Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERTENSI


DI RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
WENING WARDOYO UNGARAN

Disusun Oleh :

Pradipta Ramadhan

(1607037)

PRODI STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG

TAHUN AJARAN 2018/2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ilmu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan
kronis (yaitu meningkat secara berlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan
darah arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli
apa penyebabnya, mengikuti suau pola yang khas. (Nugroho, 2008).
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah
tradisional tentang hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh
utama tekanan darah tinggi pada penyakit kardiovaskular. (Anderson : 2006).
Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah
seseorang berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan ini
adalah timbulnya penyakit yang menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit
hipertensi merupakan masalah kesehatan dan memerlukan penanggulangan
dengan baik. (Sudjaswandi : 2002).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi adalah salah satu resiko untuk stroke, serangan jantung,
gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. (weblog,
wikipedia indonesia).
B. Tujuan Umum dan Khusus
1. Tujuan Umum
Laporan ini disusun untuk mengetahui proses asuhan keperawatan keluarga
pada keluarga Tn.M dengan masalah kesehatan Hipertensi di dusun
Trowangsan.
2. Tujuan Khusus
Laporan ini dibuat untuk mengetahui:
a. Pengkajian pada pasien yang menderita Hipertensi.
b. Penentuan diagnose pada pasien yang menderita Hipertensi.
c. Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien yang menderita
Hipertensi.
d. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien yang menderita
Hipertensi.
e. Evaluasi pada pasien yang menderita Hipertensi.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Meningkatkan wawasan, pengetahuan, serta sikap dalam perawatan klien
yang menderita Hipertensi untuk mempercepat proses penyembuhan dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai Informasi lebih lanjut dalam memberkan asuhan keperawatan
keluarga pada pasien dengan masalah kesehatan Hipertensi.
3. Bagi Keluarga
Sebagai sarana meningkatan wawasan keluarga tentang Hipertensi dan
perawatan apabila ada anggota keluarga yang menderita Hipertensi.
A. Definisi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang
peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan
peningkatan diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg melebihi 140/90
mmHg, saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi (Wikipedia,
2010).
Hipertensi  adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat
melebihi batas normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan
kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah
tepi dan peningkatan volume aliran darah darah (Hani, 2010)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung
atau pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 dinyatakan
sebagai hipertensi. Setiap usia dan jenis kelamin memilki batasan masing –
masing :
a. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan
darah waktu berbaring > 130/90 mmHg.
b. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya >
145/90 mmHg
c. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi
(Sumber : Dewi dan Familia, 2010 : 18).
Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah
mendadak (sistolik  ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan
kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus
diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat
tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan
dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang
terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan sebagai hipertensi
darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di Indonesia memakan
patokan >220/140.
B. Jenis Hipertensi
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2 jenis :
a. Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah
melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ,
seperti otak, jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari
180/120mmHg, tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ atas yang
sudah nyata timbul.
b. Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi
belum ada gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan
menit, tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.
Sementara itu, hipertensi dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan penyebabnya :
a. Hipertensi Primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
(hipertensi essensial). Hal ini ditandai dengan peningkatan kerja jantung
akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Sebagian besar (90 – 95%)
penderita termasuk hipertensi primer. Hipertensi primer juga didapat terjadi
karena adanya faktor keturunan, usia dan jenis kelamin.
b. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
sistemik lainnya, misalnya seperti kelainan hormon, penyempitan pembuluh
darah utama ginjal, dan penyakit sistemik lainnya (Dewi dan Familia, 2010 :
22). Sekitar 5 – 10% penderita hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit
ginjal dan sekitar 1 – 2% disebabkan oleh kelainan hormonal atau pemakaian
obat tertentu misalnya pil KB (Elsanti, 2009 : 114 ).

C. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori
Sistolik Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120  Hg atau lebih
(Hipertensi maligna)

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh


kedalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi
berlanjut menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70
tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan
darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur
dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %.

D. Etiologi
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana
terjadi kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat
pada kerusakan organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi
organ target pada hipertensi emergensi ini adalah sistem saraf yang dapat
mengakibatkan hipertensi ensefalopati, infark serebral, perdarahan subarakhnoid,
perdarahan intrakranial; sistem kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark
miokard, disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta; dan sistem
organ lainnya seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsia, dan anemia
hemolitik mikroangiopatik.

E. Faktor Resiko Krisis Hipertensi


a. Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak  teratur minum obat.
b. Kehamilan
c. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
d. Pengguna NAPZA
e. Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala,
penyakit vaskular/ kolagen)

F. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang
terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan
diseksi aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan
kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan
ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah
umumnya.
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.

G. Patofisiologi
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun
sekunder, dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan
tekanan diastolik meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih
dari 6 jam. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar
luas, serta hiperplasi intima arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan
patologis jelas terjadi terutama pada retina, otak dan ginjal. Pada retina akan
timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem papil. Gejala retinopati dapat
mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan merupakan gejala paling
terpercaya dari hipertensi maligna.
Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan
ataupun penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah
sekitar 60-160 mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah
sehingga tidak mampu lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi
udem otak. Tekanan diastolik yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya
pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak yang
irreversible.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan
menyebabkan kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan
pada hipertensi kronis hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme
adaptasi. Penderita feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi
pengeluaran norefinefrin yang menetap atau berkala.

H. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan
tekanan darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan
klinis penderita. Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan
memerlukan pemantauan yang ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk
menghindari keadaan yang merugikan atau munculnya masalah baru.
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat
bekerja cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan
darah dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang
tidak tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak
terburu-buru. Penurunan  tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan
iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1
menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam.
Medikasi yang diberikan sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN
INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah Nitroprusid IV dengan
dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat diberikan sambil
merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan
meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug,
Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.
Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi yaitu:
Obat Hipertensi Oral

Efek / Lama
Obat Dosis Perhatian khusus
Kerja
Captopril 12,5 - 25 mg PO; 15-30 min/6-8 jam Hipotensi, gagal ginjal,
ulangi per 30 min ;              SL 10-20 stenosis arteri renalis
; SL, 25 mg min/2-6 jam
Clonidine PO 75 - 150 ug, 30-60 min/8-16 Hipotensi, mengantuk,
ulangi per jam jam mulut kering
Propanolol 10 - 40 mg PO; 15-30 min/3-6 jam Bronkokonstriksi, blok
ulangi setiap 30 jantung, hipotensi
min ortostatik
Nifedipine 5 - 10  mg PO; 5 -15 min/4-6 jam Takikardi, hipotensi,
ulangi setiap 15 gangguan koroner
menit
SL, Sublingual. PO, Peroral
Sedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk
pemakaian parenteral.
Obat hipertensi parenteral
Efek /
Obat Dosis Perhatian khusus
Lama Kerja
Sodium 0,25-10 mg / kg / langsung/2-3 Mual, muntah, penggunaan
nitroprusside menit sebagai menit jangka panjang dapat
infus IV setelah infus menyebabkan keracunan
tiosianat,
methemoglobinemia,
asidosis, keracunan sianida.
Selang infus lapis perak
Nitrogliserin 500-100 mg 2-5 min /5- Sakit kepala, takikardia,
sebagai infus IV 10 min muntah, ,
methemoglobinemia;
membutuhkan sistem
pengiriman khusus karena
obat mengikat pipa PVC
Nicardipine 5-15 mg / jam 1-5 min/15- Takikardi, mual, muntah,
sebagai infus IV 30 min sakit kepala, peningkatan
tekanan intrakranial;
hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 amp 30-60 min/ Ensepalopati dengan
per 250 cc 24 jam gangguan koroner
Glukosa 5%
mikrodrip
5-15 ug/kg/menit 1-5 min/ 15- Takikardi, mual, muntah,
Diltiazem sebagi infus IV 30 min sakit kepala, peningkatan
tekanan intrakranial;
hipotensi

I. Pemeriksaan Penunjang
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan

J. Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit
jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit
ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya
komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua
sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak
terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab
kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai
stroke dan gagal ginjal.
Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang
mungkin terjadi akibat hipertensi. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan
dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa
perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung
merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan
koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh
pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain
yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak
sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai
komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi
maligna. Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak
hanya tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan
organ target serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes
melitus. (Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih
dari 50 tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu
dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali (Anggraini,
Waren, et. al, 2009).

K. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Prosentase pria : wanita  1 : 1, pada pria dan wanita terjadihipertensi
esensial biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada individu
pada akhir 30-an dan awal 50-an dan secara bertahap akan “menetap”.
b. Keluhan utama: Mengeluh sakit kepala, pusing, lemas dan juga
kelelahan.
c. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas / istirahat
Gejala :
 Kelemahan
 Letih
 Napas pendek
 Gaya hidup monoton
Tanda :
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan irama jantung
 Takipnea
2) Sirkulasi
Gejala:
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /
katup, penyakit serebrovaskuler.
Tanda :
 Kenaikan TD
 Nadi : denyutan jelas
 Frekuensi / irama : takikardia, disritmia
 Bunyi jantung : murmur.
 Distensi vena jugularis.
 Ekstermitas
 Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi perifer),
pengisian kapiler mungkin lambat.
3) Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan).
Tanda :

 Letupan suasana hati


 Gelisah
 Penyempitan kontinue perhatian
 Tangisan yang meledak
 otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
 Peningkatan pola bicara
4) Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi,
obstruksi, riwayat penyakit ginjal).
5) Makanan / Cairan
Gejala :
 Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol.
 Mual, Muntah.
 Riwayat penggunaan diuretic
Tanda :
 BB normal atau obesitas
 Edema
 Kongesti vena
 Peningkatan JVP
 Glikosuria
6) Neurosensori
Gejala :
 Keluhan pusing / pening, sakit kepala
 Episode kebas
 Kelemahan pada satu sisi tubuh
 Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
 Episode epistaksis
Tanda :
 Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir
atau memori ( ingatan )
 Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
 Perubahan retinal optik
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
 Nyeri hilang timbul pada tungkai
 Sakit kepala oksipital berat
 Nyeri abdomen
8) Pernapasan
Gejala :
 Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
 Takipnea
 Ortopnea
 Dispnea nocturnal proksimal
 Batuk dengan atau tanpa sputum
 Riwayat merokok
Tanda :
 Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
 Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
 Sianosis
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curahjantung berhubungan dengan Kurangnya  kemampuan
merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan kurangnya  kemampuan
merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya mengenal
masalah kesehatan.

3. Perencanaan dan Implementasi


a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
Kurangnya  kemampuan merawat anggota keluarga yang
sakit hipertensi.
Tujuan umum: setelah 3 kali kunjungan rumah, klien tidak
mengalami penurunan curah jantung.
Tujuan khusus : Setelah 1x45 menit kunjungan rumah, keluarga
mampu mengenal masalah hipertensi, keluarga mampu memanage
tekanan darah kembali normal. Dengan cara:
a. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
b. Mampu mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah
dengan cara mengkonsumsi obat.
c. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD.
d. Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima

Intervensi
a) Diskusikan bersama keluarga pengertian hipertensi dengan
menggunakan lembar balik
b)  Tanyakan kembali pada keluarga.tentang pengertian
hipertensi
c) Beri pujian atas usaha yang dilakukan keluarga
d) Menyebutkan penyebab hipertensi
Intervensi
a) Diskusikan bersama keluarga tentang penyebab hipertensi
dengan menggunakan lembar balik
b) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali penyebab
hipertensi
c) Beri reinforcement positif atas usaha yang dilakukan
keluarga
d) Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
Intervensi
a) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda hipertensi
b) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tanda-
tanda hipertensi
c) Beri reinforcement positif atas usaha yang dilakukan
keluarga
b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan
kurangnya  kemampuan merawat anggota keluarga yang
sakit hipertensi.
Tujuan umum : setelah 3 kali kunjungan rumah, klien mengatakan
nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang.
Tujuan khusus : Setelah 1x45 menit kunjungan rumah, keluarga
mampu mengenal masalah hipertensi, keluarga mampu
mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang
menderita hipertensi dengan cara:
a. Menyebutkan akibat lanjut tidak diobatinya hipertensi
Intervensi
a) Jelaskan pada keluarga akibat lanjut apabila hipertensi tidak
diobati dangan menggunakan lembar baik
b) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali akibat lanjut
dari hipertensi yang tidak diobati
c) Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
d) Memutuskan untuk merawat anggota keluaga yang sakit.
Intervensi
a) Motivasi keluarga untuk mengatasi masalah yang dihadapi
b) Beri reinforcement positif atas keputusan keluarga untuk
merawat anggota kelurga yang mengalami hipertensi.
c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
mengenal masalah kesehatan.
Tujuan Umum : Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, keluarga
mampu memelihara/ memodifikasai lingkungan rumah yang sehat:
a. Cara memelihara/ memodifikasi lingkungan yang sehat
Intervensi:
a) Menjelaskan lingkungan yang dapat mencegah hipertensi
b) Memotivasi keluarga untuk mengulangi penjelasan yang
diberikan
c) Beri reinforcement positif atas upaya yang dilakukan keluarga.
Tujuan Khusus :Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, keluarga
mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan cara:
a. Menyebutkan kembali manfaat kunjungan ke fasilitas
kesehatan

Intervensi
a) Menginformasikan mengenai pengobatan dan pendidikan
kesehatan yang dapat diperoleh keluarga di pelayanan
kesehatan
b) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali hasil diskusi
c) Beri reinforcement positif atas hasil yang dicapai keluarga
d) Memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam merawat pasien
hipertensi
Intervensi:
a) Tanyakan perasaan keluarga setelah mengunjungi fasilitas
kesehatan
b) Berikan reiforcement positif atas tindakan tepat yang
dilakukan oleh keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1023/MENKES/SK/XI/2010. Pedoman pengendalian penyakit hipertensi. Jakarta :
Depkes RI.

Geiger, M. & Wilson, B.D.J (2011). Respiratory nursing (a core curriculum). New
York: Springer Publishing Company.

John, Esther c & Elliott Daly D. (2011). Patofisiologi (aplikasi pada praktek
keperawatan). Jakarta: ECG.

Mangunegoro, H. dkk. (2014). hipertensi pedoman diagnosis & penatalaksanaan di


Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Williams, Lippincott & Wilkins. (2011). Kapita selekta penyakit dengan implikasi
keperawatan edisi 2. Jakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK
EFEKTIF DI RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
WENING WARDOYO UNGARAN

Disusun Oleh :

Pradipta Ramadhan

(1607037)

PRODI STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG

TAHUN AJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai