Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS CLINICAL EXPOSURE II

ANGINA PEKTORIS STABIL

Disusun Oleh:
Angeline Tancherla
01071170034

Dokter Pembimbing:
dr. Grace Megasonia

PUSKESMAS TELUK NAGA


NOVEMBER 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

0
TANGERANG
DAFTAR ISI

BAB I Case Illustration / Laporan Kasus 2


1.1 Patient Demographic Information / Identitas Pasien 2
1.2 Data Gathering / Anamnesis 2
1.2.1 Keluhan Utama 2
1.2.2 Keluhan Tambahan 2
1.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang 2
1.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu 2
1.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga 3
1.2.6 Riwayat Sosial 3
1.2.7 Pemeriksaan Fisik 3
1.2.8 Resume 4
1.2.9 Diagnosis 4
1.2.10 Diagnosis Banding 4

BAB II Disease Review 5


2.1 Definisi 5
2.2 Manifestasi Klinis 5
2.3 Klasifikasi 5
2.4 Etiologi 6
2.5 Patofisiologi 7
2.6 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang 8
2.7 Penatalaksanaan 9
2.8 Tabel Perbandingan Diagnosis 11

BAB III Case Reasoning 16


3.1 Analisis dan Pengkajian 16
3.2 Saran Pemeriksaan Penunjang 17
3.3 Perawatan 17

Daftar Pustaka 18

1
BAB I
LAPORAN KASUS / CASE ILLUSTRATION

1.1 Identitas Pasien / Patient Demographic Information


Nama : Bapak H
TTL : 14 September 1953
Usia : 65 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Alamat : Kampung Melayu
Nomor MR : xxx41

1.2 Data Gathering / Anamnesis


Wawancara medis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Selasa, tanggal 16
Oktober 2018 pukul 08:30 WIB di Puskesmas Teluk Naga.

1.2.1 Keluhan Utama


Keluhan utama dari pasien adalah nyeri pada bagian dada seperti terasa ditekan,
setelah beraktivitas berat, sejak 2 hari yang lalu.

1.2.2 Keluhan Tambahan


Keluhan tambahan dari pasien adalah mual dan pusing selama terjadi nyeri dada.

1.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan nyeri pada bagian dada seperti terasa ditekan dan
ditimpa benda berat. Rasa nyeri tersebut muncul setelah pasien senam pagi dan juga setelah
berjalan jarak jauh, sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dada baru pertama kali dirasakan oleh
pasien. Nyeri tersebut menjalar ke lengan kiri dan leher bagian kiri. Keluhan tambahan
pasien adalah mual dan pusing pada saat nyeri berlangsung. Namun nyeri tersebut hilang
setelah istirahat selama 10 menit. Tingkat dan durasi nyeri tidak meningkat selama dua hari
ini. Pasien telah mengalami nyeri dada sebanyak dua kali (satu kali dalam 1 hari).

1.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu

2
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang serupa. Pasien juga menyangkal
mempunyai riwayat penyakit jantung, kolesterol, darah tinggi, maupun diabetes.
1.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Anggota
keluarga pasien juga tidak memiliki riwayat penyakit jantung, kolesterol, darah tinggi,
maupun diabetes.

1.2.6 Riwayat Sosial


Pasien sudah pensiun dan lebih banyak menghabiskan waktu sehari-hari di rumah
bersama istrinya. Status ekonomi keluarga pasien adalah menengah kebawah. Pasien
memiliki kebiasaan merokok, sekitar 5 batang per hari sejak usia muda. Pasien juga
memiliki kebiasaan meminum alkohol, sekitar 2 botol per hari sejak usia muda.

