Disusun Oleh :
Della Rahmattia
Analisis Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya
A.A. Navis
Disetujui
i
LEMBAR PERSEMBAHAN
Saya ucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam mebuat karya tulis ilmiah ini. Dengan selesainya karya tulis ilmiah yang
berjudul “Analisis gaya Bahasa Dalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A.
Navis”. Karya tulis ilmiah ini saya persembahkan kepada:
1. Allah S.W.T yang telah membatu saya dengan dipermudahkan proses pembutan
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Nur Suryanah, S.Pd yang telah membimbing saya, selama saya membuat
sampai dengan selesainya Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Kedua orang tua saya, yang saya hormati dan saya sayangi. Bapak Deden Julyanto
dan Ibu Dedeh Suryani, yang telah merawat dan mendidik saya dan tidak pernah
berhenti mendoakan saya.
4. Teman-teman kelas XI BAHASA yang juga telah membantu dan mendukung saya
untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
ii
Daftar Isi
Lembar Pengesahan
Lembar Persembahan
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab V Penutup
1. Kesimpulan ...............................................................................................
2. Saran .........................................................................................................
Daftar Pustaka
Lampiran
iii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Gaya bahasa merupakan penggunaan kata-kata dalam berbicara atau menulis
untuk memengaruhi pembicara atau pendengar. Gaya bahasa atau majas memiliki
4 jenis yaitu majas perbandingan, majas penegasan, majas sindiran, dan majas
pertentangan.
Dipilihnya cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis yaitu karena
cerpen ini memiliki keistimewaan dibandingkan dengan cerpen A.A. Navis yang
lain. Keistimewaannya yaitu terletak pada alur dan latar penceritaan pada cerpen
karya A.A. Navis yang tidak seperti biasanya. Tidak biasanya karena A.A. Navis
menceritakan suatu peristiwa yang terjadi di alam lain pada cerpen ini. Bahkan di
sana terjadi dialog antara tokoh manusia dengan Sang Maha Pencipta. 1
Dari permasalahan tersebut, penulis mencoba menganalisis sebuah cerpen yang
cukup fenomenal yang berjudul “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis.
Dengan maksud supaya dapat mengapresiasi cerpen tersebut melalui analisis ini
yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis
gaya bahasa dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana gaya bahasa yang digunakan dalam kumpulan cerpen Robohnya
Surau Kami?
2. Mengapa gaya bahasa sangat diperlukan dalam teknik penulisan dalam sebuah
buku?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penggunaan gaya bahasa dalam kumpulan cerpen
Robohnya Surau Kami.
1
Awan Sudiawan, “Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami”
https://awan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ diakses
kamis, 11 Januari 2020, pukul 13.20 WIB.
1
2
2. Untuk memahami gaya bahasa cara khas dalam menyampaikan pikiran dan
perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.
D. Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para siswa
SMAN 1 Karawang dalam menambah pengetahuan dan keterampilan yang
berhubungan dengan tulisan yang berkadar ilmiah. Hasil pendeskripsian tulisan
berkadar ilmiah ini nantinya dapat dijadikan sebagai pedoman atau panduan bagi
siswa siswi sebagai pembelajaran menulis yang berkadar ilmiah.
E. Sistematika Penelitian
a. Bagian Pembuka
1) Halaman Sampul
2) Halaman Judul
3) Halaman Pengesahan
4) Halaman Persembahan
5) Daftar Isi
b. Bagian Isi
BAB I PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
2) Perumusan Masalah
3) Tujuan Penelitian
4) Kontribusi Penelitian
5) Sistematika Penelitian
BAB V PENUTUP
1) Kesimpulan
2) Saran
c. Bagian Akhir
1) Daftar Pustaka
2) Lampiran
BAB II
Tinjauan Pustaka
Dengan demikian, aliran Platonik mengatakan baha ada karya yang memiliki
gaya dan ada karya yang sama sekali tidak memiliki gaya. Sebaliknya aliran
Aristoteles mengatakan bahwa sema karya memiliki gaya, tetapi ada karya yang
memiliki gaya yang tinggi ada yang rendah, ada krya yang memiliki gaya yang kuat
ada yang lemah ada yang memiliki gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa
gaya ada cara mengungkapan diri sendiri, entah melalui bhasa, tingkah laku,
berpakaian, dan sebgainya. Dengan menerima pengertian ini, maka kita dapat
mengatakan, “Cara berpakaiannya menarik perhatian orang banyak”, “Cara
menulisnya lain daripada kebanyakan orang”, “Cara jalannya lain dari yang lain”,
yang memang sama artinya dengan “Gaya berpakaian”, “Gaya menulis” dan “Gaya
berjalan”. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa.
Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan
seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin
4
5
baik pula penilaian orang terhadapnya; semakin buruk gaya bahasa seseorang,
semakin buruk pula penilaian diberikan padanya.
Akhirnya style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis (pemakai bahasa).2
Adapun pengertian dan contoh kalimatnya dalam setiap majas, yaitu sebagai
berikut :
a. Majas Perbandingan
1) Majas personifikasi
Majas Personifikasi adalah majas dengan menggunakan gaya bahasa
yang uangkapannya seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat
bersikap seperti manusia. Majas ini membandingkan benda mati dan manusia.
Jadi intinya adalah pada kata “person” yang berarti orang, atau mengorang-
orang-kan benda mati.
Contoh : pensil itu menari-nari di atas kertas untuk menghasilkan gambar yang
begitu indah.
2) Majas Metafora
Majas Metafora adalah suatu majas yang menggunakan sebuah objek
yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan, melalui suatu
ungkapan. Jadi, satu objek dibandingkan dengan objek lain yang serupa
sifatnya, tetapi bukan manusia.
3) Majas Hiperbola
Majas Hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan
kesan yang berlebihan, dan bahkan membandingkan sesuatu dengan cara yang
hampir tidak masuk akal.
2
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016, hlm 112-
113)
6
Contoh : Kakek itu bekerja banting tulang siang malam untuk menghidupi
cucu-cucunya.
4) Majas Eufemisme
Majas Eufemisme adalah majas dengan gaya bahasa yang
menggantikan kata-kata yang dianggap kurang baik atau kurang etis, dengan
padanan kata yang lebih halus dengan bermakna sepadan.
5) Majas Asosiasi
Majas Asosiasi adalah majas yang mengguanakan ungkapan dengan
membandingkan dua objek berbeda, namun dianggap sama, yang dilakukan
dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak, atau seperti.
Contoh : meskipun bukan saudara kembar, tapi kakak beradik itu bak pinang
dibelah dua.
6) Majas Metonimia
Majas Metonimia adalah majas yang menggunakan gaya bahasa
dengan menyandingkan merek atau istilah tertentu yang sudah populer, untuk
merujuk benda yang sebenarnya lebih umum.
Contoh : agar gigi bersih, kita harus rajin menggosok gigi dengan odol
7) Majas Simile
Majas simile adalah majas yang membandingkan kegiatan dengan
menggunakan ungkapan yang maknanya serupa dan disampaikan secara lebih
lugas atau eksplisit. Jadi pembaca langsung bisa menebak arti dari perumpaan
yang digunakan.
7
8) Majas Alegori
Majas Alegori adalah majas dengan gaya bahasa yang menyandingkan
suatu objek dengan kata-kata kiasan bermakna konotasi atau ungkapan.
9) Majas Sinekdok
Majas Sinekdok ini menunjukkan adanya perwakilan dalam
mengungkap sesuatu. Majas sinekdok ini terbagi menjadi dua yaitu Sinekdok
Pars Pro Toto dan Sinekdok Totem Pro Parte.
Sinekdok Pars Pro Toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan
sebagaian unsur dengan maksud mewakili keseluruhan benda. Sedangkan
Sinekdok Totem Pro Parte adalah kebalikannya, yaitu berupa gaya bahasa yang
menunjukkan keseluruhan bagian yang mewakili hanya pada sebagian benda
atau situasi saja.
Contoh :
Pars Pro Toto : selama seminggu ini, Riyan belum juga menampakkan batang
hidungnya.
Contoh : Silvi adalah bunga desa menunjukkan sosok yang banyak dikagumi. 3
Contoh : dengan telaten, ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan
memilih berbau manis.
Contoh : Si tampan yang dahulu kita kenal sekarang wajahnya telah berubah
3
Hasna Wijayanti “Majas atau Gaya Bahasa: Pengertian, 24 Macam dan Contoh”
https://portal-ilmu.com/majas-atau-gaya-bahasa/ diakses selasa, 4 Fbruari 2020, pukul 19.30
WIB.
9
Contoh : terpacu untuk menujukkan kemampuan, tidak mau kalah dari arsitek
laki-laki, membuatku selalu pulang lebih malam daripada mereka.
Contoh : lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang
membuat Otok kian terkesima.
Contoh : apa kabar, Roni? (padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)
Contoh : kucing itu berfikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap
tikus di depannya.
Contoh : Keadaan sunyi disini lebih menyenangkan dari pada kebisingan di ibu
kota.
Contoh : kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein
Contoh : Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
b. Majas Penegasan
1) Majas Pleonasme
Majas Pleonasme adalah majas yang menambahkan keterangan pada
pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya
tidak diperlukan.
2) Majas Repitisi
Majas Repitisi adalah majas perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama
dalam suatu kalimat.
Contoh : Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.
3) Majas Retoris
Majas Retoris adalah majas ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah
terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
4) Majas Antiklimaks
Majas Antiklimaks adalah majas pemaparan pikiran atau hal secara
berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang
sederhana/kurang penting.
Contoh : Ketua pengadilan negeri itu adalah seorang yang kaya, pendiam, dan
tidak terkenal namanya
5) Majas Paralelisme
Majas Paralelisme adalah majas pengungkapan dengan menggunakan kata,
frasa, atau klausa yang sejajar.
Contoh : Baik golongan yang tinggi maoun golongan yang rendah, harus
diadili kalu bersalah.
6) Majas Tautologi
Majas Tautologi adalah majas perulangan kata dengan menggunakan
sinonimnya.
Contoh : Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri.
12
7) Majas Apofasis
Majas Apofasis adalah majas penegasan dengan cara seolah-olah
menyangkal yang ditegaskan.
Contoh : Aku sendiri sebetulnya ingin sekali membeli barang yang kau
tawarkan itu. Namun apa daya, aku harus katakan bahwa aku tidak akan
membeli barang yang kau tawarkan itu karena aku sedang tidak ada uang saat
ini.
8) Majas Pararima
Majas Pararima adalah majas pengulangan konsonan awal dan akhir dalam
kata atau bagian kata yang berlainan.
Contoh : Para pemuda yang sedang bermain judi itu kocar kacir ketika polisi
tiba-tiba datng menggerebek mereka.
9) Majas Aliterasi
Majas Aliterasi adalah repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
Contoh : Hapus saja, kenangan yang tak seberapa itu memang sudah
sepantasnya terhapus.
Contoh : Bisa ular kobra bisa membunuh orang yang menjadi korban
gigitannya dalam hitungan detik.
13
Contoh : Anak-anak dibawah umur dilarang ikut serta, hanya orang dewasa
yang telah berumur lebih dari 17 tahun diperbolehkan mengikuti
perlombaan.
Contoh : Kukecup kening beliau untuk terakhir kalinya sebelum wajah itu
ditutupi kain kafan.
Contoh : Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan , sudah lima
kali.
Contoh : Setelah merapikan tempat tidur, lalu dia mandi, kemudia bersiap-siap
untuk berangkat ke sekolah dan tidak lupa berpamitan kepada orang
tuanya.
Contoh : Pak Adi, manager divisi periklanan yang bari dipindahkan dari kota
Malang, orangnya masih muda dan lajang.
Contoh : Kecelakaan itu sangat parah, kedua motor hanvur lebur, terbanting
sejauh sekitar 10 meter dari tempat kejadian, kedua pengendara motor tersebut
luka parah.
15
Contoh : Jangan kamu bertahu ib, kalau tadi aku idak berangkat sekolah.
Contoh : “Lalu bagaimana solusi terbaik jika terjadi kesalahan pada sistem ini
bu?” tanyaku penasaran perihal topik serba serbi sistem komputer yang
diajarkan oleh Bu Desliana.
Contoh : Kebodohanku, teralu mudah percaya dengan orang hanya karena dia
bersikap baik.
Contoh : Perlu saya ingatkan, kakek saya itu peramah dan juga pemarah.
16
c. Majas Pertentangan
1) Majas Paradoks
Majas Paradoks adalah majas pengunkapan dengan menyatakan dua hal
yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
2) Majas Antitesis
Majas Antitesis majas yang pengukapan dengan menggunakan kata-
kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
Contoh : Meraka sudah kehilangan banyak dari harta bendanya, tetapi mereka
juga telah banyak memperoleh keuntungan daripadanya.
Contoh : Ketika paman datang, beliau membawakan kami semua jenis buah-
buahan dari desanya, kecuali durian yang gagal panen.
4) Majas Oksimoron
Majas Oksimoron adalah paradoks dalam suatu frasa.
d. Majas Sindiran
1) Majas Ironi
Majas Ironi adalah majas sindiran dengan menyembunyikan fakta yang
sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
2) Majas Sinisme
Majas Sinisme adalah majas ungkapannya yang bersifat mencemooh
pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia .
3) Majas Sarkasme
Majas Sarkasme adalah majas sindiran langsung kasar.
Contoh : Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak
udang isi kepalamu!
4) Majas Satire
Majas Satire adalah majas yang pengunkapannya menggunakan
Sarkasme, Ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan,
kebiasaan, dll.
Contoh : Badan sih boleh tinggi, tapi hatinya jangan tingi juga dong!
5) Majas Innuendo
Majas Innuendo adalah majas sindiran yang bersifar mengecilkan fakta
sesumgguhnya
Contoh : Ia menjadi kaya-raya karena sedikitmegadakan komersialisasi
jabatannya.
B. Hakikat Cerpen
Cerpen atau cerita pendek adalah bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek
cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain
yang lebih panjang, seperti novella dan novel. 4
Berdasasrkan jumlah katanya cerpen dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
sebagai berikut :
4
Wikipedia, “Cerita Pendek” https://id.m.wikipedia.org/wiki/Cerita_pendek diakses kamis, 4
Februari 2020, pukul 19.50 WIB.
18
1. Cerpen mini (flash), cerpen yang memuat jumlah kata antara 750 kata
hingga 1.000 kata
2. Cerpen ideal, cerpen yang memuat jumlah kata antara 3.000 hingga 4.000
kata.
3. Cerpen panjang, cerpen ini merupakan jenis cerpen terpanjang yakni
memuat 10.000 kata5
Adapun ciri-ciri cerpen beserta penjelasannya, baik dari segi bahasa, plot
cerita, penokohan, panjang kata dan lain-lain. Ciri-ciri nya yaitu :
Pada umumnya cerpen tidak boleh lebih dari 10.000 kata. Hal ini kemudian
banyak diakui sebagai salah satu karakteristik cerpen. Artinya sebuah cerpen
harus memiliki jumlah kata di bawah 10 ribu kata.
c. Bersifat fiktif
Dalam cerpen hanya memiliki alur tunggal. Artinya plot cerita pada
cerpen hanya memiliki 1 alur cerita saja. Dalam 1 alur cerita ini terdapat
berupa masalah dan penyelesaiannya di akhir cerita. Tidak ada sub-plot atau
alur cerita lain yang ada pada cerpen.
5
Jagad.id, “Pengertian Cerpen: Ciri-ciri, Jenis, Kaidah, Unsur Intrinsik Ekstrinsik”
https://jagad.id/cerita-pendek/ diakses kamis, 4 Feberuari 2020, pukul 20.00 WIB.
19
Umumnya cerpen dapat dibaca dalam waktu singkat, dalam kata lain,
tidak membutuhkan waktu lama untuk membaca keseluruhan isi cerita
cerpen seperti novel. Cerpen dapat selesai dibaca dengan sekali duduk.
Karakteristik cerpen memiliki alur cerita tunggal. Selain itu alur cerita
pada cerpen juga bersifat lur atau maju sesuai kronologi waktu.
Pada cerpen tidak menggambarkan semua kisah para tokohnya. Hal ini
karena dalam cerpen yang digambarkan hanyalah inti sarinya saja. Artinya
hanya tokoh utama saja yang diberi penokohan dan menjadi fokus cerita.
Dalam cerpen akan ada suatu masalah atau konflik yang dihadapi oleh
tokoh utama cerpen. Hal ini menjadi plot dasar yang selalu ada pada tiap
cerpen. Selain itu alur cerita pada cerpen juga bersifat lurus atau maju
sesuai kronologi waktu.
20
6
ZonaReferensi, “13+ Ciri-ciri Cerpen Beserta Karakteristik dan Penjelasannya [lengkap]”
https://www.zonareferensi.com/ciri-ciri-cerpen/ diakses kamis, 4 Februari 2020, pukul 20.10
WIB.
BAB III
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deksriptif kualitatif yaitu pemecahan masalah
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan suatu objek. Meurut Hadari
Nawawi dalam Siswantoro(2010: 56) metode deksriptif diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian kualitatif
menghasilkan data deskripsiberupa kata-kata, gambaran, dan bukanangka-angka
(Moloeng, 2000: 3).7
D. Definisi Operasional
Majas atau gaya bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek
tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa
sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan,
baik secara lisan maupun tertulis. 8
7
Suryati, “Analisis Gaya Bahasa Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A.
Navis” dikutip dari Univeritas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang (Disertasi yang
diterbitkan, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 2014)
https://jurnal.umrah.ac.id/?p=2717 diakses minggu, 26 Januari 2020, pukul 14.20 WIB.
8
Wikipedia, “Majas” https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majas diaskses kamis, 4 Februari 2020,
pukul 19.45 WIB.
21
22
F. Instrumen Penelitian
Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya :
1. Alat :
a. Handphone
b. Data internet
c. Transportasi
2. Bahan :
a. Buku refensi
b. Stabilo
c. Pulpen
G. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, setiap langkah yang dilakukan peneliti telah diusahakan
sesuai dengan prosedur ilmiah. Namun, masih terdapat keterbatasan yaitu :
1) Kesalahan dalam pengetikan yang tidak sesuai dengan kalimat baku.
2) Kurang telitinya penulis dalam mengutip kalimat yang berada di dalam buku
kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami.
BAB IV
Hasil Penelitian
Pada bab IV ini akan dijelaskan hasil analisis dan pembahasan mengenai majas
Perbandingan, Majas Penegasan, Majas Pertentangan, dan Majas Sindiran dalam buku
kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A Navis. Dari masing masing Majas
tersebut hanya ada 17 Majas yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Robohnya Surau
Kami yaitu Majas Repetisi yaitu 56 kalimat, Majas Hiperbola 29 kalimat, Majas Metafora 11
kalimat, Majas Simile 5 kalimat, Majas Sarkasme 10, Majas Epizeuksis 3 kalimat, Majas
Personofikasi 4 kalimat, Majas Sinekdoke 1 kalimat, Majas Asonansi 1 kalimat, Majas
Inuendo 2 kalimat, Majas Anafora 2 kalimat, Majas Pleonasme 1 kalimat, Majas Eufimisme 1
kalimat, Majas Ironi 1 kalimat, Majas Antitesis 2 kalimat, Majas Pararelisme 3 kalimat, dan
Majas Siniseme 2 kalimat.
A. Majas Repetisi
Majas repetisi adalah majas perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama
dalam suatu kalimat. Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk
Majas Repitisi adalah :
1. Ketika sekali ia menceritakan bagaimana sifat seekor katak, dan kebutulan
ada pula seorang yang ketagihan jadi pemimpin berkekuan seperti katak
itu, maka untuk selanjutnya pemimpin tersebut kami sebut pemimpin
katak. Hlm. 3.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
pemimpin diulang sebanyak 3x dan kata katak diulang sebanyak 3x
5. Tak sesat sedikit pun kami membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang
Mahakuasa setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukkan kami
ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tidak diingini, maka disini,
atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman
yang ku jatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke
surga sebgaimana yang Engkau janjikan dalam Kitab-Mu. Hlm. 10.
Penjelas : Kalimat ini termasuk Majas Repitsi dikarenakan kata kami
diulang sebayak 4x dan kata maka diulang sebanyak 2x.
6. Dan Engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu,
saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas, kau
lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh
tidak membanting tulang. Hlm. 11-12.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata suka,
saling, beribadat diulang sebanyak 2x dan kata kau diulang sebanyak 3x.
8. Aku sudah tua, sudah banyak pengalaman. Aku sudah mengerti benar
segala sifat dan fiil. Hlm. 29.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata aku
diulang sebanyak 2x dan kata sudah diulang sebanyak 3x.
9. “Tentulah gadis itu gila. Ya, tentulah dia itu gila.” Kata orang tua itu
seraya memandang kepada Hasibuan yang duduk dihadapannya. Hlm. 29.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata itu
diulang sebanyak 2x dan kata gila diulang sebanyak 3x.
10. sedang aku sudah tua. Sudah lama hidup dan banayk pengalaman. Aku
sudah tahu betul akan kongkalikong hidup manusia ini. Hlm. 33.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan Kata aku,
hidup diulang sebanyak 2x dan kata sudah diulang sebanyak 3x.
12. Dan ... memeriksa, ia mendengar betapa meriahnya susana dalam lubang
di bawah lok itu, orang-orang lain yang sedang bekerja di bagian laik lok
itu ikut pula masuk ke lubang itu. Hlm. 42.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk majas Repetisi dikarenakan kata lubang,
lok, dan itu diulang sebanyak 2x.
26
13. Topi itu tiga tahun yang lalu dibelinya di Semarang, ketika ia
dipindahkan ke kota kecil Padang Panjang. Kota penghujan itu
menjadikan topi itu lekas tua. Dan untuk penggantinya di kota itu tidak
mungkin, karena tidak ada orang jual. Meski topi helm itu telah tinggal
tergantung di kapstok di rumahnya, namun julukan “Si Topi Helm” masih
juga lengket pada Tuan O.M sampai ia dipindahkan ke Bandung. Hlm. 44.
Penjelasan : Kalimat ni termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata topi,
dipindahkan diulang sebanyak 2x dan kata kota diulang sebanyak 3x.
14. Pada waktu buruh bengkel kereta api yang dikerahkan R.M Gunarso sibuk
mengepak perabotan rumah yang akan dibawa pindah, topi helm yang tua
itu sampai terlupakan. Barulah ketika rumah itu sudah kosong, Nyonya
Gunarso melotot melihat sang topi tergantung sendiri pada paku di dinding.
Hlm. 44.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata rumah
dan kata topi diulang sebanyak 2x.
15. Dan Pak Kari menatap mata perempuan itu dengan nanap, seperti ada
suatu perjanjian antara mereka, bahwa topi itu seharusnya buat dia
diberikan perempuan itu. Tapi perempuan itu berkaa, “Coba dulu siapa
yang pas betul.” Hlm. 45.
Penejlasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata
perempuan itu diulang sebanyak 3x.
16. Akan tetapi semenjak Pak Kari menjadi pemilik baru topi helm yang besar
itu ia pun mendapat julukan. Bukan Si Topi Helm sebagaimana yang
ditonggokkan kepada Tuan O.M., melainkan ia mendapat nama julukan Si
Gunaro. Berbeda dengan Tuan O.M. yang tidak menyenangi nama julukan
yang diberikan orang dengan Si Topi Helm, Pak Kari malah merasa
bahagia dipanggil Si Gunarso. Hlm. 46.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
julukan diulang sebanyak 3x dan kata si topi helm diulang sebanyak 2x.
27
18. Akan tetapi topi itu tidak praktis dipakai oleh tukang rem di daerah
pegunungan, yang seringkali memeriksa roda apakah masih berputar atau
terhenti karena dicekam rem pada waktu kereta api meluncur di
penurunan. Karena kalau rel yang licin di kala hujan, roda gerbong yang
terlalu kuat dicekam rem akan terhenti berputar, namun kereta api terus
meluncur juga, akan bisa menyebabkan gerbong terlepas dari rel bila tiba
di tikungan. Akan tetapi bila gerbong tidak direm, kereta api akan kian
kencang meluncur. Hlm. 48.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
dicekam rem, rel diulang sebanyak 2x dan kata kereta api, meluncur,
dan gerbong diulang sebanyak 3x.
19. Jika bunyi itu ditimbulkan oleh pergeseran roda dengan rel, itu artinya
roda sudah berhenti berputar. Bisa-bisa pada satu tikungan yang tajam,
roda itu keluar dari rel. Dan itu berbahaya sekali. Kalau roda berhenti
berputar, rem mesti dilonggarkan sedikit. Hlm. 51.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas repetisi dikarenakan kata roda
diulang sebanyak 4x dan kata rel diulang sebanyak 2x.
20. Seorang tukang rem mengatakan bahwa saat terakhir ia melihat Pak Kari
ketika kereta api akan menempuh jembatan berpelengkung setelah air
mancur terlewati. Ia melihat Pak Kari berjongkok sambil bergayut dengan
sebelah tangannya. Bergaulah susana setelah mendengar penjelasan
tukang rem itu. Ingatan orang kembali pada peristiwa beberapa tahun
yang lalu. Seorang tukang rem disambar pelengkung jembatan itu
kepalanya ketika berjongkok-jongkok melihati keaadaan roda. Persis
28
seperti yang dilakukan Pak Kari di jembatan itu juga. Dan tukang rem itu,
Si Buyung, akhirnya ditemui sejauh satu kilometer di hilir Batang Anai.
Tersekat pada sebuah batu besar. Tak bernyawa lagi. Hlm. 52.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata tukang
rem diulang sebanyak 4x dan kata jembatan diulang sebanayk 3x.
21. Dan Masinis yang memegang pimpinan kereta api batu bara itu
mengambil putusan untuk membawa lok dan sebuah gerbong kembali ke
arah jembatan yang dikira telah mencelakakan Pak Kari. Beberapa tukang
rem dibawa untuk mengawasi Batang Anai yang mengalir sejajar rel
kereta api itu dan akan membantu mengangkat Pak Kari yang mungkin
telah jadi mayat seperti Si Buyung beberapa tahun yang lalu. Di sepanjang
jalan tak putus-putusnya peluit lok dibunyikan. Siapa tahu kalau-kalau Pak
Kari bisa mendengarnya, pikir Masinis itu. Hlm. 52.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata masinis,
kereta api, dan lok diulang sebanyak 2x.
22. Hari datang hari pergi. Semua orang sudah lupa pada peristiwa topi helm
Pak Kari. Malah orang pun lupa sudah bahwa pada suatu kali Pak Kari
pernah menjunjung topi helmnya Tuan O.M., Tuan O.M., yang ditakuti
mereka. Orang juga lupa, oleh topi helm itu Pak Kari pernah hendak
mengamuk, bahwa Pak Kari pernah meninggalkan gerbongnya karena topi
helmnya jatuh dilanggar pelengkung jembatan sehingga orang menyangka
Pak Kari lah yang terlanggar dan jatuh ke batang air seperti Si Buyung
pada masa lalu. Hlm. 55.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata orang
diulang sebanyak 4x dan kata topi helmnya diulang sebanyak 2x.
23. Akan tetapi sekali hari, ketika Pak Kari sedang bekerja mengeruk-ngeruk
tahi arang dari lambung lok di stasiun Kayutanam, tiba-tiba ia melihat
seorang mandor jalan kereta api. Mandor itu memakai topi helm. Topi
helm yang persis sama dengan topi helmnya. Topi helm yang terbakar
hangus dalam tungku api di lambung lok itu juga. Hlm. 55.
29
25. Waktu itu ia masih muda. Dan hatinya patah sudah. Dan ia merasa-
merasakan, bahwa bahagia tak mungkin lagi datang padanya. Tapi
kesunyian menerpanya selalu. Sepi sekali. Itu tiada terderitakan. Dan
datangnya pada malam di waktu matanya tak hendak terpicingkan.
Datangnya mengoyak-ngoyak. Maka akhirnya ia kawin lagi. Hlm. 60.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majaas Repetisi diakreanakan kata
waktu, tak, dan datangnya diulang sebanyak 2x.
26. Lama kemudian ia kawin lagi. Tapi bercerai pula akhirnya. Kawin dan
cerai lagi. Dan terasalah olehnya bahwa rumah tangga tak mungkin
memberikan kesenangan lagi baginya. Lalu kesepian hatinya diisinya
dengan perempuan yang takkan mengikatnya dengan syarat-syarat kawin.
Hlm. 61.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata waktu,
tak, datangnya diulang sebanyak 2x dan kata kawin, lagi diulang
sebanyak 3x.
27. Ah, ibu Masri Cuma satu. Cuma satu perempuan seperti dia. Dia baik.
Baik sekali. Semua orang suka padanya. Semua orang. Dan dia pandai,
pandai dalam segala hal. Tapi, yah, tuhan terlalu cepat mengambil tiap-
tiap yang dikasihi seseorang. Hlm. 61.
30
29. Dan kemudian datang suratmu lagi. Juga tak kubalas. Dan suratmu yang
ketiga beserta wesel uang itu, tidak mengguncangkan hatiku dari
penderianku semula. Tapi Masri, uang itu aku ambil juga ke kantor pos
akhirnya. Karena terpaksa. Karena ada orang lain yang hendak kutolong
dengan uang kirimanmu. Hlm. 64.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas repetisi dikarenakan kata suratmu,
itu, karena diulang sebanyak 2x dan kata uang diulang sebanyak 3x.
30. Cerita maaf, memang paling mudah diucapkan oleh orang yang telah
merasakan hidup senang. Tapi bagiku, orang yang selamanya dalam
kesulitan ini, cerita maaf haruslah diperhitungkan dulu. Hlm. 68.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata cerita
maaf dan kata orang diulang sebanyak 2x.
31. Tapi apalah arti waktu. Waktu hanya suatu ukuran yang tak mampu
memisahkan ingatan dan kenangan yang pernah terjadi. Dan dalam waktu
yang berlalu, semua cerita yang terjadi dalam jaraknya yang tumbuh dan
hidup sepanjang masa, meski antara pelakunya tiada lagi kini. Hlm. 75.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi karena kata waktu
diualng sebanyak 3x.
tanpa upacara dan pesta-pestaan. Hanya tiga orang saja yang hadir dalam
upacra pemberontakan itu. Yaitu aku, Kakek Montok si tukang cukur,
dan Maria. Dan maria inilah yang memberikan bahan cerita celaka ini,
melalui upacara pemberontakanku. Hlm. 76.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
pemberontakanku dan kata pemberontak diulang sebanyak 2x.
33. Aku erasa ibu minta nyawa. Dan kueratkan pelukanku ke dadanya dalam
sedu sedanku rasanya kukatakan kepada Ibu, “Ibu, ibu jangan mati. Bu.
Aku tak mau seperti Maria. Kalua ibu mati, aku juga mau mati.” Tapi Ibu
tak menyahuti kata-kataku. Karena, ya, aku hanya berkat dalam hatiku
seorang. Hlm. 80.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas repetisi dikarenakan kata ibu
diulang sebanyak 5x dan kata mati diulang sebanyak 2x.
35. Tak usah bayar. Sebab kau sudah ajarkan aku main sembang, main lore,
dan main congklak, kau anak baik. Tapi aku tak bisa beri kau apa-apa.
Aku tak punya apa-apa. Tapi kalau aku punya, pasti akan kuberi kau. Hlm.
82.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata tak dan
kata main diulang sebanyak 3x,
36. Ibu menyuruh Maria pulang dulu supaya mengatakan pada Mak Pasah,
bahwa Ibu akan menggantinya nanti bila ayahku pulang. Tapi Maria tak
mau pulang. Ibu membujuk juga. Tapi Maria tak juga mau pulang.
32
Setelah lama dibujuk dan didesak Ibu, bahkan Kakek pun ikut membujuk,
barulah Maria mau pulang. Hlm. 84.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata pulang
diulang sebanyak 4x dan kata membujuk diulang sebanyak 2x.
37. Mulanya aku suka menangis. Menangisi segala yang sudah hilang. Tapi
kini aku tak menangis lagi. Hlm. 88
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
menangis diulang sebanyak 2x.
38. Sebagai suami, sebagai ayah, sebagai laki-laki, sebagai manusia juga,
seperti yang kita omongkan dulu, kau dapat mencapai sesuatu yang
kauinginkan. Hlm. 89.
Penjelasan : kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata sebagai
diulang sebanyak 4x.
39. Kaki itu kaki yang dulu juga. Kaki yang pernah menggodaku. Sekarang
kaki itu terhampar begitu saja. Dan aku tak dapat memandangnya lama-
lama, karena kaki itu tidak berbicara pa-apa lagi bagiku lagi. Hlm. 91.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata kaki
diulang sebanyak 5x.
40. Doa serasa tak berharga kni. Tiap-tiap orang punya doa. Dan doa sekedar
doa, tak ada gunanya. Hlm. 91.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata doa
diulang sebayak 5x.
41. Tapi dia tidak menoleh lagi. Hilang di balik belukar itu. Dan belukar itu
bertambah ria menari ditiup angin dari gunung. Angin dari gunung yang
meniup belukar hingga bergoyang dan menari ria itu, angin itu juga yang
meniup aku, meniup Nun, dan meniup gadis kecil itu. Hlm. 95.
33
42. Dengan kata-kata tajam dia berkata lagi, “ke aman? Ke amana, katamu?
Kalau dulu, kaulah yang selalu mengajak aku. Kau yang menentukan ke
mana kita mau pergi. Tapi kini sesudah aku begini, mengapa kau tak
mengajak aku lagi?”. Hlm. 99.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
mengajak diulang sebanyak 2x.
43. Nyonya. Kalau Nyonya tidak kasihan kepadaku, kasihanilah bayi ini,
Nyonya. Dia tidak berayah lagi, Nyonya. Hlm. 103.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata nyonya
diulang sebanyak 4x.
45. Waktu itu ia benar-benar merasakan Haris adalah suaminya yang ideal,
seperti yang diharapkannya dulu. Ia merasa senang pada Haris, suaminya.
Padahal selama ini ia begitu benci, muak, hingga ia menjadi cerewet dan
suka marah-marah. Hlm. 108.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata ia
diulang sebanyak 4x dan kata suaminya diulang sebanyak 2x.
34
46. Rem dapat menghentikan roda berputar, tapi dapat menghentikan kereta
api itu meluncur. Karena muatan berlebih dari kemanapun, kereta
melncur kian kencang dan kian kencang lagi. Hlm. 114.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata kereta,
meluncur, dan kian kencang diulang sebanyak 2x.
47. Tapi seseorang berkata lagi, “Angkat yang masih hidup.” Dan mereka
mencari korban yang masih hidup. Seorang korban yang merintih,
mereka angkat berdua. Hlm. 116.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata angkat,
masih hidup, mereka, dan korban diulang sebanyak 2x.
49. Ketika Jepang-jepang itu telah pergi ke tiang lain, Sidin tersandar keletihan
di bawah tiang. Hawa malam terasa dingin dengan tiba-tiba. Hawa
malam di lembah pegunungan itu. Hlm. 120.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata tiang
dan hawa malam diulang sebanyak 2x.
50. Ditampungnya air itu dengan kedua telapak tangannya, lalu dibawanya ke
mulutnya. Ia minum sepuas-puasnya untuk menghilangkan haus dan
mengisi perutnya yang kosong. Ia minum sampai keluar sendawa dari
mulutnya. Hlm. 121.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
mulutnya dan ia minum diulang sebanyak 2x.
35
52. Gerbong terbawah itu tergencet antara gerbong barang dan gerbong
penumpang. Pada bagian yang ditimpa gerbong di atasnya begitu
remuknya, hingga roda-roda gerbong yang menimpanya terbenam ke
dalam gerbong di bawah itu. Hlm. 123.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
gerbong diulang sebanyak 6x.
53. Pikirnya tak mungkin digunakan kampak itu untuk memotong mayat yang
menjepit itu. Kalau mesti menggunakannya, ia tak mampu
melaksanakannya. Ia keluarkan kepalanya lewat jendela yang dibongkar
itu. Pikirnya selintas, mungkin tadi kampak itulah yang digunakan untuk
memperlebar lubang jendela itu. Hlm. 126.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
kampak dan jendela diulang sebanyak 2x.
55. Kalau organisasi kami tidak bisa mereka caplok secara utuh, maka anggota
kamilah yang mereka preteli seorang demi seorang. Terutama anggota
yang potensial, kalau tidak anggota pengurus. Ada banyak yang berhasil
dicaplok atau di menteli. Hlm. 135.
36
B. Majas Hiperbola
Majas Hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan
yang berlebihan, dan bahkan membandingkan sesuatu dengan cara yang hampir
tidak masuk akal. Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas
Hiperbola adalah :
1. Api neraka tiba-tiba menghawakan kehangatannya ke tubuh Haji Saleh.
Hlm. 7
2. Pada suatu hari yang gilang gemilang, angan-angannya pasti merupa jadi
kenyataan. Hlm. 16.
3. “Bacakan pelan-pelan, biar sepatah demi sepatah bisa menjalari segala
saraf-sarafku.” Kata Ompi dengan terputus-putus. Hlm. 25.
4. Sehingga ledakan kegembiraan ini tak membunuhku. Hlm. 25.
5. Seolah pada asap itu terlukis segala ilham nasihatnya. Hlm. 28.
6. Sekurang-kurangnya, dia hendak mengorek isi kantungmu sampai tandas.
Itu paling kurang. Nasihatku dalam hal ini, begini. Meski dia menangis
sampai mengeluarkan air mata darah, jangan kau peduli. Hlm. 34.
7. Meskipun begitu, mataku yang tua ini, mata yang telah banyak melihat ini,
masih dapat menangkap suatu kekurangannya. Hlm. 39.
8. Nasihatku, kawini dia lekas. Jangan tunggu lama. Jangan biarkan angin
jahat masuk, seperti yang pernah kualami dulu. Hlm. 39.
37
23. Apa yang kutakutkan melihatnya tadi tersua juga jadinya. Hingga seluruh
bulu romaku berdiri rasanya. Hlm. 82.
24. Lalu kupegang tangan Ibu lebih kuat da tubuhku kurapatkan padanya.
Sedang bulu tengkukku rasanya berdiri. Hlm. 84.
25. Yang kurasaterpaan ucapannya pada mukaku, karena terasa terasa sebagai
umpatan yang pahit tapi dicelup dengan tengguli. Hlm. 93.
26. Kau sudah bosan. Pasti. Napasnya jadi tesengal-sengal kini. Hingga
dadanya turun naik dengan kencangnya. Hlm. 100.
27. Dan bersamaan ia dengar hatinya sendiri merintih dan lehernya
membengkak serta jakunnya terasa tersendat di lehernya untuk menhaan
jeritan hatinya keluar dari kerongkongan. Hlm. 125-126.
28. Tapi tenaganya bagai telah habis, karena tusukan rasa nyeri pada hampir
seluruh tubuhnya. Hlm. 128.
29. Tiba-tiba ketawa saya meledak, sehingga air mata saya pun berderai-derai.
Hlm. 138.
C. Majas Metafora
Majas Metafora adalah suatu majas yang menggunakan sebuah objek yang
bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan, melalui suatu ungkapan. Jadi,
satu objek dibandingkan dengan objek lain yang serupa sifatnya, tetapi bukan
manusia. 9 Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas
Metafora adalah :
1. Semua orang, tua-muda, besar-kecil, memanggilnya ompi. Hatinya akan
kecil bila dipanggil lain. Hlm. 15.
2. Ketika tersiar pula kabar, bahwa ada seorang ismail terhukum karena
maling dan membunh, ompi naik pitam. Hlm. 15.
3. Sekarang kau diomongi orang-orang yang busuk mulut, Anakku. Hlm. 17.
4. Dan oleh seleranya yang patah, Ompi bertambah menderita jua. Hlm. 21.
5. Ku karang cerita kenangan masa lalu dan angan-angan masa depan yang
meyenangkan. Ku ceritakan dengan hati yang kecut. Hlm. 23.
9
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016, hlm 139)
39
D. Majas Simile
Majas simile adalah majas yang membandingkan kegiatan dengan
menggunakan ungkapan yang maknanya serupa dan disampaikan secara lebih
lugas atau eksplisit. Jadi pembaca langsung bisa menebak arti dari perumpaan
yang digunakan. 10 Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas
Simile adalah :
1. Nama anaknya seolah ikut tercemar. Hlm. 15.
2. Dab semenjak itu ompi kurang punya kesabaran oleh kelambatan jalan hari.
Seperti calon pengantin yang sedang menunggu hari perkawinan. Hlm. 17.
3. Antara rusuh dan lega, Ompi gelisah juga menanti surat dari anaknya.
Layaknya macan lapar yang terkurung menunggu orang memberikan
daging. Hlm. 20
4. Ia merasa seperti bermimpi dan tububnya serasa seringan kapas yang
melayang ditiup angin. Hlm. 21.
5. Seluruh hidupnya bagai jadi meredup seperti lampu kemersikan sumbu.
Hlm. 21.
E. Majas Sarkasme
10
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016, hlm 138)
40
Majas Sarkasme adalah suatu acuan yang mengandung kepahitan dan celaan
yang getir. Sarkasme dapat saja bersifat ironis, dapat juga tidak, tetapi yang jelas
adalah bahwa gaya ini selalu akan menyakiti hati dan kurang enak di dengar.11
Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Sarkasme adalah :
1. Apalagi seorang studen dokter tentu takkan mau dengan gadis kampungan
yang kolot lagi. “Pilihlah saja gadis di Jakarta, Anakku. Gadis yang
sederajat dengan titelmu kelak.” Penutup suratnya. Hlm. 19.
2. “Hm. Apa yang kalian takutkan? Si topi helm?” ia mengejek. Apa pula
yang ditakutkan pada si pendek seperti kera itu kalian takut. Puahhh. Hlm.
43.
3. Dan sebelum Pak Kari sadar pada apa yang tengah terjadi atas dirinya,
masinis telah mengahrdiknya lagi, “Ayo, pergi kau, Babi!” Hlm. 55.
4. Kurang ajar kau. Bikin malu. Ayo pergi. Kau bukan anakku lagi! Hlm. 62.
5. Si ayah betul-betul hilang kesabarannya. Jika tadi perempuan jalang yang
dibayarnya sudah pandai menerima tawakannya, maka sekarang anaknya
sendiri yang menghinanya. Hlm. 63.
6. “Kau murtad, iyah!” “Lebih baik dari orang sepengecut kau!” hlm. 71.
7. Dan rupa anak itu begitu jelek. Seperti kera. Hlm. 101.
8. Dia selamanya merasa jijik pada orang yang kumal, bodoh, dan tak sopan
menurut pandangannya. Hlm. 101.
9. Tapi perempuan itu sudah menegurya, “Nyonya, kami dengar Nyonya
perlu babu.” Hlm. 102.
10. Kemudian ia memanjati pundak Sidin yang kurus kerempeng itu, lalu
dengan berpijak di pundak itu ia mengikatkan kawat-kawat. Hlm. 119.
F. Majas Epizeuksis
Majas Epizeuksis adalah majas yang bersifat langsung, artinya kata yang
dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.12 Dalam buku kumpulan cerpen
ini kalimat yang termasuk Majas Epizeuksis adalah :
11
Ibid., hlm 143
12
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016, hlm 127)
41
G. Majas Personifikasi
Majas Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan
benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-seolah memiliki
sifat-sifat kemanusiaan. 13 Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk
Majas Personifikasi adalah :
1. Maka darah Ompi kencang berdebar. Hlm. 21.
2. Dan telegram itu jatuh dan terkapar di pangkuannya. Hlm. 26.
3. Dan ketika matanya mengalih ke dalam tungku api di lambung lok, di
mana apinya sedang garang menyala, Pak Kari seperti melihat topi
helmnya yang dulu lagi. Menari-nari oleh nyala api. Dan kemudian seperti
terlihat dirinya di bawah topi yang menari-nari dalam nyala api itu. Hlm.
55.
4. Yang memangutnya tadi, serta merta terlempar jauh, terpelanting remuk.
Hl. 66.
H. Majas Sinekdoke
Sinekdoke adalah suatu istilah yang diturunkan dari kata Yunani
synekdechesthai yang berarti menerima bersama-sama. Sinekdoke adalah
semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk
menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk
menyatakan sebagian (totum pro parte). 14 Dalam buku kumpulan cerpen ini
kalimat yang termasuk Majas Sinekdoke adalah :
13
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016, hlm 140)
14
Ibid., hlm 142
42
1. “Aapa janji itu Bung lakukan?” tanya sobat saya yang bekas diplomat itu.
Hlm. 138.
I. Majas Asonansi
Majas Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi
vokal yang sama. 15 Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk
Majas Sinekdoke adalah :
1. Orang-orang muda sekarang lebih mudah digembalakan. Hlm. 137.
J. Majas Inuendo
Majas Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang
sebenarnya. Ia menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung, dan sering
16
tampaknya tidak menyakitkan hati kalau dilihat sambil lal. Dalam buku
kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Inuendo adalah :
1. Sedang mata pertamamu melihat aku tadi, kau melihat pengemis yang
dijijiki. Hlm. 93.
2. Tapi lebih terkenal sebagai pencari perempuan untuk oang-orang Jepang
dan dapat upah dengan menjualkan barang-barang curian milik Jepang
langgananya itu. Dan mak Gadang menjadi kaya karenanya. Hlm. 117.
K. Majas Anafora
Majas Anfora adalah repitisi yang berwujud perulangan kata pertama pada tiap
baris atau kalimat berikutnya. 17 Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang
termasuk Majas Anafora adalah :
1. Tentu Masri takkan begitu kalau bukan aku ayahnya. Tentu masri takkan
begitu kepada ayahnya. Tentu anak orang lain takkan berkata begitu
kepada ayhnya. Tentu aku ayah yang salah. Hlm. 63.
2. Ia tak tahu main sembang, tak tahu main congklak, tak tahu main lore
apalgi basbal. Hlm. 77.
15
Ibid., hlm 130
16
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016, hlm 144)
17
Ibid., hlm 127
43
L. Majas Pleonasme
Majas pleonasme adalah majas acuan yang mempergunakan kata-kata lebih
banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan. 18
Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Pleonasme
adalah :
1. Mendengar kalimat terakhir itu, hilanglah sinar mata kecewa orang tua itu.
Hlm. 31.
M. Majas Eufimisme
Majas Eufimisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang
halus untuk mengantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina,
menyinggung perasaan atau mengsugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan. 19
Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Eufimisme
adalah :
1. Bila perlu, meski dengan risiko besar, bangunkanlah kembali mahligai
angan-angannya.”. Hlm. 23.
