Anda di halaman 1dari 109

Karya Tulis Ilmiah

Analisis Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Cerpen


Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :

Della Rahmattia

XI BAHASA DAN BUDAYA

SMA NEGERI 1 KARAWANG

Jalan Jenderal Ahmad Yani 22, Karawang. Fax : (0267) 417539


e-mail : smansa_karawang@yahoo.com website : http://www.sman1karawang.sch.id
KARAWANG – 41312
LEMBAR PENGESAHAN

Analisis Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya
A.A. Navis

Karawang, 14 Januari 2020

Disetujui

Guru Pembimbing Penulis

Nur Suryanah, S.Pd. Della Rahmattia

NIP 19781020 200902 2 002 NIS 181910296

i
LEMBAR PERSEMBAHAN

Saya ucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam mebuat karya tulis ilmiah ini. Dengan selesainya karya tulis ilmiah yang
berjudul “Analisis gaya Bahasa Dalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A.
Navis”. Karya tulis ilmiah ini saya persembahkan kepada:

1. Allah S.W.T yang telah membatu saya dengan dipermudahkan proses pembutan
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Nur Suryanah, S.Pd yang telah membimbing saya, selama saya membuat
sampai dengan selesainya Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Kedua orang tua saya, yang saya hormati dan saya sayangi. Bapak Deden Julyanto
dan Ibu Dedeh Suryani, yang telah merawat dan mendidik saya dan tidak pernah
berhenti mendoakan saya.
4. Teman-teman kelas XI BAHASA yang juga telah membantu dan mendukung saya
untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

ii
Daftar Isi

Lembar Pengesahan

Lembar Persembahan

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

1. Latar Belakang .................................................................................................


2. Perumusan Masalah .........................................................................................
3. Tujuan Penelitian .............................................................................................
4. Kontibusi Penelitian .........................................................................................
5. Sistematika Penulisan.......................................................................................

Bab II Landasan Teori

1. Hakikat Gaya Bahasa .....................................................................................


2. Hakikat Cerpen ..............................................................................................

Bab III Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian .............................................................................................


2. Populasi dan Sampel ..................................................................................
3. Lokasi Waktu Pelaksanaan ...........................................................................
4. Definisi Operasional ....................................................................................
5. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................................
6. Instrumen Penelitian ....................................................................................
7. Keterbatasan Penelitian ...............................................................................

Bab IV Hasi Penelitian

Bab V Penutup

1. Kesimpulan ...............................................................................................
2. Saran .........................................................................................................

Daftar Pustaka

Lampiran
iii
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Gaya bahasa merupakan penggunaan kata-kata dalam berbicara atau menulis
untuk memengaruhi pembicara atau pendengar. Gaya bahasa atau majas memiliki
4 jenis yaitu majas perbandingan, majas penegasan, majas sindiran, dan majas
pertentangan.
Dipilihnya cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis yaitu karena
cerpen ini memiliki keistimewaan dibandingkan dengan cerpen A.A. Navis yang
lain. Keistimewaannya yaitu terletak pada alur dan latar penceritaan pada cerpen
karya A.A. Navis yang tidak seperti biasanya. Tidak biasanya karena A.A. Navis
menceritakan suatu peristiwa yang terjadi di alam lain pada cerpen ini. Bahkan di
sana terjadi dialog antara tokoh manusia dengan Sang Maha Pencipta. 1
Dari permasalahan tersebut, penulis mencoba menganalisis sebuah cerpen yang
cukup fenomenal yang berjudul “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis.
Dengan maksud supaya dapat mengapresiasi cerpen tersebut melalui analisis ini
yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis
gaya bahasa dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana gaya bahasa yang digunakan dalam kumpulan cerpen Robohnya
Surau Kami?
2. Mengapa gaya bahasa sangat diperlukan dalam teknik penulisan dalam sebuah
buku?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penggunaan gaya bahasa dalam kumpulan cerpen
Robohnya Surau Kami.

1
Awan Sudiawan, “Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami”
https://awan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ diakses
kamis, 11 Januari 2020, pukul 13.20 WIB.
1
2

2. Untuk memahami gaya bahasa cara khas dalam menyampaikan pikiran dan
perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.

D. Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para siswa
SMAN 1 Karawang dalam menambah pengetahuan dan keterampilan yang
berhubungan dengan tulisan yang berkadar ilmiah. Hasil pendeskripsian tulisan
berkadar ilmiah ini nantinya dapat dijadikan sebagai pedoman atau panduan bagi
siswa siswi sebagai pembelajaran menulis yang berkadar ilmiah.

E. Sistematika Penelitian
a. Bagian Pembuka
1) Halaman Sampul
2) Halaman Judul
3) Halaman Pengesahan
4) Halaman Persembahan
5) Daftar Isi

b. Bagian Isi
BAB I PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
2) Perumusan Masalah
3) Tujuan Penelitian
4) Kontribusi Penelitian
5) Sistematika Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1) Hakikat Gaya Bahasa
2) Hakikat Cerpen

BAB III METODE PENELITIAN


1) Jenis penelitian
2) Poulasi dan Sampel
3

3) Lokasi dan Waktu


4) Definisi Operasional
5) Teknik Pengumpulan Data
6) Instrumen Penelitian
7) Keterbatasan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V PENUTUP
1) Kesimpulan
2) Saran

c. Bagian Akhir
1) Daftar Pustaka
2) Lampiran
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Hakikat Gaya Bahasa


Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style.
Kata style diturunkan dari kata latin slilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada
lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada
lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan. Dititik beratkan pada keahlian untuk
menulis indah, maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk
menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah.
Karena perkembangan itu, gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari
diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa atau
klausa tertentu untuk mengahadapi situasi tertentu.
Walaupun kata style berasal dari bahasa latin, orang yunani sudah mengembangkan
sendiri teori-teori mengenai style itu. Ada dua aliran yang terkenal, yaitu :
1. Aliran Platonik : menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan; menurut
mereka ada ungkapan yang memilii style, ada juga yang tidak memiliki style.
2. Aliran Aristoteles : mengaggap bahwa gaya bahasa gaya adalah suatu kualitas
yang inheren, yang ada dalam tiap ungkapan.

Dengan demikian, aliran Platonik mengatakan baha ada karya yang memiliki
gaya dan ada karya yang sama sekali tidak memiliki gaya. Sebaliknya aliran
Aristoteles mengatakan bahwa sema karya memiliki gaya, tetapi ada karya yang
memiliki gaya yang tinggi ada yang rendah, ada krya yang memiliki gaya yang kuat
ada yang lemah ada yang memiliki gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa
gaya ada cara mengungkapan diri sendiri, entah melalui bhasa, tingkah laku,
berpakaian, dan sebgainya. Dengan menerima pengertian ini, maka kita dapat
mengatakan, “Cara berpakaiannya menarik perhatian orang banyak”, “Cara
menulisnya lain daripada kebanyakan orang”, “Cara jalannya lain dari yang lain”,
yang memang sama artinya dengan “Gaya berpakaian”, “Gaya menulis” dan “Gaya
berjalan”. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa.
Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan
seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin

4
5

baik pula penilaian orang terhadapnya; semakin buruk gaya bahasa seseorang,
semakin buruk pula penilaian diberikan padanya.