1.2.7 Pemeriksaan Fisik


1. Kesadaran dan Tanda Vital
 Keadaan umum : Tampak sakit ringan
 Tingkat kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 140/100 mmHg
 Nadi : 85 kali / menit
 Laju Nafas : 19 kali / menit
 Suhu tubuh : 36.7 ˚C
 Berat badan : 72 kg
 Tinggi Badan : 160 cm
 BMI : 72 / ( 1,6 x 1,6 ) = 28,1
(Pre-Obese menurut Asian criteria values)

2. Pemeriksaan Generalis
 Kepala
a) Mata :
- Konjungtiva tidak anemis
- Sklera tidak ikterik

b) Mulut :

3
- Tidak ada sianosis

 Toraks
- Inspeksi : Bentuk dada datar dan simetris, tidak ada lesi pada kulit
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Auskultasi : Suara jantung normal S1-S2, suara nafas vesikuler

 Abdomen
- Inspeksi : Tidak ada lesi pada kulit
- Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan pada seluruh regio
abdomen
- Auskultasi : Bising usus normal

1.2.8 Resume
Pasien atas nama Bapak H, berumur 65 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada
bagian dada. Nyeri tersebut terasa seperti ditimpa benda berat dan tertekan. Nyeri menjalar
ke lengan kiri dan leher bagian kiri. Nyeri tersebut muncul setelah pasien beraktivitas berat,
seperti senam pagi dan berjalan jauh. Keluhan tambahan pasien adalah merasa mual dan
pusing selama nyeri dada berlangsung. Nyeri tersebut hilang setelah pasien beristirahat
sekitar 10 menit. Pasien menyangkal rasa nyeri yang semakin berat. Durasi nyeri juga tidak
semakin meningkat. Selama dua hari, pasien sudah mengalami nyeri dada sebanyak dua
kali. Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang serupa. Pasien juga menyangkal
memiliki riwayat penyakit jantung, darah tinggi, kolesterol. Pada pemeriksaan fisik, tidak
ditemukan adanya kelainan pada bagian kepala, toraks, maupun abdomen.

1.2.9 Diagnosis
Angina pektoris stabil

1.2.10 Diagnosis Banding


Angina pektoris tidak stabil
Angina prinzmetal (varian)
NSTEMI
STEMI

4
BAB II
Disease Review / Landasan Teori

2.1 Definisi
Angina pektoris atau disebut juga angin duduk adalah keluhan nyeri dada akibat
penyakit jantung iskemik yang didefinisikan sebagai berkurangnya pasokan oksigen dan
menurunnya aliran darah ke dalam miokardium. Gangguan tersebut bisa karena suplai
oksigen yang berkurang akibat adanya aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner, atau
bisa juga karena kebutuhan oksigen yang meningkat. Sebagai manifestasi, keadaan tersebut
akan menyebabkan timbulnya angina pektoris yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi
infark miokard.1

2.2 Manifestasi Klinis


Iskemia otot jantung akan memberi nyeri dengan rasa tertekan pada dada, seperti
diperas, diikat, ditimpa benda berat (biasanya tidak menusuk), dan terasa panas di daerah
perikardium, sternal, atau substernum dada. Nyeri tersebut dapat menjalar ke leher, dagu,
bahu, dan punggung. Pasien biasanya memperlihatkan rasa sesak, tercekik, dengan kualitas
yang terus menerus, disertai dengan rasa lemah atau baal di lengan atas, pergelangan tangan,
dan tangan. Selama terjadi nyeri fisik, pasien mungkin akan merasa seperti akan meninggal.
Karakteristik utama nyeri tersebut akan berkurang apabila faktor presipitasinya dihilangkan.
Keluhan tambahan dapat berupa mual, muntah, fatik, diaphoresis, sesak nafas dan pingsan. 1,2

2.3 Klasifikasi
Angina pektoris dibagi menjadi 3 jenis yaitu angina pektoris klasik (stabil), angina
pektoris varian, dan angina pektoris tidak stabil. Angina pektoris stabil biasanya terjadi saat
pasien melakukan aktivitas fisik. Sedangkan angina pektoris varian biasanya terjadi pada saat
istirahat dan di pagi hari. Angina pektoris tidak stabil tidak dapat diprediksi waktu
kejadiannya, dapat terjadi saat istirahat dan bisa terjadi saat melakukan kegiatan fisik. 2.3

