Anda di halaman 1dari 1

Cicero 

/ Marcus Tullius Cicero

Lahir : 3 Januari 106 SM Arpnum, Republik Romawi Lazio Italia


Wafat : 7 Desember 43 SM (usia 63) Formia, Republik Romawi
Pekerjaan : Politisi, Pengacara, Orator, Filsuf dan Penyair
Era : Keemasan Latin (the golden age of latin)
Tema : Politik, Hukum, Filsafat, Retorika.
PEMIKIRAN CICERO SEBAGAI FILSUF
Cicero menyebut dirinya seorang filsuf dari Akademi (Platonis). Namun hal tersebut
diragukan oleh banyak pihak terkait karya-karyanya yang kontradiktif dan tidak murni. Dalam
hal etika, Cicero cenderung memakai prinsip dogmatis Stoa yang sangat dipengaruhi Socrates.
Dalam beragama, Cicero dapat dikatakan nyaris agnostik, walaupun dia memiliki pengalaman
religius mendalam, yaitu ketika ia berkunjung ke Eleusis, pada saat kematian saudarinya, Tullia
pada tahun 45 SM. Sebagai penulis, ia memosisikan diri sebagai seorang ateis, kecuali dalam
karyanya yang berjudul Somnium Scipionis (mimpi-mimpi Scipio) berisi luapan perasaan
religius, tepatnya terdapat pada bagian akhir de Republica.
Secara personal, Cicero adalah orang yang sangat cerdas dalam bernalar, bahkan mampu
memakai peristiwa-peristiwa dalam hidupnya sebagai pemacu karya-karya filsafatnya.
Di akhir masa hidupnya, Cicero dalam bidang etika mengkritik tradisi doktrin Epikuros,
Stoa, dan Peripatetik (pengikut Aristoteles) dalam karya On Ends, yang bicara tentang
pandangan mereka terhadap kematian, penderitaan, dan emosi yang tidak masuk akal. Kemudian
dalam pandangan tentang kebahagiaan, Cicero menulisnya dalam karya Tusculan
Disputations.Pada masa akhir hidupnya dalam karya On Duties, Cicero berpijak pada prinsip
Stoa. Pada akhirnya, Cicero berseberangan dengan pandangan filsafat Epikureanisme.
CICERO DAN ETIKA STOA
Karya Cicero yang membawa pengaruh terlama dan terpenting adalah Tentang
Kewajiban (de Officiis), yaitu tulisan dengan semangat Stoa, yang banyak membahas tentang
perhatiannya sepanjang periode krisis personal manusia dan krisis politik. Menurut Cicero,
bahaya bagi masyarakat adalah jika ambisi pribadi sangat mendominasi kehidupan mereka.
Dalam hal ini, manusia perlu menyadari bahwa sebuah pelayanan publik akan terlaksana dengan
baik jika kepentingan pribadi ditekan sedemikian rupa sehingga kepentingan publik menjadi
yang utama. Tulisan terkenal Cicero berjudul de Officiis memuat semangat Stoa tentang etika
katekontik, yaitu tindakan yang tepat dan terbaik didasari kesadaran terdalam manusia akan
tugas kebaikan yang melekat padanya dalam menunaikan tanggung jawab diri demi kebaikan
masyarakat. Terdapat tugas sosial yang melekat dalam setiap warga negara. Dalam peristiwa
konflik, Cicero menetapkan sebuah prosedur,

“ Orang yang mengambil sesuatu dari orang lain dan meningkatkan keuntungannya sendiri
dengan mengorbankan keuntungan orang lain lebih buruk daripada kematian, daripada
kemiskinan, daripada penderitaan yang mungkin menimpa tubuh atau hak milik eksternal
lainnya. Alam dengan hukumnya menetapkan bahwa seorang manusia harus bersedia
mempertimbangkan kepentingan orang lain, siapapun ia, dengan alasan mendasar yakni karena
ia adalah manusia. ”
— Cicero dalam de Officiis

Anda mungkin juga menyukai