Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI DAN ION KOMPLEKS DENGAN


METODE JOB’S

Disusun Oleh:
Amalia Khusnul Fdahilah (K3322009)

Dosen Pengampu :
Dr. rer.nat Wirawan Ciptonugroho, S.T., M.S

Asisten:
Virda Maulidyah Putri (K3321071)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2023
ABSTRAK
Percobaan ini berjudul “Penentuan Bilangan Koordinasi dan Ion Kompleks dengan
Metode Job’s”. Praktikum ini memiliki tujuan, yaitu untuk menentukan bilangan Fe3+ pada
ion [Fe(CNS)n]3.
Penentuan bilangan koordinasi pada ion kompleks didasarkan oleh perbandingan mol
valensi continue volume ion logam dan ligan kompleks(metode job’s). Metode job’s
dilakukan melalui pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, tetapi
memiliki molar yang sama. Percobaan ini dilakukan berdasarkan pembuatan sejumlah larutan
ion logam dan larutan ligan dengan perbandingan tertentu yang dapat ditentukan melalui
perbandingan stoikiometri dengan memanfaatkan metode job’s.
3+
Pada percobaan, didapatkan hasil bahwa, larutan larutan ion Fe sesuai nilai
absorbansinya dengan teori karena nilai absorbansinya semakin meningkat. Larutan ion CNS-
tidak sesuai nilai absorbansinya dengan teori karena nilai absorbansinya naik turun. Larutan
ion kompleks tidak sesuai nilai absorbansinya dengan teori karena nilai absorbansinya naik
turun. Selain itu, pada grafik Fe3+ dengan ∆A tidak sesuai teori karena terjadi penurunan dan
kenaikan, di mana seharusnya grafik mengalami kenaikan dan penurunan.

Kata Kunci: Bilangan Koordinasi, Ion Kompleks, Metode Job’s, Larutan Ion Fe3+, Larutan
Ion CNS-, Larutan Ion Kompleks [Fe(CNS)n]3-
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul
Penentuan Bilangan Koordinasi dan Ion Kompleks dengan Metode Job’s
1.2 Tujuan
Menentukan bilangan Fe3+ pada ion [Fe(CNS)n]3.
1.3 Landasan Teori
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat
dengan satu arah atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya
kepada ion logam pusat (Mak, Y.T., dkk, 2013). Ion logam pusat merupakan ion unsur
transisi, yang dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan. Donasi pasangan
elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi, sehingga
senyawa kompleks disebut senyawa koordinasi. Banyaknya ikatan koordinasi dalam
senyawa kompleks disebut bilangan koordinasi.
Bilangan koordinasi juga dapat diartikan sebagai bilangan yang menyatakan
jumlah suatu ruang yang berada di sekitar atom pusat yang dapat ditempati oleh satu ligan
(monodentat). Dengan adanya ligan, maka akan terbentuk kompleks yang stabil dengan
satu atom pusat. Pada dasarnya terdapat 6 bilangan koordinasi, yaitu Fe2+, Fe3+, Zn2+, Cr3+,
Co3+, Ni2+, dan Cd2+. Selain itu, juga terdapat 4 bilangan koordinasi, yaitu Cu2+, Cu+, Pb2+,
dan bilangan-bilangan 2(Ag+) dan 8 yang berasal dari beberapa ion dari golongan
platinum (Svehla, 1979).
Ligan merupakan molekul sederhana yang dalam senyawa kompleks bertindak
sebagai donor pasangan elektron (basa Lewis). Ligan akan memberikan pasangan
elektronnya bagi atom pusat yang menyediakan orbital kosong.
Pada senyawa kompleks, logam pusatnya memiliki bilangan oksidasi nol dan
positif, yang biasanya memiliki orbital kosong seperti logam-logam transisi, sehingga
dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan. Ligan dapat bermuatan netral atau
negatif, yang kemudian mendonorkan pasangan elektron bebas kepada logam pusatnya
(Rahmasari, N.A, 2017). Ligan dapat digolongkan menjadi 3 berdasarkan pasangan
elektron bebasnya, yaitu monodentat yang menyumbang 1 pasangan elektron bebas,
bidentat menyumbang 2 pasangan elektron bebas, dan polidentat menyumbang lebih dari
2 pasangan elektron bebas. Suatu kompleks yang terbentuk antara logam M dengan ligan
logam X sesuai percobaan adalah:
M2+ + ax --> [MXn]2+
Dapat ditentukan nilainya dengan metode Job’s atau metode variasi continue. Jika
“a” memiliki harga satu , maka larutan dengan konsentrasi sama dari logam dan ligan
akan bereaksi dengan konsentrasi sama dari logam dan ligan akan bereaksi dengan
perbandingan mol yang sama dan akan didapatkan konsentrasi kompleks yang relatif
tinggi dalam larutan. Akan tetapi, jika dibuat larutan dengan mencampurkan logam dan
ligan dengan perbandingan [M] : [x] = 1 : 2. Untuk menentukan perbandingan
stoikiometri tersebut dapat digunakan metode Job’s. Dibuat sejumlah larutan ion logam
dan larutan ligan dengan perbandingan tertentu. Tiap-tiap larutan ion logam dan ligan
mencerminkan sifat karakteristik kompleks tertentu MXa. Dalam proses percobaan ini,
akan ditentukan banyaknya mol logam CNS- dalam ion kompleks Fe(CNS6)3- yang
menunjukkan serapan maksimum pada “x” maksimum 480 nm. Ion Fe3+ dengan ion
CNS- dalam suasana asam membentuk ion kompleks yang stabil berwarna merah sesuai
dengan reaksi
Fe3+ + n CNS- + H+ --> [Fe(CNS)n]3-n
Dengan n+ 1, 2, 3, ...6 tergantung perbandingan konsentrasi ion-ion Fe3+ dan ion
CNS- nya. Dari perbandingan fraksi mol M2+ dan fraksi mol L serta absorbansi campuran
larutan dapat dibuat suatu grafik yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan
perbandingan mol M2+ dan mol L, misalnya seperti grafik berikut:

1. Menentukan banyaknya mol ion ligan CNS- dalam ion kompleks [Fe(CNS)6]3-
dengan metode variasi continue. Dengan metode ini, perlu dibuat suatu seri larutan
ion kompleks yang konsentrasi masing-masing penyusunnya, yaitu Fe3+ dan larutan
CNS- divariasi, tetapi jumlahnya dibuat tetap, kemudian masing-masing serapannya
diukur pada panjang gelombang tetap 480 nm pada temperatur tetap (suhu kamar).

2. Selanjutnya, dibuat grafik perbedaan antara serapan yang diukur dengan serapan
campuran jika tidak terjadi reaksi vs mol-fraksi salah satu pereaksi. Oleh karena itu,
dalam hal ini mol-fraksi dengan fraksi, yaitu VM/ (Vm+VL), dimana VM adalah
larutan kation, sedangkan VL adalah volume larutan ligan, maka grafik tersebut akan
menunjukkan suatu maksimum / suatu minimum jika serapan kompleks lebih kecil
daripada serapan campuran pada perbandingan mol antara kation dan anion dalam
kompleks (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2023).
Prinsip dasar metode Job’s adalah menentukan bilangan koordinasi suatu
kompleks dengan perbandingan mol variasi continue volume ion logam dan ligan dari
kompleks tersebut. Metode Job’s dilakukan dengan pengamatan terhadap kuantitas molar
pereaksi yang berubah-ubah, tetapi total molar tetap sama.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai absorbansi yaitu pelarut PH,
suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi, dan adanya zat pengganggu; warna yang
terbentuk dari reaksi ion Fe3+ dan ion CNS- adalah warna merah yang menandakan
adanya ion kompleks [Fe(CNS)6]3-
Spektrofotometri UV-VIS menyiratkan pengukuran jalannya penyerapan energi
cahaya oelh suatu sistem kimia, dimana sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi.
Sumber --> monokromator --> sampel --> detektor --> recorder. Dalam percobaan ini,
yaitu merupakan instrumen untuk mengubur UV-VIS. Reaksi antara ion Fe3+ dan ion
CNS- menghasilkan merah putih yang mengembalikan terbentuknya ion kompleks.
BAB II
METODE

A. ALAT DAN BAHAN PADA PERCOBAAN

ALAT BAHAN

Gelas Beker Larutan ion Fe3+ 0,02 M

Gelas Ukur Larutan ion CNS- 0,02 M

Pengaduk HNO3 4M

Pipet Tetes H2O

Tabung Reaksi

Rak tabung reaksi

Botol Viel -

B. PROSEDUR KERJA DATA PENGAMATAN DARI PERCOBAAN

1. Prosedur Kerja
2. Hasil Pengamatan

A. Tabel Seri Larutan Ion Fe3+


No Larutan ion Fe3+ HNO3 4M H2O [Fe3+] Absorbansi Warna
0,02M larutan

1 0 ml 1 ml 9 ml 0 0,002 Bening
2 1 ml 1 ml 8 ml 0,001 0,095 Bening
3 2 ml 1 ml 7 ml 0,002 0,165 Kuning Muda
4 3 ml 1 ml 6 ml 0,003 0,197 Kuning Muda
5 4 ml 1 ml 5 ml 0,004 0,323 Kuning
6 5 ml 1 ml 4 ml 0,005 0,393 Kuning

7 6 ml 1 ml 3 ml 0,006 0,452 Kuning


keorenan

B. Tabel Seri Larutan Ion CNS-


No Larutan ion HNO3 4M H2O [CNS-] Absorbansi Warna larutan
-
CNS 0,02M

1 6 ml 1 ml 3 ml 0,006 0,009 Tidak


Berwarna
2 5 ml 1 ml 4 ml 0,005 0,004 Tidak
Berwarna
3 4 ml 1 ml 5 ml 0,004 0,007 Tidak
Berwarna
4 3 ml 1 ml 6 ml 0,003 0,001 Tidak
Berwarna
5 2 ml 1 ml 7 ml 0,002 0,005 Tidak
Berwarna
6 1 ml 1 ml 8 ml 0,001 0,001 Tidak
Berwarna
7 0 ml 1 ml 9 ml 0 0.000 Tidak
Berwarna

C. Tabel Seri Larutan Ion [Fe(CNS)n)3-n


No Larutan ion Fe3+ HNO3 4M H2O Larutan ion Absorbansi Warna larutan
0,02M CNS

0,02 M
1 6 ml 1 ml 3 ml 0 ml 0,436 Kuning
2 5 ml 1 ml 3 ml 1 ml 1,896 Orange
3 4 ml 1 ml 3 ml 2 ml 3,612 Merah
4 3 ml 1 ml 3 ml 3 ml 4,000 Merah Pekat
5 2 ml 1 ml 3 ml 4 ml 3,913 Merah
6 1 ml 1 ml 3 ml 5 ml 1,954 Orange
7 0 ml 1 ml 3 ml 6 ml 0,015 Tidak berwarna
BAB III
DISKUSI DAN HASIL

Judul pada percobaan kali ini yaitu penentuan “bilangan koordinasi ion kompleks
dengan Metode Job’s”. Adapun tujuan dari percobaan adalah untuk menentukan bilangan
koordinasi Fe3+pada ion [Fe(CNS)n]3-1. Prinsip dari metode ini yaitu penggunaan metode
Job’s untuk menentukan bilangan koordinasi suatu kompleks dengan perbandingan mol
variasi volume ion logam dan ligan dari kompleks tersebut. Prinsip kerja dari percobaan ini
yang pertama yaitu dengan membuat masing-masing 7 seri dari larutan ion Fe3+ , KSCN, dan
ion kompleks. Kemudian mengaduk larutan hingga homogen dan kemudian memberi label.
Lalu menentukan dan mencatat serapan-serapan dari masing-masing larutan pada
lamda/panjang gelombang tetap (480 nm). Selanjutnya menghitung ΔA untuk seri-seri larutan,
yaitu selisih dari serapan larutan ion kompleks dengan jumlah serapan dari larutan ion Fe3+ dan
KCN. Terakhir, membuat grafik ΔA sebagai ordinat dan membuat mol fraksi (fraksi volume)
salah satu pereaksi sebagai absisnya; kemudian dari grafik tersebut menentukan perbandingan
banyaknya mol antara ion Fe3+ dan ion CNS- dalam ion kompleks [Fe(CNS)n]3-n pada titik
setaranya
Pada percobaan ini digunakan alat spektrometer uv-vis yaitu suatu alat /instrumen
yang digunakan untuk mengukur absorban suatu sampel pada panjang gelombang tertentu.
Spektrofotometer merupakan alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer
berfungsi menghasilkan sinar pada panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer
berguna untuk mengukur intensitas tertentu. Komponen alat spektroskopi uv vis terdiri dari 5
bagian penting, yaitu : (1)sumber tenaga radiasi yang stabil; (2)sistem yang terdiri atas
lensa-lensa, cermin, celah-celah, dan lain-lain; (3)monokromator untuk mengubah radiasi
menjadi komponen-komponen panjang gelombang tunggal, (4)tempat cuplikan(cuvet); dan
(5)detektor radiasi yang dihubungkan dengan sistem meter atau pencatat.
(Sastrohamidjojo,2007)
Pemilihan panjang gelombang 480 nm karena panjang gelombang larutan berwarna
kuning berada pada range 435-480 nm. Pemilihan panjang gelombang maksimum sangat
menentukan dalam percobaan karena apabila terjadi penyimpangan yang kecil akan
mengakibatkan kesalahan dalam pengukuran. Kemudian penggunaan panjang gelombang 480
nm untuk mengukur ion Fe3+ pada ion kompleks (Underwood,1990).

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh beberapa hasil sebagai berikut:
A. Larutan Ion Fe3+
Prinsip kerja pada percobaan ini yang pertama adalah membuat larutan sebanyak
7 seri. Larutan ion Fe3+ pertama berisi 0 mL, kedua 1 mL, ketiga 2 mL, keempat 3
mL, kelima 4 mL, keenam 5 mL, ketujuh 6 mL. Larutan ini dibentuk dengan
mereaksikan masing-masing 1 mL HNO3 4M dengan H2O pada larutan pertama 9 mL,
larutan kedua 8 mL, larutan ketiga 7 mL, larutan keempat 6 mL, larutan kelima 5 mL,
larutan keenam 4 mL, dan larutan ketujuh 3 mL. Selanjutnya larutan mengaduk
larutan hingga homogen. Setelah terbentuk larutan homogen, masing-masing larutan
dimasukkan dalam botol vial yang sudah diberi angka 1-7. Menghitung jumlah
serapan dengan menggunakan spektrofotometri. Mengamati dan menentukan grafik
dari data yang diperoleh.
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan hasil sebagai berikut:

No Larutan ion Fe3+ HNO3 4M H2O [Fe3+] Absorbansi Warna


0,02M larutan

1 0 ml 1 ml 9 ml 0 0,002 Bening
2 1 ml 1 ml 8 ml 0,001 0,095 Bening
3 2 ml 1 ml 7 ml 0,002 0,165 Kuning Muda
4 3 ml 1 ml 6 ml 0,003 0,197 Kuning Muda
5 4 ml 1 ml 5 ml 0,004 0,323 Kuning
6 5 ml 1 ml 4 ml 0,005 0,393 Kuning

7 6 ml 1 ml 3 ml 0,006 0,452 Kuning


keorenan

Pada percobaan didapatkan hasil absorbansi larutan pertama sebesar 0,002; larutan
kedua sebesar 0,0095; larutan ketiga sebesar 0,165; larutan keempat sebesar 0,197;
larutan kelima sebesar 0,323; larutan keenam sebesar 0,393; dan larutan ketujuh
0,452. Dari hasil percobaan didapatkan warna larutan yang semula berwarna bening
kemudian menjadi kuning muda, kuning, sampai kuning keorangean dari data tersebut
diketahui bahwa penambahan aquades berbanding terbalik dengan volume larutan Fe3+
0,02M yang digunakan pada setiap seri. Berdasarkan teori, semakin besar konsentrasi
maka absorbansinya semakin besar dan konsentrasi berbanding lurus dengan
absorbansi (Permadianita, 2015). Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa nilai
absorbansi dari kecil semakin besar. Oleh karena itu, percobaan ini sesuai teori, bahwa
absorbansi akan meningkat dari sesi 1 sampai sesi 7. Konsentrasi Fe3+ juga meningkat
dengan bertambahnya dalam absorbansi dan volume Fe3+ 0,02M, tetapi volume H2O
menurun.
Kemudian untuk perubahan warna yang dihasilkan dari bening menjadi
kuning muda, kuning, dan kuning keorangean, menurut teori semakin besar volume
maka warna zat tersebut akan semakin pekat (Ali, dkk.2022). Dapat disimpulkan
bahwa percobaan sudah sesuai teori. Reaksi yang terjadi :
Fe3+(aq) + HNO3 (aq) + 2H2O (l) → Fe(OH)3 (aq) + HNO3 (aq) + H+(aq)

Fungsi penambahan zat pada percobaan ini, sebagai berikut:


1. Larutan ion Fe3+, sebagai atom pusat
2. HNO3 sebagai pemberi suasana asam
3. Aquades, sebagai pelarut.
B. Larutan CNS-
Prinsip kerja pada percobaan ini yang pertama adalah membuat larutan CNS-
sebanyak 7 seri. Larutan ion CNS- pertama berisi 6 mL, kedua 5 mL, ketiga 4 mL,
keempat 3 mL, kelima 2 mL, keenam 1 mL, ketujuh 0 mL. Larutan ini dibentuk
dengan mereaksikan masing-masing 1 mL HNO3 4M dengan H2O pada larutan
pertama 9 mL, larutan kedua 8 mL, larutan ketiga 7 mL, larutan keempat 6 mL,
larutan kelima 5 mL, larutan keenam 4 mL, dan larutan ketujuh 3 mL. Selanjutnya
larutan mengaduk larutan hingga homogen. Setelah terbentuk larutan homogen,
masing-masing larutan dimasukkan dalam botol vial yang sudah diberi angka 1-7.
Menghitung jumlah serapan dengan menggunakan spektrofotometri. Mengamati dan
menentukan grafik dari data yang diperoleh.
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan hasil sebagai berikut:

No Larutan ion HNO3 4M H2O [CNS-] Absorbansi Warna larutan


CNS- 0,02M

1 6 ml 1 ml 3 ml 0,006 0,009 Bening


2 5 ml 1 ml 4 ml 0,005 0,004 Bening
3 4 ml 1 ml 5 ml 0,004 0,007 Bening
4 3 ml 1 ml 6 ml 0,003 0,001 Bening
5 2 ml 1 ml 7 ml 0,002 0,005 Bening
6 1 ml 1 ml 8 ml 0,001 0,001 Bening
7 0 ml 1 ml 9 ml 0 0.000 Bening

Pada percobaan didapatkan hasil absorbansi larutan pertama sebesar 0,009; larutan
kedua sebesar 0,004; larutan ketiga sebesar 0,007; larutan keempat sebesar 0,001;
larutan kelima sebesar 0,005; larutan keenam sebesar 0,001; dan larutan ketujuh
0,000. Dari hasil yang didapatkan, dapat diketahui bahwa nilai absorbansi tidak
konsisten atau naik turun tidak beraturan. Ini menunjukkan ketidaksesuaian teori,
dimana seharusnya nilai absorbansi berbanding lurus dengan jumlah konsentrasi CNS-
dan berbanding terbalik dengan jumlah H2O (Rahmasari, N.A, 2017).
Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah:
CNS-(aq) + H2O(l) → HCNS(aq) + OH-(aq)

Fungsi penambahan zat pada percobaan ini, sebagai berikut:


1. Ion CNS- sebagai ligan
2. HNO3 4M sebagai suasana asam
3. H2O sebagai pelarut
C. Larutan Ion Kompleks
Prinsip kerja pada percobaan ini yang pertama adalah membuat larutan ion
kompleks sebanyak 7 seri. Larutan ion kompleks pertama berisi 6 mL, larutan kedua
berisi 5 mL, ketiga 4 mL, keempat 3 mL, kelima 2 mL, keenam 1 mL, ketujuh 0 mL.
Larutan ini dibentuk dengan mereaksikan masing-masing 1 mL HNO3 4M dengan
H2O pada larutan pertama 9 mL, larutan kedua 8 mL, larutan ketiga 7 mL, larutan
keempat 6 mL, larutan kelima 5 mL, larutan keenam 4 mL, dan larutan ketujuh 3 mL.
Selanjutnya larutan mengaduk larutan hingga homogen. Setelah terbentuk larutan
homogen, masing-masing larutan dimasukkan dalam botol vial yang sudah diberi
angka 1-7. Menghitung jumlah serapan dengan menggunakan spektrofotometri.
Mengamati dan menentukan grafik dari data yang diperoleh.

No Larutan ion Fe3+ HNO3 4M H2O Larutan ion Absorbansi Warna larutan
0,02M CNS

0,02 M
1 6 ml 1 ml 3 ml 0 ml 0,436 Kuning
2 5 ml 1 ml 3 ml 1 ml 1,896 Orange
3 4 ml 1 ml 3 ml 2 ml 3,612 Merah
4 3 ml 1 ml 3 ml 3 ml 4,000 Merah Pekat
5 2 ml 1 ml 3 ml 4 ml 3,913 Merah
6 1 ml 1 ml 3 ml 5 ml 1,954 Orange
7 0 ml 1 ml 3 ml 6 ml 0,015 Tidak berwarna

Pada percobaan didapatkan hasil absorbansi larutan pertama sebesar 0,436; larutan
kedua sebesar 1,896; larutan ketiga sebesar 3,612; larutan keempat sebesar 4,000;
larutan kelima sebesar 3,913; larutan keenam sebesar 1,954; dan larutan ketujuh
0,015. Dari hasil yang didapatkan, dapat diketahui bahwa nilai absorbansi tidak
konsisten atau naik turun. Pada percobaan 1-4 nilai absorbansi naik, sedangkan pada
percobaan 5-7 nilai absorbansi turun. Volume Fe+ dan CNS- berbanding terbalik
sedangkan volume H2O tetap. Menurut teori, semakin besar konsentrasi semakin
besar pula nilai absorban yang dihasilkan, atau dapat dikatakan bahwa konsentrasi
berbanding lurus dengan nilai absorbansi. Dapat diketahui bahwa konsentrasi
berbanding lurus dengan volume suatu larutan. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian
teori, dimana seharusnya semakin besar volume, semakin besar konsentrasi, semakin
besar pula nilai absorbansinya (Iriani, D. dkk. 2017).
Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah:
Fe3+(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(aq) + 3H+(aq)
Fe3+(aq) + 3HNO3(aq) → Fe(NO3)3(aq) + 3H+(aq)
Fe3+(aq) + 6CNS- → [Fe(CNS)6]3-(aq)

Fungsi penambahan zat pada percobaan ini adalah:


1. Aquades sebagai pelarut
2. HNO3 4M sebagai suasana asam
3. Fe2+ sebagai ion pusat
4. CNS- sebagai donor logam

ANALISIS GRAFIK

Pada grafik fraksi mol volume Fe3+ terhadap ∆A diperoleh hasil grafik yang
mengalami fluktuatif dan menginterpretasikan nilai absorbansinya juga mengalami
kenaikan dan penurunan. Hal ini sudah sesuai teori dimana bentuk grafik antara Fe3+
dan ∆A dengan skala 1 berbentuk gunung. Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai
∆A maksimum adalah 3,802 sedangkan pada fraksi Fe3+ 0,5. Berdasarkan perhitungan
diperoleh V Fe3+ : V CNS- adalah 2 : 1 sehingga membentuk senyawa kompleks
[Fe(CNS)2]+. Hal ini belum sesuai teori karena menurut teori bilangan koordinasi ion
kompleks [Fe(CNS)n]3-n adalah 6, sehingga diperoleh ion [Fe(CNS)6]3-. Sedangkan
menurut percobaan bilangan koordinasinya adalah 2. Hal ini tidak sesuai teori
dikarenakan larutan telah terkontaminasi oleh paparan sinar matahari
BAB IV
KESIMPULAN

1. Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat
dengan satu arah atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya
kepada ion logam pusat
2. Bilangan koordinasi juga dapat diartikan sebagai bilangan yang menyatakan jumlah
suatu ruang yang berada di sekitar atom pusat yang dapat ditempati oleh satu ligan
(monodentat).
3. Ligan merupakan molekul sederhana yang dalam senyawa kompleks bertindak
sebagai donor pasangan elektron (basa Lewis).
4. Suatu kompleks yang terbentuk antara logam M dengan ligan logam X sesuai
percobaan adalah:
M2+ + ax --> [MXn]2+
Dapat ditentukan nilainya dengan metode Job’s atau metode variasi continue.
5. Prinsip dari metode ini yaitu penggunaan metode Job’s untuk menentukan bilangan
koordinasi suatu kompleks dengan perbandingan mol variasi volume ion logam dan
ligan dari kompleks tersebut.
6. - Larutan Ion Fe3+ (sesuai teori)
Fe3+(aq) + HNO3 (aq) + 2H2O (l) → Fe(OH)3 (aq) + HNO3 (aq) + H+(aq)
- Larutan CNS- (tidak sesuai teori)
CNS-(aq) + H2O(l) → HCNS(aq) + OH-(aq)
- Larutan Ion Kompleks (tidak sesuai teori)
Fe3+(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(aq) + 3H+(aq)
Fe3+(aq) + 3HNO3(aq) → Fe(NO3)3(aq) + 3H+(aq)
Fe3+(aq) + 6CNS- → [Fe(CNS)6]3-(aq)
7. Fungsi penambahan zat:
a. Larutan ion Fe3+, sebagai atom pusat
b. HNO3 sebagai pemberi suasana asam
c. Aquades, sebagai pelarut.
d. Ion CNS- sebagai ligan
e. H2O sebagai pelarut
f. Fe2+ sebagai ion pusat
g. CNS- sebagai donor logam
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Ali, dkk. (2013). Ekstraksi Zat Warna dari Kelopak Bunga Rosella (Study Pengaruh
Konsentrasi Asam Asetat dan Asam Sitrat. Jurnal Teknik Kimia. 1(19 : 31)
Ching, Raymond.(2005). Kimia Dasar. Konsep-Konsep Inti Edisi ke-3. Jakarta :
Erlangga.
Cotton dan Willkinoun. (1989). Kimia Anorganik Dasar Cetakan Pertama. Jakarta : UI
Press.
Erwing, G. W. (1985). Instrumen Method of Chemical Analysis. Newyork : Mc Graw
Hall
Ibrahim. (2015). Penentuan Panjang Gelombang Maksimum KMnO4 dengan
Spektrofotometer UV-Vis dan Sepktronik 20-D. Jurnal Penelitian Universitas
Diponegoro, 16.1
Lestari, Intan, dkk. (2014). Sintesis Karakterisasi Senyawa Kompleks Logam Kadmium
(II) dengan Ligan Kufperon. Jurnal Penelitian Universitas Jambi, 16(1), 01-08.
Permadanita. (2015). Kualitas Alat Spektrofotometer UV Vis untuk Penentuan
Uranium dan Besi. Jurnal Penelitian EBNJ(2): 69-75.
Rachmasari, N. A., & KS, R. D. S. (2017). Analisis pengaruh ion Cd (II) pada
penentuan ion Fe (II) dengan pengompleks 1, 10-fenantrolin menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Jurnal Sains dan Seni ITS, 6(1), C5-C10.
Sastrohamidjojo, (2007). Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty
Sudjana. (1998). Kimia Anorganik II. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Tim Dosen Kimia Anorganik. (2023). Petunjuk Kimia Anorganik. Surakarta: Lab Kimia
FKIP UNS.
Underwood, A. L. (1990). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 6. Jakarta: Erlangga.
BAB VI
LAMPIRAN
1. Perhitungan