Berikut ini adalah gejala dan manifestasi klinis dari ketiga jenis angina.2,4
A. Angina Pektoris Stabil

5
1. Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan
kebutuhan oksigen miokard
2. Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas
3. Durasi nyeri 3 – 15 menit
4. Angina pektoris stabil biasanya disebabkan oleh penyempitan aterosklerotik tetap
(biasanya 75% atau lebih) pada satu atau lebih arteri koronaria
5. Angina tidak berubah dalam waktu 6 bulan

B. Angina Pektoris Tidak Stabil


1. Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina pektoris stabil
2. Biasanya disertai dengan keluhan sesak napas, mual, muntah, keringat dingin
3. Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil
4. Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tingkat aktifitas ringan
5. Biasanya sering ditemukan depresi segmen ST
6. Dapat dicetuskan oleh suatu keadaan ekstrinsik terhadap lapisan vaskular koroner
yang memperhebat iskemia miokardial, seperti ruptur plak aterosklerosis, spasmus,
trombus atau trombosit yang beragregasi, anemi, stres emosional atau hipoksemi
7. Pasien dapat dikatakan angina pektoris tidak stabil apabila :
a. Pasien dengan angina yang baru mulai (<2 bulan) yang hebat atau sering (≥3
episode tiap hari)
b. Pasien dengan angina dipercepat atau angina stabil kronis yang mengembangkan
angina secara nyata lebih sering, hebat, dan berkepanjangan

C. Angina Prinzmental (Angina Varian)


1. Nyeri dada timbul pada waktu istirahat atau membangunkan pasien tidur, dan
seringkali pada pagi hari
2. Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik
3. EKG menunjukkan elevasi segmen ST
4. Cenderung berkembang menjadi infark miokard akut

2.4 Etiologi

6
Etiologi dari penyakit gangguan sistem kardiovaskuler berhubungan dengan
gangguan sirkulasi koroner ataupun Angina Pektoris ini adalah :
1. Aterosklerosis, merupakan istilah umum untuk beberapa penyakit, dimana dinding
arteri menjadi lebih tebal dan kurang lentur dimana bahan lemak terkumpul dibawah
lapisan sebelah dalam dari dinding arteri.
2. Spasme arteri koroner
3. Anemia berat, Artritis dan Aorta Insufisiensi 3

2.5 Patofisiologi
Mekanisme timbulnya Angina Pektoris didasarkan pada ketidak-adekuatan suplai
oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan
lumen arteri koroner (aterosklerosis koroner). Aterosklerosis merupakan penyakit arteri
koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka
kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat,
maka arteri koroner akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot
jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat
aterosklerosis, dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan
akan oksigen, maka dapat terjadi kekurangan suplai darah ke otot jantung, yaitu iskemik
miokardium.4
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi NO yang sifatnya
protektif dan berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya
fungsi ini, maka akan terjadi kontraksi dari otot polos dan timbul spasmus koroner yang
memperberat penyempitan lumen. Hal tersebut akan mengakibatkan suplai oksigen ke
miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu
tampak, bila belum mencapai 75%. Bila penyempitan lebih dari 75% serta dipicu dengan
aktifitas berlebihan, maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium
menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini
menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium. Asam laktat dan pH yang
rendah akan merangsang saraf dan menyebabkan rasa nyeri. Apabila kebutuhan energi otot
jantung berkurang, maka suplai oksigen akan bisa memenuhi kebutuhan tersebut dan sel otot
kembali membentuk energi melalui proses fosforilasi oksidatif. Proses ini tidak menghasilkan
asam laktat. Dengan hilangnya asam laktat, maka nyeri akan mereda.4

