Anda di halaman 1dari 20

DIAGNOSA KLINIK VETERINER (KHD-401)

SISTEM MUSKULOSKELETAL
Departemen Klinik Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga

Fungsi utama sistem muskuloskeletal adalah menunjang tubuh sehingga


memungkinkan cara berjalan (lokomosi) dan berdiri atau sikap tubuh (postur) yang normal.
Di samping itu bagian – bagian skelet tertentu ikut serta menjalankan fungsi – fungsi seperti
respirasi, mastikasi, urinasi dan defekasi. Penyakit – penyakit pada otot, tulang – tulang dan
persendian bisa menyebabkan lokomosi menjadi abnormal (pincang) dan/atau perubahan
pada postur sebagai tanda klinik utama.

Gangguan lokomosi dapat dilihat bila hewan berjalan atau berlari. Fungsi lokomosi
berubah pada banyak penyakit – penyakit sistem syaraf dan pada penyakit – penyakit lain
yang secara primer tidak mengenai sistem muskuloskeletal. Penyakit sistemik yang akut
atau berat, karena adanya toksemia sering menyebabkan kelemahan otot, tremor, rasa
nyeri dan inkoordinasi. Pada keadaan ini biasanya penyakit primer tidak akan terlewati bila
pemeriksaan klinik dilakukan secara baik dan benar. Demikian juga perubahan postur dapat
terjadi karena abnormalitas – abnormalitas pada sistem lain di luar sistem muskuloskeletal.

Komponen – komponen sistem muskuloskeletal meliputi otot – otot dengan


insersionya, tulang – tulang dan persendian. Penyakit yang mempengaruhi bagian – bagian
tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinik serta etiologi atau patologinya,
tetapi lebih mudah dimengerti bila dikategorikan sebagai tipe degeneratif, inflamatorik,
proliferatif atau kelainan perkembangan. Penyakit degeneratif pada tulang, tulang dan
persendian disebut miopati, osteodistrofi dan artropati. Sedangkan penyakit inflamatorik
pada otot, tulang dan persendian disebut miositis, osteomielitis dan artritis. Penyakit
proliferatif (neoplasia) relatif jarang terdapat, tetapi kelainan perkembangan terutama pada
tulang cukup sering dijumpai.

MUSKULUS (OTOT)

Otot superfisial diperiksa dengan inspeksi dan palpasi. Fungsi dan tonusnya dapat
diperiksa dengan cara yang sama, tetapi tidak boleh dilupakan untuk melihat hewan
berjalan dan berlari. Perubahan lokal dapat dilihat dengan membandingkan otot – otot di
sekitarnya atau kelompok otot pada kedua sisi tubuh. Mengecilnya otot (atrofi) yang tidak
disertai dengan perubahan lain, terjadi karena kurang dipergunakan. Ini terlihat pada
paralisis N. Radialis persisten yang terutama terdapat pada kuda dan anjing, dan juga terjadi
karena rasa nyeri pada tulang dan persendian, sehingga hewan membatasi gerakannya.
Selain itu juga pada kasus ankilosis dimana terdapat gangguan mekanik pada pergerakan.
Pada paralisis N. Radialis terjadi tanda – tanda atrofi pada otot ekstensor dalam waktu
beberapa minggu.

Peningkatan tonus otot dapat terjadi secara kontinyu (spasmus tonik) seperti pada
tetanus, atau secara intermiten (spasmus klonik) seperti pada intoksikasi strikhnin, dimana
derajat spasmus bisa hebat dan menyeluruh sehingga hewan menunjukkan serangan
konvulsi dengan berbaring pada sisi lateral dan terdapat gejalan epistotonus. Pada spasmus
otot berat, kekerasan dan kekakuan otot dapat diketahui dengan palpasi, dan garis – garis
batas beberapa otot yang letaknya superfisial menjadi lebih jelas.

Tetani adalah keadaan spasmus tonik otot yang disertai dengan eksitasi dan panting.
Sindrom ini terdapat pada hypomagnesiemic tetany pada sapi dan domba, dan pada kasus
transport tetany pada kuda. Tremor yaitu kontraksi (twitching) berulang – ulang dari otot
bergaris yang dapat dilihat dengan mudah atau diketahui dengan palpasi, dan kausanya
dapat dikarenakan perubahan biokimiawi atau organik. Dehidrasi dan ketidakseimbangan
elektrolit, terutama kekurangan klorid, merupakan kausa biokimiawi yang sering terjadi
pada tremor otot. Bila gangguan fungsi syaraf menyebabkan tremor otot, maka biasanya
keadaan ini menjadi lebih berat bila aktifitas fisik ditingkatkan, terutama bila otak serebelum
yang terkena.

Miopati

Secara klinik penyakit – penyakit degeneratif non-inflamatorik dari otot bergaris


(miopati) ditandai dengan kelemahan otot yang mengakibatkan perubahan postur, yang
pada keadaan yang berat menyebabkan hewan tidak bisa berdiri dan terdapat gangguan
fungsi jantung. Pada kasus – kasus miopati akut, otot – otot yang terkena membengkakdan
keras, dan pada otopsi terlihat seperti daging ikan karena adanya degenerasi hialin. Kausa
utama miopati pada ternak adalah defisiensi nutrisi, kurang latihan, herediter, intoksikasi
kimia atau obat, iskemia dan faktor – faktor neurogenik.