a. Menentukan fraksi mol Fe3+


𝑉. 𝐹𝑒3+
a= 𝑉. 𝐹𝑒3+ + 𝑉. 𝐶𝑁𝑆 -

0
● a1 = 0+6
= 0 ml
1
● a2 = 1+5
= 0,167 ml
2
● a3 = 2+4
= 0,333 ml
3
● a4 = 3+3
= 0,500 ml
4
● a5 = 4+2
= 0,667 ml
5
● a6 = 5+1
= 0,833 ml
6
● a7 = 6+0
= 1,00 ml
b. Menentukan fraksi mol CNS-

b=1-a

- b1 = 1 - 0 =1
- b2 = 1 - 0,167 = 0,833
- b3 = 1 - 0,333 = 0,667
- b4 = 1 - 0,500 = 0,500
- b5 = 1 - 0,667 = 0,333
- b6 = 1 - 0,8333 = 0,167
- b7 = 1 - 1 =0

c. Menentukan harga adsorpsi (∆𝐴)

∆𝐴 = [𝐴 (𝐹𝑒(𝐶𝑁𝑆)𝑛] 3 − 𝑛 − [𝐴 𝐹𝑒3+ + 𝐴 CNS-]

- ∆𝐴1 = [0, 436 - (0,002 + 0,009)] = 0,425


- ∆𝐴2 = [ 1,896 - (0,095 + 0,004)] = 1,797
- ∆𝐴3 =[ 3, 612 - (0,165 + 0,007)] = 3,440
- ∆𝐴4 = [4,000 - (0,197 + 0,001)] = 3,802
- ∆𝐴5 = [3,913- (0,323 + 0,005)] = 3,585
- ∆𝐴6 = [1,954 - (0,393 + 0,001)] = 1,560
- ∆𝐴7 = [0,015 - (0,452 + 0,000)] = (- 0,437) = 0, 437

a. Tabulasi Data

No Fraksi Fe3+ (a) ∆𝐴

1 0 0,425

2 0,167 1,797

3 0,333 3,440

4 0,500 3,802

5 0,667 3,585

6 0,833 1,560

7. 1,000 0,437

Dari data diatas, diperoleh nilai max ∆𝐴 = 3,802 pada fraksi Fe3+ = 0,500

a. Menentukan bilangan koordinasi ion [Fe(CNS)n]3-n


𝑉. 𝐹𝑒3+
a = 𝑉. 𝐹𝑒3+ + 𝑉.𝐶𝑁𝑆−
3 𝑚𝑙
0,500 = 3 𝑚𝑙 + 𝑉. 𝐶𝑁𝑆−
V. CNS- = 3 ml
b. Perbandingan volume
V Fe3+ : V CNS-
= 3 ml : 3 ml
= 1 ml : 1 ml
n = vol. CNS-
=1
Perbandingan volume ~Perbandingan mol
Rumus molekul kompleks = [Fe(CNS)n] 3-n
= [Fe(CNS)n] 3-1
= [Fe(CNS)n]2+
c. Grafik hubungan fraksi mol
2. Laporan Sementara

3. Foto Bahan
4. MSDS

Lembar MSDS Praktikum Judul “Penentuan Bilangan Koordinasi Ion Kompleks


dengan Metode Jobs”.

No Bahan Sifat Bahaya Penanganan

1. HNO3 ● Beracun ● Jika terhirup ● Mencari


akan udara segar
merusak ● Bilas dengan
saluran air mengalir
pernapasan kurang lebih
● Jika terkena 15 menit
kulit, kulit ● Berikan
terasa beberapa
terbakar gelas susu
Jika tertelan, dan air
akan terasa ● Bila terkena
terbakar mata, cuci
saluran dengan air
pernafasaan berulang kali
ya kurang lebih
15 menit,
2 SCN ● Beracun ● Kerusakan buka tutup
saluran mata
pernafasan berulang kali

● Iritasi pada
saluran
pencernaan
jika tertelan

3 FeCl₃ ● Non ● Beracun ● Dipisahkan


flammable untuk dari senyawa
● Tidak berbau paru-paru lain
● Tidak korosif dan
pada gelas membrane
mucus
● Jika terkena
kulit
menyebabka
n dermatis

Anda mungkin juga menyukai