7
2.6 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik untuk angina pektoris adalah4:
a. EKG
EKG (Elektrokardiogram) merekam adanya nyeri mungkin disebabkan iskemia
dengan menggambarkan tanda ST elevasi atau depresi. Rekaman EKG selama episode
nyeri memberi kesan adanya kekakuan arteri koroner, dan meluasnya otot jantung
menandakan terjadinya iskemia.

b. Stress Test / Tes toleransi olahraga (ETT)


Selama stress tes, pasien berlatih dengan treadmill atau sepeda stasioner sampai
mencapai 85% dari frekuensi jantung. Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi
apakah jantung memiliki suplai darah dan oksigen yang cukup pada saat terjadi stres
fisik, yang mungkin tidak muncul pada EKG saat istirahat. Pemeriksaan ini juga dapat
memberikan informasi penting apabila ada kelainan dari irama jantung dan tekanan
darah.

d. Angiografi Koroner
Angiografi merupakan pemeriksaan diagnostik yang paling akurat dalam menegakkan
diagnosis adanya sumbatan pada arteri koroner akibat aterosklerosis.

Pemeriksaan laboratorium untuk angina pektoris adalah5 :


1. Kreatin Kinase
Kreatinin kinase adalah enzim yang ditemukan di jantung dan otot skeletal.
Ketika otot jantung mengalami kerusakan, kreatinin kinase beredar dalam darah. Tingkat
kreatinin kinase menjadi tidak normal ketika 4-6 jam setelah onset infark, memuncak
pada 12-24 jam, dan berkurang atau menurun atau kembali normal dalam 24-36 jam.
Isoenzim dari kreatinin kinase adalah tindakan yang menentukan apakah kreatinin kinase
berasal dari jantung (MB) atau dari otot skeletal. Tingginya CK-MB menandakan adanya
indikasi dari kerusakan miokardium. Untuk pasien infark miokard, CK-MB terlihat

8
dalam serum, dalam 4-6 jam, memuncak pada 12-24 jam, dan kembali normal dalam 24-
36 jam. CK-MB positif ketika lebih besar 3% dari total kreatinin kinase.
Nilai normal: Total kreatinin kinase pria: 60 – 400 u/L
Total kreatinin kinase wanita: 40 – 150 u/L
CK-MB < 3% atau 0 – 7,5 ng/ml
2. Troponin
Troponin adalah komponen dasar dari otot jantung yang menyebabkan
kontraksi dari otot jantung. Troponin tidak ditemukan dalam darah pada orang yang
sehat. Jumlah troponin dalam darah akan meningkat apabila terjadi kerusakan Troponin
dibagi menjadi 2 yaitu troponin I dan troponin T. Troponin I dan troponin T sangat bagus
untuk digunakan dalam diagnosis infark miokard.
a. Troponin I; meningkat dalam 3-6 jam, memuncak 12-24 jam, dan tetap meningkat
dalam 7-14 hari. Troponin I adalah indikator yang spesifik dan sensitif dari infark
miokard.
b. Troponin T; meningkat dalam 3 – 6 jam setelah nyeri, memuncak 12-24 jam, dan
tetap meningkat dalam 7– 14 hari.
Nilai Rujuk: Troponin I < 0,6 ng/ml
> 1,5 ng/ml konsisten dengan IM
Troponin T > 0,1-0,2 ng/ml konsisten dengan IM
Dapat dideteksi pada batas rendah 0,08 ng/ml

3. Myoglobin
Myoglobin adalah protein yang mengikat oksigen yang ditemukan pada tulang
dan otot jantung. Pengeluaran myoglobin dari otot yang mengalami iskemia lebih dulu
daripada pengeluaran kreatinin kinase. Sehingga peningkatan serum myoglobin dapat
diketahui segera setelah gejala onset. Myoglobin meningkat dalam 1-4 jam dari infark
miokard dan memuncak dalam 6 – 7 jam. Karena myoglobin juga berada dalam otot
skeletal, maka peningkatan myoglobin tidak dapat menegakkan diagnosis infark miokard
secara spesifik. Nilai normal myoglobin adalah 50 – 120 ug/ml.

2.7 Penatalaksanaan
Terapi obat untuk angina pektoris berupa :
1. Glyseril trinitrat, diletakkan di bawah lidah atau obat semprot dapat mengendurkan
arteri pada jantung dan dapat mengurangi serangan angina.

9
2. Nitrat, sebagai vasodilator yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri dada
(angina). Dapat berupa tablet atau potongan obat, dan sangat efektif.
3. Penghambat beta, memberikan efek pada hormon sehingga kontraksi jantang menjadi
pelan dan tekanan darah menjadi rendah. Hal ini akan membuat jantung untuk
mengurangi jumlah oksigen yang diperlukan dan memperbaiki suplai darah ke otot
jantung. Selain itu, penghambat beta ini juga penting untuk melindungi jantung saat
terkena serangan.
4. Antagonis kalsium, fungsinya secara umum adalah untuk mengurangi tekanan pada
otot arteri koroner. Antagonis kalsium ini ada beberapa jenis, antara lain verapamil
(cordilox), dan nifedipin (adalat).
5. Aspirin, termasuk golongan obat antiplatelet (pengencer darah) yang berfungsi untuk
meredakan atau menghindari penggumpalan darah, dan mengurangi risiko serangan
jantung.
6. Statin, digunakan untuk menghambat enzim pembuat kolesterol dalam hati dan
menekan risiko terjadinya serangan jantung atau stroke. Obat ini juga membantu
tubuh meresap kolesterol yang terakumulasi sebagai plak yang menempel di dinding
arteri. 3,4

Jika gelaja angina pektoris tidak mereda dengan pengobatan, tindakan operasi
dapat disarankan. Terdapat dua jenis tindakan operasi untuk kasus angina pektoris, di
antaranya adalah Coronary Artery Bypass Graft (CABG). CABG adalah tindakan bedah
yang dilakukan dengan menciptakan aliran baru pada titik penyempitan atau penyumbatan
arteri melalui pencangkokan pembuluh darah dari anggota tubuh lainnya. Tindakan ini
biasanya disarankan bagi penderita angina dengan penyakit diabetes, berusia di atas 65
tahun, dan memiliki 3 atau lebih penyumbatan pada arteri. Tindakan yang kedua adalah
Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Tindakan bedah yang disebut juga dengan
angioplasti koroner ini dilakukan dengan memasukkan balon kecil pada bagian luar arteri
yang mengalami penyempitan, dan ditahan menggunakan cincin besi (sten) agar aliran darah
kembali lancar.6

