Laporan Kasus Angina Pektoris Stabil
Laporan Kasus Angina Pektoris Stabil
Disusun Oleh:
Angeline Tancherla
01071170034
Dokter Pembimbing:
dr. Grace Megasonia
0
TANGERANG
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka 18
1
BAB I
LAPORAN KASUS / CASE ILLUSTRATION
2
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang serupa. Pasien juga menyangkal
mempunyai riwayat penyakit jantung, kolesterol, darah tinggi, maupun diabetes.
1.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Anggota
keluarga pasien juga tidak memiliki riwayat penyakit jantung, kolesterol, darah tinggi,
maupun diabetes.
2. Pemeriksaan Generalis
Kepala
a) Mata :
- Konjungtiva tidak anemis
- Sklera tidak ikterik
b) Mulut :
3
- Tidak ada sianosis
Toraks
- Inspeksi : Bentuk dada datar dan simetris, tidak ada lesi pada kulit
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Auskultasi : Suara jantung normal S1-S2, suara nafas vesikuler
Abdomen
- Inspeksi : Tidak ada lesi pada kulit
- Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan pada seluruh regio
abdomen
- Auskultasi : Bising usus normal
1.2.8 Resume
Pasien atas nama Bapak H, berumur 65 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada
bagian dada. Nyeri tersebut terasa seperti ditimpa benda berat dan tertekan. Nyeri menjalar
ke lengan kiri dan leher bagian kiri. Nyeri tersebut muncul setelah pasien beraktivitas berat,
seperti senam pagi dan berjalan jauh. Keluhan tambahan pasien adalah merasa mual dan
pusing selama nyeri dada berlangsung. Nyeri tersebut hilang setelah pasien beristirahat
sekitar 10 menit. Pasien menyangkal rasa nyeri yang semakin berat. Durasi nyeri juga tidak
semakin meningkat. Selama dua hari, pasien sudah mengalami nyeri dada sebanyak dua
kali. Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang serupa. Pasien juga menyangkal
memiliki riwayat penyakit jantung, darah tinggi, kolesterol. Pada pemeriksaan fisik, tidak
ditemukan adanya kelainan pada bagian kepala, toraks, maupun abdomen.
1.2.9 Diagnosis
Angina pektoris stabil
4
BAB II
Disease Review / Landasan Teori
2.1 Definisi
Angina pektoris atau disebut juga angin duduk adalah keluhan nyeri dada akibat
penyakit jantung iskemik yang didefinisikan sebagai berkurangnya pasokan oksigen dan
menurunnya aliran darah ke dalam miokardium. Gangguan tersebut bisa karena suplai
oksigen yang berkurang akibat adanya aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner, atau
bisa juga karena kebutuhan oksigen yang meningkat. Sebagai manifestasi, keadaan tersebut
akan menyebabkan timbulnya angina pektoris yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi
infark miokard.1
2.3 Klasifikasi
Angina pektoris dibagi menjadi 3 jenis yaitu angina pektoris klasik (stabil), angina
pektoris varian, dan angina pektoris tidak stabil. Angina pektoris stabil biasanya terjadi saat
pasien melakukan aktivitas fisik. Sedangkan angina pektoris varian biasanya terjadi pada saat
istirahat dan di pagi hari. Angina pektoris tidak stabil tidak dapat diprediksi waktu
kejadiannya, dapat terjadi saat istirahat dan bisa terjadi saat melakukan kegiatan fisik. 2.3
Berikut ini adalah gejala dan manifestasi klinis dari ketiga jenis angina.2,4
A. Angina Pektoris Stabil
5
1. Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan
kebutuhan oksigen miokard
2. Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas
3. Durasi nyeri 3 – 15 menit
4. Angina pektoris stabil biasanya disebabkan oleh penyempitan aterosklerotik tetap
(biasanya 75% atau lebih) pada satu atau lebih arteri koronaria
5. Angina tidak berubah dalam waktu 6 bulan
2.4 Etiologi
6
Etiologi dari penyakit gangguan sistem kardiovaskuler berhubungan dengan
gangguan sirkulasi koroner ataupun Angina Pektoris ini adalah :
1. Aterosklerosis, merupakan istilah umum untuk beberapa penyakit, dimana dinding
arteri menjadi lebih tebal dan kurang lentur dimana bahan lemak terkumpul dibawah
lapisan sebelah dalam dari dinding arteri.