N. Majas Ironi
Majas Ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakn sesuatu dengan makna
atau bermaksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-
katanya. 20 Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Ironi
adalah :
1. Siapa yang tak kenal dia. Indra Budiman. Seluruh jakarta kenal. Seluruh
gadis mengharap cintanya. Hlm. 18.
O. Majas Antitesis
Majas Antitesis adalah majas yang mengandung gagasan-gagasan yang
bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang
berlawanan. 21 Gaya ini timbul dari kalimat berimbang. Dalam buku kumpulan
kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Antitesis adalah :
18
Ibid., hlm 133
19
Ibid., hlm 132
20
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016, hlm 143)
21
Ibid., hlm 126
44
P. Majas Pararelisme
Majas Pararelisme adalah majas yang berusaha mencapai kesejajaran dalam
pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam
bentuk gramatikal yang sama. 22 Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang
termasuk Majas Pararelisme adalah :
1. Orang-orang perempuan yang minta tolong mengasahkan pisau atau
gunting, memberinya sambal sebagai imbalan. Orang laki-laki yang minta
tolong, memberinya imbalan rokok, kadang-kadang uang. Hlm. 2.
2. Secepat anak-anak berlari di dalamnya, secepat perempuan mencopoti
pakuannya. Hlm. 2.
Q. Majas Sinisme
Majas Sinisme adalah suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang
23
mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Dalam buku
kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Sinisme adalah :
1. Dan terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang, yang tak hendak
memlihara apa yang tidak dijaga lagi. Hlm. 2.
22
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016, hlm 126)
23
Ibid., hlm 143
45
DIAGRAM
Majas Repetisi
Majas Hiiperbola
Majas Metafora
Majas Simile
Majas Sarkasme
Majas Epizeuksis
Majas Personifikasi
Majas sinekdoke
Majas asonansi
Majas Inuendo
Majas Anafora
Majas Pleonasme
Majas Eufimisme
Majas ironi
Majas Ironi
Majas Antitesis
Majas Pararelisme
Majas Sinisme
4.1 Analisis Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerepen Robohnya Surau Kami
Dari data analisis Gaya Bahasa Dalam Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A.
Navis pada kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami adalah Majas Repetisi yaitu 56 kalimat,
Majas Hiperbola 29 kalimat, Majas Metafora 12 kalimat, Majas Simile 6 kalimat, Majas
Sarkasme 10, Majas Epizeuksis 3 kalimat, Majas Personofikasi 4 kalimat, Majas Sinekdoke 1
46
kalimat, Majas Asonansi 1 kalimat, Majas Inuendo 2 kalimat, Majas Anafora 2 kalimat, Majas
Pleonasme 1 kalimat, Majas Eufimisme 1 kalimat, Majas Ironi 1 kalimat, Majas Antitesis 2
kalimat, Majas Pararelisme 3 kalimat, dan Majas Siniseme 1 kalimat. Jadi dalam data analisis
ini Majas yang paling banyak adalah Majas Repitisi yaitu sebanyak 56.
Gaya Bahasa atau Majas sangat diperlukan dalam sebuh buku karena majas adaalah
sebuah kekayaan bahasa. Pemakaian ragamnya tertentu untuk memeperoleh efek-efek tertentu
yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup.
BAB V
Penutup
A. Kesimpulan
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa majas yang terdapat dalam
buku kupulan cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis sebanyak 17 majas
diantaranya : Majas Repetisi yaitu 56 kalimat, Majas Hiperbola 29 kalimat, Majas
Metafora 11 kalimat, Majas Simile 5 kalimat, Majas Sarkasme 10, Majas Epizeuksis 3
kalimat, Majas Personofikasi 4 kalimat, Majas Sinekdoke 1 kalimat, Majas Asonansi 1
kalimat, Majas Inuendo 2 kalimat, Majas Anafora 2 kalimat, Majas Pleonasme 1
kalimat, Majas Eufimisme 1 kalimat, Majas Ironi 1 kalimat, Majas Antitesis 2 kalimat,
Majas Pararelisme 3 kalimat, dan Majas Siniseme 2 kalimat.
B. Saran
1. Peneliti harus lebih sabar, teliti, dan cermat dalam melakukan praktikum agar
didapatkan hasil yang maksimal.
2. Peneliti harus mencari lebih banyak mencari referensi untuk bahan penelitian.
3. Untuk memaksimalkan sebuah karya tulis ilmiah ini, memerlukan banyak
konsultasi terhadap berbagai pihak, termask kepada guru pembimbing.
4. Harus banyak berdoa‟a kepada Allah S.W.T agar diberi kelancaran dalam proses
pengertian tugas ini.
47
Daftar Pustaka
Keraf, Gorys. 2016. Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama).
Navis, Ali Akbar.2010. Robohnya Surau Kami (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama).
Awan Sudiawan, Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami
https://awan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau
kami/ diakses kamis, 11 Januari 2020, pukul 13.20 WIB.
Wikipedia, Majas https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majas diaskses kamis, 4 Februari
2020, pukul 19.45 WIB.
Hasna Wijayanti, Majas atau Gaya Bahasa: Pengertian, 24 Macam dan Contoh
https://portal-ilmu.com/majas-atau-gaya-bahasa/ diakses selasa, 4 Fbruari
2020, pukul 19.30 WIB.
Wikipedia, Cerita Pendek https://id.m.wikipedia.org/wiki/Cerita_pendek diakses
kamis, 4 Februari 2020, pukul 19.50 WIB.
Jagad.id, Pengertian Cerpen: Ciri-ciri, Jenis, Kaidah, Unsur Intrinsik Ekstrinsik
https://jagad.id/cerita-pendek/ diakses kamis, 4 Feberuari 2020, pukul 20.00
WIB.
ZonaReferensi, 13+ Ciri-ciri Cerpen Beserta Karakteristik dan Penjelasannya
[lengkap] https://www.zonareferensi.com/ciri-ciri-cerpen/ diakses kamis, 4
Februari 2020, pukul 20.10 WIB.
Suryati, Analisis Gaya Bahasa Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A.
Navis dikutip dari Univeritas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang (Disertasi
yang diterbitkan, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 2014)
https://jurnal.umrah.ac.id/?p=2717 diakses minggu, 26 Januari 2020, pukul
14.20 WIB.
48
Lampiran
49
50
2. Secepat anak-
anak berlari di
dalamnya, secepat
perempuan
mencopoti
pekayuannya.
Dan yang
terutama ialah Majas 2
sifat masa bodoh Paralelis
manusia me
sekarang, yang
tak hendak
memelihara apa
yang tidak dijaga
lagi.
3. Dan yang
terutama ialah
sifat masa bodoh
manusia
sekarang, yang
tak hendak Majas
memelihara apa Sinesme 2
yang tidak dijaga
lagi.
4. Ketika sekali ia
menceritakan
bagaimana sifat
seekor katak, dan
kebutulan ada
51
6. Sudah begitu
lama aku berbuat
baik, beribadat,
bertawakal
kepada Tuhan.
Sudah begitu
lama aku
menyerahkan Majas
diriku kepada- Paralelis 4
Nya. Dan Tuhan me
akan mengasihi
orang yang sabar
dan tawakal.
berulang-ulang
bertanya, lalu ia
yang bertanya
padaku, “Kau
kenal padaku,
bukan? Sedari
kau kecil aku
sudah di sini.
Sedari mudaku,
bukan? Kau tahu
apa yang
kulakukan semua, Majas 4
bukan? Repitisi
terkutuklah
perbuatanku?
Dikutuki
Tuhankah semua
pekerjaanku?”
menerima
karunia-Nya. Majas 5
„Astagfirullah‟ Repitisi
kataku bila ku
terkejut. „Masya
Allah‟, kataku
bila aku kagum.
Apakah salahnya
pekerjaanku itu?
Tapi kini aku
dikatakan
manusia terkutuk.
9. Ketika dilihatnya
orang-orang yang
masuk neraka,
bibirnya
menyunggingan
senyum ejekan.
Dan ketika ia
melihat
orangnyang Majas
masuk surga, ia Antitesis 6
melambaikan
tangannya, seolah
hendak
mengatakan
„selamat ketemu
nanti‟
kehangatannya ke Hiperbol 7
tubuh Haji Saleh. a
11. Alangkah
tercengang Haji
Saleh, karena di
neraka itu banyak
teman-temannya
di dunia
terpanggang
hangus, merintih
kesakitan. Dan ia
tambah tak
mengerti dengan
keadaan dirinya,
karena semua
orang yang
dilihatnya di
neraka itu tak Majas 8
kurang ibadatnya Antitesis
dari dia sendiri.
Bahkan ada salah
seorang yang
telah sampai
empat belas kali
ke Mekah dan
bergelar syekh
pula. Lalu Haji
Saleh mendekati
mereka, dan
bertanya kenapa
mereka
dinerakakan
55
semuanya.tapi
sebagaimana Haji
Saleh, orang-
orang itu pun, tak
mengerti juga.
arsiterkturnya. Majas 16
Coba kalau Repitisi
anakku, Indra
Budiman, sudah
menjadi insinyur,
pastilah ia akan
membantu
mereka membuat
rumah yang lebih
indah.
20. Dab semenjak itu
ompi kurang
punya kesabaran
oleh kelambatan
jalan hari. Seperti Majas 17
calon pengantin Simile
yang sedang
menunggu hari
perkawinan.
30 Ku karang cerita
kenangan masa
lalu dan angan-
angan masa depan
yang Majas 23
meyenangkan. Ku Metafora
ceritakan dengan
hati yang kecut.
31. “Bacakan pelan-
pelan, biar
sepatah demi
61
32. Sedangkan
bibirnya
membariskan
senyum, serta
matanya Majas 25
menyinarkan Metafora
cahaya yang
cemerlang.
dan fiil.
38. Mendengar
kalimat terakhir
itu, hilanglah Majas
sinar mata Pleonas 31
kecewa orang tua me
itu.
40. Dipandangannya
Hasibuan tenang-
tenang, dengan
63
perasaan hati
yang puas
keunggulan
dirinya. Tapi
kemudian ia
meneruskan
menambah
keunggulannya.
Katanya, “ada Majas
hal-hal yang Repitisi 33
meyebabkan ia
tak mau kembali
ke kampungnya,
menurut
sangkamu? Apa
tidak terpikirkan
olehmu, sebabnya
dia tak mau
kembali itu,
karena
memangnya dia
telah diusir orang
kampungnya?”
43. Sekurang-
kurangnya, dia
hendak mengorek
isi kantungmu
sampai tandas. Itu
paling kurang.
Nasihatku dalam Majas
hal ini, begini. Hiperbol 34
Meski dia a
menangis sampai
mengeluarkan air
65
yang pernah a
kualami dulu.
ia dipindahkan ke
Bandung.
57. Ia ragu-ragu
menetapkan. Tapi
ketika matanya
tertumbuk kepada
Pak Kari, sesuatu Majas 45
pada jantung Hiperbol
orang tua itu a
terasa bergetar.
menatap mata
perempuan itu
dengan nanap,
seperti ada suatu
perjanjian antara
mereka, bahwa
topi itu Majas 45
seharusnya buat Repitisi
dia diberikan
perempuan itu.
Tapi perempuan
itu berkaa, “Coba
dulu siapa yang
pas betul.”
terlambung Hiperbol
setinggi rumah a
dan membesar
seperti gajah.
berhenti berputar,
rem mesti
dilonggarkan
sedikit.
jembatan itu
kepalanya ketika
berjongkok-
jongkok melihati
keaadaan roda.
Persis seperti
yang dilakukan
Pak Kari di
jembatan itu juga.
Dan tukang rem
itu, Si Buyung,
akhirnya ditemui
sejauh satu
kilometer di hilir
Batang Anai.
Tersekat pada
sebuah batu besar.
Tak bernyawa
lagi.
Beberapa tukan
rem dibawa untuk
mengawasi
Batang Anai yang Majas 52
mengalir sejajar Repitisi
rel kereta api itu
dan akan
membantu
mengangkat Pak
Kari yang
mungkin telah
jadi mayat seperti
Si Buyung
beberapa tahun
yang lalu. Di
sepanjang jalan
tak putus-
putusnya peluit
lok dibunyikan.
Siapa tahu kalau-
kalau Pak Kari
bisa
mendengarnya,
pikir masinis itu.
Ia mereasa begitu
panasnya oleh
bakaran api di
dalam dadanya.
hendak
mengamuk,
bahwa Pak Kari
pernah Majas 55
meninggalkan Repitisi
gerbongnya
karena topi
helmnya jatuh
dilanggar
pelengkung
jembatan
sehingga orang
menyangka Pak
Kari lah yang
terlanggar dan
jath ke batang air
seperti Si Buyung
pada masa lalu.
lengket dalam
ingatan masih
juga dibacanya
lagi.
lagi.
terlalu cepat
mengambil tiap-
tiap yang dikasihi
seseorang.
hatiku dari
penderianku Majas 64
semula. Tapi Repitisi
Masri, uang itu
aku ambil juga ke
kantor pos
akhirnya. Karena
terpaksa. Karena
ada orang lain
yang hendak
kutolong dengan
uang kirimanmu.
memasuki
ambang pintu
bilik istrinya.
85. Yang
memangutnya
tadi, serta merta
terlempar jauh, Majas 66
terpelanting Personifi
remuk. kasi
terjadi dalam
jaraknya yang
tumbuh dan hidup
sepanjang masa,
meski antara
pelakunya tiada
lagi kini.
Kakek Montok si
tukang cukur, dan
Maria. Dan maria
inilah yang
memberikan
bahan cerita
celaka ini, melalui
upacara
pemberontakanku
.
mencapai sesuatu
yang
kauinginkan.
105. Yang
kurasaterpaan
ucapannya pada
mukaku, karena
terasa terasa
sebagai umpatan Majas 93
yang pahit tapi Hiperbol
94
dicelup dengan a
tengguli.
katamu? Kalau
dulu, kaulah yang
selalu mengajak
aku. Kau yang Majas 99
menentukan ke Repitsi
mana kita mau
pergi. Tapi kini
sesudah aku
begini, mengapa
kau tak mengajak
aku lagi?”
itu sudah
menegurya, Majas
“Nyonya, kami Sarkasm 102
dengar Nyonya e
perlu babu.”
114. Sejak
kehamilannya,
sesungguhnya ia
kurang bergairah
keluar dari rumah.
Lebih-lebih
keluar bersama
suaminya.
Perasaannya
selalu tidak enak
bila bersama
suaminya. Alasan Majas 106
tidak orang yang Reptisi
menunggui
rumahnya, itu
memang
sebab,lainnya.
Meninggalkan
97
rumah pada
pembantu saja,
sulit dipercaya.
perempuan untuk
orang-orang
Jepang da
mendapat upah
dengan Majas 117
menjualkan Inuendo
barang-barang
curian milik
Jepang
langgananya itu.
Dan Mak Gadang
menjadi kaya
karenanya.
121. Kemudian ia
memanjati
pundak Sidin
yang kurus
kerempeng itu,
lalu dengan Majas 119
berpijak di Sarkasm
pundak itu ia e
mengikatkan
kawat-kawat.
124. Ia kembali ke
jembatan jalan
umum. Sambil
bersandar ke
101
pagar besi di
tengah-tengah Majas 122
jembatan itu, dia Repitisi
memandang ke
arah jembatan
kereta api yang
ambruk.
125. Gerbong
terbawah itu
tergencet antara
gerbong barang
dan gerbong
penumpang. Pada
bagian yang
ditimpa gerbong Majas 123
di atasnya begitu Repitisi
remuknya, hingga
roda-roda
gerbong yang
menimpanya
terbenam ke
dalam gerbong di
bawah itu.
atau di menteli.
saya meledak,
sehingga air mata Majas
saya pun Hiperbol 138
berderai-derai. a