10
2.8 Tabel Perbandingan Diagnosis
No
Diagnosis Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Faktor Resiko
.
1. Angina a. Nyeri dada dengan a. Pada pasien stabil, a. EKG : hasil EKG normal a. Non-modifiable :
Pektoris karakteristik seperti pemeriksaan fisik biasanya pada saat pasien istirahat  Usia tua
Stabil tertekan atau tertimpa normal b. Stress test : akan  Laki-laki
benda berat, yang b. Pada saat serangan, akan ditemukan ST depresi
muncul setelah aktifitas ditemukan Levine sign c. Nilai enzim jantung b. Modifiable :
(yang meningkatkan (ditandai dengan kepalan (Troponin I & Troponin  Dyslipidemia
kebutuhan oksigen tangan pasien pada bagian T) : normal  Hipertensi
miokard) dada), peningkatan tekanan d. Nilai CK & CKMB :  Merokok
b. Nyeri dapat menjalar ke darah dan detak jantung, normal  DM
bagian leher, rahang, bunyi jantung S4 e. Nilai myoglobin : normal  Obesitas
bahu, lengan dan f. Angiografi koroner : dapat  Gaya hidup
punggung ditemukan adanya (inaktifitas)
c. Nyeri segera hilang penyumbatan
dengan istirahat atau
penghentian aktifitas
d. Durasi nyeri 3–15 menit
e. Angina tidak berubah
dalam waktu 6 bulan
2. Angina a. Sifat, tempat dan a. Pada saat tidak sedang a. EKG : akan ditemukan a. Non-modifiable :
Pektoris penyebaran nyeri dada serangan, pemeriksaan fisik ST depresi, T inversi  Usia tua
Tidak mirip dengan angina biasanya normal b. Nilai enzim jantung  Laki-laki
Stabil pektoris stabil, dan b. Pada saat serangan, dapat (Troponin I & Troponin
dapat terjadi baik pada ditemukan Levine sign, T) : normal b. Modifiable :
keadaan istirahat, peningkatan tekanan darah c. Nilai CK & CKMB :  Dyslipidemia
maupun pada tingkat dan detak jantung, normal  Hipertensi
aktifitas ringan diaforesis, bunyi jantung S4 d. Nilai Myoglobin : normal  Merokok
b. Biasanya disertai dengan e. Angiografi koroner :  DM
keluhan sesak napas, dapat ditemukan adanya  Obesitas
mual, muntah, keringat penyumbatan  Gaya hidup
dingin (inaktifitas)
c. Durasi serangan timbul
lebih lama dari angina
pektoris stabil
d. Pasien dengan angina
yang baru mulai (<2
bulan) yang hebat atau
sering (≥3 episode tiap
hari)
e. Pasien dengan angina
dipercepat atau angina
stabil kronis yang
mengembangkan angina
secara nyata lebih
sering, hebat, dan
berkepanjangan
3. Angina a. Nyeri dada yang timbul a. Pada saat tidak sedang a. EKG : a. Non-modifiable :
Prinzmetal pada waktu istirahat atau serangan, pemeriksaan fisik  Pada saat serangan  Laki-laki
(Varian) membangunkan pasien biasanya normal menunjukkan elevasi  Japanese
tidur, dan seringkali b. Pada saat serangan, dapat segmen ST
pada pagi hari ditemukan Levine sign,  Pada saat tidak b. Modifiable :
b. Nyeri dada tidak dipicu peningkatan tekanan darah serangan, hasil EKG  Merokok
oleh aktivitas dan detak jantung, bunyi normal
c. Sifat, tempat dan jantung S4 b. Stress test : normal
penyebaran nyeri dada c. Nilai enzim jantung
mirip dengan angina (Troponin I & Troponin
pektoris stabil T) : meningkat
d. Nilai CK & CKMB :
meningkat
e. Nilai myoglobin :
meningkat
f. Angiografi koroner :
normal
g. Provocative coronary
spasm testing : positif
4. NSTEMI a. Nyeri angina yang a. Pada saat tidak sedang a. EKG : a. Non-modifiable :
(Non-ST- berdurasi panjang (> 20 serangan, pemeriksaan fisik  Pada saat serangan  Usia tua
Elevation menit) saat istirahat atau normal menunjukkan depresi  Laki-laki
Myocardial persisten b. Pada saat serangan, dapat segmen ST, T inversi
Infarction) b. Nyeri dada yang lebih ditemukan Levine sign,  Pada saat tidak b. Modifiable :
berat dan menjalar lebih peningkatan tekanan darah serangan, hasil EKG  Dyslipidemia
luas daripada angina dan detak jantung, normal  Hipertensi
pektoris stabil diaforesis, bunyi jantung b. Nilai enzim jantung  Merokok
c. Sesak napas, mual dan S4, kulit yang dingin (Troponin I & Troponin  DM
keringat dingin T) : meningkat  Obesitas
d. Rasa cemas yang luar c. Nilai CK & CKMB :  Gaya hidup
biasa (mirip dengan meningkat (inaktifitas)
serangan panik) d. Nilai myoglobin :
meningkat
e. Angiografi koroner : ada
penyumbatan
5. STEMI a. Nyeri angina yang a. Pada saat tidak sedang a. EKG : a. Non-modifiable :
(ST- berdurasi panjang (> 20 serangan, pemeriksaan fisik  Pada saat serangan  Usia tua
Elevation menit) saat istirahat atau normal menunjukkan elevasi  Laki-laki
Myocardial persisten b. Pada saat serangan, dapat segmen ST dan Q wave
Infarction) b. Nyeri dada yang lebih ditemukan Levine sign,  Pada saat tidak b. Modifiable :
berat dan menjalar lebih peningkatan tekanan darah serangan, hasil EKG  Dyslipidemia
luas daripada angina dan detak jantung, normal  Hipertensi
pektoris stabil diaforesis, bunyi jantung b. Nilai enzim jantung  Merokok
c. Sesak napas, mual dan S4, kulit yang dingin (Troponin I & Troponin  DM
keringat dingin T) : meningkat  Obesitas
d. Rasa cemas yang luar c. Nilai CK & CKMB :  Gaya hidup
biasa (mirip dengan meningkat (inaktifitas)
serangan panik) d. Nilai myoglobin :
meningkat
a. Angiografi koroner : ada
penyumbatan
BAB III
Case Reasoning / Analisa Kasus