2. Spasme arteri koroner
3. Anemia berat, Artritis dan Aorta Insufisiensi 3
2.5 Patofisiologi
Mekanisme timbulnya Angina Pektoris didasarkan pada ketidak-adekuatan suplai
oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan
lumen arteri koroner (aterosklerosis koroner). Aterosklerosis merupakan penyakit arteri
koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka
kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat,
maka arteri koroner akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot
jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat
aterosklerosis, dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan
akan oksigen, maka dapat terjadi kekurangan suplai darah ke otot jantung, yaitu iskemik
miokardium.4
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi NO yang sifatnya
protektif dan berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya
fungsi ini, maka akan terjadi kontraksi dari otot polos dan timbul spasmus koroner yang
memperberat penyempitan lumen. Hal tersebut akan mengakibatkan suplai oksigen ke
miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu
tampak, bila belum mencapai 75%. Bila penyempitan lebih dari 75% serta dipicu dengan
aktifitas berlebihan, maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium
menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini
menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium. Asam laktat dan pH yang
rendah akan merangsang saraf dan menyebabkan rasa nyeri. Apabila kebutuhan energi otot
jantung berkurang, maka suplai oksigen akan bisa memenuhi kebutuhan tersebut dan sel otot
kembali membentuk energi melalui proses fosforilasi oksidatif. Proses ini tidak menghasilkan
asam laktat. Dengan hilangnya asam laktat, maka nyeri akan mereda.4
7
2.6 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik untuk angina pektoris adalah4:
a. EKG
EKG (Elektrokardiogram) merekam adanya nyeri mungkin disebabkan iskemia
dengan menggambarkan tanda ST elevasi atau depresi. Rekaman EKG selama episode
nyeri memberi kesan adanya kekakuan arteri koroner, dan meluasnya otot jantung
menandakan terjadinya iskemia.
d. Angiografi Koroner
Angiografi merupakan pemeriksaan diagnostik yang paling akurat dalam menegakkan
diagnosis adanya sumbatan pada arteri koroner akibat aterosklerosis.
8
dalam serum, dalam 4-6 jam, memuncak pada 12-24 jam, dan kembali normal dalam 24-
36 jam. CK-MB positif ketika lebih besar 3% dari total kreatinin kinase.
Nilai normal: Total kreatinin kinase pria: 60 – 400 u/L
Total kreatinin kinase wanita: 40 – 150 u/L
CK-MB < 3% atau 0 – 7,5 ng/ml
2. Troponin
Troponin adalah komponen dasar dari otot jantung yang menyebabkan
kontraksi dari otot jantung. Troponin tidak ditemukan dalam darah pada orang yang
sehat. Jumlah troponin dalam darah akan meningkat apabila terjadi kerusakan Troponin
dibagi menjadi 2 yaitu troponin I dan troponin T. Troponin I dan troponin T sangat bagus
untuk digunakan dalam diagnosis infark miokard.
a. Troponin I; meningkat dalam 3-6 jam, memuncak 12-24 jam, dan tetap meningkat
dalam 7-14 hari. Troponin I adalah indikator yang spesifik dan sensitif dari infark
miokard.
b. Troponin T; meningkat dalam 3 – 6 jam setelah nyeri, memuncak 12-24 jam, dan
tetap meningkat dalam 7– 14 hari.
