Anda di halaman 1dari 14

REKAYASA IDE

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

Dosen Pengampu : Drs. Anam Ibrahim, M.Pd.

OLEH :

NAMA : MILLENIA NAINGGOLAN

NIM : 4183530008

KELAS : MATEMATIKA NONDIK A 2018

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur di panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena segala kasih
dan karunia-Nya yang telah mengizinkan penulis dalam menyelesaikan pekerjaan untuk
membuat Rekayasa Ide ini dalam hal untuk memenuhi tugas.

Penulis berharap semoga Rekayasas Ide ini dapat membantu menambah


pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca.

Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Rekayasa Ide
ini. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik penyajiannya. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
tulisan.

Medan, November 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................4
B. Tujuan.............................................................................................4
C. Manfaat...........................................................................................4

BAB II KERANGKA UMUM.........................................................................5

A. Landasan Teoritis............................................................................5

BAB III METODE PELAKSANAAN.............................................................12

BABIV PENUTUP...........................................................................................14

A. Kesimpulan.....................................................................................14
B. Saran...............................................................................................14

Daftar Pustaka

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan sosial budaya adalah hubungan timbal balik atau interaksi antara
masyarakat dengan lingkungan. Manusia yang dalam hal ini adalah terdiri dari orang-
orang secara individual maupun kelompok dan terbentuk menjadi sebuah masyarakat
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan lingkungan sekitar. Keduanya saling
mempengaruhi. Pengaruh alam terhadap manusia lebih bersifat pasif, sedangkan
pengaruh manusia terhadap alam lebih bersifat aktif. Karena, manusia mempunyai
kemampuan untuk mengeksploitasi alam sehingga mampu mengubah alam sesuai
dengan apa yang dikehendakinya. Semakin tinggi kebudayaan manusia, maka akan
semakin beranekaragam kebutuhan hidupnya. Hal tersebut juga akan berpengaruh
terhadap perhatian manusia terhadap lingkungan alam. Meskipun, alam tidak
memiliki keinginan dan kemampuan aktifuntuk melakukan eksploitasi, namun secara
tidak langsung akan terasa pengaruhnya bagi lingkungan dan kehidupan
manusia. Lingkungan sosial budaya terdiri dari pola interaksi antara
budaya, teknologi dan organisasi sosial, termasuk di dalamnya jumlah penduduk dan
perilakunya yang terdapat dalam lingkungansosial tertentu.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas
rekayasa ide dan untuk memberikan ide ataupun inspirasi terkait dengan
permasalahan budaya yang ada di indonesia.

1.3 Manfaat

Manfaat makalah ini yaitu untuk memberikan ide kepada pembaca terkait
dengan permasalahan budaya yang terjadi di lingkunagan masyarakat.

4
BAB II KERANGKA UMUM

2.1 Landasan Teoritis

Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan mengalami perkembangan


(dinamis) seiring perkembangan manusia itu sendiri, oleh karenanya tidak ada
kebudayaan yang bersifat statis. Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami
perubahan-perubahan. Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju
ke arah kemajuan, namun dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial yang
terjadi dalam masyarakat turut mempengaruhi kehidupan masyarakat. Perubahan itu
dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, tingkah laku termasuk pada hidupnya. Di
dalam masyarakat akan terlihat dengan jelas masyarakat yang mendapat pengaruh
perubahan sosial budaya dan masyarakat yang tidak mendapat pengaruh. Perubahan-
perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial norma-norma sosial, pola-pola
perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,
kekuasaan dan wewenang interaksi sosial. Seperti, contoh sederhana yang dapat kita lihat
secara langsung akibat dari perubahan tekhnologi. Sekarang ini sudah jarang sekali kita
temukan orang berinteraksi dalam jarak jauh menggunakan via surat, akan tetapi, saat ini
yang kita temui adalah semua masyarakat sudah membudaya menggunakan telepon
seluler (HP) untuk menjalin komunikasi. Semua kalangan mulai dari yang anak kecil
samapai kakek-nenek menggunakan gadget, akibatnya banyak juga bermunculan dampak
negative penyalahgunaan gadget.
Berbagai masalah sosial sesungguhnya telah terwujud jika masyarakat yang
bersangkutan berada dalam suatu proses perubahan sosial dan kebudayaan yang cepat,
yang khususnya adalah disebabkan oleh perubahan tekhnologi. Suatu hal dikatakan
sebagai masalah sosial, biasanya dirasakan oleh masyarakat-masyarakat yang sedang
berkembang atau masyarakat-masyarakat yang sudah maju atau kompleks.

1. Jenis Lingkungan Sosial di indonesia


Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap
pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun

5
lingkungan sosio psikologis, yang termasuk di dalamnya adalah proses belajar. Seperti
yang dijelaskan di awal bahwa lingkungan sosial budaya adalah hubungan timbal balik
atau suatu interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan lingkungannya, di mana
keduanya adalah saling memberikan pengaruh untuk satu sama lain.
Dalam hal ini lingkungan sosial dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Lingkungan Sosial Primer
Lingkungan sosial primer adalah lingkungan di mana kumpulan-kumpulan
masyarakat yang ada di dalam lingkungan tersebut memiliki hubungan yang
erat dan saling mengenal baik. Contohnya, masyarakat-masyarakat di pedesaan atau di
daerah pinggir perkotaan kebanyakanadalah termasuk dari lingkungan sosial primer.
Karena, di tempat tinggal mereka sifat kebersamaan, gotong royong, kekeluargaan,
menjaga silaturahmi masih sangat kental di dalamnya.
2. Lingkungan Sosial Sekunder
Lingkungan sosial sekunder adalah kebalikan dari lingkungan sosial primer,
lingkungan sosial sekunder adalah lingkugan sosial di mana masyarakat yang ada di
dalamnya cenderung individualis, cuek, bersikap acuh tak acuh kepada sesamanya.
Contohnya, masyarakat di komplek-komplek perkotaan, mereka cenderung tidak
mengenal satu sama lainnya di lingkungan tempat tinggal mereka, tidak peduli akan
sesamanya. Nilai-nilai sosial dalam lingkungan sosial sekunder sangat sedikit sekali yang
mengamalkan.

3. Pola Perubahan Sosial Budaya


Lingkungan sosial budaya terdiri dari pola interaksi antara budaya, teknologi
dan organisasi sosial, termasuk di dalamnya jumlah penduduk dan perilakunya yang
terdapat dalam lingkungan spasial tertentu.
Ada beberapa pola-pola perubahan sosial budaya, di antaranya yaitu:
1. Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul di mana suatu kelompok
manusia dengan kebudayaan tertentu yang mereka miliki dihadapkan dengan unsur-unsur
dari suatu kebudayaan asing. Sehingga kebudayaan asing itu lambat laun akan
diterima atau diresap dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan asli dari kelompok itu sendiri.

6
2. Asimilasi
Asimilasi adalah pencampuran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya
ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaancampuran. Biasanya golongan
yang ikut dalam suatu proses asimilasi adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa
golongan minoritas. Dalam hal ini golongan minoritas lah yang kebanyakan melakukan
atau mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan dan menyesuaikannya dengan
kebudayaan golongan mayoritas secara sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan
kebudayaannya, dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas.
3. Difusi
Difusi adalah suatu proses penyebaran unsur-unsur budaya dari suatu kelompok
ke kelompok lainnya. Difusi berlangsung baik di dalam masyarakat maupun antar
masyarakat. Difusi terjadi manakala beberapa masyarakat saling berhubungan.
Masyarakat juga dapat mengelakkan diri dari difusi dengan cara mengeluarkan larangan
dilakukannya kontak dengan masyarakat lain. difusi disebut sebagai penyebaran unsure-
unsur budaya dimana penyebaran unsur-unsur kebudayaan biasanya dibawa oleh
sekelompok manusia dari suatu kebudayaan yang melakukan migrasi ke suatu tempat.
Bentuk Penyebaran kebudayaan itu dapat terjadi dengan berbagai cara:
a. Adanya individu-individu tertentu yang membawa unsur-unsur kebudayaannya ke
tempat yang jauh. Misalnya para pelaut dan musafir. Mereka pergi hingga jauh ke
suatu tempat dan mereka membawa kemudian menyebarkan budaya-budaya mereka.
b. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang dilakukan oleh individu-idividu dalam
suatu kelompok dengan adanya pertemuan antara individu-individu kelompok yang
lain. Di sinilah terjadi proses difusi budaya di mana mereka saling mempelajari dan
saling memahami antara budaya mereka masing-masing.
4. Evolusi
Evolusi merupakan perubahan yang dialami suatu masyarakat yang biasanya
berkembang dari tingkat sederhana ke tingkat yang lebih kompleks. Dimana perubahan
ini terjadi dalam waktu yang lama dan melalui beberapa tahapan-tahapan.
Sehingga ketika dalam proses perkembangannya unsur-unsur kebudayaan suatu
masyarakat itu juga ikut mengalami perubahan yang mana disesuaikan dengan
perkembangan yang ada. Evolusi yang umum biasanya menunjukkan pada kemajuan
umum dari masyarakat manusia ke dalam bentuk-bentuk yang lebih tinggi, bangkit dari
kelemahan dan melampaui bentuk-bentuk yang lebih terbelakang.

7
4. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Lingkungan Sosial Budaya
Banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, baik
yang menguntungkan atau positif maupun yang tidak menguntungkan atau
negatif. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lingkungan sosial
budaya, yaitu:
1. Faktor Geografis
Temperatur yang terlalu tinggi, adanya badai atau gempa bumi, memberi
pengaruh pada manusia. Sedikit banyaknya sumber-sumber kekayaan alam akan sangat
menentukan jenis kehidupan yang dialami. Meskipun perubahan besar dalam segi
lingkungan fisik jarang terjadi, namun bila perubahan seperti itu benar-benar terjadi,
maka pengaruhnya sangatlah besar. Misalnya, bencana lumpur Lapindo yang terjadi di
Sidoarjo dahulu Sidoarjo merupakan daerah yang sangat tentram dengan banyak industry
dan pemukiman yang damai di sana. Namun, setelah terjadi bencana lumpur Lapindo saat
ini berubah menjadi lahan tandus penuh lumpur, dan tidak berpenghuni karena semua
masyarakat yang awalnya tinggal dan bekerja di sana sekarang telah menyebar mencari
tempat lain sehingga mempengaruhi perubahan sosial budaya.
2. Faktor Teknologi
Penggunaan alat-alat transportasi dan komunikasi yang canggih banyak memberi
kemudahan bagi masyarakat untuk berkomunikasi dan menerima informasi baru dari luar
dalam waktu yang relatif singkat sehingga dapat berdampak positif maupun negatif.
3. Faktor Ideologi
Ideologi dasar yang terdiri dari keyakinan dan nilai-nilai yang bersifat kompleks
dapat dijadikan alat untuk memelihara, tetapi ia akan membantu mempercepat timbulnya
perubahan jika keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai tersebut tidak lagi dapat memenuhi
tuntutan kebutuhan masyarakat.
4. Faktor Kepemimpinan
Perubahan-perubahan sosial seringkali dipelopori oleh pemimpin yang
kharismatik karena mereka mampu menarik pengikut-pengikut dalam jumlah besar yang
akan bergabung dengan mereka dalam gerakan sosial.
Contoh: Martin Luther King, Gandhi dan Soekarno-Hatta, gerakan yang dipimpin oleh
ketiga orang tersebut berhasil karena pengikut mereka menaruh kepercayaan penuh.

8
5. Faktor Penduduk
Perubahan penduduk itu sendiri merupakan suatu perubahan sosial. Di samping
itu, perubahan penduduk juga merupakan faktor penyebab timbulnya perubahan sosial
dan budaya. Peningkatan dan penurunan jumlah penduduk secara radikal dapat menjadi
penyebab terjadinya perubahan sosial. Pertambahan penduduk berdampak pada
pengangguran, kemiskinan, kriminalitas dan sebagainya. Pengurangan jumlah penduduk
secara drastis misalnya karena bencana alam dapat mengakibatkan perubahan penduduk
di bidang organisasi sosial, seperti dibentuknya relawan-relawan kesetiakawanan sosial.

5. Faktor Pendorong Perubahan Lingkungan Sosial Budaya


Terdapat beberapa faktor yang menjadi pendorong untuk melakukan suatu
perubahan lingkungan sosial budaya, yaitu:
1. Kontak dengan Budaya Lain
Kontak merupakan proses penyampaian informasi tentang ide, keyakinan,
dan hasil-hasil budaya. Adanya kontak dengan budaya lain menjadikan satu
kebudayaan bertemu dan saling bertukar informasi. Misalnya kontak dagang
antara pedagang nusantara dengan pedagang India, Arab, dan Barat. Kebudayaan
mereka saling mempengaruhi yang akhirnya membawa perubahan sosial budaya.
Oleh karena itu, seringnya melakukan kontak dengan budaya lain akan
mempercepat laju perubahan sosial budaya.
2. Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Tidak adanya apresiasi terhadap karya orang lain menjadikan seseorang
enggan untuk berkarya. Namun, akan berbeda jika setiap orang menghargai hasil
karya orang lain. Setiap orang akan berlomba-lomba menciptakan suatu karya
yang bermanfaat bagi masyarakat. Karya-karya inilah yang mendorong
munculnya perubahan sosial budaya. Penemuan pesawat terbang mengilhami
Prof. Dr. Ing.B.J. Habibie untuk mendirikan pabrik pesawat di Bandung.
3. Sistem Pendidikan yang Maju
Pendidikan mengajarkan seseorang untuk berpikir ilmiah dan objektif.
Dengan kemampuan tersebut, seseorang dapat menilai bentuk kebudayaan yang
sesuai dengan kebutuhan serta kebudayaan yang tidak sesuai dengan

9
perkembangan zaman. Berbekal pengetahuan itu seseorang melakukan perubahan
pada kebudayaan jika dirasa perlu. Oleh karena itu, sistem pendidikan tinggi
mampu mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
4. Keinginan untuk Maju
Tidak ada seorang pun yang puas dengan keadaan sekarang. Mereka
umumnya menginginkan sesuatu yang lebih baik dari keadaan saat ini. Oleh
karena itu, orang akan melakukan berbagai upaya guna melakukan perubahan
hidup yang tentunya ke arah kemajuan. Misalnya seorang pelajar mengikuti
kursus komputer untuk menambah pengetahuan dan keterampilan komputer.
5. Toleransi terhadap Perubahan
Sikap toleransi dibutuhkan untuk mempercepat laju perubahan sosial
budaya dalam masyarakat. Adanya sikap toleransi menjadikan masyarakat lebih
mudah menerima halhal baru. Masyarakat akan menerima hal-hal baru yang
dirasa membawa kebaikan.
6. Penduduk yang Heterogen
Masyarakat yang heterogen memudahkan terjadinya perubahan sosial
budaya. Hal ini dapat dilihat pada masyarakat Indonesia. Penduduk Indonesia
terdiri atas bermacam-macam suku, ras, dan ideologi. Perbedaan-perbedaan yang
ada tidak selamanya membawa keuntungan bagi Indonesia. Perbedaan tersebut
dapat menimbulkan konflik jika tidak disertai dengan rasa toleransi yang tinggi.
Konflik-konflik inilah yang mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
7. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang Kehidupan Tertentu
Setiap orang tidak akan pernah puas dengan keadaannya saat ini. Berbagai
cara dan upaya mereka lakukan untuk mengubah taraf hidup. Rasa tidak puas
terhadap keadaan mendorongnya melakukan berbagai perubahan. Hal ini pun
terjadi pada masyarakat Indonesia ketika reformasi digulirkan. Rasa tidak puas
terhadap pemerintahan saat itu mendorong masyarakat menuntut perubahan secara
total.
8. Sistem Pelapisan Terbuka
Sistem pelapisan terbuka memungkinkan terjadinya gerak sosial vertikal
yang lebih tinggi. Sistem ini memberi kesempatan kepada seseorang untuk maju.

10
Kesempatan untuk menaiki strata yang lebih tinggi mendorong seseorang
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
9. Orientasi ke Masa Depan (Visioner)
Pandangan yang visioner mendorong seseorang melakukan beragam
perubahan. Bagi mereka masa lalu adalah sesuatu yang patut untuk dikenang,
bukan sebagai pedoman hidup. Masa depan harus lebih baik dari masa sekarang.
Visi inilah yang mendorong seseorang melakukan perubahan.
10. Sikap Mudah Menerima Hal-Hal Baru
Suatu perubahan akan berdampak besar jika setiap orang menerima
perubahan tersebut. Keadaan ini menjadi berbeda jika tidak ada seorang pun yang
menanggapi perubahan tersebut. Perubahan akan berlalu begitu saja tanpa ada
masyarakat yang mengikutinya. Oleh karena itu, sikap mudah menerima hal-hal
baru mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di masyarakat.

11
BAB III METODE PELAKSANAAN

Di era globalisasi seperti sekarang ini, sudut-sudut dunia seakan-akan sangat


dekat di kehidupan kita sehari-hari. Informasi dari sudut dunia manapun sangat mudah
untuk kita ketahui. Akibatnya tanpa disadari difusi atau persebaran ide-ide, baik berupa
sistem sosial ataupun budaya dari luar masuk ataupun masyarakat luar menyebar dan
mungkin ikut terinternalisasi dalam kehidupan suatu masyarakat regional tertentu, seperti
masyarakat suatu negara. Persebaran ide-ide tersebut, makin intens karena didukung oleh
kemajuan teknologi informasi dan para penyedia informasi yang berlomba-lomba
menginovasi diri sebagai penyedia jasa pemberi informasi. Pengaruh yang kompleks
tersebut, sudah pasti mempengaruhi kehidupan masyarakat / bangsa suatu negara, tak
terkecuali masyarakat dan bangsa Indonesia.

 Pilar-pilar (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika) bangsa
menjadi fungsi kebudayaan yang mengikat kebangsaan secara keseluruhan.
Runtuhnya pilar-pilar disebabkan penetrasi budaya terutama arus globalisasi yang
begitu hebat dan lebih pragmatis sehingga bisa menimbulkan konflik. Sebenarnya
pemecahan masalah tersebut tidak hanya berkenaan dengan mempatenkan budaya
Indonesia, tetapi haruslah kita cari bagaimana sistem sosial budaya tersebut
mampu atau dapat menjadi sesuatu yang sakral sehingga sebagaimana yang
dikatakan oleh Emile Durkheim sistem sosial budaya tersebut mampu
menimbulkan solidaritas, integrasi dan rasa memiliki terhadap sistem sosial
budaya tersebut sehingga dirasakan adanya rasa ketergantungan dan rasa memiliki
anggota-anggota dari masyarakat terhadap ke sakralkan tersebut. Ini bergayut
pada keharusan kita melaukukan “ritual” dari sistem sosial budaya tersebut
sebagai suatu yang sakral, menciptakan ketergantungan dan solidaritas sosial.
Sebenarnya teori tersebut merupakan teori dari Emile Durkheim mengenai
keberlanjutan suatu agama. Saya sangat terinspirasi dengan pembelajaran
sosiologi agama, termasuk teori-teori parasosiolog dalam sosiologi agama. Sistem
sosial budaya itu dapat diibaratkan suatu agama, jika tidak dilakukan dapat
menimbulkan rasa bersalah bagi pemeluknya dan mempengaruhi si pemeluk

12
dalam dinamika sosial kemasyarakatan. Kesakralan dan ritual tersebut baru berarti
apabila diakui oleh anggota masyarakat lain, begitu pula sistem sosial budaya
Indonesia.
 Perlu juga kita sadari dan lakukan, bahwa dalam pelestarian sistem sosial budaya
Indonesia itu perlulah dilakukan proses “pilih-pilih-buang”. Dalam artian
membuang atau menghapuskan nilai atau norma dalam sistem sosial budaya
Indonesia yang menghambat pembangunan, pemberdayaan dan mempengaruhi
keterbelakangan mentalitas bangsa dan negara Indonesia, sebagaimana yang
dilakukan secara berani oleh Bangsa Jepang demi kemajuan bangsa dan
negaranya. Ini dapat memperkokoh dan memperkuat keyakinan kebangsaan dan
bernegara karena secara nyata inilah yang disebut sebagai kesadaran sosial dalam
upaya mengukuhkan dan memperkuat eksistensi masyarakat Indonesia.
 Selain itu, terus menerus untuk melaksanakan tradisi yang mendukung kemajuan
bangsa seperti hidup sederhana, hemat, gotong-royong dan tolong menolong
dalam kebenaran. Kita tidak memiliki strategi kebudayaan sehingga permasalahan
pokok pun mudah saja mengobati. Ke depannya harus ada strategi kebudayaan.
Kita belum mempunyai kebudayaan komprehensif yang mengakibatkan nilai-nilai
luhur tidak ada. Maka sangat penting dan sungguh merupakan hal yag urgen
(mendesak) untuk menerapkan strategi efektif internalisasi budaya dalam
kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
 Dan akhirnya sikap dan perilaku optimis dan optimisme untuk menjadi lebih baik
untuk bangsa dan negara Indonesia dapat menjadi pemacu individu dan kelompok
dari keberagaman bangsa Indonesia untuk mewujudkan Bangsa dan Negara
Indonesia yang maju, adli dan beradap di hadapan dunia dan terutama di hadapan
Tuhan Yang Maha Esa.
 Masyarakat umum dan masyarakat Indonesia pada khususnya, hendaknya
menyikapi perubahan apapun yang terjadi secara selektif.
 Masyarakat Indonesia harus mampu mempertimbangkan kekurangan dan
kelebihan setiap perubahan sosial dan budaya. Perubahan tersebut harus
diantisipasi dengan perilaku-perilaku yang positif. Jangan sampai pada saat terjadi
perubahan sosial dan budaya, masyarakat Indonesia belum punya pegangan nilai
dan norma yang kokoh, sehingga terjadi keadaan anomie.
 Selain itu, masyarakat Indonesia hendaknya jangan terlalu bersikap apriori
terhadap perubahan sosial dan budaya, hingga tidak ingin menerima perubahan

13
sama sekali. Sikap apriori ini menyebabkan ketertinggalan kebudayaan. Kita
sadari bahwa perubahan sosial dan budaya akan terjadi dalam masyarakat selama
masyarakat itu masih ada.
Sikap terbaik kita adalah harus selektif dalam menerima perubahan, kita harus
mampu memilih yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada dalam
kehidupan masyarakat.BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Lingkungan sosial budaya adalah hubungan timbal balik atau interaksi antara
masyarakat dengan lingkungan. Manusia yang dalam hal ini adalah terdiri dari orang-
orang secara individual maupun kelompok dan terbentuk menjadi sebuah masyarakat
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan lingkungan sekitar. Keduanya saling
mempengaruhi. Pengaruh alam terhadap manusia lebih bersifat pasif, sedangkan
pengaruh manusia terhadap alam lebih bersifat aktif. Karena, manusia mempunyai
kemampuan untuk mengeksploitasi alam sehingga mampu mengubah alam sesuai
dengan apa yang dikehendakinya.
4.2 Saran
Untuk menjaga permasalahan budaya di Indonesia, sebaiknya metode ini dapat
diterapkan sehingga mengurangi permasalahan budaya yang terjadi. Disamping itu
juga dengan menggunakan metode ini akan menngkatkan rasa kekeluargaan dan
nasionalisme masyarakat.
4.3 Referensi

Sumber Online

http://pustaka-makalah.blogspot.com/2011/03/permasalahan-budaya-di-
indonesia.html

https://www.whiteboardjournal.com/ideas/human-interest/problematika-
kebudayaan-di-indonesia-dan-cara-memperkuatnya-bersama-hilmar-farid/

14

Anda mungkin juga menyukai