1. Distrofi Otot Nutrisional


Salah satu keadaan miopati yang terpenting pada hewan adalah enzootic muscular
dystrophy yang terutama terdapat pada anak sapi, anak domba dan anak kuda, kadang –
kadang pada anak babi dan hewan yang lebih tua serta pada anjing. Etiologinya
berhubungan dengan Selenium dan vitamin E. Vitamin E diperlukan untuk mempertahankan
selenium dalam keadaan tereduksi yang aktif, dan keduanya penting untuk mencegah
akumulasi lipid peroksida yang berlebihan di dalam sel, yang dapat merusak membran sel.
Di samping itu vitamin E menghambat peroksidasi dari asam lemak tidak jenuh karena efek
anti oksidasinya. Selenium merupakan bagian yang tak terpisahkan dari glutation peroksida
yang mengadakan detoksifikasi lipid peroksida. Jadi fungsinya sama, tetapi tidak bisa saling
menggantikan. Aktifitas enzim glutation peroksidase penting untuk bekerjanya Selenium.
Faktor – faktor lain yang dapat menimbulkan penyakit ini dan mempengaruhi tingkat
keparahan penyakit adalah umur muda, dimana hewan mengalami pertumbuhan yang
cepat, adanya asam lemak tidak jenuh dalam dietnya dan kurang latihan.
Tanda – tanda klinik dari enzootic muscular dystrophy adalah depresi, tidak mau
berdiri, tidak bisa meloncat, jalannya goyah dan kaku serta terjadi kelemahan otot secara
progresif. Seringkali juga terdapat gangguan fungsi respirasi dan sirkulasi. Perubahan
bilateral simetris pada otot dapat diketahui dengan palpasi, dimana otot – otot menjadi
keras seperti karet dan pada keadaan akut menjadi bengkak. Distribusi lesi pada otot skelet
bervariasi secara individual. Pada beberapa kasus yang berat, garis punggung menurun
sehingga tepi atas skapula menonjol dan skapula terlihat agak terpisah dari thoraks. Bila
diafragma dan otot – otot interkostal terkena, terdapat gangguan respirasi berupa dispneu
dan respirasi tipe abdominal.
Untuk konfirmasi diagnosa klinik dari distrofi otot nutrisional, dilakukan pemeriksaan
serum darah terhadap enzim kreatinin fosfokinase (CPK). Enzim ini sangat spesifik untuk
otot jantung dan otot bergaris, dan masuk ke dalam aliran darah setelah exercise yang berat
pada hewan yang tidak biasa bekerja dan pada degenerasi otot. Dapat juga dilakukan
penilaian terhadap kadar Selenium dalam darah dengan memeriksa glutation peroksidase
pada sapi atau dengan memeriksa kadar Selenium dalam darah atau air susu. Kadar vitamin
E diperiksa di dalam darah atau hepar.
2. Exertional Myopathy
Exertional atau Post-exercise myopathic syndrome (rabdomiolisis) terdapat pada
kusa, sapi dan anjing. Perubahan degeneratif yang karakteristik terdapat pada otot – otot
gluteus dan lumbal pada equine paralytic myoglobinuria (azoturia), sehingga jaringan yang
terkena terasa keras seperti papan bila dipalpasi. Tekanan lesi primer pada N. Iskhiadikus
dan syaraf – syaraf di daerah paha yang lain menimbulkan degenerasi neuropatik sekunder
dari m. rektus femoris dan m. vastus. Tying-up syndrome pada kuda tunggang menyerupai
azoturia tetapi lesi – lesi miopatiknya tidak terlalu berat. Pada kedua keadaan ini, perubahan
pada otot timbul karena nekrosis koagulatif pada serabut – serabut otot, yang
mengakibatkan disfungsi dan rasa nyeri sehingga hewan menjadi kaku, berkeringat dan
tidak mau berjalan lagi. Pada kasus rabdomiolisis yang berat, hewan dapat menunjukkan
gejala tersandung, bergoyang – goyang ke kanan dan ke kiri, lalu jatuh dan tidak dapat
berdiri lagi meskipun berusaha untuk berdiri. Anamnesa bahwa tanda – tanda itu terjadi
pada kuda yang baru beristirahat selama beberapa hari lalu dipekerjakan dengan berat,
mengarah pada diagnosa penyakit tersebut. Timbulnya perubahan warna pada urin menjadi
merah kecoklatan karena adanya mioglobin, merupakan konfirmasi dari keadaan tersebut.
Jumlah urin berkurang karena terdapat nefrosis dan apabila sembuh maka setelahnya akan
terjadi atrofi dari otot – otot yang terkena.
Tying-up syndrome paling sering terlihat pada kuda pacu dan kuda tunggang
terutama yang betina dengan kondisi umum yang baik, bila bekerja lebih berat. Kausa –
kausa yang lain adalah miopati, trombosis iliaka, tekanan pada medulla spinalis atau akar
syaraf spina dorsalis, artritis degeneratif dan neuritis pada kauda ekuina. Tanda – tanda
klinik dari miopati (polimiositis) agak mirip dengan paralytic myoglobinuria. Beberapa kasus
terjadi pada waktu kuda ditunggangi. Mula – mula hewan itu terlihat bergerak dengan ragu
– ragu dan hati – hati kemudian berhenti. Gerakan – gerakan selanjutnya dilakukan dengan
terpaksa dan terseok – seok dengan langkah yang pendek. Kuda tersebut terlihat merasa
nyeri dan terdapat peningkatan frekuensi pulsus, respirasi dan temperatur. Pada palpasi
tidak terasa kelainan pada otot. Keadaan ini terlihat dengan keadaan yang lebih ringan bila
terjadi setelah selesai bekerja. Bentuk miopati khusus yang fatal kadang – kadang terjadi
pada anak kuda thoroughbred pada musim semi dan awal musim panas.
Baik pada equine paralytic myoglobinuria maupun bentuk polimiositis dari tying-up
syndrome, derajat kerusakan otot pada puncak penyakit dapat dinilai dari pemeriksaan
enzim – enzim dalam serum atau biopsi otot. Biopsi otot (pada m. gluteus) akan
menunjukkan degenerasi hialin, kadar glukosa dan laktat yang tinggi, serta kadar glikogen,
ATP dan kreatinin fosfat yang rendah. Enzim – enzim serum yang kadarnya meningkat
adalah aspartat aminotransferase (AST), aldolase (ALD) dan kreatinin fosfokinase (CPK).
Kedua sindrom ini dibedakan karena tidak adanya mioglobin dalam urin pada bentuk
polimiositis dari tying-up syndrome. Sindrom paralytic myoglobinuria juga terdapat pada
anjing pacu greyhound. Kausa dan patogenesisnya diperkirakan sama pada kuda. Pada
umumnya tanda – tanda klinik timbul setelah exercise yang lama, dengan tanda awal berupa
cara berjalan yang agak kaku sampai paraplegia total. Anjing tersebut tidak mau bergerak,
abdomen seperti diangkat ke atas, banyak minum, sama sekali tidak mau makan dan
temperatur tubuhnya normal. Palpasi abdomen dan lumbal menimbulkan rasa nyeri yang
hebat serta otot lumbal dan gluteusnya keras. Pada kasus ini sering terjadi anuria karena
nefrosis yang berakhir dengan uremia. Kematian dapat terjadi dalam waktu 48 jam pada
25% perderita kasus. Sedangkan kesembuhan dapat terjadi dalam waktu 10 hari, tetapi
dapat terjadi atrofi otot permanen dan insufisiensi ginjal.
Greyhound cramp yang secara klinik ditandai dengan spasmus akut dari kelompok
otot tertentu, terjadi pada waktu exercise berat. Kausanya tidak diketahui, namun karena
garam fosfat bersifat kuratif maka itu mungkin merupakan etiologinya. Mula – mula anjing
jalannya kaku dengan satu atau kedua kaki belakang diluruskan. Terdapat fleksi berlebihan
pada persendian tumit dan hewan tersebut kemudian jatuh. Otot kaki belakang terutama
daerah lumbal kaudal kaku dan nyeri. Hewan mengalami depresi dan membrana mukosanya
sianotik. Pada umumnya kesembuhan total terjadi setelah 5 – 15 menit diistirahatkan dan
diurut.
3. Miopati Kongenital
Splay leg (hipoplasia miofibrilar) pada anak babi adalah bentuk miopati kongenital.
Anak babi yang terkena akan mengalami perkembangan otot yang abnormal dengan
hipoplasia miofibrilar, dan kadang – kadang terdapat miopati yang diperkirakan terjadi
karena fase distrofi pada perkembangan perinatal. Keadaan ini dapat terjadi secara genetik,
tetapi dapat juga timbul pada anak babi normal yang diletakkan di tempat yang licin, atau
dengan memberi pakan yang terkontaminasi dengan mikotoksin Fusarium pada induk babi..
Gejalanya anak babi tersebut sulit berdiri dan berjalan, serta yang lebih sering terkena
adalah kaki belakang yang terjulur ke lateral atau ke depan. Bila tetap bertahan hidup dan
tidak terinjak oleh induknya, anak babi tersebut dapat bergerak normal dalam 10 hari.
Pada anjing terutama English bulldog terdapat swimming puppy syndrome, yang
paling sering dijumpai pada anak anjing yang terlalu gemuk (obese). Anak anjing tersebut
berbaring pada perut dan sternum dengan kaki terjulur ke lateral dan bila terjadi untuk
beberapa lama akan menyebabkan kompresi dorsoventral dari rongga thoraks. Kausanya
tidak diketahui, tetapi dapat terjadi kesembuhan total.
4. Miopati Iskemik
Iskemia yang menyebabkan miopati diperkirakan merupakan faktor penting pada
downer cow syndrome pada awal pasca partus. Perubahan miopati terjadi pada kaki
belakang bila hewan tidak bereaksi terhadap terapi untuk hypocalcemic parturient paresis,
setelah hewan berbaring terus pada kaki yang sama selama lebih dari 48 jam. Keadaan
dimana hewan terus berbaring setelah partus dapat juga terjadi karena trauma bila jalannya
masih kurang kuat setelah partus, atau pada distokia dengan fetus yang besar sehingga
menyebabkan trauma dan edema pada pelvis yang menekan n. Iskhiadikus dan n.
Obturatorius. Perubahan biokimia dalam pemeriksaan serum darah menyatakan miopati
degeneratif (peningkatan CPK dan AST).
5. Miopati Neurogenik
Jenis – jenis babi tertentu seperti Pietrain, Polland China dan European Landrace,
peka terhadap stress. Prosedur seperti memindahkan atau mencampur kelompok –
kelompok babi, vaksinasi, perkawinan, partus dan transportasi (terutama bila berdesakan
dan hawanya panas) dapat menyebabkan stress. Tanda – tanda klinik terjadi secara sporadik
dan akut pada babi dengan berat di atas 50 kg. Hewan terlihat kesakitan, tidak mau
bergerak, terdapat febris dengan bengkak yang terasa panas pada bagian dorsal lumbal baik
unilateral maupun bilateral. Dapat terjadi kesembuhan total atau atrofi otot. Sebagian
penderita dapat mati pada fase akut awal karena asidosis laktat dan insufisiensi jantung.

Hipertrofi Otot
Seleksi untuk memperoleh sapi potong yang baik telah menimbulkan faktor genetik
yang ditandai dengan hipertrofi otot. Keadaan ini terdapat pada bangsa sapi tertentu dan
kadang – kadang pada domba. Secara klinik terdapat hipertrofi otot yang bervariasi dari
ringan sampai berat. Yang paling sering terkena adalah otot tubuh bagian belakang,
pinggang dan bahu. Pentingnya keadaan ini karena fetus yang terlalu besar dapat
menyebabkan distokia bila periode kebuntingan lebih lama.