Nilai Rujuk: Troponin I < 0,6 ng/ml
> 1,5 ng/ml konsisten dengan IM
Troponin T > 0,1-0,2 ng/ml konsisten dengan IM
Dapat dideteksi pada batas rendah 0,08 ng/ml
3. Myoglobin
Myoglobin adalah protein yang mengikat oksigen yang ditemukan pada tulang
dan otot jantung. Pengeluaran myoglobin dari otot yang mengalami iskemia lebih dulu
daripada pengeluaran kreatinin kinase. Sehingga peningkatan serum myoglobin dapat
diketahui segera setelah gejala onset. Myoglobin meningkat dalam 1-4 jam dari infark
miokard dan memuncak dalam 6 – 7 jam. Karena myoglobin juga berada dalam otot
skeletal, maka peningkatan myoglobin tidak dapat menegakkan diagnosis infark miokard
secara spesifik. Nilai normal myoglobin adalah 50 – 120 ug/ml.
2.7 Penatalaksanaan
Terapi obat untuk angina pektoris berupa :
1. Glyseril trinitrat, diletakkan di bawah lidah atau obat semprot dapat mengendurkan
arteri pada jantung dan dapat mengurangi serangan angina.
9
2. Nitrat, sebagai vasodilator yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri dada
(angina). Dapat berupa tablet atau potongan obat, dan sangat efektif.
3. Penghambat beta, memberikan efek pada hormon sehingga kontraksi jantang menjadi
pelan dan tekanan darah menjadi rendah. Hal ini akan membuat jantung untuk
mengurangi jumlah oksigen yang diperlukan dan memperbaiki suplai darah ke otot
jantung. Selain itu, penghambat beta ini juga penting untuk melindungi jantung saat
terkena serangan.
4. Antagonis kalsium, fungsinya secara umum adalah untuk mengurangi tekanan pada
otot arteri koroner. Antagonis kalsium ini ada beberapa jenis, antara lain verapamil
(cordilox), dan nifedipin (adalat).
5. Aspirin, termasuk golongan obat antiplatelet (pengencer darah) yang berfungsi untuk
meredakan atau menghindari penggumpalan darah, dan mengurangi risiko serangan
jantung.
6. Statin, digunakan untuk menghambat enzim pembuat kolesterol dalam hati dan
menekan risiko terjadinya serangan jantung atau stroke. Obat ini juga membantu
tubuh meresap kolesterol yang terakumulasi sebagai plak yang menempel di dinding
arteri. 3,4
Jika gelaja angina pektoris tidak mereda dengan pengobatan, tindakan operasi
dapat disarankan. Terdapat dua jenis tindakan operasi untuk kasus angina pektoris, di
antaranya adalah Coronary Artery Bypass Graft (CABG). CABG adalah tindakan bedah
yang dilakukan dengan menciptakan aliran baru pada titik penyempitan atau penyumbatan
arteri melalui pencangkokan pembuluh darah dari anggota tubuh lainnya. Tindakan ini
biasanya disarankan bagi penderita angina dengan penyakit diabetes, berusia di atas 65
tahun, dan memiliki 3 atau lebih penyumbatan pada arteri. Tindakan yang kedua adalah
Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Tindakan bedah yang disebut juga dengan
angioplasti koroner ini dilakukan dengan memasukkan balon kecil pada bagian luar arteri
yang mengalami penyempitan, dan ditahan menggunakan cincin besi (sten) agar aliran darah
kembali lancar.6
10
2.8 Tabel Perbandingan Diagnosis
No
Diagnosis Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Faktor Resiko
.
