Anda di halaman 1dari 26

GEOPOLITIK INDONESIA DAN OTONOMI DAERAH

Makalah Ini Disusun Dalam Rangka

Memenuhi Tugas Mata Kuliah PPKN

Yang Dibimbing Oleh Dr. Syaffarman Rusli, M.H.Kes.

Disusun Oleh :

1. Devie Agustina ( 185110101)


2. Dinni Nurlita Sari (185110094)
3. Karin Yunifar (185110095)
4. Fia Silfiana ( 185110074)
5. Wina Susilawati (185110030)
6. Aghatia Diksa Lopi ( 185110023)
7. Ira Kurniawan (185110098)
8. Agus Salim Zebua (185110027)
9. Hermawan ( 185110007)

POLIBISNIS PERDANA MANDIRI 2018/2019

Jl. Veteran No. 74, Nagri Kaler, Kec. Purwakarta, Kab. Purwakarta, Jawa Barat 41115
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atasberkah dan
rahmat-Nya saya bisa menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya.Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Dalam penyusunan ini kami tentu menjumpai beberapa hambatan, namun berkat
dukungan dari berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami sebagaipenyusun mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada pihak terkait yang telah membantu kami menyelesaikan
makalah ini. Segala sesuatu yang salah datangnya dari manusia yaitu kami sedangkan segala
sesuatu yang benar datangnya dari Allah SWT, untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila dalam penyusunan kami ini masih terdapat berbagai kesalahan baik itu
dalam penulisan atau tata bahasa dan kritik beserta saran yang membangun sangat kami
harapkan guna untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan pada tahap selanjutnya.

Semoga makalah ini bermanfaat khusunya bagi kami sebagai penyusun umumnya
untuk semua pihak pembaca.

Purwakarta, 25 Mei 2019

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................1
B. RumusanMasalah......................................................................................................................1
C. Tujuan Perumusan.....................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................3
A. Wawasan Nusantara.........................................................................................................................3
1. Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia...................................................................3
2. Latar Belakang dan Pengertian Wawasan Nusantara................................................................4
3. Hakikat, Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Wawasan Nusantara...................................................6
4. Unsur Dasar Konsepsi Wawasan Nusantara..............................................................................7
5. Asas Wawasan Nusantara..........................................................................................................9
6. Tujuan dan Manfaat Wawasan Nusantara...............................................................................10
7. Sosialisasi Wawasan Nusantara...............................................................................................11
8. Tentang Implementasi Wawasan Nusantara...........................................................................12
B. Otonomi Daerah..............................................................................................................................13
BAB III..............................................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................................................21
A. Kesimpulan..............................................................................................................................21
B. Saran-Saran..............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Geopolitik biasa juga di sebut dengan wawasan nusantara. Geopolitik diartikan
sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi
nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik (kepentingan yang menitik
beratkan pada pertimbangan geografik, wilayah atau teritorial dalam arti luas) suatu
negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung atau tidak
langsung kapada sistem politik suatu negara. Sebaliknya politik negara itu secara
langsung akan berdampak kepada geografi negara bersangkutan.Geopolitik mengkaji
makna strategis dan politis suatu wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta
sumber daya alam wilayah tersebut. Geopolitik mempunyai 4 unsur pembangun, yaitu
keadaan geografis, politik dan strategi, hubungan timbal balik antara geografi dan politik,
serta unsur kebijaksanaan.Oleh karena itu penyusun mengambil topik Geopolitik
Indonesia untuk mengetahui fungsi Geopolitik itu untuk persatuan dan kesatuan Negara
serta peran Geopolitik Indonesia dalam pembinaan kerjasama dan penyelesaian konflik
antarnegara yang mungkin muncul dalam proses pencapaian tujuan.

B. RumusanMasalah

Dalam makalah ini penulis mengidentifikasiakan rumusan masalah sebagai berikut:


1. Pengertian Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia
2. Latar belakang dan Pengertian Wawasan Nusantara
3. Hakikat, kedudukan, Fungsi dan Tujuan Wawasan Nusantara
4. Unsur Dasar Konsepsi Wawasan Nusantara
5. Asas Wawasan Nusantara
6. Tujuan dan Manfaat Wawasan Nusantara
7. Sosialisasi Wawasan Nusantara
8. Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara
9. Otonomi Daerah

1
2

C. Tujuan Perumusan
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasiakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan Pengertian Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia


2. Menjelaskan Latar belakang dan Pengertian Wawasan Nusantara
3. Menjelaskan Hakikat, kedudukan, Fungsi dan Tujuan Wawasan Nusantara
4. Menjelaskan Unsur Dasar Konsepsi Wawasan Nusantara
5. Menjelaskan Asas Wawasan Nusantara
6. Menjelaskan Tujuan dan Manfaat Wawasan Nusantara
7. Menjelaskan Sosialisasi Wawasan Nusantara
8. Menjelaskan Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara
9. Menjelaskan Otonomi Daerah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Wawasan Nusantara
1. Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia
Paham geopolitik bangsa indonesia terumuskan dalam konsepsi wawasan nusantara.
Bagi bangsa indonesia, geopolitik merupakan pandangan baru dalam mempertimbangkan
faktor-faktor geografis wilayah negara untuk mancapai tujuan nasionalnya. Untuk
indonesia, geopolitik adalah kebijakan dalam rangka mencapai tujuan nasional dengan
memanfaatkan keuntungan letak geografis negara berdasarkan pengetahuan ilmiah
tentang kondisi geografis tersebut.

Secara geografis indonesia memiliki ciri khas, yaitu diapit dua samudera (Hindia dan
pasifik) dan dua benua (asia dan australia), serta terletak dibawah orbit Geostationary
Satellite Orbit ( GSO). Indonesia merupakan negara kepulauan yang disebut nusantara
( nusa di antara air), sehingga bisa disebut sebagai benua maritim indonesia. Wilayah
negara indonesia tersebut dituangkan secara yuridis formal dalam pasal 25A UUD 1945
amandemen IV yang mengatakan “ Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah
negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-
haknya ditetapkan dengan undang-undang”. Atas dasar itulah indonesia mengembangkan
paham geopolitik nasionalnya, yaitu wawasan nusantara.

Secara historis, wilayah indonesia sebelumnya adalah wilayah bekas jajahan belanda
yang dulunya disebut hinda belanda. Rakyat di wilayah hindia belanda memiliki le desir
d’etre ensemble serta charakter-gemeinschaft yang sama akibat penjajahan belanda. Oleh
karena itu, mereka disebut satu bangsa. Wilayah hindia belanda yang sekarang dinamakan
indonesia dari sabang sampai marauke yang merupakan ruang hidup (lebensraum) bangsa
indonesia yang harus disatukan dan dipertahankan.

Berdasarkan fakta geografis dan sejarah inilah, wilayah indonesia beserta apa yang
ada di dalamnya dipandang sebagai satu kesatuan. Pandangan atau wawasan nasional
indonesia ini dinamakan wawasan nusantara. Wawasan nusantara sebagai konsepsi
geopolitik bangsa indonesia.

3
4

2. Latar Belakang dan Pengertian Wawasan Nusantara

a. Latar Belakang Wawasan Nusantara

Dalam menentukan, membina, dan mengembangkan wawasan nusantaranya, bangsa


indonesia menggali dan mengembangkannya dari kondisi nyata yang terdapat di
lingkungan indonesia sendiri. Wawasan nusantara indonesia dibentuk dan dijiwai oleh
pemahaman kekuasaan bangsa indonesia yang berlandaskan falsafah pancasila dan oleh
pandangan geopolitik indonesia yang berlandaskan falsafah pancasila dan oleh pandangan
geopolitik indonesia yang berlandaskan pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa
indonesia.

Oleh karna itu, pembahasan latar belakang filosofis sebagai pemikiran dasar
pengembangan wawasan nusantara indonesia ditinjau dari :

1) Falsafah Pancasila
Nilai-nilai pancasila mendasari pengembangan wawasan nusantara, antara lain
memberi kesempatan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing,
sebagai wujud nyata penerapan HAM. Mengedepankan kepentingan masyarakat yang
lebih luas harus lebih diutamakan, tanpa mematikan kepentingan golongan.
Pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan bersama diusahakan melalui
musyawarah. Kemakmuran yang hendak dicapai oleh masing-masing warganya tidak
merugikan orang lain. Sikap tersebut mewarnai wawasan nusantara yang dianut dan
dikembangkan bangsa indonesia.

2) Aspek kewilayahan nusantara


Kondisi objektif geografis indonesia yang terdiri atas ribuan pulau, memiliki
karakteristik yang berbeda dengan negara lain. Pengaruh geografis merupakan suatu
fenomena yang mutlak diperhitungkan karena mengandung beraneka ragam kekayaan
alam, baik di dalam maupun di atas permukaan bumi, dan jumlah penduduk yang
besar. Dengan demikian, secara kontekstual kondisi geografis indonesia mengandung
keunggulan sekaligus kelemahan/ kerawanan. Kondisi ini perlu diperhitungkan dan di
cermati dalam perumusan geopolitik indonesia.
5

3) Aspek sosial budaya


Menurut ahli antropologi, tidak mungkin ada masyarakat kalau tidak ada kebudayaan,
sebaliknya kebudayaan hanya mungkin ada di dalam masyarakat. Indonesia terdiri
atas ratusan suku bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat, bahasa, agama,
dan kepercayaan. Oleh karena itu, tata kehidupan nasional yang berhubungan dengan
interaksi antargolongan masyarakat mengandung potensi konflik yang besar, terlebih
lagi kesadaran nasional masyarakat masih relatif rendah dan jumlah masyarakat yang
terdidik relatif terbatas.

4) Aspek kesejarahan
Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-cita pada umumnya tumbuh dan
berkembang dari latar belakang sejarahnya. Dengan semangat kebangsaan yang
menghasilkan proklamasi 17 agustus 1945 dimana indonesia mulai merdeka, maka
semangat ini harus tetap dipertahankan dengan semangat persatuan yang esensinya
adalah mempertahankan persatuan bangsa dan menjaga wilayah kesatuan indonesia.
Wilayah negara kesatuan republik indonesia merupakan wawasan nusantara indonesia
diwarnai oleh pengalaman sejarah yang tidak menghendaki terulangnya perpecahan
dalam lingkungan bangsa dan negara indonesia.

b. Pengertian Wawasan Nusantara

Pengertian Wawasan Nusantara secara etimologis, berasal dari kata Wawasan dan
Nusantara. Wawasan berasal dari kata wawas (bahasa Jawa) yang berarti pandangan,
tinjauan atau penglihatan indrawi. Selanjutnya muncul kata mawas yang berarti
memandang, meninjau. Atau melihat. Wawasan artinya pandangan, tinjauan,
penglihatan, atau tanggap indrawi. Wawasan berarti juga cara pandang atau cara
melihat.

Nusantara berasal dari kata Nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau kesatuan
kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur Nusantara artinya
kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, yaitu benua Asia dan Australia, dan
dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Berdasarkan pengertian
modern, kata "Nusantara" digunakan sebagai pengganti nama Indonesia.
6

Secara terminologis, Wawasan Nusantara menurut beberapa pendapat yaitu sebagai


berikut:

 Wawasan Nusantara menurut Kelompok Kerja Wawasan Nusantara


"Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional".
 Wawasan Nusantara dalam GBHN 1998
"Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, da bernegara".
 Wawasan Nusantara menurut Prof. Wan Usman
"Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah
airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam".

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, secara sederhana Wawasan Nusantara berarti


cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya. Diri yang dimaksud
adalah diri bangsa Indonesia sendiri serta nusantara sebagai lingkungan tempat
tinggalnya.

3. Hakikat, Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Wawasan Nusantara


a. Hakikat Wawasan Nusantara

Hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan nusantara, dalam pengertian "Cara


pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup Nusantara demi kepentingan
nasional". Hal tersebut berarti bahwa setiap warga negara dan aparatur negara harus
berpikir, bersikap, dan bertindak secara utuh menyeluruh demi kepentingan bangsa dan
negara Indonesia. Demikian juga produk yang dihasilkan oleh lembaga negara harus
dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia, tanpa menghilangkan
kepentingan lainnya, seperti kepentingan daerah, golongan, dan orang per orang.

b. Kedudukan Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional Bangsa Indonesia merupakan ajaran


yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan dan
7

penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.
Dengan demikian Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa (landasan
visional) dalam menyelenggarakan kehidupan nasional. Visi adalah keadaan atau
rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan. Wawasan Nusantara merupakan
visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia sesuai
dengan konsep Wawasan Nusantara adalah menjadi bangsa yang satu dengan wilayah
yang satu dan utuh pula.

Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional bagi bangsa Indonesia merupakan


doktrin dasar dalam pengaturan kehidupan nasional. Artinya bahwa terwujudnya
kehidupan bangsa dan negara yang tertib, teratur, damai, dan sejahtera perlu memahami
dan menjalakan cara pandang Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dalam
kehidupan individu, masyarakat, bangsa , dan negara.

c. Fungsi Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-


rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi
penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

d. Tujuan Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek


kehidupan rakyat Indonesia di segala bidang kehidupan yang lebih mengutamakan
kepentingan nasional daripada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa,
atau daerah. Hal tersebut bukan berarti menghilangkan kepentingan-kepentingan
individu, kelompok, golongan, suku bangsa, atau daerah. Kepentingan-kepentingan
tersebut tetap dihormati, diakui, dan dipenuhi, selama tidak bertentangan dengan
kepentingan nasional atau kepentingan masyarakat banyak.

4. Unsur Dasar Konsepsi Wawasan Nusantara


Konsepsi Wawasan Nusantara terdiri dari 3 (tiga) unsur dasar, yaitu wadah (contour),
isi (content), dan tata laku (conduct). Ketiganya akan dijelaskan sebagai berikut:
8

a. Wadah (Contour)

Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara meliputi seluruh wilayah


Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk serta
aneka ragam budaya. Setelah menegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,
bangsa Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang merupakan wadah berbagai
kegiatan kenegaraan dalam wujud suprastruktur politik. Sementara itu, wadah dalam
kehidupan bermasyarakat adalah berbagai kelembagaan dalam wujud infrastruktur politik.

b. Isi (Content)

Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita – cita serta tujuan
nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai aspirasi yang
berkembang di masyarakat maupun cita – cita dan tujuan nasional seperti tersebut di atas,
bangsa Indonesia harus mampu menciptakan persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan
dalam kehidupan nasional yang berupa politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam. Isi
menyangkut dua (2) hal yang esensial, yaitu sebagai berikut:

1) Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama dan perwujudannya, serta


pencapaian cita - cita dan tujuan nasional.
2) Persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan yang meliputi semua aspek kehidupan
nasional.

c. Tata Laku (Conduct)

Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan isi, yang terdiri dari tata laku
batiniah dan tata laku lahiriah.

1) Tata laku Batiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas yang baik dari
bangsa Indonesia.
2) Tata laku Lahiriah yaitu tercermin dalam tindakan, perbuatan, dan perilaku dari
bangsa Indonesia.
Kedua hal tersebut akan mencerminkan identitas jati diri atau kepribadian bangsa
Indonesia berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan
9

cinta kepada bangsa dan tanah air sehingga menumbuhkan nasionalisme yang tinggi
dalam semua aspek kehidupan nasional.

5. Asas Wawasan Nusantara


Asas Wawasan Nusantara merupakan ketentuan – ketentuan atau kaidah – kaidah
dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara, dan diciptakan demi tetap taat dan setianya
komponen pembentuk bangsa Indonesia (suku bangsa atau golongan) terhadap
kesepakatan bersama. Harus disadari bahwa jika asas Wawasan Nusantara diabaikan,
komponen pembentuk kesepakatan bersama akan melanggar kesepakatan bersama
tersebut, yang berarti bahwa tercerai berainya bangsa dan negara Indonesia. Asas
Wawasan Nusantara terdiri dari :

a. Kepentingan dan tujuan yang sama


Berarti adanya kepentingan yang sama dari seluruh bangsa Indonesia, yaitu
menghadapi segala bentuk penjajahan yang menyerang Indonesia yang datang dari
dalam maupun luar negeri. Adapun tujuan yang sama adalah tercapainya
kesejahteraan dan rasa aman yang lebih baik daripada sebelumnya.
b. Keadilan
Berarti kesesuaian pembagian hasil dengan andil, jerih payah usaha, dan kegiatan baik
orang perorangan, golongan, kelompok, atau daerah.
c. Kejujuran
Berarti keberanian berpikir, berkata, dan bertindak sesuai realita serta ketentuan yang
benar biarpun realita atau ketentuan ini pahit dan kurang enak didengarnya. Demi
kebenaran dan kemajuan bangsa dan negara, hal ini harus dilakukan.
d. Solidaritas
Berarti diperlukannya rasa setia kawan, mau memberi dan berkorban bagi orang lain
tanpa meninggalkan ciri dan karakter budaya masing – masing.
e. Kerjasama
Berarti adanya koordinasi, saling pengertian yang didasarkan atas kesetaraan sehingga
kerja kelompok, baik kelompok yang kecil maupun kelompok yang lebih besar dapat
tercapai demi tercapainya sinergi yang lebih baik.
f. Kesetiaan
Berarti adanya kesetiaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, jika
kesetiaan terhadap kesepakatan yang sudah dibuat oleh seluruh bangsa Indonesia ini
10

goyah apalagi ambruk berarti dapat dipastikan bahwa persatuan dan kesatuan dalam
kebhinekaan bangsa Indonesia akan hancur berantakan pula. Ini berarti hilangnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6. Tujuan dan Manfaat Wawasan Nusantara

a. Tujuan Wawasan Nusantara

Hakikat Wawasan Nusantara adalah “Keutuhan Nusantara atau Nasional”, dalam


pengertian cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi
kepentingan bangsa dan negara Indonesia, yaitu keutuhan bangsa dan wilayah nasional.
Demikian juga produk yang dihasilkan oleh lembaga negara, harus dalam lingkup dan
demi kepentingan bangsa dan negara. Akan tetapi hal tersebut tidak berarti
menghilangkan kepentingan lainnya, seperti kepentingan daerah, golongan maupun
orang-perorang. Tujuan Wawasan Nusantara terdiri atas dua, yaitu sebagai berikut :
1) Tujuan ke dalam, yaitu menjamin perwujudan persatuan kesatuan segenap aspek
kehidupan nasional, baik aspek alamiah maupun aspek sosial. Tujuan ke dalam
mengandung arti bahwa bangsa Indonesia harus peka dan berusaha untuk mencegah
dan mengatasi sedini mungkin faktor – faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa
dan harus mengupayakan tetap terbina dan terpeliharanya persatuan dan kesatuan
dalam kebhinekaan.
2) Tujuan ke luar, yaitu terjaminnya kepentingan nasional dalam dunia yang serba
berubah maupun kehidupan dalam negeri serta dalam melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, serta kerja sama
dan sikap saling hormat menghormati. Tujuan ke luar mengandung arti bahwa dalam
kehidupan internasionalnya, bangsa indonesia harus berusaha mengamankan
kepentingan nasionalnya dalam semua aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial
budaya, maupun pertahanan dan keamanan demi tercapainya tujuan nasional sesuai
dengan yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945.

b. Manfaat Wawasan Nusantara

Manfaat yang kita dapatkan dari konsepsi Wawasan Nusantara adalah sebagai berikut :

1) Diterima dan diakuinya konsepsi wawasan nusantara di forum internasional.


11

hal ini dibuktikan dengan penerimaan asas negara kepulauan berdasarkan Konvensi
Hukum Laut 1982. Indonesia sebagai negara kepulauan diakui oleh dunia
internasional.
2) Pertambahan luas wilayah teritorial Indonesia. Berdasarkan Ordonansi 1939 wilayah
teritorial indonesia hanya seluas 2 juta km2. Dengan adanya konsepsi wawasan
nusantara maka luas wilayah indonesia menjadi 5 juta km2 sebagai satu kesatuan
wilayah
3) Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup memberikan potensi sumber daya
yang besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Sumber daya tersebut terutama
sumber minyak yang ditemukan di wilayah teritorial dan landas kontinen indonesia.
4) Penerapan wawasan nusantara menghasilkan cara pandang tentang keutuhan wilayah
nusantara yang perlu dipertahankan oleh bangsa indonesia.
5) Wawasan nusantara menjadi salah satu sarana integrasi nasional. Misalnya tercermin
dalam semboyan “ Bhineka Tunggal Ika”.

7. Sosialisasi Wawasan Nusantara


Untuk mempercepat tercapainya tujuan wawasan nusantara, perlu dilakukan
sosialisasi materi wawasan nusantara kepada seluruh masyarakat indonesia. Sosialisasi
wawasan nusantara tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut :

a. Menurut sifat/ cara penyampaiannya, yang dapat dilaksanakan sebagai berikut


1) Langsung, yang terdiri dari ceramah, diskusi, sialog, dan tatap muka.
2) Tidak langsung, yang terdiri dari media elektronik, dan media cetak.
b. Menurut metode penyampaiannya yang berupa :
1) Keteladanan
Melalui metode penularan keteladanan dalam sikap perilaku kehidupan sehari-hari
kepada lingkungannya, terutama dengan memberikan contoh- contoh berpikir,
bersikap, dan bertindak mementingkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi dan atau golongan, sehingga timbul semangat kebangsaan yang
selalu cinta tanah air.
2) Edukasi (pendidikan)
Melalui metode pendekatan formal dan nonformal. Pendidikan formal ini dimulai dari
tingkat TK sampai Perguruan Tinggi, pendidikan karir di semua strata dan bidang
profesi, penataran atau kursus-kursus, dan sebagainya. Adapun pendidikan nonformal
12

dapat dilaksanakan di lingkungan keluarga, masyarakat, pekerjaan, dan organisasi


kemasyarakatan.
1) Komunikasi
Tujuan yang ingin dicapai melalui metode ini komunikasi ini adalah tercapainya
hubungan komunikatif secara baik yang akan mampu menciptakan iklim saling
menghargai, menghormati, mawas diri, dan tenggang rasa sehingga tercipta kesatuan
bahasa dan tujuan tentang Wawasan Nusantara.
2) Integrasi
Tujuan yang ingin dicapai melalui metode integrasi ini adalah terjalinnya persatuan
dan kesatuan. Pengertian seta pemahaman tentang Wawasan Nusantara akan
membatasi sumber konflik di dalam tubuh bangsa Indonesia baik pada saat ini
maupun di masa mendatang dan akan memantapkan kesadaran untuk mengutamakan
kepentingan nasional dan cita-cita seta tujuan nasional.

Dalam melaksanakan sosialisasi, lingkup materi Wawasan Nusantara yang


disampaikan hendaknya disesuaikan dengan tingkat, jenis, serta lingkungan pendidikan
agar materi yang disampaikan tersebut dapat dimengerti dan dipahami. Dengan cara ini
penerima materi akan memiliki kesatuan cara pandang yang sama yaitu Wawasan
Nusantara.

8. Tentang Implementasi Wawasan Nusantara


Dewasa ini kita menyaksikan bahwa kehidupan individu dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan dalam bernegara sedang mengalami perubahan, dan kita juga menyadari
bahwa faktor utama yang mendorong terjadinya proses perubahan tersebut adalah nilai-
nilai kehidupan baru yang dibawa oleh negara maju dengan kekuatan penetrasu
globalnya. Berkaitan dengan Wawasan Nusantara yang sarat dengan nilai-nilai budaya
bangsa dan dibentuk dalam proses panjang sejarah perjuangan bangsa, apakah wawasan
bangsa Indonesia tentang persatuan kesatuan itu akan hanyut tanpa bekas atau akan tetap
kokoh dan mampu bertahan dalam terpaan nilai global yang menantang Wawasan
Persatuan Bangsa? Tantangan itu antara lain adalah pemberdayaan masyrakat yang
optiman, dunia yang tanpa batas, era baru kapitalisme, dan kesadaran warga negara.

a. Pemberdayaan Masyarakat
13

Pemberdayaan masyarakat untuk kepentingan masyarakat banyak perlu mendapat


prioritas utama mengingat Wawasan Nusantara memiliki makna persatuan dan
kesatuan dalam kebhinekaan untuk lebih mempererat kesatuan bangsa.
b. Dunia Tanpa Batas
Perkembangan IPTEK dan perkembangan masyarakat global yang berkaitan dengan
dunia tanpa batas merupakan tantangan Wawasan Nusantara karena perkembangan
tersebut akan dapat mempengaruhi pola pikir, pola sikap, dan pola tindak masyarakat
Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c. Era Baru Kapitalisme
Kapitalisme yang semula dipraktikkan untuk keuntungan diri sendiri kemudian
berkembang menjadi strategi baru guna mempertahankan paham kapitalisme di era
globalisasi dengan menekan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia melalui
isu global. Hal ini sangat perlu diwaspadai karena merupakan tantangan bagi
Wawasan Nusantara.
d. Kesadaran Warga Negara
Pandangan bangsa Indonesia tentang hak dan kewajiban serta kesadaran bela negara
yang dikaitkan dengan kesadaran warga negara secara utuh, tampak kesadaran di
dalam persatuan dan kesatuan mengalami penurunan. Anak-anak bangsa belum
sepenuhnya sadar bahwa sebagai warga negara, mereka harus selalu mengutamakan
kepentingan nasional diatas kepentingan pribadi dan atau golongan. Kondisi
merupakan tantangan bagi Wawasan Nusantara.

B. Otonomi Daerah
Negara Indonesia melaksanakan otonomi daerah karena melaksanakan amanat UUD
1945 Pasal 18. Jadi, landasan hukum melaksanakan otonomi daerah adalah Pasal 18 UUD
1945 yang berbunyi sebagai berikut :

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur
dengan Undang-Undang.
2. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
3. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum.
14

4. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah


provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.
5. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
6. pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
7. susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintah daerah diatur dalam undang-
undang.

Untuk menyelenggarakan pemerintahan di daerah dibentuk undang-undang organic


sebagai pelaksanaan dari pasal 18 UUD 1945. Undang-undang tersebut adalah undang-
undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Undang-undang ini
menggantikan Undang-Undang No.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang No 22 Tahun 1999 merupakan pengganti dari undang-undang No. 5
Tahun 1974 Tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah.

Menurut UU. 32 Tahun 2004, pasal 1 angka 5 yang dimaksud dengan Otonomi
Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain otonomi daerah adalah
penyerahan urusan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang bersifat operasional.
Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
yang menjadi urusan pmerintah pusat, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Tujuan yang hendak dicapai dengan otonomi ini adalah antara lain
menumbuhkembangkan daerah dalam berbagai bidang, meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, menumbuhkan kemandirian daerah, dan meningkatkan daya saing daerah
dalam proses pertumbuhan (HAW. Wijaya, 2002). Lebih lanjut dijelaskan bahwa
pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta
masyarakat, pemerataan , dan keadilan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam
kerangka Negara kesatuan republik Indonesia. Untuk itu beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain:

1. Kemampuan meningkatkan kinerja badan eksekutif dan legislatif dalam pelaksanaan


otonomi daerah yang luas nyata, dan bertanggung jawab.
15

2. Pelaksanaan otonomi daerah tidak menyimpang dari amanat undang-undang tentang


pemerintahan daerah.
3. Mendukung sepenuhnya pelaksanaan otonomi yang telah digulirkan oleh pemerintah.
4. Terwujudnya kelembagaan daerah yang mampu melaksanakan kewenangan daerah,
kelembagaan dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
5. Memiliki perangkat daerah yang mempunyai kinerja tinggi, efisien dan efektif dalam
mengelola pembangunan daerah, dan pelayanan publik menuju otonomi yang
mandiri.
6. Terciptanya hubungan kemitraan yang harmonis antara badan eksekutif dan badan
legislatif daerah, sehingga pelaksanaan otonomi yang demokratis dapat berjalan
dengan baik.

Jelas sekali bahwa dengan otonomi daerah paradigma pembangunan bergeser dari
bersifat sentralistik menjadi desentralistik. Tujuan utama dari perubahan ini adalah
demokratisasi yang artinya memberdayakan masyarakat, atau pelayanan kepada rakyat.
Dengan cara ini diharapkan daerah yang tidak terjangkau oleh pembangunan pemerintah
pusat sekarang dapat di jangkau atau dikembangkan.

Menurut pasal 22 UU No. 32 Tahun 2004, dalam menyelenggarakan otonomi daerah,


pemerintah daerah mempunyai kewajiban:

1. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan, dan kerukunan nasional, serta


keutuhan negara kesatuan republik indonesia.
2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
3. Mengembangkan kehidupan demokrasi.
4. Mewujudkan keadilan dan pemerataan.
5. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan.
6. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan.
7. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak.
8. Mengembangkan sistem jaminan sosial.
9. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah.
10. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah.
11. Melestarikan lingkungan hidup.
12. Mengelola administrasi kependudukan.
16

13. Melestarikan nilai sosial budaya.


14. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan
kewenangannya, dan
15. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas


daerah tertentu, yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem negara
kesatuan republik indonesia. Daerah otonom selanjutnya disebut dengan daerah. Daerah
otonom menganut asas desentralisasi, yaitu asas yang menyatakan adanya penyerahan
wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom ( pemerintah
daerah) untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem negara
kesatuan republik indonesia. Selain asas desentralisasi, daerah otonom dalam hal ini
daerah provinsi menganut pula asas dekonsentrasi. Asas dekonsentrasi adalah asas yang
menyatakan adanya pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah dan/ atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

Menurut undang-undang, otonomi daerah di indonesia didasarkan pada otonomi


nyata, luas, dan bertanggung jawab. Otonomi yang nyata adalah keleluasaan daerah untuk
menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang tertentu yang secara nyata ada
diperlukan serta tumbuh, hidup, dan berkembang di daerah. Otonomi yang luas adalah
keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan
semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan pada bidang-bidang tertentu yang
masih ditangani dan terpusat oleh pemerintah pusat di jakarta.

Dengan demikian kewenangan daerah otonom sangat luas. Pemerintah daerah


berwenang mengurus sendiri kepentingan masyarakatnya. Urusan itu meliputi berbagai
bidang, diantaranya pendidikan, kesejahteraan , kesehatan, perumahan, pertanian,
perdagangan, dan lain-lain. Urusan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi,
kabupaten/kota banyak sekali. Hal ini karena provinsi, kabupaten/ kota memiliki hak
otonomi dari pemerintah pusat. Pemerintah pusat menyerahkan sebagian wewenangnya
kepada daerah untuk mengurusinya sendiri.

Adapun yang termasuk wewenang pemerintah pusat hanya menangani 6 urusan saja,
yaitu :
17

1. Politik luar negri


yang dimaksud dengan urusan politik luar negri dalam arti mengangkat pejabat
diplomatik dan menunjuk warga negara untuk duduk dalam jabatan lembaga
internasional, menetapkan kebijakan luar negri, melakukan perjanjian dengan negara
lain, menetapkan kebijakan perdagangan luar negri, dan sebagainya.

2. Pertahanan
Yang dimaksud dengan urusan pertahanan, misalnya mendirikan dan membentuk
angkatan bersenjata, menyatakan damai dan perang, menyatakan negara atau sebagian
wilayah negara dalam keadaan bahaya, membangun dan mengembangkan sistem
pertahanan negara dan persenjataan, menetapkan kebijakan untuk wajib militer, bela
negara bagi setiap warga negara dan sebagainya.
3. Keamanan
Yang dimaksud dengan urusan keamanan, misalnya mendirikan dan membentuk
kepolisian negara, menetapkan kebijakan keamanan nasional, menindak setiap orang,
kelompok atau organisasi yang kegiatannya mengganggu keamanan negara dan
sebagainya.
4. Yustisi
Yang dimaksud dengan urusan yustisi, misalnya mendirikan lembaga peradilan,
mengangkat hakim dan jaksa, mendirikan lembaga permasyarakatan, menetapkan
kebijakan kehakiman dan keimigrasian, memberikan grasi, amnesti, abolisi,
membentuk undang-undang, peraturan pemerintah pengganti undang-undang,
peraturan pemerintah, dan peraturan lainnya yang berskala nasional.
5. Moneter dan fiskal nasional
Yang dimaksud dengan urusan moneter dan fiskal nasional adalah kebijakan makro
ekonomi,misalnya mencetak uang dan menentukan nilai mata uang, menetapkan
kebijakanmoneter, mengendalikan peredaran uang dans ebagainya.
6. Agama
Yang dimaksud dengan urusan agama, misalnya menetapkan hari libur keagamaan
yang berlakusecara nasional, memberikan pengakuan terhadap suatu agama,
menetapkan kebijakan dalam penyelengaraan dalam kehidupan keagamaan dan
sebagainya.
18

Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa
perwuju dan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan
kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus di pikul oleh daerah dalam
mencapa I tujuan pemberian otonomi, berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan
pemerataan, pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah
dalam rangka menjaga keutuhan Negara kesatuanRepublik Indonesia.

Pada akhirnya, otonomi daerah tidak bertentangan dengan prinsip Wawasan


Nusantara. Otonomi dan desentralisasi adalah cara atau strategi yang dipilih agar
penyelengaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini bisa menciptakan pembangunan
yang berkeadilan dan merata di seluruh wilayah tanah air. Pengalaman penyelangaraan
bernegara yang dilakukan secara tersentralisasi Justru banyak menimbulkan ketidakadilan
didaerah. Keadilan adalah persyaratan bagi terwujudnya persatuan bangsa sebagai mana
hakikat dari Wawasan Nusantara.

Undang-undang yang mengatur tentang otonomi daerah memang telah dikeluarkan


lebih kurang 9 Tahun. Namun masih Relevan untuk melihat beberapa tantangan yang
terdapat dalam pelaksanaan otonomi daerah. Karena dalam kondisi saat itu, di beberapa
daerah masih terjadi konflik terutama dalam hal penguasaan dan pengelolaans umberdaya
alam atau ekonomi didaerah.

Tantangan-tantangan yang masih Relevan untuk diangkat saat ini adalah masalah
sebagai berikut:

1. Masalah Sumber Daya Alam (Ekonomi)

Sumber Daya Alam Berdampak pada Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD
tampaknya menjadi tolak ukur sebagai variable utama bagi terselenggaranya otonomi
daerah.Tantangan ini berkenaan dengan bagimana pemerintah daerah mengelola potensi
wilayah untuk dapat mengelola otonomi daerah dengan dana pembangunan yang
memadai. Dalam hal ini Soemodiningrat dalam kata pengantarnya pada buku
Dwijoerkerto (2000) mengidentifikasi ada tidaknya lingkup peluang dan tantangan
pembangunan ekonomi daerah. Lingkup pertama adalah Mikro, yaitu diharapkan setiap
pelaku pembangunan dapat melaksanakan proses pembangunan yang melibatkan
masyarakat sebagai subjek pembangunan yang mewujudkan kesejahteraannya sendiri.
Kedua lingkup Makro, yaitu daerah dan negara. Disini pengertian masyarakat sebagai
19

unsur horizontal dan vertikal bersama-sama sebagai pelaku pembangunan. Ketiga lingkup
Global, yaitu peluang dan tantangan pembangunan dalam konteks internasional. Dengan
prinsip ekonomi dimana sumber daya yang terbatas dengan hasil yang dicapai adalah
optimal, maka pengelolaan sumber daya ekonomi daerah dilaksanakan dalam suasana
kompetitif dan efisiensi tinggi. Disini jelas bahawa dibutuhkan pelaku-pelaku ekonomi
yang profesional. Oleh karena itu, dibuuhkan peran pemerintah yang arif untuk
menciptakan suasana dan iklim yang kondusif sehingga setiap pelaku pembangunan
mendapat kesempatan yang sama untuk berpartisipasi.

2. Masalah Sumber Daya Manusia (SDM)

Untuk dapat menciptakan pelaku pembangunan yang profesional maka pemerintah


daerah perlu memberdayakan masyarakat. Pemerintah berperan sebagai fasilitator,
pengendali, dan pengawas bagi jalannya pembangunan. Oleh karena kemampuan,
pemahaman dan bahkan tradisi masyarakat yang beragam, diperlukan peraturan yang
operasional disesuaikan dengan potensi, aspirasi dan kesiapan masyarakat. Dengan latar
belakang dan potensi yang ada, daerah dapat melaksanakan peran pemberdaya
masyarakat lebih optimal. Untuk ini diperlukan perubahan visi aparat pemerintah bahwa
pemerintah adalah fasilitator pembangunan ekonomi, dengan pelakunya adalah
masyarakat melalui badan-badan usahanya (Soemodiningrat, 2000).

3. Masalah Sumber Daya Sosial Budaya (Nilai)

Sumber daya ini sering kali terabaikan ketika orang sudah berbicara tentang masalah
pembangunan. Seringkali potensi pembangunan dilihat dalam konteks ekonomi dan
kebijakan yang bersifat top down. Seolah-olah masyarakat adalah dipandak subjek pasif
yang diproyeksi menjadi subjek aktif dengan kebijakan top down. Oleh karena itu,
pemberdayaan masyarakat dan pengembangan potensi sumber daya alam didaerah
selayaknya memperhatikan nilai-nilai tradisional yang ada dan berkembang ditengah
daerah masyarakat daerah. Nilai-nilai tradisional ini menyatu dengan masyarakat daerah
yang menjadi pelaku pembangunan. Tidak jarang terjadi konflik didaerah disebabkan
kebijakan yang dirasakan oleh masyarakat sebagai beban, karena mereka harus
meninggalkan tradisi dan nilai-nilai yang telah lama mereka anut. Sering juga terjadi
pembangunan yang telah dirancang oleh pemerintah tidak berjalan dengan baik, karena
masyarakat lokal tidak mau terlibat. Dengan adanya otonomi daerah diharapkan
pemerintah daerah belajar dari pola pembangunan masa lalu yang sangat sepihak dengan
20

hanya perimbangan dari pemerintah tanpa mempertimbangkan kearifan lokal da tradisi


yang ada. Jika otonomi daerah benar dilaksanakan dengan baik maka tiga modal tersebut
adalah potensi yang harus menjadi perhatian sungguh-sungguh.

Sebenarnya dengan dikeluarkannya undang-undang Otonomi Daerah, usaha


pemerintah daerah untuk memajukan masyarakat lokal menjadi lebih terarah, apalagi
adanya kewajiban daerah untuk melestarikan nilai sosial budaya. Kewajiban ini
merupakan tantangan karena dituntut kemampuan pemerintah daerah untuk melihat
potensi nilai tersebut dan mengembangkan dalam kerangka pemberdayaan daerah
dibawah payung Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Wawasan nusantara adalah pandangan untuk menjadi bangsa yang satu dan
utuh dalam satu kesatuan republik indonesia. Untuk mencapai tujuan nasional maka
diperlukan suatu paham geopolitik dan dikembangkan menjadi wawasan nusantara
dan diwujudkan sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan
keamanan. Kesatuan wawasan nusantara ini dilakukan dengan cara desentralisasi
dalam penyelenggaraan pemerintah.

Geopolitik merupakan sebagai sistem politik atau peraturan – peraturan dalam wujud
kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik.
Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia dijadikan sebagai pola pikir dan
pandangan hidup masyarakat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara.Kekuatan
negara Indonesia terletak pada : posisi dan keadaan geografi yang strategis dan kaya
sumber daya alam. Sementara kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan
keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah
air, sebagaimana telah diperjuangkan oleh par pendiri negara ini dan diikrarkan dalam
sebuah Sempah Pemuda.Sehingga pandangan geopolitik bangsa Indonesia harus 
didasarkan pada nilai – nilai Pancasila yang luhur dengan jelas dan tegas tertuang di
dalam Pembukaan UUD 1945 agar tercipta suatu Persatuan dan Kesatuan Negara
Indonesia

B. Saran-Saran

Konsep geopolitik ini hendaknya terus diterapkan dan dikembangkan agar


dapat mencapai tujuan-tujuan Wawasan Nusantara yang telah ditetapkan, yaitu
mewujudkan kesejahteraan, ketenteraman dan keamanan bagi Bangsa Indonesia,
dengan demikian ikut serta juga dalam membina kebahagiaan dan perdamaian bagi
seluruh umat manusia di dunia.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/11560503/

Buku paket pendidikan kewarganegaraan

22
23

Anda mungkin juga menyukai