Kelainan Perkembangan
Abnormalitas perkembangan pada otot dan tendon dapat bersifat struktural atau
fungsional, dan terjadi secara genetik atau perolehan. Inherited multiple tendon contracture
adalah suatu keadaan yang bisa terjadi pada anak sapi dan domba jenis tertentu, dimana
terjadi fiksasi ekstremitas dalam keadaan fleksi atau ekstensi sehingga timbul distokia.
Hewan yang menderita keadaan ini tidak dapat berdiri dan terjadi atrofi otot ekstremitas.
Arthrogryposis (persendian terfiksasi dalam posisi fleksi atau kontaksi) adalah
keadaan kongenital pada sapi yang herediter ataupun non-herediter (yaitu karena infeksi
virus Akabane pada induknya). Bentuk herediter sering disertai kelainan – kelainan seperti
palatoschisis. Penyakit fungsional yang herediter pada otot adalah spastic paresis dan
periodic spasticity pada sapi. Spastic paresis menimbulkan tanda klinik pada hewan berumur
6 – 9 bulan berupa tonus yang meningkat pada m. gastroknemius dan ekstensi persendian
tumit yang berlebihan, tetapi bila digerakkan secara pasif dapat terjadi fleksi. Inherited
periodic spasticity biasanya terdapat pada hewan dewasa dengan gejala awal yang dapat
terlihat apabila hewan itu bangkit berdiri. Kaki belakang terekstensi ke caudal dengan
tremor yang jelas pada otot – otot tubuh bagian belakang. Pada fase awal serangan ini
hanya sebentar, tetapi kemudian bisa sampai 30 menit dan pada waktu itu hewan tidak
dapat bergerak.

Penyakit – Penyakit Fungsional Pada Otot


1. Miotonia
Ditandai dengan lebih lamanya fase kontraksi dari otot bergaris dengan
terlambatnya relaksasi dan seringnya terjadi pada kambing, anak kuda dan kadang – kadang
pada sapi.
2. Miastenia Gravis
Kondisi tersebut kadang – kadang terdapat pada anjing secara kongenital atau
perolehan (yang mungkin disebabkan oleh antibodi terhadap reseptor asetilkholin). Pada
kasus perolehan, tanda – tanda klinik terjadi pada umur 9 bulan – 2 tahun sedangkan kasus
kongenital terdapat pada anak anjing. Tanda – tanda klinik utama adalah kelemahan otot,
mudah lelah, dispneu dan sianosis, terutama setelah exercise. Otot menjadi flaccid terutama
pada kepala, leher dan bahu, hewan kesulitan makan dan minum serta menelan. Tanda –
tanda tersebut akan hilang setelah istirahat atau dengan pemberian obat antikholin
esterase.
3. Scottie Cramp
Merupakan suatu penyakit herediter pada susunan syaraf pusat anjing Scottish
terrier, yang secara klinik ditandai dengan kejang otot sehingga menyebabkan cara berdiri
dan berjalan abnormal pada hewan umur 6 minggu – 1 tahun. Keadaan ini terlihat setelah
exercise yang lama atau bila hewan eksitasi. Mula – mula langkahnya pendek dan kaku
kemudian kaki belakang diangkat lebih tinggi. Bila kaki depan dan leher terkena, kepala
tertarik ke ventral di antara kaki depan. Bila diistirahatkan hewan secara perlahan akan
normal kembali. Kausa penyakit ini tidak jelas.

Tumor Otot

Tumor otot primer sangat jarang terjadi, dan pada umumnya bersifat ganas.
Biasanya tumor otot merupakan metastasis dari tumor di jaringan sekitarnya.
Miositis

Perubahan inflamatorik pada otot dapat terjadi karena trauma secara langsung atau
tidak langsung pada perjalanan penyakit spesifik seperti blackleg, aktinobasillosis,
bluetongue, penyakit mulut dan kuku serta infestasi parasit pada sarkosporidiosis dan
trikhinosis. Kasus blackleg pada sapi disebabkan Clostridium chauvoei, dengan lesi otot pada
umumnya terdapat pada bagian proksimal dari salah satu kaki, tetapi bisa juga pada tempat
lain dengan lesi awalnya berupa kebengkakan yang panas dan nyeri, kemudian menjadi
dingin, tidak terasa nyeri dan emfisematus. Tanda – tanda umum adalah febris yang
kemudian diikuti dengan toksemia. Diagnosa ditentukan berdasarkan tanda – tanda klinik
atau otopsi untuk menemukan lesi pada otot yang karakteristik. Malignant edema terdapat
pada semua spesies hewan dan paling sering terjadi setelah kontaminasi luka pada otot.
Etiologinya adalah C. septicum, C. chauvoei, dan C. perfringens. Lesi lokal yang superfisial
awalnya ditandai dengan kebengkakan yang lunak dan oedematus (doughy) yang kemudian
menjadi tegang serta kulit menjadi gelap dan ketat.

Miositis supuratif (terutama pada anjing) terjadi karena komplikasi infeksi bakterial
seperti osteomielitis dan osteoartritis supuratif. Bila sudah terjadi infeksi akan menyebar
menurut arah fasia. Tanda yang jelas berupa kebengkakan dan nyeri lokal yang hebat.
Aktinobasillosis pada sapi yang disebabkan oleh Actinobacillus lignieresi biasanya
menyebabkan miositis kronik pada lidah dan kadang – kadang di otot daerah faring, laring
dan otot – otot superfisial dari bagian tubuh lain. Otot yang terkena mengalami pembesaran
dan menjadi keras tetapi tidak ada rasa nyeri serta pada lidah sering terjadi ulserasi mukosa.
Miositis traumatik yang mempengaruhi beberapa otot ekstremitas dan sering terjadi pada
kuda, sapi dan anjing. Keadaan akut pada kuda, otot yang terkena sensitif, terasa panas,
bengkak dan keras. Bentuk lokal dari miositis akut yang mengenai m. longisimus dorsi, m.
psoas dan kadang – kadang m. gluteus, terdapat pada kuda setelah kerja berat.

Miositis eosinofilik adalah suatu penyakit yang kadang – kadang menyerang anjing
(terutama Anjing Gembala Jerman/AGJ), yang ditandai dengan serangan intermiten dari
keradangan otot yang berlangsung selama beberapa minggu dan diselingi dengan periode
regresi (berkurangnya gejala). Serangan ini ditandai dengan pembengkakan simetris pada
otot – otot mastikasi yaitu m. masseter, m. temporalis dan m. pterigoideus. Biasanya
terdapat pseudotrismus (mulut tidak bisa terbuka dengan sempurna) atau gigi seri
dikatupkan. Terdapat eksoftalmus bilateral, sedikit protrusio dari membrana niktitans dan
timbul keratokonjungtivitis. Pada keadaan inisial dari keadaan tersebut terdapat eosinofilia
20 – 30%. Setelah serangan berulang – ulang, timbul atrofi pada m. masseter dan m.
temporalis, dan trismus menjadi lebih hebat bahkan permanen. Kausa dari penyakit ini tidak
diketahui, diduga berhubungan dengan penyakit parasitik, alergi dan mekanisme autoimun.
Prehensi, mastikasi dan deglutisi menjadi abnormal serta terdapat disphagia dan
menggantungnya saliva.
TULANG

Pemeriksaan klinik pada tulang meliputi inspeksi dan palpasi pada tulang yang
terletak superfisial, di samping pemeriksaan radiologik yang sangat berguna pada kasus
tertentu karena memperlihatkan struktur tulang. Beberapa penyakit tulang menyebabkan
postur dan cara berjalan yang abnormal. Dengan inspeksi dan palpasi pada tulang dapat
diketahui adanya abnormalitas pada konsistensi, kontur, bentuk dan sensitifitas. Dengan
demikian dapat ditentukan apakah penyakit tulang itu terlokalisasi atau mengalami
generalisasi.

Kelainan Perkembangan Tulang

Penyakit – penyakit tulang dapat diklasifikasikan menjadi 4 grup yaitu kelainan


perkembangan, degenerasi tulang, penyakit inflamatorik dan penyakit proliferatif. Menurut
luas dan distribusinya, kelainan perkembangan tulang dibagi menjadi lokal dan umum
(menyeluruh).