1. Angina a. Nyeri dada dengan a. Pada pasien stabil, a. EKG : hasil EKG normal a. Non-modifiable :
Pektoris karakteristik seperti pemeriksaan fisik biasanya pada saat pasien istirahat Usia tua
Stabil tertekan atau tertimpa normal b. Stress test : akan Laki-laki
benda berat, yang b. Pada saat serangan, akan ditemukan ST depresi
muncul setelah aktifitas ditemukan Levine sign c. Nilai enzim jantung b. Modifiable :
(yang meningkatkan (ditandai dengan kepalan (Troponin I & Troponin Dyslipidemia
kebutuhan oksigen tangan pasien pada bagian T) : normal Hipertensi
miokard) dada), peningkatan tekanan d. Nilai CK & CKMB : Merokok
b. Nyeri dapat menjalar ke darah dan detak jantung, normal DM
bagian leher, rahang, bunyi jantung S4 e. Nilai myoglobin : normal Obesitas
bahu, lengan dan f. Angiografi koroner : dapat Gaya hidup
punggung ditemukan adanya (inaktifitas)
c. Nyeri segera hilang penyumbatan
dengan istirahat atau
penghentian aktifitas
d. Durasi nyeri 3–15 menit
e. Angina tidak berubah
dalam waktu 6 bulan
2. Angina a. Sifat, tempat dan a. Pada saat tidak sedang a. EKG : akan ditemukan a. Non-modifiable :
Pektoris penyebaran nyeri dada serangan, pemeriksaan fisik ST depresi, T inversi Usia tua
Tidak mirip dengan angina biasanya normal b. Nilai enzim jantung Laki-laki
Stabil pektoris stabil, dan b. Pada saat serangan, dapat (Troponin I & Troponin
dapat terjadi baik pada ditemukan Levine sign, T) : normal b. Modifiable :
keadaan istirahat, peningkatan tekanan darah c. Nilai CK & CKMB : Dyslipidemia
maupun pada tingkat dan detak jantung, normal Hipertensi
aktifitas ringan diaforesis, bunyi jantung S4 d. Nilai Myoglobin : normal Merokok
b. Biasanya disertai dengan e. Angiografi koroner : DM
keluhan sesak napas, dapat ditemukan adanya Obesitas
mual, muntah, keringat penyumbatan Gaya hidup
dingin (inaktifitas)
c. Durasi serangan timbul
lebih lama dari angina
pektoris stabil
d. Pasien dengan angina
yang baru mulai (<2
bulan) yang hebat atau
sering (≥3 episode tiap
hari)
e. Pasien dengan angina
dipercepat atau angina
stabil kronis yang
mengembangkan angina
secara nyata lebih
sering, hebat, dan
berkepanjangan
3. Angina a. Nyeri dada yang timbul a. Pada saat tidak sedang a. EKG : a. Non-modifiable :
Prinzmetal pada waktu istirahat atau serangan, pemeriksaan fisik Pada saat serangan Laki-laki
(Varian) membangunkan pasien biasanya normal menunjukkan elevasi Japanese
tidur, dan seringkali b. Pada saat serangan, dapat segmen ST
pada pagi hari ditemukan Levine sign, Pada saat tidak b. Modifiable :
b. Nyeri dada tidak dipicu peningkatan tekanan darah serangan, hasil EKG Merokok
oleh aktivitas dan detak jantung, bunyi normal
c. Sifat, tempat dan jantung S4 b. Stress test : normal
penyebaran nyeri dada c. Nilai enzim jantung
mirip dengan angina (Troponin I & Troponin
pektoris stabil T) : meningkat
d. Nilai CK & CKMB :
meningkat
e. Nilai myoglobin :
meningkat
f. Angiografi koroner :
normal
g. Provocative coronary
spasm testing : positif
4. NSTEMI a. Nyeri angina yang a. Pada saat tidak sedang a. EKG : a. Non-modifiable :
(Non-ST- berdurasi panjang (> 20 serangan, pemeriksaan fisik Pada saat serangan Usia tua
Elevation menit) saat istirahat atau normal menunjukkan depresi Laki-laki
Myocardial persisten b. Pada saat serangan, dapat segmen ST, T inversi
Infarction) b. Nyeri dada yang lebih ditemukan Levine sign, Pada saat tidak b. Modifiable :
berat dan menjalar lebih peningkatan tekanan darah serangan, hasil EKG Dyslipidemia
luas daripada angina dan detak jantung, normal Hipertensi
pektoris stabil diaforesis, bunyi jantung b. Nilai enzim jantung Merokok
c. Sesak napas, mual dan S4, kulit yang dingin (Troponin I & Troponin DM
keringat dingin T) : meningkat Obesitas
d. Rasa cemas yang luar c. Nilai CK & CKMB : Gaya hidup
biasa (mirip dengan meningkat (inaktifitas)
serangan panik) d. Nilai myoglobin :
meningkat
e. Angiografi koroner : ada
penyumbatan
5. STEMI a. Nyeri angina yang a. Pada saat tidak sedang a. EKG : a. Non-modifiable :
(ST- berdurasi panjang (> 20 serangan, pemeriksaan fisik Pada saat serangan Usia tua
Elevation menit) saat istirahat atau normal menunjukkan elevasi Laki-laki
Myocardial persisten b. Pada saat serangan, dapat segmen ST dan Q wave
Infarction) b. Nyeri dada yang lebih ditemukan Levine sign, Pada saat tidak b. Modifiable :
berat dan menjalar lebih peningkatan tekanan darah serangan, hasil EKG Dyslipidemia
luas daripada angina dan detak jantung, normal Hipertensi
pektoris stabil diaforesis, bunyi jantung b. Nilai enzim jantung Merokok
c. Sesak napas, mual dan S4, kulit yang dingin (Troponin I & Troponin DM
keringat dingin T) : meningkat Obesitas
d. Rasa cemas yang luar c. Nilai CK & CKMB : Gaya hidup
biasa (mirip dengan meningkat (inaktifitas)
serangan panik) d. Nilai myoglobin :
meningkat
a. Angiografi koroner : ada
penyumbatan
BAB III
Case Reasoning / Analisa Kasus
3.3 Perawatan
Perawatan untuk angina pektoris stabil berupa pengurangan faktor resiko,
pencegahan sindrom koroner akut dan pengobatan simptomatik. Cara untuk mengurangi
faktor resiko adalah dengan berhenti merokok, kontrol tekanan darah, penurunan berat badan,
diet, dan olahraga. Upaya pencegahan sindrom koroner akut adalah dengan mengonsumsi
obat antiplatelet (aspirin) dan HMG-CoA reductase (statin). Aspirin berfungsi untuk
menghindari penggumpalan darah dan mengurangi resiko serangan jantung. Statin berfungsi
untuk menghambat produksi kolesterol oleh enzim dalam hati dan dapat mencegah terjadinya
serangan jantung. Untuk pengobatan secara simptomatik, obat isosorbide dinitrat (ISDN)
dapat diberikan kepada pasien untuk meredakan nyeri dada. ISDN merupakan obat golongan
nitrat dan bekerja sebagai vasodilator. Obat ini menyebabkan dilatasi dari pembuluh darah
agar darah dapat mengalir lebih mudah, sehingga dapat mengatasi rasa nyeri dada. ISDN
diberikan secara sublingual, biasanya dengan dosis 5 mg, dan hanya dikonsumsi apabila ada
rasa nyeri dada. Namun, penggunaan ISDN harus dilakukan evaluasi dan pemeriksaan
tekanan darah, karena efek dari vasodilator tersebut dapat menyebabkan hipotensi. Interval
bebas-dosis harian yang dianjurkan adalah minimal 14 jam untuk mencegah toleransi. Pada
kasus ini, pasien diberikan obat ISDN. Selain itu, pasien juga diedukasi untuk mengurangi
merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.
DAFTAR PUSTAKA
6. Fihn SD, Gardin JM, Abrams J,et al. 2012 ACCF/AHA/ACP/AATS /PCNA/SCAI/STS
guideline for the diagnosis and management of patients with stable ischemic heart
disease. American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task
Force. 2012 Dec 18. 126(25):e354-471.