaitu : asas
moralitas, asas nasionalitas, asas kerakyatan, asas rasionalitas, asas fungsionalitas,
asas perkembangan dan asas keseimbangan dan keadilan. Semoga saja
pemerintah telah memenuhi ketujuh prinsip ini sebelum mengeluarkan anggaran
negara untuk kegiatan negara.
2. menurut Plt. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara pada
kegiatan FGD di Alua Djuanda kementerian Keuangan yang dilansir dilaman resmi
kementerian keuangan negara bahwasanya dari sisi belanja negara, reformasi
anggaran yang diterapkan oleh pemerintah adalah mengubah belanja-belaja yang
sebelumnya tidak produkti, seperti subsidi Bahan Bakar Minyak dan subsidi-subsidi
yang tidak tepat sasaran menjadi belanja yang lebih produktif seperti pengeluaran
untuk infrastruktur dan belanja untuk perlindungan sosial yang lebih tepat sasaran.
Bertolak dari apa yang kemudian disampaikan oleh pemerintah lewat Plt. Kepala
BKF Kementerian Keuangan maka jikalau hal ini yang benar akan dilakukan maka
sungguh pemerintah juga harus memperhitungkan dengan matang mengenai
efisiensi tujuan yang dimaksud karena dengan menghilangkan segala bentuk
subsisdi apalagi subsidi BBM bukankah masyarakat menegah kebawah akan terjepit
dan termarginalkan oleh hal ini? Memang pengelolaan anggaran untuk infrastruktur
dan perlindungan sosial juga tak kalah pentingnya akan tetapi harusnya pemerintah
tidak terkesan tebang pilih dalam mereformasi kebijakan yang ada.
Benar adanya subsidi BBM pada kenyataannya terasa tidak tepat sasaran juga
contohnya tabung gas bersubsidi untuk masyarakat menengah kebawah masih bisa
didapatkan dengan mudah oleh masyarakat kelas atas atau mampu, tetapi kondisi
ini tidak serta merta mengharuskan pemerintah untuk menghilangkan subsidi BBM
dll bukankah sebaiknya pengawalan pemerintah lebih diketatkan dan jika terdapat
penyelewengan oleh siappun maka sudah tentu harus dihukum dan diproses sesuai
ketentuan yang belaku sehingga menjadi pelajaran bagi masyarakat mampu lainnya.
Tetapi semua ini berpulang pada pemerintah, apa dan mengapa terkait reformasi
kebijakan tentang anggaran hanya bisa dijawab dengan sungguh oleh pemerintah,
sangat bersyukur sekali jika apapun kebijakannya jika dijalankan dengan jujur dan
baik hanya dengan tujuan kebaikan bersama baik pemerintah maupun masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai