0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
27 tayangan18 halaman
Laporan ini membahas analisis ion kompleks [Fe(SCN)n]3-n dengan metode spektrofotometri. Dilakukan variasi perbandingan mol ion Fe3+ dan SCN- serta variasi kontinu konsentrasi kedua ion untuk menentukan rumus kompleksnya. Hasil pengukuran absorbansi larutan kompleks pada panjang gelombang 480 nm kemudian dianalisis untuk menentukan nilai n dalam rumus [Fe(SCN)n]3-n
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Sri Wahyuni_g1c019067_laporan Sementara Anstru Acara 2-Review
Laporan ini membahas analisis ion kompleks [Fe(SCN)n]3-n dengan metode spektrofotometri. Dilakukan variasi perbandingan mol ion Fe3+ dan SCN- serta variasi kontinu konsentrasi kedua ion untuk menentukan rumus kompleksnya. Hasil pengukuran absorbansi larutan kompleks pada panjang gelombang 480 nm kemudian dianalisis untuk menentukan nilai n dalam rumus [Fe(SCN)n]3-n
Laporan ini membahas analisis ion kompleks [Fe(SCN)n]3-n dengan metode spektrofotometri. Dilakukan variasi perbandingan mol ion Fe3+ dan SCN- serta variasi kontinu konsentrasi kedua ion untuk menentukan rumus kompleksnya. Hasil pengukuran absorbansi larutan kompleks pada panjang gelombang 480 nm kemudian dianalisis untuk menentukan nilai n dalam rumus [Fe(SCN)n]3-n
ANALISIS INSTRUMEN ACARA II ANALISIS ION KOMPLEKS [Fe(SCN)n]3-n
DISUSUN OLEH NAMA : SRI WAHYUNI NIM : G1C019067
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MATARAM TAHUN 2021 ACARA II 2/2 ANALISIS ION KOMPLEKS [Fe(SCN)n]3-n
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 3/3
1. Tujuan Praktikum Untuk menentukan rumus kimia ion kompleks yang tersusun dari ion Fe3+ dan SCN- secara spektrofotometri. 2. Waktu Praktikum Jum’at, 15 Oktober 2021. 3. Tempat Praktikum Lantai II, Laboratorium Kimia Lanjut dan Kimia Analitik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI 10/15
Senyawa koordinasi diartikan sebagai senyawa yang mengandung ion atau molekul kompleks. Ion kompleks yang ada di dalam senyawa koordinasi tersebut dapat berupa kation, anion atau keduanya. Misalnya kalium heksasianoferat (II), adalah senyawa koordinasi yang mengandung kation sederhana K+ dan anion kompleks. Oleh karena senyawa koordinasi selalu memiliki ion atau molekul kompleks, sehingga senyawa koordinasi sering juga disebut senyawa kompleks. Kata senyawa yang dimaksudkan dalam senyawa koordinasi atau senyawa kompleks tidak lain adalah berupa garam. Sehubungan dengan pengertian ini, maka senyawa koordinasi atau senyawa kompleks sering juga dinamakan garam kompleks (Yusuf, 2018: 64). Penentuan kadar Fe(II) menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dapat dilakukan dengan mereaksikan sampel dengan agen pengkompleks sehingga akan menghasilkan warna yang spesifik sesuai dengan pengkompleks yang digunakan. Pengkompleks yang digunakan adalah ligan fenantrolin. Fenantrolin menyumbangkan dua atom donor dalam pembentukan ikatan kovalen koordinat. Ketika Fe(II) direaksikan dengan ligan fenantrolin dapat membentuk senyawa