1. Kuda
Kelainan perkembangan tulang yang menyeluruh pada kuda jarang terdapat.
Ankylosed foal (contracted foal) sebenarnya bukan suatu penyakit tulang primer. keadaan
ini terjadi karena tendon – tendon otot sangat pendek sehingga terjadi skoliosis dan
tortikolis, asimetri kepala, fleksi persendian ekstremitas distal dan kadang – kadang dinding
ventral abdomen menipis. Pada kuda kadang – kadang terjadi gangguan perkembangan
lokal. Terdapat lesi dengan ankilosis pada tulang belakang di daerah koksigea, sakral dan
lumbal. Enzootic incoordination (wobbles) terutama terdapat pada kuda muda karena lesi
pada medulla spinalis akibat intervertebral disc protrusion atau displasi ke atas salah satu
vertebrae cervicalis karena permukaan persendian yang tidak simetris. Adanya gangguan ini
baru jelas bila timbul koordinasi.
2. Sapi
Gangguan perkembangan umum pada tulang cukup sering terjadi pada sapi.
Inherited congenital achondroplasia dengan hidrosefalus (bulldog calves) sudah terlihat
pada waktu lahir. Pada keadaan ini juga terdapat hidung dan leher yang pendek dengan
leher dan ekstremitas yang membesar. Pada inherited multiple ankylosis terdapat ankilosis
dengan fleksi persendian di semua ekstremitas dan kurvatura tulang belakang. Gangguan
perkembangan lokal pada tulang sapi terlihat pada reduced phalanges (tidak adanya
phalang pertama dan kedua) dan inherited achondroplastic dwarfism (kaki pendek dengan
kepala yang lebar dan leher menonjol) yang keduanya terjadi secara genetik sejak lahir.
Kadang – kadang bisa terdapat inherited mandibular prognathism (menonjolnya mandibula)
dan congenital osteopetrosis.
3. Domba dan Babi
Gangguan perkembangan tulang pada domba dan babi relatif jarang terjadi. Bisa
terdapat brachygnatism, arthrogryposis dan osteogenesis imperfekta pada domba, serta
inherited thick legs dan inherited rickets pada babi.
4. Anjing
Deformitas kongenital pada tulang relatif sering ditemukan pada anjing. Pada rahang
bisa terjadi brachygnatia (mandibula lebih pendek dari maksila) atau micrognathia dan
prognathia (mandibula lebih panjang dari maksila). Kelainan kongenital pada tulang
belakang berupa hemivertebrae (terdapat celah pada bagian median korpus vertebrae).
Multiple coccygeal hemivertebrae menyebabkan ekor berputar, suatu keadaan yang normal
pada anjing Bulldog dan Boston terrier. Kelainan lain adalah spina bifida, synostosis (fusi
vertebrae), brachyury dan anury (ekor pendek atau tidak ada). Deformitas kongenital pada
tulang – tulang ekstremitas relatif jarang terjadi, antara lain berupa ektromelia, amelia dan
polimelia (ekstremitas tidak lengkap, tidak ada atau berlebihan) ; phocomelia dan paraxial
hemimelia (tidak adanya tulang ekstremitas proksimal atau distal) ; syndactyly (fusi tulang –
tulang ekstremitas) ; polydactilism dan adactylism (jari berlebih atau tidak ada) ; serta
arthronychia dan anonychia (kuku abnormal atau tidak ada). Deformitas kongenital
menyeluruh berupa osteopetrosis, dwarfism, epiphysial displasia, hypochondroplasia dan
dyschondroplasia.
5. Kucing
Kelainan kongenital pada kucing lebih jarang terjadi bila dibandingkan pada anjing.
Yang cukup sering adalah polydactilism. Kadang – kadang terdapat pula kasus amelia,
hemimelia, hemivertebrae dan spina bifida.

Degenerasi Tulang

Menurut asal terjadinya, penyakit degeneratif pada tulang hewan dibagi menjadi
metabolik dan nutrisional. Timbulnya karena gangguan pada perkembangan normal tulang
atau pertumbuhan abnormal pada tulang dewasa. Perubahan – perubahan distrofik pada
tulang yang umumnya menyeluruh, terjadi karena defisiensi nutrisi, gangguan
keseimbangan hormon, faktor toksik dan keturunan.

1. Penyakit Nutrisional
Pada kuda, penyakit tulang nutrisional yang paling penting adalah osteodistrofia
fibrosa, dimana terdapat penimbunan jaringan fibrosa seluler yang lunak, yang pada
keadaan lanjut memperlihatkan pembesaran pada tepi bawah dan alveolar dari mandibula,
serta pembesaran bilateral pada tulang wajah. Tanda klinik awal adalah pincang dan suara
berderit bila hewan berjalan, yang mungkin disebabkan oleh relaksasi tendon dan ligamen.
Penyakit ini terjadi karena defisiensi kalsium primer atau sekunder (karena kelebihan fosfor
dalam diet biji – bijian atau kulit biji gandum). Pentingnya vitamin A, C dan D pada penyakit
tulang di kuda juga masih belum jelas diketahui.
Anak sapi terkena rakhitis bila rumput/tanah/makanan kurang mengandung fosfor.
Rakhitis akibat defisiensi vitamin D dapat terjadi pada anak sapi yang dikandangkan dalam
waktu yang lama. Tanda – tanda klinik berupa pembesaran persendian ekstremitas dan
costochondrial junction, serta melengkungnya tulang panjang kaki depan ke arah cranial.
Pada keadaan yang berat, tulang rahang akan terkena sehingga mulut tidak dapat menutup.
Pada pemeriksaan darah, fosfor anorganik serum akan menurun dan alkali fosfatase serum
meningkat. Pada sapi dewasa, osteomalasia terjadi di daerah dimana tanah kekurangan
fosfor. Lesi awal pada tulang berupa demineralisasi, diikuti dengan deformitas tulang yang
menjadi lunak dan pembentukan banyak osteoid yang tidak dikalsifikasi di diafisis. Tanda –
tanda klinik berupa anoreksia, produktifitas menurun, jalannya kaku dan nyeri, terdapat
suara pada area persendian saat hewan berjalan, hewan tidak mau bergerak atau terus
berbaring. Penyakit ini terutama terdapat pada sapi perah yang produksinya tinggai (disebut
milk lameness). Pada pemeriksaan darah, fosfor serum menurun dan alkali fosfatase
meningkat.
Anak domba dan domba dewasa hanya kadang – kadang terkena rakhitis atau
osteomalasia, dengan tanda – tanda klinik yang lebih ringan daripada anak sapi dan sapi
dewasa. Rakhitis dan osteomalasia juga terdapat pada babi dan anjing. Diagnosa rakhitis
dan osteomalasia pada umumnya ditentukan berdasarkan pemeriksaan klinik dengan
konfirmasi melalui pemeriksaan radiografi dan kimia darah.
2. Penyakit Metabolik
Metabolisme tulang normal pada hewan tergantung pada jumlah zat yang cukup
dalam diet pakan (Cu, F, Mg, Zn, vitamin A, D dan C, serta protein, di samping Ca dan P).
Jumlah berlebihan dari Mg, Zn, vitamin A dan D serta Pb, dapat mengganggu metabolisme
tulang. Pentingnya vitamin C dalam metabolisme tulang paling banyak dijelaskan pada
anjing, dan keadaan ini berhubungan dengan pemberian makanan yang berlebihan serta
pertumbuhan yang cepat, terutama pada anjing jenis besar. Vitamin C berperan dalam
pembentukan jaringan ikat, matriks tulang dan jaringan pembuluh darah. Defisiensi vitamin
C menyebabkan perdarahan subperiosteal dan gangguan pembentukan osteoid serta
kolagen. Tanda klinik utama berupa kepincangan yang mengenai semua kaki pada umur 4 –
6 bulan. Terdapat pembesaran daerah metafisis dari distal radius ulna dan tibia, yang terasa
panas dan nyeri. Diagnosa ditentukan berdasarkan tanda – tanda klinik, ditunjang dengan
pemeriksaan radiografi serta kadar asam askorbat dalam darah dan urin.
3. Pengaruh Hormonal
Stabilitas struktur tulang juga tergantung pada pengaruh kelenjar hipofisa, tiroid,
paratiroid, adrenal dan gonad. Kelenjar paratiroid adalah yang cukup penting dalam hal ini.
Hiperparatiroidisme primer jarang terdapat pada hewan, namun pada umumnya
disebabkan oleh neoplasia dan menyebabkan osteodistrofi secara menyeluruh.
Hiperparatiroidisme sekunder berasal dari ginjal atau penyebabnya adalah nutrisional.
Hiperparatiroidisme renal terjadi pada anjing dan kucing akibat nefritis interstisial kronis
atau penyakit ginjal kronis yang lain. Hiperfosfatemia akibat penurunan ekskresi fosfor
melalui ginjal menimbulkan hipokalsemia dan itu akan meningkatkan produksi parathormon
sehingga terjadi demineralisasi tulang (terutama tulang pipih termasuk mandibula). Pada
keadaan yang sangat berat terdapat keadaan yang disebut rubber nose, serta terpisahnya
simfisis mandibula dan lepasnya gigi.
Hiperparatiroidisme nutrisional disebabkan oleh defisiensi kalsium dalam diet pakan
atau keadaan – keadaan seperti sindrom malabsorpsi yang menghambat absorpsi kalsium
dari usus. Kausa yang paling sering pada anjing dan kucing adalah daging/jerohan yang
berlebihan dalam dietnya, yang mempunyai kadar fosfor yang tinggi (rasio Ca : P otot
jantung 1 : 40 dan hati sapi 1 : 50). Penyakit ini ditandai dengan kepincangan dan nyeri pada
palpasi daerah epifisis tulang panjang. Proses demineralisasi tulang lebih cepat pada hewan
muda dibandingkan hewan dewasa. Penyakit – penyakit degeneratif lain pada tulang yang
dapat terjadi pada anjing adalah eosinophilic panosteitis, hypertrophic osteodystrophy,
craniomandibular osteopathy dan hypertrophic pulmonary osteoartropathy.

Penyakit – penyakit Inflamatorik pada Tulang

Keradangan pada tulang (osteomielitis atau osteitis) agak jarang terjadi pada hewan
dan kebanyakan terdapat pada anjing dan kucing. Osteomielitis biasanya terjadi karena
infeksi setelah lesi traumatik (secara eksogen). Infeksi spesifik (secara endogen) yang juga
menyebabkan osteomielitis (radang pada rongga medulla tulang) adalah: navel-ill pada anak
kuda, sapi dan domba ; aktinomikosis pada sapi ; bruselosis dan rhinitis atrofik pada babi ;
tuberkulosis pada kuda ; dan kadang – kadang infeksi mikotik sistemik pada anjing dan
kucing. Bila tulang ekstremitas terkena maka terjadi kepincangan, pembengkakan lokal dan
rasa nyeri, di samping terjadi febris, anoreksia dan depresi. Selain itu juga terdapat tanda –
tanda klinik dari infeksi sistemik atau lokal. Osteomielitis pada kuda dapat terjadi karena
perluasan artritis supuratif yang timbul karena infeksi sistemik pada omfaloflebitis di anak
kuda, atau infeksi lokal pada luka penetrasi atau fraktur terbuka.

1. Aktinomikosis
Aktinomikosis yang disebabkan oleh Actinomyces bovis adalah osteomielitis yang
menyebabkan pengeroposan (rarefaction) dan reaksi granulomatosa, yang terdapat secara
sporadis pada sapi muda (kadang – kadang pada kuda) dan menyerang tulang kepala. Mula
– mula lesi berupa pembengkakan tulang tanpa disertai rasa nyeri pada mandibula atau
maksila di daerah molar. Perkembangan selanjutnya bisa cepat atau lambat. Perkembangan
yang cepat biasanya disertai rasa nyeri. Lesi tersebut kemudian pecah melalui kulit dan
mengeluarkan sedikit cairan kental seperti madu yang mengandung granul – granul
kekuningan yang kecil dan keras. Meluasnya lesi ke dalam rongga hidung atau mulut
menyebabkan kesulitan bernafas (ngorok) atau kesulitan mengunyah. Diagnosa ditentukan
berdasarkan umur hewan, tanda – tanda klinik, sifat penyakit yang sporadis dan
pemeriksaan mikroskopis dari preparat ulas material lesi.
2. Bruselosis
Bruselosis pada babi yang disebabkan oleh B. suis merupakan penyakit kronikyang
terutama terdapat pada hewan usia produktif. Tanda klinik paling jelas pada organ genital
tetapi biasanya juga terjadi osteomielitis progresif pada vertebrae lumbalis dan sakralis.
Tanda – tanda kliniknya berupa kepincangan, inkoordinasi dan paralisis posterior.
Diagnosanya sulit ditentukan karena perlu dilakukan pemeriksaan serologis pada kelompok
hewan.
3. Rhinitis
Rhinitis nekrotik (bullnose) adalah penyakit yang menyerang babi pada masa
pertumbuhan yang disebabkan oleh Bacteroides necrophorus, dan paling sering timbul bila
higiene lingkungan kurang baik. Lesi berupa selulitis nekrotik mempengaruhi jaringan lunak
hidung dan wajah, dan menyebar ke tulang. Pembengkakan lokal yang terlihat jelas bisa
mengganggu proses respirasi dan mastikasi. Diagnosa ditentukan berdasarkan umur babi,
keadaan lingkungan, sifat dan lokasi lesi. Rhinitis atrofik menyerang babi muda dan dewasa.
Pada stadium awal terdapat rhinitis akut, yang diikuti dengan atrofi mukosa hidung serta
dekalsifikasi dan atrofi tulang turbinalia dan etmoidalis. Lesi bisa menyebar ke sinus
sehingga menyebabkan deformitas wajah. Etiologi dari penyakit ini tidak jelas, namun
mungkin karena adanya agen infeksius atau defisiensi diet ataupun kombinasi keduanya.
Agen infeksius yang paling sering ditemukan adalah Bordetella bronchoseptica dan juga P.
multocida tipe B. diagnosa ditentukan berdasarkan tanda – tanda klinik serta sifat dan lokasi
lesi.
4. Osteomielitis
Pada osteomielitis tuberkulosa pada kuda, vertebrae cervicalis sering kali terkena,
menjadi keropos dan nekrosis sehingga leher menjadi kaku dan hewan tidak dapat makan
dari tanah. Tanda – tanda klinik yang lain adalah batuk karena lesi paru, pembesaran
kelenjar limfa dan fluktuasi temperatur tubuh. Uji tuberkulin pada kuda sulit diinterpretasi.
Osteomielitis tuberkulosa pada sapi dan babi menyerang vertebrae dan meningen.
Kebanyakan kasus hanya diidentifikasi pada otopsi. Pada kucing, beberapa vertebrae dan
tulang ekstremitas dapat terkena osteomielitis tuberkulosa, sehingga menyebabkan resorpsi
yang ekstensif sampai sebagian tulang hilang. Adanya basil tuberkulosa di dalam discharge
biasanya dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan bakteriologi. Osteomielitis endogen jarang
terdapat pada anjing. Agen infeksiusnya yaitu S. aureus dan B. canis sampai ke metafisis
tulang (terutama vertebrae) dalam bentuk emboli. Osteomielitis non supuratif disebabkan
oleh infeksi fungi pada tulang sehingga terjadi lesi granulomatosa progresif. Namun hal ini
jarang terjadi pada anjing dan kucing, dan pada umumnya disebabkan oleh Coccidioides
immitis.
5. Osteochondrosis dan Osteochondritis
Osteochondrosis (degenerasi pusat ossifikasi epifisis tulang) dan osteochondritis
(keradangan tulang dan tulang rawan) menyebabkan kepincangan pada kuda muda jenis
kecil dan anjing jenis sedang sampai besar yang dalam masa pertumbuhan. Daerah tulang
yang paling sering terkena adalah epifisis dan bagian – bagian tulang seperti kaput humerus,
kondilus medialis humerus, kondilus lateralis femur, dan sebagainya. Etiologinya belum
jelas, mungkin trauma merupakan penyebab utama. Tanda – tanda klinik terdapat
kepincangan yang timbul secara akut atau kronik. Fleksi atau ekstensi persendian yang
terkena dapat menyebabkan rasa nyeri. Diagnosa ditentukan berdasarkan anamnesa, tanda
– tanda klinik dan pemeriksaan endogen.

Penyakit – penyakit Proliferatif pada Tulang

Penyakit – penyakit proliferatif pada tulang jarang terjadi kecuali pada anjing.
Insidensi tumor tulang pada hewan relatif rendah kecuali pada anjing. Neoplasia tulang
primer pada umumnya ganas. Tumor metastatik pada tulang tidak begitu sering terjadi.
Osteosarcoma pada anjing terutama terdapat pada metafisis tulang panjang, sedangkan
osteochondroma terdapat pada tulang pipih dan vertebrae.

PERSENDIAN

Pemeriksaan klinik pada persendian dilakukan dengan cara yang sama dengan pada
tulang. Inspeksi dan palpasi pada persendian ekstremitas dibantu dengan memperhatikan
derajat fleksi dan ekstensi pada waktu berjalan dan berlari, atau digerakkan secara manual.
Pada hewan kecil dapat dilakukan palpasi tidak langsung pada columna vertebralis.
Pemeriksaan radiologik juga membantu menentukan diagnosa seperti pada pemeriksaan
tulang. Dengan inspeksi yang dilakukan pada hewan yang sedang diam atau bergerak,
kemudian melakukan palpasi, dapat diketahui adanya abnormalitas pada kontur, bentuk
dan fungsi persendian.

Kelainan – Kelainan Kongenital Pada Persendian

Kelainan kongenital pada persendian saja, relatif jarang terjadi pada hewan besar.
Tetapi yang bersamaan dengan kelainan otot, tendon dan ligamen, merupakan kelainan
kongenital yang paling sering ditemukan pada ternak. Secara klinik kelainan persendian
dibagi menjadi mobilitas yang terbatas atau yang berlebihan (hypermobile). Mobilitas yang
terbatas dapat terjadi karena berkurangnya kemampuan ekstensi dari otot, tendon, ligamen
atau karena deformitas permukaan persendian yang terdapat bersamaan dengan kelainan
tulang ekstremitas. Pada contracted foal terdapat bermacam – macam kelainan berupa
tortikolis, skoliosis dan kontraksi-fleksi dari persendian distal ekstremitas.

Artrogriposis (kaku persendian kongenital) yang disebabkan faktor lingkungan cukup


sering terdapat pada sapi, antara lain karena infeksi intrauterine dengan virus Akabane atau
efek toksik dari alkaloid anagirin dalam tumbuhan tertentu pada sapi bunting. Keadaan ini
juga terdapat pada domba dan kambing. Pada anak babi, defisiensi vitamin A dan efek
teratogenik dari tumbuhan beracun tertentu dapat menyebabkan kaku persendian.
Hipermobilitas pada persendiang kadang – kadang terjadi pada hewan yang baru lahir,
misalnya secara herediter pada anak sapi Jersey.
Pada anjing, dislokasi persendian kongenital relatif sering terjadi, terutama pada
jenis Poodle, Labrador retriever dan German Shepherd, yaitu pada persendian koksofemoral,
humeroradial dan femorotibial. Gangguan perkembangan persendian pada anjing antara
lain hip dysplasia dan Legg-Calvé-Perthes disease. Pada hip dysplasia, deformitas persendian
koksofemoral berupa asetabulum yang dangkal, subluksasio, coxo vara (berkurangnya sudut
antara leher femur dengan diafisis femur), coxo magna (meningkatnya diameter caput dan
leher femur), coxo plana (caput femur menjadi datar), dan penyakit degeneratif pada
persendian. Tanda – tanda klinik mulai terlihat pada umur 5 – 12 bulan. Anjing mengalami
kesulitan pada waktu mau berdiri dan lebih sering duduk, pincang serta bila berjalan
pinggulnya goyah. Manipulasi pada persendian pinggul menimbulkan rasa nyeri. Diagnosa
ditentukan berdasarkan anamnesa, tanda – tanda klinik dan pemeriksaan radiografi.

Pada -Calvé-Perthes disease terdapat disfungsi sekunder dari persendian


koksofemoral karena degenerasi dan nekrosis vaskular, yang terutama terjadi pada anjing
muda small breed. Etiologinya masih belum jelas diketahui. Mula – mula hewan pincang
yang semakin berat setelah makin lama. Palpasi di daerah persendian pinggul menunjukkan
atrofi otot, krepitasi dan rasa nyeri.

Penyakit – Penyakit Degeneratif Pada Persendian

Penyakit non-inflamatorik pada persendian (artropati, osteoartropati) ditandai


dengan degenerasi dan erosi tulang rawan persendian, menjadi padatnya tulang
subchondral dan proliferasi tulang di sekeliling tulang rawan persendian yang relatif sering
terdapat pada hewan. Osteochondrosis adalah lesi degeneratif pada lapisan yang dalam dari
tulang rawan persendian, pada proses penuaan dan defisiensi nutrisi.

Karena tuntutan fisik yang berat, kuda sering mengalami artropati degeneratif. Lesi
traumatik sub-akut yang berulang – ulang pada persendian dapat menyebabkan
osteoartropati degeneratif pada kuda pacu muda yang dilatih atau pada kuda pacu dewasa
yang sering dilarikan pada permukaan yang keras. Lesi degeneratif terjadi pada permukaan
persendian vertebrae cervicalis pada kuda muda yang terkena enzootic incoordination. Pada
sapi, faktor yang sama juga menyebabkan osteoartropati. Kondisi tersebut diduga
berhubungan dengan pertumbuhan yang cepat pada sapi dan pada babi yang dikandangkan
di lantai yang keras dengan exercise terbatas. Intoksikasi Solanum malacoxylon
menyebabkan kalsifikasi arteri dan artrosis degeneratif pada persendian ekstremitas. Pada
babi yang disebut “leg weakness” dianggap terjadi karena osteochondrosis dan artrosis.
Bentuh tubuh juga diduga mempengaruhi hal tersebut. Lesi terdapat pada persendian
proksimal ekstremitas dan pada persendian intervertrebral lumbalis. Intoksikasi Zinc (Zn)
kronik pada babi ditandai dengan perubahan degeneratif pada permukaan persendian kaput
humerus. Pada anjing dapat terjadi osteoartrosis primer atau sekunder. Bentuk primer yang
timbul pada usia tua jarang terjadi. Bentuk sekunder sering terjadi, terutama disebabkan
oleh persendian yang tidak stabil dan trauma. Persendian menjadi tidak stabil karena
kelainan kongenital atau gangguan perkembangan. Pada kasus spondilosis deformans yang
seringnya terjadi pada anjing besar, terdapat perkembangan progresif yang lambat dari
osteofit (pertumbuhan tulang) yang menonjol dari ujung – ujung korpus vertebrae,
terutama pada aspek ventral dan ventrolateral.

Secara klinik manifestasi yang paling jelas dan umum dari osteoartropati persendian
ekstremitas adalah kepincangan yang intensitasnya tergantung luasnya lesi persendian.
Pada keadaan yang berat terdapat krepitasi bila persendian dimanipulasi, karena mobilitas
yang bertambah dan longgarnya ligamen serta kapsul sendi. Osteoartropati persendian
intervertebral menimbulkan tanda – tanda klinik bila lesinya menyebabkan rasa nyeri, yang
seringkali terjadi mendadak. Pada kuda lesi tersebut terdapat pada bagian cervical dan
thoracal yang menyebabkan enzootic incoordination (wobbles). Rasa nyeri timbul karena
tekanan pada pangkal syaraf atau medula spinalis oleh intervertebral disc yang menonjol.
Secara klinik dapat terlihat gerakan leher yang terbatas, kaku pada waktu jalan berputar,
tersandung dan bergoyang pada saat berjalan, kaki diseret serta terdapat fleksi berlebihan
pada persendian metatarso-falangeal. Diagnosa ditentukan berdasarkan anamnesa dan
tanda – tanda klinik.

Degenerasi intervertebral disc cukup sering terdapat pada anjing terutama bangsa
chondrodystrophic seperti Daschund, Pekingese, Beagle, Poodle, Cocker spaniel, Chihuahua
dan kadang terjadi pada jenis yang lebih besar. Anjing chondrodystrophic mempunyai
kelainan bawaan yang dianggap normal berupa kelainan bentuk sudut pada persendian kaki
sehingga kaki depan melengkung keluar, seperti pada Bulldog, Pug, Pekingese, Basset
hound, Daschund dan sebagainya. Intervertebral disc atau diskus interbertebralis bentuknya
bikonkaf, terdiri dari nukleus pulposus sentral yang menyerupai gel dan cincin fibrosa perifer
(anulus fibrosus) yang lebih tipis pada aspek dorsal dekat dengan kanalis neuralis. Efisiensi
diskus sebagai penahan goncangan berkurang pada usia tua karena kehilangan cairan yang
progresif. Pada anjing – anjing chondrodystrophic, setelah waktu tertentu nukleus pulposus
berubah menjadi jaringan tulang rawan dan kemudian mengalami kalsifikasi. Perubahan ini
mulai terjadi pada umur + 1 tahun. Nukleus pulposus normal menjaga supaya tekanan
didistribusikan merata pada seluruh anulus fibrosus. Bila mengalami degenerasi, efek
tekanan timbul pada sebagian kecil anulus fibrosus dan hal itu menyebabkan prolapsus.
Yang paling sering terjadi arahnya ke dorsal kanalis neuralis, dimana terjadi tekanan pada
medula spinalis dan/atau syaraf spinalis. Bila menuju ke arah ventral akan menyebabkan
spondilosis (ankilosis vertebralis). Tanda – tanda klinik awal adalah rasa nyeri sehingga
tulang belakang dipertahankan lurus (kaku) dan sering terjadi kifosis serta hewan tidak mau
dipalpasi. Gangguan motorik timbul pada stadium lebih lanjut pada kedua kaki belakang,
dari mulai berjalan goyah sampai paraplegia spastik atau flaccid. Diagnosa dipastikan
dengan pemeriksaan radiografi, sedang pada kasus yang meragukan dilakukan mielografi
spinal.
Spondilosis deformans adalah degenerasi progresif pada corpus vertebrae yang
mengenai anjing tua dari jenis chondrodystrophic, atau jenis anjing yang lebih besar.
Penyakit ini ditandai dengan pertumbuhan osteofit pada kedua ujung korpus vertebrae,
pada umumnya ke ventral dan ventrolateral. Terdapat rasa nyeri dan sulit berjalan sehingga
langkahnya kaku dan hewan tidak mau bangun serta asal rasa nyeri akan sulit ditentukan
lokasinya. Diagnosa penyakit ini ditentukan berdasarkan anamnesa, tanda – tanda klinik dan
pemeriksaan radiografi.

Penyakit – Penyakit Inflamatorik Pada Persendian

Penyakit – penyakit inflamatorik pada struktur persendian (artritis) relatif sering


terdapat pada hewan muda. Artritis berasal dari infeksi bakteri yang terjadi setelah tauma
lokal, atau lebih sering merupakan perluasan infeksi bakteri spesifik pada hewan yang baru
lahir (pioseptikemia, omfaloflebitis). Perluasan infeksi ke dalam persendian dapat terjadi
pada luka penetrasi traumatik, nekrosis pedal (foot rot) pada sapi atau infeksi piogenik pada
bagian tubuh yang lain. Bila tidak diobati, artritis supuratif akan mengalami komplikasi
karena infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya (menjadi osteomielitis) atau ke aliran darah
(septikemia).

Bakteri yang menginvasi persendian akan berbeda tergantung dari spesies hewan. E.
coli dan Streptococcus spp. dapat menyebabkan artritis pada semua spesies. Pada kuda
thoroughbred, kejadian artritis infeksius lebih tinggipada anak kuda yang konsumsi
kolostrumnya terlambat lebih dari 4 jam. Pada anjing, penyakit autoimun yang
mempengaruhi persendian adalah rheumatoid arthritis dan systemic lupus erythematous
(SLE). Penyakit spesifik sistemik dapat menyebabkan artritis pada hewan muda maupun
dewasa, misalnya infectious polyarthritis pada babi (Glassers’s disease) yang disebabkan
oleh Haemophylus spp. pada banyak penyakit septikemik dan viremik terlihat hewan
berjalan dengan kaku, tidak mau jalan berputar dan merasa nyeri bila dilakukan fleksi pada
ekstremitas. Tanda – tanda klinik dari artritis adalah kepincangan disertai panas dan nyeri,
yang dapat diketahui dengan palpasi dan hewan menolak bila persendian yang terkena
digerakkan. Rasa nyeri disebabkan oleh keradangan membran sinovial dan kadang – kadang
hewan mengangkat ekstremitas tersebut, bila hanya satu yang terkena. Terdapat
kebengkakan yang jelas pada infeksi bakteri piogenik. Pada semua bentuk artritis non-
supuratif terdapat pembesaran epifisis yang tidak selalu terlihat dengan jelas. Erosi ekstensif
yang hebat dari tulang rawan persendian ditandai dengan krepitasi bila persendian
digerakkan secara pasif. Pada hewan muda dan yang baru lahir, beberapa persendian bisa
terkena. Sedangkan pada kasus neonatal terdapat infeksi di area lain, misalnya umbilikus,
hepar, paru dan meningen. Setelah keradangan akut mereda, pada kerusakan yang hewan
atau pada kasus kronik akan terjadipenebalan fibrosa dari kapsul sendi, proliferasi tulang
periartikular, osteomielitis dan kadang – kadang terjadi ankilosis persendian. Persendian
yang paling sering terkena adalah sendi tarsal dan sendi lutut atau sendi karpal. Sedangkan
yang tidak begitu sering terkena adalah persendian metatarso-falangeal, interfalangeal dan
intervertebralis.

Diagnosa artritis supuratif dinyatakan dari tanda – tanda klinik lokal yang
berhubungan dengan tanda – tanda sistemik yang jelas pada poliartritis akut. Peda
pemeriksaan darah terdapat leukositosis dan neutrofilia, dan dengan pemeriksaan radiografi
dapat dibedakan dengan osteomielitis, penyakit degeneraftif maupun osteodistrofi.

KAKI / KUKU

Struktur Eksternal

Bermacam – macam penyakit pada kaki kuda menyebabkan hewan tidak dapat
bekerja dengan baik dan perubahan yang terlihat jelas adalah bentuk dan ukuran kuku,
misalnya keratoma, sand crack, false quarter, quittor, side bones dan sebagainya. Celah
pada dinding tanduk kuku kuda berupa fissura yang sejajar dengan lamina atau coronary
band. Keratoma adalah suatu tumor yang tumbuh dari permukaan dalam kuku ke arah jari
dan menyebabkan penonjolan pada kuku. Pertumbuhan abnormal dari zat tanduk
mengarah ke bawah coronary band, karena tekanan lamina dan os pedis yang akan
menyebabkan kepincangan. Sand crack adalah fissura vertikal pada dinding kuku dan
coronary band ke arah bawah yang sering terjadi bila kuku sangat kering. False quarter
terjadi karena trauma pada coronary band sehingga mengganggu pertumbuhan zat tanduk
yang bekas lesinya bisa terlihat berupa jaringan parut. Pada trauma yang tidak begitu berat
pada coronary band, maka satu sisi telapak menjadi datar. Pada quittor terdapat nekrosis
atau supurasi pada kartilago lateral dengan terbentuknya sinus yang berhubungan dengan
coronary band. Pada side bones, kartilago lateral sebagian atau seluruhnya mengalami
ossifikasi yang utamanya terjadi pada kaki depan. Diagnosa side bones umumnya ditentukan
dengan palpasi atau pemeriksaan radiografi.

Penyakit piramidal disebabkan oleh periostitis di sekeliling proseus piramidal pada


falang terminal karena beberapa serabut dari tendon ekstensor digital robek pada tempat
insersionya. Diagnosanya ditentukan dari tanda – tanda klinik berupa kepincangan,
kebengkakan yang panas dan sensitif pada pertengahan coronary band di stadium awal, dan
kemudian timbul benjolan di tempat tersebut bersamaan dengan kontraksi kaki. Lesi pada
telapak kaki berupa memar atau luka tusukan, dapat diketahui setelah lapisan tanduk
superfisial dibersihkan.

Keadaan lain pada struktur eksternal kaki adalah thrush dan foot canker. Thrush
umumnya terdapat pada lacuna (celah berisi osteoblas) sentral dan lateral dari cuneus
ungulae, dan disebabkan oleh Bacteroides necrophorus. Keadaan ini terutama terjadi pada
sanitasi dan perawatan kuku yang kurang baik. terdapat discharge hitam keabu-abuan
berbau busuk dan hewan jalannya pincang. Kausa foot canker tidak diketahui secara jelas.
Keadaan ini terdapat pada cuneus ungulae serta meluas ke telapak dan dinding kuku,
terutama pada kaki belakang kuda pekerja. Foot canker sering terjadi pada kuda yang alas
kandangnya basah oleh urine dan feces dan pemeliharaan kuku yang kurang baik. Pada
kasus yang berat zat tanduk kuku akan terlepas dari lamina yang sensitif.

Contracted heels pada kuda terjadi karena kurangnya tekanan pada cuneus ungulae
(frog) karena kuku dibiarkan panjang. Keadaan ini seringnya terjadi pada kaki depan. Kausa
yang lain adalah kurangnya perawatan kuku dan lesi pada kaki, sehingga kuda tidak
menempatkan berat badannya pada tumit. Diagnosa ditentukan berdasarkan perbandingan
ukuran, serta kaki yang terkenan terutama di bagian tumit lebih kecil dan terjadi atrofi
cuneus ungulae.