3.1. Analisis dan Pengkajian


Pasien pada kasus ini datang dengan keluhan nyeri pada bagian dada dengan
karakteristik seperti tertekan atau ditimpa benda berat. Nyeri tersebut menjalar ke lengan kiri
dan leher bagian kiri. Nyeri tersebut muncul setelah pasien beraktivitas berat, seperti senam
pagi dan berjalan jauh. Namun, nyeri tersebut hilang setelah pasien beristirahat sekitar 10
menit. Tingkat nyeri dan durasi nyeri tidak meningkat. Dari data tersebut, kita dapat
menentukan diagnosis pasien tersebut sebagai angina pektoris. Sesuai teori, angina pektoris
adalah gejala dari penyakit jantung iskemik yang berupa rasa nyeri pada dada, dengan rasa
tertekan, ditimpa benda berat (biasanya tidak menusuk), dan terasa panas di daerah
perikardium, sternal, atau substernum dada. Nyeri tersebut dapat menjalar ke leher, dagu,
bahu, dan punggung. Pasien pada kasus ini mempunyai keluhan-keluhan tersebut. Selain itu,
angina pektoris biasanya disertai dengan keluhan tambahan seperti mual, muntah, fatik,
diaforesis, sesak nafas dan pingsan. Pasien juga mengalami rasa mual dan pusing pada saat
nyeri dada berlangsung.
Angina pektoris dibagi atas 3 jenis, yaitu angina pektoris stabil, tidak stabil dan
angina prinzmetal (varian). Angina pektoris stabil adalah angina yang muncul dengan
aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Dan rasa nyeri segera hilang setelah
istirahat, dengan durasi selama 3 – 15 menit. Tingkat dan durasi nyeri tidak berubah dalam
waktu 6 bulan. Angina pektoris tidak stabil adalah angina yang dapat terjadi pada keadaan
istirahat atau pada tingkat aktifitas ringan. Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari
angina pektoris stabil. Pada angina pektoris tidak stabil, tingkat nyeri dan durasi angina
secara nyata lebih sering, hebat, dan berkepanjangan. Angina prinzmetal adalah nyeri yang
disebabkan oleh spasmus pembuluh koroner, dan dapat timbul pada waktu istirahat atau
sering membangunkan pasien saat tidur dan pada pagi hari. Dari ketiga jenis angina pektoris,
pasien pada kasus ini dapat digolongkan ke dalam angina pektoris stabil. Seperti yang sudah
disebutkan sebelumnya, pasien mengalami nyeri dada setelah aktivitas berat, dan nyeri
tersebut hilang dengan istirahat. Dari keluhan tersebut, diagnosis banding seperti angina
pektoris tidak stabil dan angina prinzmetal dapat disingkirkan. Diagnosis banding lainnya
adalah STEMI (ST-Elevation Myocardial Infarction) dan NSTEMI (Non-ST-Elevation
Myocardial Infarction). STEMI dan NSTEMI memiliki gejala serangan berupa nyeri angina
yang berdurasi panjang (> 20 menit) saat istirahat atau persisten, serta nyeri dada yang lebih
berat dan menjalar lebih luas daripada angina pektoris stabil. Pada kasus ini, pasien mengeluh
nyeri dengan durasi sekitar 10 menit dan tidak meningkat. Rasa nyeri tidak semakin berat,
dan penyebaran rasa nyeri tidak semakin luas. Sehingga NSTEMI dan STEMI dapat
disingkirkan dari diagnosis kita.

3.2 Saran Pemeriksaan penunjang


Untuk melakukan diagnosis secara pasti, pemeriksaan penunjang harus dilakukan.
Pemeriksaan tersebut berupa pemeriksaan EKG. Untuk pasien dengan angina pektoris stabil,
pemeriksaan EKG dilakukan dengan menggunakan cara stress test, dimana pasien berlatih
dengan treadmill atau sepeda stasioner. Tujuannya adalah supaya aktifitas berat tersebut bisa
menimbulkan angina dan hasil EKG dari angina tersebut dapat direkam. Pada angina pektoris
stabil, akan ditemukan ST depresi pada hasil stress test. Dan pasien pada kasus ini dirujuk ke
rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan penunjang, berupa EKG dan stress test. Selain itu,
pasien dapat juga melaksanakan pemeriksaan kadar kolesterol (lipid profile) dalam darah,
karena angina pektoris berhubungan dengan penyakit aterosklerosis.

3.3 Perawatan
Perawatan untuk angina pektoris stabil berupa pengurangan faktor resiko,
pencegahan sindrom koroner akut dan pengobatan simptomatik. Cara untuk mengurangi
faktor resiko adalah dengan berhenti merokok, kontrol tekanan darah, penurunan berat badan,
diet, dan olahraga. Upaya pencegahan sindrom koroner akut adalah dengan mengonsumsi
obat antiplatelet (aspirin) dan HMG-CoA reductase (statin). Aspirin berfungsi untuk
menghindari penggumpalan darah dan mengurangi resiko serangan jantung. Statin berfungsi
untuk menghambat produksi kolesterol oleh enzim dalam hati dan dapat mencegah terjadinya
serangan jantung. Untuk pengobatan secara simptomatik, obat isosorbide dinitrat (ISDN)
dapat diberikan kepada pasien untuk meredakan nyeri dada. ISDN merupakan obat golongan
nitrat dan bekerja sebagai vasodilator. Obat ini menyebabkan dilatasi dari pembuluh darah
agar darah dapat mengalir lebih mudah, sehingga dapat mengatasi rasa nyeri dada. ISDN
diberikan secara sublingual, biasanya dengan dosis 5 mg, dan hanya dikonsumsi apabila ada
rasa nyeri dada. Namun, penggunaan ISDN harus dilakukan evaluasi dan pemeriksaan
tekanan darah, karena efek dari vasodilator tersebut dapat menyebabkan hipotensi. Interval
bebas-dosis harian yang dianjurkan adalah minimal 14 jam untuk mencegah toleransi. Pada
kasus ini, pasien diberikan obat ISDN. Selain itu, pasien juga diedukasi untuk mengurangi
merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.
DAFTAR PUSTAKA

1. Smaltzer, Susanna. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC; 2001.


2. Sudoyo, Aru W.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing; 2009.
3. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins Basic Pathology. Philadelphia : Elsevier; 2013.
4. Saryono S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi ke-4. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI; 2001.
5. Kee J L. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnosis. Jakarta : EGC; 2007.

6. Fihn SD, Gardin JM, Abrams J,et al. 2012 ACCF/AHA/ACP/AATS /PCNA/SCAI/STS
guideline for the diagnosis and management of patients with stable ischemic heart
disease. American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task
Force. 2012 Dec 18. 126(25):e354-471. 

Anda mungkin juga menyukai