Anda di halaman 1dari 4

Soal 1

Implementasi Pancasila di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dapat ditempuh dengan dua cara.
Cara pertama adalah cara objektif, yaitu dengan menyusun berbagai macam peraturan perundang-
undangan yang sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai luhur Pancasila. Sementara cara kedua adalah cara
subjektif, yaitu pengamalan nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupan setiap individu secara subjektif.
Kondisi ideal di dalam pengamalan atau pelaksanaan Pancasila tentu adalah keselarasan dan kesesuaian
di antara keduanya. Secara personal atau subjektif sikap seseorang sesuai dengan Pancasila, dan
sekaligus pada saat yang sama mematuhi setiap peraturan perundang-undangan yang disusun
berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Namun demikian, kondisi ideal ini tidak selalu bisa dicapai. Pada kasus
anggota legislatif yang melakukan korupsi misalnya, pada saat yang sama mereka menyusun peraturan
perundang-undangan yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila (pelaksanaan Pancasila secara objektif)
namun juga melakukan perilaku korupsi yang menyimpang dari pelaksanaan Pancasila secara subjektif.

Kemukakan pendapat Anda, mengapa perilaku tersebut tidak sesuai atau tidak selaras dengan
pelaksanaan Pancasila secara subjektif dan objektif tersebut?

Jawab : Menurut pendapat saya mengapa perilaku itu tidak sesuai, karna ada pepatah jika ingin menilai
karakter seseorang maka beri ia kekuasaan. Selaras tidaknya tergantung motif dan karakter

Soal 2 (skor 25)

Pancasila telah mengalami sejarah yang panjang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
Pengalaman membuktikan bahwa pelaksanaan Pancasila berkali-kali mengalami penyimpangan. Pada
masa Orde Baru misalnya, meskipun pemerintah kala itu memiliki semboyan “melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen”, berbagai penyimpangan di dalam kegiatan pemerintahan
tetap saja terjadi. Misalnya dalam praktek monotafsir terhadap Pancasila serta praktek penyelenggaraan
pemerintahan yang otoriter. Mengapa berbagai bentuk penyimpangan itu dapat terjadi, secara ilmiah,
dapat dikatakan penyimpangan itu terjadi karena dilanggarnya prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan Pancasila. Prinsip-prinsip itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu prinsip ditinjau dari
segi intrinsik (ke dalam) dan prinsip ditinjau dari segi ekstrinsik (ke luar). Kuntowijoyo menjelaskan,
bahwa Pancasila dari segi intrinsik harus konsisten, koheren, dan koresponden, sementara dari segi
ekstrinsik Pancasila harus mampu menjadi penyalur dan penyaring kepentingan horizontal maupun
vertikal.

Kembali pada kasus penyimpangan pada masa Orde Baru, kemukakan pendapat Anda, prinsip-prinsip
pelaksanaan Pancasila secara instrinsik dan ekstrinsik apa sajakah yang dilanggar oleh pemerintahan
Orde Baru? Jelaskan pendapat Anda!

Jawab : 1. Koheren

• Dalam bahasa latin “cobaerere” berarti lekat satu dengan yang lainnya artinya satu sila harus berkaitan
dengan sila yang lain
• Prinsip koheren ini dalam pemikiran Notonagoro dikenal sebagai prinsip ke-satuan organis dan tata
hubungan sila-sila pancasila yang bersifat hierarkis pyramidal

• Tata hubungan sila-sila yang bersifat hierarkis pyramidal artinya sila pertama mendasari dan menjiwai
sila 2, 3, 4, dan 5. Sila ke-2 dijiwai dan didasari sila ke-1, dan menjiwai dan mendasari sila ke-3, ke-4 dan
ke-5.

2. Konsisten

• Dalam bahasa latin “consisten” yang berarti berdiri bersama artinya sesuai, harmoni, atau hubungan
logis.

• Artinya pelaksanaan pancasila seharusnya berdiri bersama, sesuai, harmoni dan memiliki hubungan
logis dengan nilai-nilai pancasila

• Sebagai contoh nilai-nilai pancasila yang tercermin dalam pokok-pokok pikiran pembukaan UUD 1945
harus dijabarkan secara konsisten ke dalam Batang Tubuh UUD 1945 dan perangkat hukum di
bawahnya.

3. Koresponden

Berasal dari bahasa Latin “com” berarti bersama dan “respondere” berarti menjawab. Maka arti secara
keseluruhan cocoknya praktek dengan teori, ke-nyataan dan ideologi, senjatanya (das seis) dengan
seharusnya (das sollen), isi (material), dan bentuk (formal)

• Contohnya kegagalan konsep pebangunan sentralistik pada masa orde baru yang tidak memperhatikan
realitas masyarakat Indonesia adalah plural, baik ditinjau dari segi agama, etis, geografis dan historis

• Contoh lain adalah tradisi pengambilan sumpah jabatan, yang selalu di-hafalkan akan setia kepada
pancasila dan UUD 1945, namum dalam ke-nyataannya setelah menjabat semuanya hanya tinggal kata-
kata dan tidak ter-cermin dalam perbuatan

B. Prinsip ditinjau dari segi ekstrinsik (segi ke luar)

Pancasila pada awalnya dimaksudkan sebagai dasar Negara sekaligus sebagai penyalur kepentingan, baik
kepentingan horizontal maupun kepentingan vertikal.

Ditinjau dari segi ekstrinsiknya pelaksanaan pancasila itu sendiri harus memiliki prinsip pragmatic artinya
memiliki nilai kegunaan, harus dimaknai secara kritis, yaitu berguna dalam arti luas baik ditinjau dari
ruang dan waktu. Ditinjau dari konteks ruang berarti berguna bagi sebagian besar kepentingan
masyarakat luas tanpa harus menyisihkan kepentingan masyarakat yang lain sedangkan dalam konteks
waktu berguna dalam jangka panjang, dengan mengorbankan jangka pendek. Prinsip ekstrinsik sebagai
berikut:

1. Penyalur kepentingan horizontal

Maksudnya adalah kepentingan dari segenap komponen bangsa yang pluralistik di antara sesama warga
Negara, ditinjau dari pluralitas yang tercermin dalam suku, agama, ras dan golongan. Jadi prinsip ini
harus benar-benar diterapkan di Indonesia supaya yang lain dan juga golongan, agama.

2. Penyalur kepentingan vertikal

Maksudnya adalah kepentingan dari individual/perorangan di dalam suatu tempat atau wilayah. Prinsip
ini harus mengajarkan bahwa dalam melaksanakan pancasila harus mem-perhatikan adanya berbagai
kepentingan yang sifatnya vertikal. Misalnya ke-pentingan antara warga Negara dengan penyelenggara
Negara, orang miskin de-ngan orang kaya, buruh-majikan, minoritas-mayoritas.

yang dilanggar oleh pemerintahan Orde Baru yaitu :

•Terjadi korupsi besar-besaran di semua lapisan masyarakat.

• Pembangunan hanya terpusat di Ibu Kota sehingga terjadi kesenjangan yang cukup besar antara
masyarakat kota dengan di desa.

• Kekuasaan yang terus berkelanjutan tanpa adanya tanda-tanda akan mundur.

• Masyarakat di berbagai daerah tidak puas, misalnya Papua dan Aceh. Tidak tersentuh pembangunan

• Banyak terjadi pelanggaran HAM.

• Terjadi pengekangan kebebasan pers dan berpendapat.

• Tingginya kesenjangan sosial di masyarakat.

Soal 3

Reformasi yang bergulir sejak tahun 1998 merupakan era yang membawa perubahan besar dalam
kehidupan berbangsa dan negara Indonesia. Perubahan tersebut terjadi di hampir semua bidang
kehidupan, termasuk di dalamnya adalah bidang politik. Salah satu perubahan yang paling nyata adalah
perubahan di dalam memposisikan Pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Pada masa sebelumnya, yaitu pada masa Orde Baru, Pancasila dilindungi dengan sangat
ketat oleh penguasa dalam bentuk kebijakan yang monotafsir terhadap implementasi Pancasila.
Sementara pada era reformasi, wacana dan diskusi tentang Pancasila kembali dibuka dengan perspektif
yang bermacam-macam. Diskusi ini pada satu sisi membawa angin segar bagi perbincangan tentang
Pancasila, namun pada sisi yang lain berpotensi mengaburkan makna Pancasila yang sesungguhnya.

Bagaimana pendapat Anda tentang hal ini?

Strategi apa yang harus dijalankan agar berbagai macam diskusi dan kajian tentang Pancasila tidak
mengaburkan makna Pancasila sebagaimana yang dirumuskan oleh para pendiri negara?

Jawab :

Pertama, nilai-nilai Pancasila perlu dikuatkan dengan pendekatan budaya. Pemerintah melalui
Kemdikbud harus menyusun strategi yang tepat, efektif, dan partisipatif tanpa paksaan.

Kedua, penguatan nilai-nilai Pancasila di sektor pendidikan. Generasi muda adalah masa depan bagi
ideologi Pancasila. Saat ini paparan ideologi radikal mulai mengancam generasi-generasi muda kita.

Ketiga, penegakan hukum. Nilai-nilai Pancasila yang ada dalam konstitusi telah tercermin dalam
sejumlah peraturan dan instrumen internasional yang telah diratifikasi untuk melindungi hak-hak warga
negara.

Soal 4

Reformasi secara harfiah berarti penataan kembali aspek-aspek atau bidang-bidang kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia. Penataan kembali berarti merapikan, merubah bentuk, yang berarti
tidak menghilangkan material aslinya. Di dalam reformasi selalu ada yang tetap, yang tidak lain adalah
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Rumusan Pancasila, sebagaimana yang terdapat di dalam
Pembukaan UUD NRI Tahun1945 tidak mengalami perubahan meskipun dilakukan amandemen
terhadap Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945.

Menurut pendapat Anda, pertimbangan apa sajakah yang menjadi alasan tidak diubahnya Pancasila di
tengah bergulirnya proses reformasi? Jelaskan jawaban Anda!

Jawab : Menurut pendapat saya Pertimbangan mengenai pancasila yang sudah sejak lama menjadi
ideologi negara Indonesia. dan juga karena pancasila sudah mencakup hal hal yang penting dan ringkas
untuk dijadikan sebagai landasan negara.

Anda mungkin juga menyukai