Struktur Internal

1. Kuda
Penyakit pada tulang kaki antara lain osteitis pedal dan penyakit navikuler. Pada
osteitis pedal terjadi kalsifikasi yang diikuti dengan pertumbuhan tulang baru periosteal
pada phalang terminal (ke-3). Osteitis pedal dapat disebabkan benturan berulang – ulang
dari kaki yang telapaknya tipis pada permukaan yang keras atau tidak rata. Bisa juga karena
akibat memar yang hebat pada telapak kaki atau zat tanduk, laminitis dan luka tusukan. Bila
bagian kuku ditekan akan terasa nyeri. Penyakit navikular adalah penyakit pada tulang
navikular (os sesamoid distal) yang terletak di belakang persendian interfalangeal distal di
depan tendo fleksor digitalis pedis profunda. Etiologi penyakiy ini masih belum jelas, dan
faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit adalah friksi dan konkusi yang
berlebihan. Pada stadium awal kuda akan berdiri pada ujung kakinya dan mudah tersandung
kemudian terlihat kepincangan yang makin lama makin berat. Penentuan diagnosa akan
sulit terutama pada stadium awal dan tergantung dari pemeriksaan fisik dan radiografi.
Laminitis adalah suatu sindrom yang etiologinya kompleks. Kausa utama
diperkirakan adalah toksin bakteri atau hasil pemecahan protein dari jaringan tubuh, infeksi
bakterial atau fermentasi isi usus. Tanda – tanda klinik dari laminitis paling jelas terdapat
pada kuda, dimana penyakit ini terjadi karena bermacam – macam keadaan, misalnya diet
berupa konsentrat yang berasal dari biji – bijian (cereal), setelah retensi plasenta atau
metritis post-partus, atau setelah berdiri selama beberapa hari pada waktu transportasi.
Bentuk kronik dari penyakit ini dapat terjadi setelah serangan akut, atau pada kuda pony
yang gemuk dan kurang exercise. Tanda klinik yang utama adalah immobilitas dengan postur
yang berubah, kaki belakang diluruskan ke depan dan kaki depan maju sehingga tumpuan
berat badan bergeser ke belakang (karena nyeri pada kaki depan). Pada kasus – kasus akut,
semua kaki terkena dan rasa nyeri lebih banyak di kaki depan. Pada palpasi akan terasa
panan dan nyeri bila coronary band ditekan. Terdapat peningkatan temperatur tubuh dan
frekuensi respirasi serta pulsus jelas terasa pada arteri digital. Pada kasus kronik, telapak
kaki yang biasanya konkaf menjadi konveks, dan bagian miring dari permukaan dinding kuku
menjadi konkaf dengan tepi horisontal yang menonjol. Pada stadium ini karena kelemahan
pertautan antara tanduk dengan lamina yang sensitif, maka tepi anterior dari tulang pedal
turun dan bahkan bisa sampai menembus melalui telapak kaki.
2. Sapi
Laminitis pada sapi biasanya terjadi pada hewan yang diberi makan terlalu banyak
atau diberi konsentrat yang berlebihan. Selain itu juga ada kepekaan sinovial seperti pada
kuda. Pada kasus akut hewan akan terus berbaring dan kemudian terlihat hewan berjalan
dengan kaku dan terpaksa, diikuti dengan pertumbuhan berlebihan serta distorsi kuku.
Diagnosa ditentukan berdasarkan anamnesa, tanda – tanda klinik dan pemeriksaan
radiografi. Pertumbuhan kuku yang berlebihan dan memanjangnya jari, bersamaan dengan
pertumbuhan dinding lateral ke medial ke bawah telapak kaki sering terdapat pada sapi tua.
Biasanya terdapat pada satu atau kedua jari lateral dari kaki belakang. Jari lateral (ke-4)
kadang – kadang sedikit lebih pendek dan lebih lemah dari jari medial (ke-3). Sapi yang
diletakkan pada permukaan yang lunak dan tidak higienis merupakan faktor predisposisi
untuk pertumbuhan kuku yang berlebihan. Keadaan ini merupakan kausa yang penting dari
kepincangan.
Fibroma interdigital (hiperplasia jaringan ikat) pada bagian anterior celah interdigital
cukup sering terdapat pada sapi yang terlalu gemuk. Tekanan pada jaringan sekitarnya atau
infeksi Bacteroides necrophorus menyebabkan hewan menjadi pincang. Infectious foot rot
pada sapi (pododermatitis infeksiosa) cukup sering menyebabkan kepincangan pada sapi di
semua umur. Penyakit ini paling sering terjadi pada cuaaca yang panas dan lembab, keadaan
kandang yang becek dan berlumpur atau tanah yang berbatu tajam. Infeksi berasal dari
discharge yang dikeluarkan hewan yang terkena penyakit. Penyakit ini terjadi setelah infeksi
Bacteroides necrophorus dan B. nodosus melalui abrasi kulit pada celah interdigital. Tanda
klinik utama berupa pincang yang erat dan mendadak (pada umumnya satu kaki),
bersamaan dengan peningkatan temperatur tubuh (39 – 40 0C) dan produksi susu yang
sangat menurun. Tanda klinik pada sapi jantan akan terjadi fertilitas yang menurun untuk
sementara. Pada kasus akut, berat badan menurun dengan drastis. Diagnosa infectious foot
rot ditentukan dari letak, sifat dan bau lesi. Lesi berupa fissura dengan tepi yang
membengkak dan menonjol. Perluasan infeksi atau invasi sekunder oleh Corynebacterium
pyogenes dapat menyebabkan artritis supuratif dari persendian interfalangeal distalis atau
komplikasi yang lain.
Stable foot rot (dermatitis interdigitalis) terdapat pada sapi yang terus dikandangkan
dengan sanitasi yang tidak baik, atau digembalakan di padang rumput yang becek, tetapi
dapat juga terjadi pada hewan – hewan yang dipelihara dengan baik. B. nodosus merupakan
agen kausatif dan lesi dimulai pada kulit interdigital di dekat tonjolan tumit, kemudian akan
timbul eksudat sebaseus yang diikuti dengan erosi superfisial dan bau busuk. Lesi akan
menyebar dan menjadi proliferatif serta menyebabkan hiperplasia interdigital. Ergotisme
kronik pada sapi disebabkan oleh mikotoksin dari Claviceps purpurae dan terutama pada
anak sapi yang menyebabkan kepincangan pada stadium awal. Ujung – ujung ekstremitas
terutama kaki belakang akan terasa nyeri, hiperemik, bengkak, lalu menjadi dingin, tidak
berasa, berwarna biru kehitaman dan kulitnya menjadi keras. Kemudian terjadi pemisahan
jaringan nekrotik. Ujung telinga dan ekor juga dapat terkena. Terminal dry gangrene
menyerupai ergotisme dan terdapat pada anak sapi berumur 3 minggu – 6 bulan. Penyakit
ini didahului oleh Salmonellosis sub akut pada satu atau lebih persendian setelah mengalami
gangrene ekstremitas, ekor dan ujung telinga. Trombosis inisial yang menyebabkan
obliterasi pembuluh darah disebabkan oleh endotoksin dari serotipe Salmonella tertentu.
3. Domba
Penyakit terpenting yang menyebabkan kepincangan pada domba adalah infectious
foot rot. Pada kasus – kasus yang berat terdapat pertumbuhan berlebihan dari zat tanduk
dan berdamaan dengan keluarnya sedikit discharge berbau busuk. Mula – mula terdapat
pembengkakan dan kulit interdigital sedikit basah, kemudian diikuti dengan nekrosis yang
juga mengenai zat tanduk di sekitarnya. Organisme kausal spesifik adalah B. nodosus dengan
superinfeksi oleh Spirochaeta penortha pada bentuk yang sangat berat. Kausa kepincangan
yang lain adalah footscald (benign foot rot), abses interdigital, laminitis, orf, blue tongue,
ulcerative dermatitis serta penyakit mulut dan kuku.
4. Babi
Foot rot pada babi secara klinik sama dengan spesies yang lain, tetapi kebanyakan
kasus lebih menyerupai abses kaki karena terjadi oleh infeksi sekunder dari lesi traumatik
yang menyebabkan erosi telapak kaki dan dinding kuku. Keadaan ini utamanya terjadi di
babi yang ditempatkan pada lantai yang kasar. Diduga bahwa defisiensi biotin juga
menyebabkan lesi pada kaki yang mempermudah terjadinya infeksi sekunder. Babi semua
umur dapat terkena, tetapi kepincangan tidak begitu jelas. Tanda klinik berupa erosi telapak
kaki pada tumit atau jari, dan terpisahnya dinding kuku dari tumit atau telapak kaki. Pada
lesi yang ekstensif atau adanya infeksi, akan terjadi kepincangan yang berat. Palpasi jari
yang terkena (pada umumnya jari lateral) menimbulkan respon rasa nyeri, nekrosis telapak
kaki serta lamina ditandai dengan discharge pada coronary band dimana timbul lesi
granulomatosa.
5. Anjing
Penyakit – penyakit yang penting pada kuku anjing adalah kuku yang putus, kuku
yang rapuh, paronychia (infeksi kuku) atau onychomycosis (infeksi jamur pada kuku). Anjing
yang dikurung atau inaktif karena suatu sebab, kukunya akan tumbuh menjadi cukup
panjang dan bisa tersangkut pada sesuatu atau tumbuh melingkar menusuk jari. Paronychia
adalah infeksi bakteri pada kulit yang berbatasan dengan jari, dan beberapa jari biasanya
dapat terkena. Infeksi yang pada umumnya bersifat kronik, mungkin terjadi karena infeksi
bakteri pada kulit yang berubah menjadi patogen. Kuku menjadi longgar dan berubah
bentuk.

Anda mungkin juga menyukai