kompleks yang menghasilkan warna merah jingga dengan menyerap daerah sinar tampak pada panjang gelombang 509 nm. Dalam reaksi pengkompleksan antara Fe(III) dengan ligan SCN- ditambahkan larutan HCl 4M. Penambahan ini bertujuan untuk membuat suasana asam karena Fe(III) dalam suasana asam dapat membentuk kompleks dengan ion SCN- menjadi [Fe(SCN)6] 3- (Hidayah, dkk., 2019). Konsentrasi ion Fe3+ sebelum dan sesudah adsorpsi dideteksi dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis, dengan menambahkan reagen tiosinat. Pada pembentukan senyawa kompleks Fe-tiosianat ditambahkan larutan HNO3 65% sebanyak 1 tetes. Hal ini berfungsi untuk menjaga kestabilan senyawa kompleks [Fe(SCN)6] 3- agar tetap pada kondisi optimum (suasana asam). Larutan kompleks [Fe(SCN)6] 3- relatif stabil pada pH 2 dan waktu optimum untuk pencampuran larutan ion Fe3+ dengan tiosianat adalah 15 menit. Pengaruh massa adsorben terhadap ion Fe3+ menunjukkan semakin besar massa adsorben, efisiensi adsorpsi semakin tinggi (Sulistyani, dkk., 2019). Analisis FT-IR bertujuan untuk menentukan atom donor dan gugus fungsi pada ligan. Hasil analisis dalam bentuk spektrum memberikan informasi tentang jumlah gelombang dan pita serapan khas untuk setiap kelompok fungsional. ligan tiosianat berkoordinasi dengan ion logam melalui atom donor N dan menunjukkan adanya ikatan H2O dalam senyawa kompleks dari KCu[Fe(SCN)6]. Analisis EDX senyawa kompleks dengan perbandingan mol reaktan FeCl3.6H2O:KSCN = 1 : 6 menghasilkan persentase massa (%Wt) dan persentase atom (%At) kompleks komposer elemen. Persentase massa menyatakan perbandingan jumlah total komposer kompleks atom. Sedangkan persentase atom adalah perbandingan jumlah atom dalam keadaan kompleks senyawa yang dapat digunakan untuk menentukan rumus empiris (Jayanti, dkk., 2019). Kompleks besi(III) netral 3 dan 4 disiapkan dengan mereaksikan prekursor kloro-Fe(III) yang sesuai dengan natrium tiosianat dalam refluks etanol selama 8 jam. Kedua kompleks diisolasi dengan sangat baik menghasilkan (> 80%) sebagai padatan mikrokristalin berwarna coklat tua. Mereka stabil di bawah udara dan kelembaban, menunjukkan kelarutan yang baik dalam pelarut organik polar seperti etanol, diklorometana, asetonitril dan dimetilsulfoksida (DMSO), tetapi tidak larut dalam dietil eter dan hidrokarbon. Spektrum serapan UV-vis kompleks 3 dan 4 dicatat dalam media CH2Cl2 pada suhu kamar di kisaran 200-800 nm. Pita energi tinggi dalam kisaran 248-342 nm dikaitkan menjadi transisi transfer muatan (ILCT) intra-ligan -π∗/n-π∗ dari cincin aromatik dan gugus imina dan tiosianat. (Cisterna, dkk., 2021).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM 4/5
1. Alat-alat Praktikum a. Gelas kimia 600 ml b. Kuvet c. Labu ukur 10 mL d. Pipet tetes e. Pipet volume 1 mL f. Pipet volume 2 mL g. Pipet volume 5 Ml h. Rubber bulb i. spektrofotometer UV-Vis 2. Bahan-bahan Praktikum a. Aquades (H2O(l)) b. Larutan asam nitrat (HNO3(aq)) 4 M c. Larutan besi (III) (Fe3+(aq)) 0,0025 M d. Larutan kalium tiosianat (KSCN(aq)) 0,0025 M e. Larutan kalium tiosianat (KSCN(aq)) 0,02 M
D. SKEMA KERJA 5/8
1. Metode Perbandingan Mol Tabel 1 : Perbandingan volume pembentuk ion kompleks [Fe(SCN)n]3-n dan absorbansinya. 4 mL larutan Fe3+ 0,0025 M • Disiapkan sebanyak 5 larutan • Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL • + 1 mL larutan HNO3 4 M Larutan 1: tidak ditambahkan KSCN 0,02 M Larutan 2: + 0,5 mL KSCN 0,02 M Larutan 3: + 1,0 mL KSCN 0,02 M Larutan 4: + 1,5 mL KSCN 0,02 M Larutan 5: + 2,0 mL KSCN 0,02 M • Diberi label labu 1, 2, 3, 4, dan 5 • Ditambahkan aquades hingga tanda batas • Dikocok hingga homogen Hasil • Diambil larutan 1 mL dari tiap labu takar • Diencerkan kembali hingga tanda batas Hasil • Dimasukkan dalam kuvet • Diukur absorbansinya pada λ = 480 nm Hasil 2. Metode Variasi Kontinu Tabel 2 : seri larutan-larutan ion Fe3+ dan absorbansinya. 0 mL, 1 ml, 2 mL, 3 mL, 4 mL larutan Fe3+ 0,0025 M • Diberi label labu 1, 2, 3, 4, dan 5 • Dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL • + 1 mL larutan HNO3 4 M • Diencerkan dengan aquades hingga tanda batas • Dikocok hingga homogen Hasil • Dimasukkan dalam kuvet • Diukur absorbansinya pada λ = 480 nm Hasil Tabel 3 : seri-seri larutan ion SCN- dan absorbansinya. 0 mL, 1 ml, 2 mL, 3 mL, 4 mL larutan KSCN 0,02 M • Diberi label labu 1, 2, 3, 4, dan 5 • Dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL • + 1 mL larutan HNO3 4 M • Diencerkan dengan aquades hingga tanda batas • Dikocok hingga homogen Hasil • Dimasukkan dalam kuvet • Diukur absorbansinya pada λ = 480 nm Hasil Tabel 4: seri-seri larutan ion kompleks [Fe(SCN)n]3-n dan absorbansinya. 0 mL, 1 ml, 2 mL, 3 mL, 4 mL larutan Fe3+ 0,0025 M • Dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL • +1 mL larutan HNO3 4 M Larutan 1: + 3 mL KSCN 0,02 M Larutan 2: + 4 mL KSCN 0,02 M Larutan 3: + 5 mL KSCN 0,02 M Larutan 4: + 6 mL KSCN 0,02 M Larutan 5: + 7 mL KSCN 0,02 M • Dikocok hingga homogen • Diberi label labu 1, 2, 3, 4, dan 5 Hasil • Dimasukkan dalam kuvet • Diukur absorbansinya pada λ = 480 nm Hasil DAFTAR PUSTAKA 4/5 Cisterna, J., Artigas, V., Fuentealba, M., Manzur, C., Hamon, J. R., & Carrillo, D. (2021). Pentacoordinated isothiocyanate iron (III) complexes supported by asymmetric tetradentate donor and acceptor Schiff base ligands: Spectral, Structural and Hirshfeld Surface Analyses. Journal of Molecular Structure, 1230, 129864. Hidayah, Dede, S., Tety, S., & Emay, M. (2019). Studi keadaan oksidasi besi pada air hujan. Jurnal Al-Kimiya. 6(1). 15-21. Jayanti, W.D., Subakti., & Wayan, D. (2019). Synthesis and Characterization Complex Compound of K3[Fe(SCN)6] and Copper(II) Chloride as K-Ion Battery Electrode. Journal Materials Science and Engineering. 5(15). 1-8. Sulistyani, Endang, D.S., Susila, K., Annisa, F., & Isnaini, S. (2019). Uji efektivitas arang aktif daun pandan laut yang diaktivasi dengan natrium 3+ hidroksida untuk adsorpsi ion fe secara sistem kolom. Jurnal Sains Dasar. 8(1). 25-29. Yusuf, Y. 2018. Kimia Dasar. Jakarta: Edu Center Indonesia. LAMPIRAN 5/5