Akhirnya style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis (pemakai bahasa).2

Adapun pengertian dan contoh kalimatnya dalam setiap majas, yaitu sebagai
berikut :
a. Majas Perbandingan
1) Majas personifikasi
Majas Personifikasi adalah majas dengan menggunakan gaya bahasa
yang uangkapannya seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat
bersikap seperti manusia. Majas ini membandingkan benda mati dan manusia.
Jadi intinya adalah pada kata “person” yang berarti orang, atau mengorang-
orang-kan benda mati.

Contoh : pensil itu menari-nari di atas kertas untuk menghasilkan gambar yang
begitu indah.

2) Majas Metafora
Majas Metafora adalah suatu majas yang menggunakan sebuah objek
yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan, melalui suatu
ungkapan. Jadi, satu objek dibandingkan dengan objek lain yang serupa
sifatnya, tetapi bukan manusia.

Contoh : Lily adalah anak emas di keluarga besar pak badar.

3) Majas Hiperbola
Majas Hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan
kesan yang berlebihan, dan bahkan membandingkan sesuatu dengan cara yang
hampir tidak masuk akal.

2
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016, hlm 112-
113)
6

Contoh : Kakek itu bekerja banting tulang siang malam untuk menghidupi
cucu-cucunya.

4) Majas Eufemisme
Majas Eufemisme adalah majas dengan gaya bahasa yang
menggantikan kata-kata yang dianggap kurang baik atau kurang etis, dengan
padanan kata yang lebih halus dengan bermakna sepadan.

Contoh : Perusahaan XYZ mengeluarkan kebijakan untk memberikan kuota


pekerjaan khusus bagi kaum difabel

5) Majas Asosiasi
Majas Asosiasi adalah majas yang mengguanakan ungkapan dengan
membandingkan dua objek berbeda, namun dianggap sama, yang dilakukan
dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak, atau seperti.

Contoh : meskipun bukan saudara kembar, tapi kakak beradik itu bak pinang
dibelah dua.

6) Majas Metonimia
Majas Metonimia adalah majas yang menggunakan gaya bahasa
dengan menyandingkan merek atau istilah tertentu yang sudah populer, untuk
merujuk benda yang sebenarnya lebih umum.

Contoh : agar gigi bersih, kita harus rajin menggosok gigi dengan odol

7) Majas Simile
Majas simile adalah majas yang membandingkan kegiatan dengan
menggunakan ungkapan yang maknanya serupa dan disampaikan secara lebih
lugas atau eksplisit. Jadi pembaca langsung bisa menebak arti dari perumpaan
yang digunakan.
7

Contoh : setelah kehilangan kakanya, Dito bagaikan anak ayam kehilangan


induknya, selalu kebingungan.

8) Majas Alegori
Majas Alegori adalah majas dengan gaya bahasa yang menyandingkan
suatu objek dengan kata-kata kiasan bermakna konotasi atau ungkapan.

Contoh : dalam bahtera rumah tangga, suami adalah nahkodanya.

9) Majas Sinekdok
Majas Sinekdok ini menunjukkan adanya perwakilan dalam
mengungkap sesuatu. Majas sinekdok ini terbagi menjadi dua yaitu Sinekdok
Pars Pro Toto dan Sinekdok Totem Pro Parte.
Sinekdok Pars Pro Toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan
sebagaian unsur dengan maksud mewakili keseluruhan benda. Sedangkan
Sinekdok Totem Pro Parte adalah kebalikannya, yaitu berupa gaya bahasa yang
menunjukkan keseluruhan bagian yang mewakili hanya pada sebagian benda
atau situasi saja.

Contoh :
Pars Pro Toto : selama seminggu ini, Riyan belum juga menampakkan batang
hidungnya.

Totem Pro Parte : Indonesia telah berhasil mendapatkan 11 mendali emas


Asian Games tahun ini.

10) Majas Simbolik


Majas Simbolik adalah majas yang membandingkan anatara manusia
dengan sikap mahkhluk hidup lain dalam bentuk ungkapan.
8

Contoh : Silvi adalah bunga desa menunjukkan sosok yang banyak dikagumi. 3

11) Majas Alusio


Majas Alusio adalah majas yang penngunkapannya dengan kiasan yang
memiliki kesamaan dengan yang telah terjadi sebelumnya.

Contoh : Megawati berhasil menjadi kartini modern karena menjadi presiden


wanita pertama Antropomorfisme di Indonesia.

12) Majas Metafora


Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan
dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.

Contoh : Mulut gua itu sangat sempit

13) Majas Sinestesia


Majas Sinestesia adalah majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari
suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.

Contoh : dengan telaten, ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan
memilih berbau manis.

14) Majas Antonomasia


Majas Antonomasia adalah majas yang penggunaan sifatmya sebagai
nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.

Contoh : Si tampan yang dahulu kita kenal sekarang wajahnya telah berubah

15) Majas Aptronim


Majas Aptronim adalah majas yang pemberian nama nya yang cocok
dengan sifat atau pekerjaan orang.

3
Hasna Wijayanti “Majas atau Gaya Bahasa: Pengertian, 24 Macam dan Contoh”
https://portal-ilmu.com/majas-atau-gaya-bahasa/ diakses selasa, 4 Fbruari 2020, pukul 19.30
WIB.
9

Contoh : terpacu untuk menujukkan kemampuan, tidak mau kalah dari arsitek
laki-laki, membuatku selalu pulang lebih malam daripada mereka.

16) Majas Hipokorisme


Majas Hipokorisme adalah majas yang penggunaan nama nya timangan
atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.

Contoh : lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang
membuat Otok kian terkesima.

17) Majas Dipersonifikasi


Majas Dipersonifikasi adalah majas yang pengunkapan dengan
membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu bukan manusia.

Contoh : hatinya telah membantu, padahal semua orang sudah berusaha


menasihatinya.

18) Majas Disfemisme


Majas Disfemisme adalah majas yang pengunkapan pernyataan tabu
atau yang dirasa kurang panas sebagaimana adanya.

Contoh : apa kabar, Roni? (padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)

19) Majas Fabel


Majas Fabel adalah majas yang menyatakan perilaku binatang sebagai
manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.

Contoh : kucing itu berfikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap
tikus di depannya.

20) Majas Parabel


Majas Parabel adalah majas yang ungkapan pelajaran atau nilai tetapi
dikiasan atau disamarkan dalam cerita.
10

Contoh : Kawi berarti pahatan,, tuturnya, sehingga nama Gunung Kawi


memiliki makna bahwa di tempat inilah pegunungan ini dipahat menjadi padi.

21) Majas Perifrasa


Majas Perifrasa adalah majas yang ungkapan panajang sebagai
pengganti ungkapan yang lebih pendek.

Contoh : Keadaan sunyi disini lebih menyenangkan dari pada kebisingan di ibu
kota.

22) Majas Eponim


Majas Eponim adalah majas yang menyebutkan nama seseorang yang
memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin diungkapkan.

Contoh : kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein

23) Majas Litotes


Majas Litotes adalah majas yang ungkapannya yang berupa penurunan
kualitas suatu fakta dengn tujuan merendahkan diri.

Contoh : Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.

b. Majas Penegasan
1) Majas Pleonasme
Majas Pleonasme adalah majas yang menambahkan keterangan pada
pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya
tidak diperlukan.

Contoh : Saya naik tangga ke atas.


11

2) Majas Repitisi
Majas Repitisi adalah majas perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama
dalam suatu kalimat.

Contoh : Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.

3) Majas Retoris
Majas Retoris adalah majas ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah
terkandung di dalam pertanyaan tersebut.

Contoh : Bagaimana bisa kamu mengabaikan ibumu sendiri?

4) Majas Antiklimaks
Majas Antiklimaks adalah majas pemaparan pikiran atau hal secara
berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang
sederhana/kurang penting.

Contoh : Ketua pengadilan negeri itu adalah seorang yang kaya, pendiam, dan
tidak terkenal namanya

5) Majas Paralelisme
Majas Paralelisme adalah majas pengungkapan dengan menggunakan kata,
frasa, atau klausa yang sejajar.

Contoh : Baik golongan yang tinggi maoun golongan yang rendah, harus
diadili kalu bersalah.

6) Majas Tautologi
Majas Tautologi adalah majas perulangan kata dengan menggunakan
sinonimnya.

Contoh : Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri.
12

7) Majas Apofasis
Majas Apofasis adalah majas penegasan dengan cara seolah-olah
menyangkal yang ditegaskan.

Contoh : Aku sendiri sebetulnya ingin sekali membeli barang yang kau
tawarkan itu. Namun apa daya, aku harus katakan bahwa aku tidak akan
membeli barang yang kau tawarkan itu karena aku sedang tidak ada uang saat
ini.

8) Majas Pararima
Majas Pararima adalah majas pengulangan konsonan awal dan akhir dalam
kata atau bagian kata yang berlainan.

Contoh : Para pemuda yang sedang bermain judi itu kocar kacir ketika polisi
tiba-tiba datng menggerebek mereka.

9) Majas Aliterasi
Majas Aliterasi adalah repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.

Contoh : Lebarkanlah sayapmu. Lihatlah betapa indahnya dunia ini.

10) Majas Sigmatisme


Majas Sigmatisme adalah majas pengulangan bunyi “s” untuk efek tertentu.

Contoh : Hapus saja, kenangan yang tak seberapa itu memang sudah
sepantasnya terhapus.

11) Majas Antanaklasis


Majas Antanaklasis adalah majas yang menggunakan perulanagn kata yang
sama, tetapi dengan makna yang berlainan.

Contoh : Bisa ular kobra bisa membunuh orang yang menjadi korban
gigitannya dalam hitungan detik.
13

12) Majas Klimaks


Majas Klimaks adalah majas pemaparan pikiran atau hal secara berturut-
turut dari yang seerhana/kurang penting meningkat kepada hal yang
kompleks/lebih penting.

Contoh : Anak-anak dibawah umur dilarang ikut serta, hanya orang dewasa
yang telah berumur lebih dari 17 tahun diperbolehkan mengikuti
perlombaan.

13) Majas Inversi


Majas Inversi adalah majas yang menyebutkan predikat terlebih dahulu
dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.

Contoh : Kukecup kening beliau untuk terakhir kalinya sebelum wajah itu
ditutupi kain kafan.

14) Majas Elipsis


Majas Elipsis adalah majas penghilanagn satu atau beberapa unsur kalimat,
yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.

Contoh : Ayah ke atas untuk memperbaiki atap rumah yang bocor.

15) Majas Koreksio


Majas Koreksio adalah majas ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang
dianggap keliru atau kurang teapat, kemudian disebutkan maksud yang
sesungguhnya.

Contoh : Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan , sudah lima
kali.

16) Majas Polisindenton


Majas Polisindenton adalah majas pengungkapan suatu kalimat atau
wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
14

Contoh : Setelah merapikan tempat tidur, lalu dia mandi, kemudia bersiap-siap
untuk berangkat ke sekolah dan tidak lupa berpamitan kepada orang
tuanya.

17) Majas Asindeton


Majas Asindeton adalah majas pengungkapan suatu kalimat atau wacana,
dihubungkan dengan kata penghubung.

Contoh : Dalam kesedihan, kegagalan, keterpurukan aku tetap berusaha untuk


melanjutkan perjuangan hingga akhirnya berhasil mendapat gelar sarjana.

18) Majas Interupsi


Majas Interupsi adalah majas ungkapan berupa penyisipan keterangan
tambahan di antar unsur-unsur kalimat.

Contoh : Pak Adi, manager divisi periklanan yang bari dipindahkan dari kota
Malang, orangnya masih muda dan lajang.

19) Majas Ekslamasio


Majas Ekslamarasio adalah majas ungkapan dengan mengguanakan kata-
kata seru.

Contoh : Lihatlah, aku masih disini menanti keajaiban itu datang.

20) Majas Enumerasio


Majas Enumerasio adalah majas ungkapan penegasan berupa penguaraian
bagian demi bagian suatu keseluruhan.

Contoh : Kecelakaan itu sangat parah, kedua motor hanvur lebur, terbanting
sejauh sekitar 10 meter dari tempat kejadian, kedua pengendara motor tersebut
luka parah.
15

21) Majas Preterito


Majas Preterito adalah majas ungkapan penegasan dengan cara
menyembunyikan maksud yang sebenarnya.

Contoh : Jangan kamu bertahu ib, kalau tadi aku idak berangkat sekolah.

22) Majas Alonim


Majas Alonim adalah majas pengguanaan varian dari anam untuk
menegaskan.

Contoh : “Lalu bagaimana solusi terbaik jika terjadi kesalahan pada sistem ini
bu?” tanyaku penasaran perihal topik serba serbi sistem komputer yang
diajarkan oleh Bu Desliana.

23) Majas Kolokasi


Majas Kolokasi adalah Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain
yang berdampingan dalam kalimat.

Contoh : Kebodohanku, teralu mudah percaya dengan orang hanya karena dia
bersikap baik.

24) Majas Silepsis


Majas Silepsis adalah penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari
satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu kontruksi sintaksis.

Contoh : Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.

25) Majas Zeugma


Majas Zeugma adalah silepsisdengan menggunakan kata yang tidak logis
dan tidak gramatis untuk kontruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjai
kalimat yang rancu.

Contoh : Perlu saya ingatkan, kakek saya itu peramah dan juga pemarah.
16

c. Majas Pertentangan
1) Majas Paradoks
Majas Paradoks adalah majas pengunkapan dengan menyatakan dua hal
yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.

Contoh : Musuh sering merupakan kawan yang akrab.

2) Majas Antitesis
Majas Antitesis majas yang pengukapan dengan menggunakan kata-
kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.

Contoh : Meraka sudah kehilangan banyak dari harta bendanya, tetapi mereka
juga telah banyak memperoleh keuntungan daripadanya.

3) Majas Kontradiksi Interminus


Majas Kontradiksi Interminus adalah majas yang pernyataannya
bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.

Contoh : Ketika paman datang, beliau membawakan kami semua jenis buah-
buahan dari desanya, kecuali durian yang gagal panen.

4) Majas Oksimoron
Majas Oksimoron adalah paradoks dalam suatu frasa.

Contoh : Keramah-tamahan yang bengis.

d. Majas Sindiran
1) Majas Ironi
Majas Ironi adalah majas sindiran dengan menyembunyikan fakta yang
sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.

Contoh : Suaramu merdu seperti kaset kusut.


17

2) Majas Sinisme
Majas Sinisme adalah majas ungkapannya yang bersifat mencemooh
pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia .

Contoh : Kamu kan sudah pintar? Mengapa harus bertanya kepadaku?

3) Majas Sarkasme
Majas Sarkasme adalah majas sindiran langsung kasar.

Contoh : Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak
udang isi kepalamu!

4) Majas Satire
Majas Satire adalah majas yang pengunkapannya menggunakan
Sarkasme, Ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan,
kebiasaan, dll.

Contoh : Badan sih boleh tinggi, tapi hatinya jangan tingi juga dong!

5) Majas Innuendo
Majas Innuendo adalah majas sindiran yang bersifar mengecilkan fakta
sesumgguhnya
Contoh : Ia menjadi kaya-raya karena sedikitmegadakan komersialisasi
jabatannya.

B. Hakikat Cerpen

Cerpen atau cerita pendek adalah bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek
cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain
yang lebih panjang, seperti novella dan novel. 4
Berdasasrkan jumlah katanya cerpen dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
sebagai berikut :

4
Wikipedia, “Cerita Pendek” https://id.m.wikipedia.org/wiki/Cerita_pendek diakses kamis, 4
Februari 2020, pukul 19.50 WIB.
18

1. Cerpen mini (flash), cerpen yang memuat jumlah kata antara 750 kata
hingga 1.000 kata
2. Cerpen ideal, cerpen yang memuat jumlah kata antara 3.000 hingga 4.000
kata.
3. Cerpen panjang, cerpen ini merupakan jenis cerpen terpanjang yakni
memuat 10.000 kata5

Adapun ciri-ciri cerpen beserta penjelasannya, baik dari segi bahasa, plot
cerita, penokohan, panjang kata dan lain-lain. Ciri-ciri nya yaitu :

a. Jalan ceritanya pendek

Dalam sebuah cerpen harus lebih pendek jalan ceritanya dikarenakan


panjang jalan ceritanya anatara 3 sampai 10 halaman buku.

b. Maksimal 10 ribu kata

Pada umumnya cerpen tidak boleh lebih dari 10.000 kata. Hal ini kemudian
banyak diakui sebagai salah satu karakteristik cerpen. Artinya sebuah cerpen
harus memiliki jumlah kata di bawah 10 ribu kata.

c. Bersifat fiktif

Bersifat fiktif maksudnya cerita yang disajikannya adalah buah pemikiran


dari penulis, bisa dari imajinasi atau pengalamn, namun semuanya terjadi
pada kehidupan yang nyata.

d. Hanya mempunyai 1 alur cerita saja

Dalam cerpen hanya memiliki alur tunggal. Artinya plot cerita pada
cerpen hanya memiliki 1 alur cerita saja. Dalam 1 alur cerita ini terdapat
berupa masalah dan penyelesaiannya di akhir cerita. Tidak ada sub-plot atau
alur cerita lain yang ada pada cerpen.

5
Jagad.id, “Pengertian Cerpen: Ciri-ciri, Jenis, Kaidah, Unsur Intrinsik Ekstrinsik”
https://jagad.id/cerita-pendek/ diakses kamis, 4 Feberuari 2020, pukul 20.00 WIB.
19

e. Ceritanya tentang kehidupan sehari-hari

Secara umum, isi cerpen biasanya menceritakan tentang kehidupan


sehari-hari. Penggambaran cerita cerpen pun memiliki setting yang cukup
familiar dengan pembacanya yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari
yang dijalani tanpa unsur-unsur fantasi lainnya.

f. Dapat selesai dibaca sekali duduk

Umumnya cerpen dapat dibaca dalam waktu singkat, dalam kata lain,
tidak membutuhkan waktu lama untuk membaca keseluruhan isi cerita
cerpen seperti novel. Cerpen dapat selesai dibaca dengan sekali duduk.

g. Alur ceritanya lurus

Karakteristik cerpen memiliki alur cerita tunggal. Selain itu alur cerita
pada cerpen juga bersifat lur atau maju sesuai kronologi waktu.

h. Penokohan cerita sangat sederhana

Salah satu hal yang membedakan cerpen sangatlah sederhana, tidak


mendalam serta singkat. Hal ini tentu berbeda dengan novel atau karangan
lain dimana penokohan satu tokoh sangat detail dan mendalam.

i. Tidak menggambarkan semua kisah tokohnya

Pada cerpen tidak menggambarkan semua kisah para tokohnya. Hal ini
karena dalam cerpen yang digambarkan hanyalah inti sarinya saja. Artinya
hanya tokoh utama saja yang diberi penokohan dan menjadi fokus cerita.

j. Terdapat masalah atau konflik dan penyelesaian

Dalam cerpen akan ada suatu masalah atau konflik yang dihadapi oleh
tokoh utama cerpen. Hal ini menjadi plot dasar yang selalu ada pada tiap
cerpen. Selain itu alur cerita pada cerpen juga bersifat lurus atau maju
sesuai kronologi waktu.
20

k. Menggunakan kata yang sederhana

Cerpen menggunakan kata yang sederhana dan ekonomis. Pemilihan


kata pada cerpen cenderung seimpel sehingga mudah dipahami oleh
pembaca atau orang awam.

l. Memiliki pesan atau amanat

Pada sebuah cerpen biasanya mengandung sebuah intisari berupa pesan


atau amanat yang bisa diambil. Memang pesan ini tidak tersurat secara
jelas, melainkan hanya tersirat. Dengan kata lain, pembaca dapat
mengambil hikmah dan kesan dari isi cerita.

m. Meninggalkan kesan bagi pembacanya

Kesan yang ditinggalkan dari cerpen tersebut sangat mendalam


sehingga pembaca dapat ikut merasakan kisah dari cerita yang ada pada
cerpen tersebut.6

6
ZonaReferensi, “13+ Ciri-ciri Cerpen Beserta Karakteristik dan Penjelasannya [lengkap]”
https://www.zonareferensi.com/ciri-ciri-cerpen/ diakses kamis, 4 Februari 2020, pukul 20.10
WIB.
BAB III

Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deksriptif kualitatif yaitu pemecahan masalah
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan suatu objek. Meurut Hadari
Nawawi dalam Siswantoro(2010: 56) metode deksriptif diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian kualitatif
menghasilkan data deskripsiberupa kata-kata, gambaran, dan bukanangka-angka
(Moloeng, 2000: 3).7

B. Populasi dan Sampel


Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah buku kumpulan cerpen
Robohnya Surau kami Karya A.A. Navis dan sampel yang digunakan adalah Majas
Perbandingan, Majas Penegasan, Majas Pertentangan, dan Majas Sindiran.

C. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan


Lokasi pelakasanaan penelitian ini bertempat di Kabupaten Karawang dan waktu
pelaksanaan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini dimulai dari bulan Januari hingga bulan
Maret 2020.

D. Definisi Operasional
Majas atau gaya bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek
tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa
sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan,
baik secara lisan maupun tertulis. 8

7
Suryati, “Analisis Gaya Bahasa Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A.
Navis” dikutip dari Univeritas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang (Disertasi yang
diterbitkan, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 2014)
https://jurnal.umrah.ac.id/?p=2717 diakses minggu, 26 Januari 2020, pukul 14.20 WIB.
8
Wikipedia, “Majas” https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majas diaskses kamis, 4 Februari 2020,
pukul 19.45 WIB.

21
22

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Mempersiapkan alat dan bahan.
2. Mencari referensi tentang Gaya Bahasa.
3. Mencari kalimat Gaya Bahasa seperti Majas Repetisi, Majas Hiperbola, Majas
Metafora, dan lain-lain, dalam Cerpen Robohnya Surau Kami.
4. Menandai setiap Majas yang ada di Cerpen Robohnya Surau Kami.
5. Membuat lampiran dengan mengutip kalimat yang bersisi semua majas pada
Cerpen Robohnya Surau Kami.
6. Membuat diagram untuk menentukan berapa banyak majas yang sering muncul
pada Cerpen Robohnya Surau Kami.
7. Mencari modus dari semua majas dalam Cerpen Robohnya Surau Kami.

F. Instrumen Penelitian
Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya :
1. Alat :
a. Handphone
b. Data internet
c. Transportasi
2. Bahan :
a. Buku refensi
b. Stabilo
c. Pulpen

G. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, setiap langkah yang dilakukan peneliti telah diusahakan
sesuai dengan prosedur ilmiah. Namun, masih terdapat keterbatasan yaitu :
1) Kesalahan dalam pengetikan yang tidak sesuai dengan kalimat baku.
2) Kurang telitinya penulis dalam mengutip kalimat yang berada di dalam buku
kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami.
BAB IV

Hasil Penelitian

Pada bab IV ini akan dijelaskan hasil analisis dan pembahasan mengenai majas
Perbandingan, Majas Penegasan, Majas Pertentangan, dan Majas Sindiran dalam buku
kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A Navis. Dari masing masing Majas
tersebut hanya ada 17 Majas yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Robohnya Surau
Kami yaitu Majas Repetisi yaitu 56 kalimat, Majas Hiperbola 29 kalimat, Majas Metafora 11
kalimat, Majas Simile 5 kalimat, Majas Sarkasme 10, Majas Epizeuksis 3 kalimat, Majas
Personofikasi 4 kalimat, Majas Sinekdoke 1 kalimat, Majas Asonansi 1 kalimat, Majas
Inuendo 2 kalimat, Majas Anafora 2 kalimat, Majas Pleonasme 1 kalimat, Majas Eufimisme 1
kalimat, Majas Ironi 1 kalimat, Majas Antitesis 2 kalimat, Majas Pararelisme 3 kalimat, dan
Majas Siniseme 2 kalimat.

A. Majas Repetisi
Majas repetisi adalah majas perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama
dalam suatu kalimat. Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk
Majas Repitisi adalah :
1. Ketika sekali ia menceritakan bagaimana sifat seekor katak, dan kebutulan
ada pula seorang yang ketagihan jadi pemimpin berkekuan seperti katak
itu, maka untuk selanjutnya pemimpin tersebut kami sebut pemimpin
katak. Hlm. 3.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
pemimpin diulang sebanyak 3x dan kata katak diulang sebanyak 3x

2. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadatku rusak karenanya.


Hlm. 4.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata rusak
karenanya diulang sebanyak 2x.

3. Karena aku telah berulang-ulang bertanya, lalu ia yang bertanya padaku,


“Kau kenal padaku, bukan? Sedari kau kecil aku sudah di sini. Sedari
mudaku, bukan? Kau tahu apa yang kulakukan semua, bukan? terkutuklah
perbuatanku? Dikutuki Tuhankah semua pekerjaanku?” Hlm. 4.
23
24

Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata


bertanya, padaku, dan sedari diulang sebanyak 2x.

4. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk membangunkan


manusia dan tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang
setiap waktu. Aku puji-puji dia. Aku baca Kitab-Nya. „Alhamdulillah‟
kataku bila aku menerima karunia-Nya. „Astagfirullah‟ kataku bila ku
terkejut. „Masya Allah‟, kataku bila aku kagum. Apakah salahnya
pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Hlm. 5.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata aku
diulang sebanyk 8x.

5. Tak sesat sedikit pun kami membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang
Mahakuasa setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukkan kami
ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tidak diingini, maka disini,
atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman
yang ku jatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke
surga sebgaimana yang Engkau janjikan dalam Kitab-Mu. Hlm. 10.
Penjelas : Kalimat ini termasuk Majas Repitsi dikarenakan kata kami
diulang sebayak 4x dan kata maka diulang sebanyak 2x.

6. Dan Engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu,
saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas, kau
lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh
tidak membanting tulang. Hlm. 11-12.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata suka,
saling, beribadat diulang sebanyak 2x dan kata kau diulang sebanyak 3x.

7. Dan kalau ompi melihat orang membuat rumah, lalu ia berkata:


“Ah.sayang. Rumah-rumah orang kita masih kuno arsiterkturnya. Coba
kalau anakku, Indra Budiman, sudah menjadi insinyur, pastilah ia akan
membantu mereka membuat rumah yang lebih indah. Hlm. 16.
25

Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repeti dikarenakan kata orang


dan kata rumah diulang sebanyak 2x.

8. Aku sudah tua, sudah banyak pengalaman. Aku sudah mengerti benar
segala sifat dan fiil. Hlm. 29.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata aku
diulang sebanyak 2x dan kata sudah diulang sebanyak 3x.

9. “Tentulah gadis itu gila. Ya, tentulah dia itu gila.” Kata orang tua itu
seraya memandang kepada Hasibuan yang duduk dihadapannya. Hlm. 29.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata itu
diulang sebanyak 2x dan kata gila diulang sebanyak 3x.

10. sedang aku sudah tua. Sudah lama hidup dan banayk pengalaman. Aku
sudah tahu betul akan kongkalikong hidup manusia ini. Hlm. 33.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan Kata aku,
hidup diulang sebanyak 2x dan kata sudah diulang sebanyak 3x.

11. Dipandangannya Hasibuan tenang-tenang, dengan perasaan hati yang puas


keunggulan dirinya. Tapi kemudian ia meneruskan menambah
keunggulannya. Katanya, “ada hal-hal yang meyebabkan ia tak mau
kembali ke kampungnya, menurut sangkamu? Apa tidak terpikirkan
olehmu, sebabnya dia tak mau kembali itu, karena memangnya dia telah
diusir orang kampungnya?” Hlm. 33.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata ia, tak,
mau, dan kampungnya diulang sebanyak 2x.

12. Dan ... memeriksa, ia mendengar betapa meriahnya susana dalam lubang
di bawah lok itu, orang-orang lain yang sedang bekerja di bagian laik lok
itu ikut pula masuk ke lubang itu. Hlm. 42.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk majas Repetisi dikarenakan kata lubang,
lok, dan itu diulang sebanyak 2x.
26

13. Topi itu tiga tahun yang lalu dibelinya di Semarang, ketika ia
dipindahkan ke kota kecil Padang Panjang. Kota penghujan itu
menjadikan topi itu lekas tua. Dan untuk penggantinya di kota itu tidak
mungkin, karena tidak ada orang jual. Meski topi helm itu telah tinggal
tergantung di kapstok di rumahnya, namun julukan “Si Topi Helm” masih
juga lengket pada Tuan O.M sampai ia dipindahkan ke Bandung. Hlm. 44.
Penjelasan : Kalimat ni termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata topi,
dipindahkan diulang sebanyak 2x dan kata kota diulang sebanyak 3x.

14. Pada waktu buruh bengkel kereta api yang dikerahkan R.M Gunarso sibuk
mengepak perabotan rumah yang akan dibawa pindah, topi helm yang tua
itu sampai terlupakan. Barulah ketika rumah itu sudah kosong, Nyonya
Gunarso melotot melihat sang topi tergantung sendiri pada paku di dinding.
Hlm. 44.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata rumah
dan kata topi diulang sebanyak 2x.

15. Dan Pak Kari menatap mata perempuan itu dengan nanap, seperti ada
suatu perjanjian antara mereka, bahwa topi itu seharusnya buat dia
diberikan perempuan itu. Tapi perempuan itu berkaa, “Coba dulu siapa
yang pas betul.” Hlm. 45.
Penejlasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata
perempuan itu diulang sebanyak 3x.

16. Akan tetapi semenjak Pak Kari menjadi pemilik baru topi helm yang besar
itu ia pun mendapat julukan. Bukan Si Topi Helm sebagaimana yang
ditonggokkan kepada Tuan O.M., melainkan ia mendapat nama julukan Si
Gunaro. Berbeda dengan Tuan O.M. yang tidak menyenangi nama julukan
yang diberikan orang dengan Si Topi Helm, Pak Kari malah merasa
bahagia dipanggil Si Gunarso. Hlm. 46.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
julukan diulang sebanyak 3x dan kata si topi helm diulang sebanyak 2x.
27

17. Susahnya kawan-kawannya tahu, Pak Kari bergenting selagi


sembahnyang meski ia tahu topinya diambil orang untuk disembunyikan.
Sungguh-guhpun demikian kawan-kawannya lebih suka menggodanya
selagi sembahyang itu. Hlm. 47.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata kawan-
kawannya dan kata sembahnyang diulang sebanyak 2x.

18. Akan tetapi topi itu tidak praktis dipakai oleh tukang rem di daerah
pegunungan, yang seringkali memeriksa roda apakah masih berputar atau
terhenti karena dicekam rem pada waktu kereta api meluncur di
penurunan. Karena kalau rel yang licin di kala hujan, roda gerbong yang
terlalu kuat dicekam rem akan terhenti berputar, namun kereta api terus
meluncur juga, akan bisa menyebabkan gerbong terlepas dari rel bila tiba
di tikungan. Akan tetapi bila gerbong tidak direm, kereta api akan kian
kencang meluncur. Hlm. 48.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
dicekam rem, rel diulang sebanyak 2x dan kata kereta api, meluncur,
dan gerbong diulang sebanyak 3x.

19. Jika bunyi itu ditimbulkan oleh pergeseran roda dengan rel, itu artinya
roda sudah berhenti berputar. Bisa-bisa pada satu tikungan yang tajam,
roda itu keluar dari rel. Dan itu berbahaya sekali. Kalau roda berhenti
berputar, rem mesti dilonggarkan sedikit. Hlm. 51.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas repetisi dikarenakan kata roda
diulang sebanyak 4x dan kata rel diulang sebanyak 2x.

20. Seorang tukang rem mengatakan bahwa saat terakhir ia melihat Pak Kari
ketika kereta api akan menempuh jembatan berpelengkung setelah air
mancur terlewati. Ia melihat Pak Kari berjongkok sambil bergayut dengan
sebelah tangannya. Bergaulah susana setelah mendengar penjelasan
tukang rem itu. Ingatan orang kembali pada peristiwa beberapa tahun
yang lalu. Seorang tukang rem disambar pelengkung jembatan itu
kepalanya ketika berjongkok-jongkok melihati keaadaan roda. Persis
28

seperti yang dilakukan Pak Kari di jembatan itu juga. Dan tukang rem itu,
Si Buyung, akhirnya ditemui sejauh satu kilometer di hilir Batang Anai.
Tersekat pada sebuah batu besar. Tak bernyawa lagi. Hlm. 52.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata tukang
rem diulang sebanyak 4x dan kata jembatan diulang sebanayk 3x.

21. Dan Masinis yang memegang pimpinan kereta api batu bara itu
mengambil putusan untuk membawa lok dan sebuah gerbong kembali ke
arah jembatan yang dikira telah mencelakakan Pak Kari. Beberapa tukang
rem dibawa untuk mengawasi Batang Anai yang mengalir sejajar rel
kereta api itu dan akan membantu mengangkat Pak Kari yang mungkin
telah jadi mayat seperti Si Buyung beberapa tahun yang lalu. Di sepanjang
jalan tak putus-putusnya peluit lok dibunyikan. Siapa tahu kalau-kalau Pak
Kari bisa mendengarnya, pikir Masinis itu. Hlm. 52.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata masinis,
kereta api, dan lok diulang sebanyak 2x.

22. Hari datang hari pergi. Semua orang sudah lupa pada peristiwa topi helm
Pak Kari. Malah orang pun lupa sudah bahwa pada suatu kali Pak Kari
pernah menjunjung topi helmnya Tuan O.M., Tuan O.M., yang ditakuti
mereka. Orang juga lupa, oleh topi helm itu Pak Kari pernah hendak
mengamuk, bahwa Pak Kari pernah meninggalkan gerbongnya karena topi
helmnya jatuh dilanggar pelengkung jembatan sehingga orang menyangka
Pak Kari lah yang terlanggar dan jatuh ke batang air seperti Si Buyung
pada masa lalu. Hlm. 55.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata orang
diulang sebanyak 4x dan kata topi helmnya diulang sebanyak 2x.

23. Akan tetapi sekali hari, ketika Pak Kari sedang bekerja mengeruk-ngeruk
tahi arang dari lambung lok di stasiun Kayutanam, tiba-tiba ia melihat
seorang mandor jalan kereta api. Mandor itu memakai topi helm. Topi
helm yang persis sama dengan topi helmnya. Topi helm yang terbakar
hangus dalam tungku api di lambung lok itu juga. Hlm. 55.
29

Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata


lambung lok, mandor diulang sebanayk 2x dan kata topi helm diulang
sebanyak 3x.

24. Ketika surat pertama Masri datang, melonjaklah keinginan hendak


menemuinya di tahun yang lalu. Surat itu diciumnya berulang-ulang dan
disimpannya di antara lembaran Quran. Setiap hari ia membaca Quran itu,
setiap itu pula ia menciumnya. Dan sebuah kalimat yang disenanginya
selalu saja mengikat matanya. Meski kalimat itu sudah lengket dalam
ingatan masih juga dibacanya lagi. Hlm. 59.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata surat,
Quran, dan kalimat diulang sebanyak 2x.

25. Waktu itu ia masih muda. Dan hatinya patah sudah. Dan ia merasa-
merasakan, bahwa bahagia tak mungkin lagi datang padanya. Tapi
kesunyian menerpanya selalu. Sepi sekali. Itu tiada terderitakan. Dan
datangnya pada malam di waktu matanya tak hendak terpicingkan.
Datangnya mengoyak-ngoyak. Maka akhirnya ia kawin lagi. Hlm. 60.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majaas Repetisi diakreanakan kata
waktu, tak, dan datangnya diulang sebanyak 2x.
26. Lama kemudian ia kawin lagi. Tapi bercerai pula akhirnya. Kawin dan
cerai lagi. Dan terasalah olehnya bahwa rumah tangga tak mungkin
memberikan kesenangan lagi baginya. Lalu kesepian hatinya diisinya
dengan perempuan yang takkan mengikatnya dengan syarat-syarat kawin.
Hlm. 61.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata waktu,
tak, datangnya diulang sebanyak 2x dan kata kawin, lagi diulang
sebanyak 3x.

27. Ah, ibu Masri Cuma satu. Cuma satu perempuan seperti dia. Dia baik.
Baik sekali. Semua orang suka padanya. Semua orang. Dan dia pandai,
pandai dalam segala hal. Tapi, yah, tuhan terlalu cepat mengambil tiap-
tiap yang dikasihi seseorang. Hlm. 61.
30

Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata Cuma


satu, baik, semua orang, dan pandai diulang sebanyak 2x.
28. Anak yang kutampar, anak yang kuusir dulunya, anak itu yang mengajak
aku datang ke rumahnya. Aku malu. Malu sekali, Masri. Dan aku tak mau
datang. Enggan karena malu. Hlm. 64.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata anak
dan kata malu diulang sebanyak 3x.

29. Dan kemudian datang suratmu lagi. Juga tak kubalas. Dan suratmu yang
ketiga beserta wesel uang itu, tidak mengguncangkan hatiku dari
penderianku semula. Tapi Masri, uang itu aku ambil juga ke kantor pos
akhirnya. Karena terpaksa. Karena ada orang lain yang hendak kutolong
dengan uang kirimanmu. Hlm. 64.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas repetisi dikarenakan kata suratmu,
itu, karena diulang sebanyak 2x dan kata uang diulang sebanyak 3x.

30. Cerita maaf, memang paling mudah diucapkan oleh orang yang telah
merasakan hidup senang. Tapi bagiku, orang yang selamanya dalam
kesulitan ini, cerita maaf haruslah diperhitungkan dulu. Hlm. 68.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata cerita
maaf dan kata orang diulang sebanyak 2x.

31. Tapi apalah arti waktu. Waktu hanya suatu ukuran yang tak mampu
memisahkan ingatan dan kenangan yang pernah terjadi. Dan dalam waktu
yang berlalu, semua cerita yang terjadi dalam jaraknya yang tumbuh dan
hidup sepanjang masa, meski antara pelakunya tiada lagi kini. Hlm. 75.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi karena kata waktu
diualng sebanyak 3x.

32. Tapi di kala pemberontakanku terkahir, yaitu di kala usiaku menjadi


tujuh tahun, sengaja tak dirayakan. Kami baru saja dapat kemalangan.
Nenekku, promotor segala upacara perayaan, telah dikuburkan orang lima
belas hari sebelumnya. Namun hadiah pemberontakan berlanjut terus
31

tanpa upacara dan pesta-pestaan. Hanya tiga orang saja yang hadir dalam
upacra pemberontakan itu. Yaitu aku, Kakek Montok si tukang cukur,
dan Maria. Dan maria inilah yang memberikan bahan cerita celaka ini,
melalui upacara pemberontakanku. Hlm. 76.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
pemberontakanku dan kata pemberontak diulang sebanyak 2x.

33. Aku erasa ibu minta nyawa. Dan kueratkan pelukanku ke dadanya dalam
sedu sedanku rasanya kukatakan kepada Ibu, “Ibu, ibu jangan mati. Bu.
Aku tak mau seperti Maria. Kalua ibu mati, aku juga mau mati.” Tapi Ibu
tak menyahuti kata-kataku. Karena, ya, aku hanya berkat dalam hatiku
seorang. Hlm. 80.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas repetisi dikarenakan kata ibu
diulang sebanyak 5x dan kata mati diulang sebanyak 2x.

34. Ada penekuk di dalamnya. Penekuk Maria. Ketika aku memakannya,


bukan main enak rasanya. Tidak pernah seenak yang sudah-sudah. Dan
aku mengumpat Ibu dalam hati, kenapa penekuk yang seenak itu hanya
sebuah yang dibeli. Hlm. 81.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
penekuk diulang sebanyak 3x dan kata seenak diulang 2x.

35. Tak usah bayar. Sebab kau sudah ajarkan aku main sembang, main lore,
dan main congklak, kau anak baik. Tapi aku tak bisa beri kau apa-apa.
Aku tak punya apa-apa. Tapi kalau aku punya, pasti akan kuberi kau. Hlm.
82.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata tak dan
kata main diulang sebanyak 3x,

36. Ibu menyuruh Maria pulang dulu supaya mengatakan pada Mak Pasah,
bahwa Ibu akan menggantinya nanti bila ayahku pulang. Tapi Maria tak
mau pulang. Ibu membujuk juga. Tapi Maria tak juga mau pulang.
32

Setelah lama dibujuk dan didesak Ibu, bahkan Kakek pun ikut membujuk,
barulah Maria mau pulang. Hlm. 84.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata pulang
diulang sebanyak 4x dan kata membujuk diulang sebanyak 2x.

37. Mulanya aku suka menangis. Menangisi segala yang sudah hilang. Tapi
kini aku tak menangis lagi. Hlm. 88
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
menangis diulang sebanyak 2x.

38. Sebagai suami, sebagai ayah, sebagai laki-laki, sebagai manusia juga,
seperti yang kita omongkan dulu, kau dapat mencapai sesuatu yang
kauinginkan. Hlm. 89.
Penjelasan : kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata sebagai
diulang sebanyak 4x.

39. Kaki itu kaki yang dulu juga. Kaki yang pernah menggodaku. Sekarang
kaki itu terhampar begitu saja. Dan aku tak dapat memandangnya lama-
lama, karena kaki itu tidak berbicara pa-apa lagi bagiku lagi. Hlm. 91.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata kaki
diulang sebanyak 5x.

40. Doa serasa tak berharga kni. Tiap-tiap orang punya doa. Dan doa sekedar
doa, tak ada gunanya. Hlm. 91.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata doa
diulang sebayak 5x.

41. Tapi dia tidak menoleh lagi. Hilang di balik belukar itu. Dan belukar itu
bertambah ria menari ditiup angin dari gunung. Angin dari gunung yang
meniup belukar hingga bergoyang dan menari ria itu, angin itu juga yang
meniup aku, meniup Nun, dan meniup gadis kecil itu. Hlm. 95.
33

Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata


belukar diulang sebanyak 3x, kata angin dari gunung diulang sebanyak 2x
dan kata meniup diulang sebanyak 4x.

42. Dengan kata-kata tajam dia berkata lagi, “ke aman? Ke amana, katamu?
Kalau dulu, kaulah yang selalu mengajak aku. Kau yang menentukan ke
mana kita mau pergi. Tapi kini sesudah aku begini, mengapa kau tak
mengajak aku lagi?”. Hlm. 99.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
mengajak diulang sebanyak 2x.

43. Nyonya. Kalau Nyonya tidak kasihan kepadaku, kasihanilah bayi ini,
Nyonya. Dia tidak berayah lagi, Nyonya. Hlm. 103.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata nyonya
diulang sebanyak 4x.

44. Sejak kehamilannya, sesungguhnya ia kurang bergairah keluar dari rumah.


Lebih-lebih keluar bersama suaminya. Perasaannya selalu tidak enak bila
bersama suaminya. Alasan tidak orang yang menunggui rumahnya, itu
memang sebab, lainnya. Meninggalkan rumah pada pembantu saja, sulit
dipercaya. Hlm. 106.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata keluar,
rumah, dan suaminya diulang sebanyak 2x.

45. Waktu itu ia benar-benar merasakan Haris adalah suaminya yang ideal,
seperti yang diharapkannya dulu. Ia merasa senang pada Haris, suaminya.
Padahal selama ini ia begitu benci, muak, hingga ia menjadi cerewet dan
suka marah-marah. Hlm. 108.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata ia
diulang sebanyak 4x dan kata suaminya diulang sebanyak 2x.
34

46. Rem dapat menghentikan roda berputar, tapi dapat menghentikan kereta
api itu meluncur. Karena muatan berlebih dari kemanapun, kereta
melncur kian kencang dan kian kencang lagi. Hlm. 114.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata kereta,
meluncur, dan kian kencang diulang sebanyak 2x.

47. Tapi seseorang berkata lagi, “Angkat yang masih hidup.” Dan mereka
mencari korban yang masih hidup. Seorang korban yang merintih,
mereka angkat berdua. Hlm. 116.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata angkat,
masih hidup, mereka, dan korban diulang sebanyak 2x.

48. Sidin mempererat genggamannya agar si korban tidak melotot. Tapi si


korban mengerang kesakitan. Dan Sidin menduga pegangannya tepat
pada bagian yang cedera. Tapi ia tak mungkin mengendurkan
pegangannya. Korban itu mengerang terus. Hlm. 117.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata korban
diulang sebanyak 3x dan kata pegangannya diulang sebanyk 2x.

49. Ketika Jepang-jepang itu telah pergi ke tiang lain, Sidin tersandar keletihan
di bawah tiang. Hawa malam terasa dingin dengan tiba-tiba. Hawa
malam di lembah pegunungan itu. Hlm. 120.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata tiang
dan hawa malam diulang sebanyak 2x.

50. Ditampungnya air itu dengan kedua telapak tangannya, lalu dibawanya ke
mulutnya. Ia minum sepuas-puasnya untuk menghilangkan haus dan
mengisi perutnya yang kosong. Ia minum sampai keluar sendawa dari
mulutnya. Hlm. 121.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
mulutnya dan ia minum diulang sebanyak 2x.
35

51. Ia kembali ke jembatan jalan umum. Sambil bersandar ke pagar besi di


tengah-tengah jembatan itu, dia memandang ke arah jembatan kereta api
yang ambruk. Hlm. 122.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Kalimat Repetisi dikarenakan kata
jembatan diulang sebanyak 3x.

52. Gerbong terbawah itu tergencet antara gerbong barang dan gerbong
penumpang. Pada bagian yang ditimpa gerbong di atasnya begitu
remuknya, hingga roda-roda gerbong yang menimpanya terbenam ke
dalam gerbong di bawah itu. Hlm. 123.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
gerbong diulang sebanyak 6x.

53. Pikirnya tak mungkin digunakan kampak itu untuk memotong mayat yang
menjepit itu. Kalau mesti menggunakannya, ia tak mampu
melaksanakannya. Ia keluarkan kepalanya lewat jendela yang dibongkar
itu. Pikirnya selintas, mungkin tadi kampak itulah yang digunakan untuk
memperlebar lubang jendela itu. Hlm. 126.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
kampak dan jendela diulang sebanyak 2x.

54. Misalnya dengan salaman pakai guncangan tangan atau tepuk-tepuk di


bahu kami. Ada yang lagi asyik menulis terus setelah tahu kami datang.
Juga ada yang baru muncul setelah sejam kami menunggunya di ruang
tamu. Hlm. 132.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata kami
diulang sebanyak 3x.

55. Kalau organisasi kami tidak bisa mereka caplok secara utuh, maka anggota
kamilah yang mereka preteli seorang demi seorang. Terutama anggota
yang potensial, kalau tidak anggota pengurus. Ada banyak yang berhasil
dicaplok atau di menteli. Hlm. 135.
36

Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata


seorang diulang sebanyak 2x dan kata anggota diulang sebanyak 3x.

56. Begitu menyetak datangnya, ketika orang-orang muda secara


bergelombang menemui saya minta restu, minta nasihat, minta pendapat,
dan juga minta bantuan uang dan tanda tangan. Saya menoleh ke sekeliling,
terutama pada teman sebaya saya, yang dulu sama giatnya dengan saya.
Hlm. 135-136.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata minta
diulang sebanyak 4x.

B. Majas Hiperbola
Majas Hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan
yang berlebihan, dan bahkan membandingkan sesuatu dengan cara yang hampir
tidak masuk akal. Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas
Hiperbola adalah :
1. Api neraka tiba-tiba menghawakan kehangatannya ke tubuh Haji Saleh.
Hlm. 7
2. Pada suatu hari yang gilang gemilang, angan-angannya pasti merupa jadi
kenyataan. Hlm. 16.
3. “Bacakan pelan-pelan, biar sepatah demi sepatah bisa menjalari segala
saraf-sarafku.” Kata Ompi dengan terputus-putus. Hlm. 25.
4. Sehingga ledakan kegembiraan ini tak membunuhku. Hlm. 25.
5. Seolah pada asap itu terlukis segala ilham nasihatnya. Hlm. 28.
6. Sekurang-kurangnya, dia hendak mengorek isi kantungmu sampai tandas.
Itu paling kurang. Nasihatku dalam hal ini, begini. Meski dia menangis
sampai mengeluarkan air mata darah, jangan kau peduli. Hlm. 34.
7. Meskipun begitu, mataku yang tua ini, mata yang telah banyak melihat ini,
masih dapat menangkap suatu kekurangannya. Hlm. 39.
8. Nasihatku, kawini dia lekas. Jangan tunggu lama. Jangan biarkan angin
jahat masuk, seperti yang pernah kualami dulu. Hlm. 39.
37

9. Hasibuan berkata tanpa memperhatikan gelagat orang tua sekali lagi


dsengat listrik. Tak tahu ia muka orang tua itu sudah jadi pucat dan
badannya gemetar. Hlm. 40.
10. Sekarang listrik yang menyengat naik beberapa kilo watt lagi. Mukannya
yang pucat jadi biru. Hlm. 40.
11. Tapi masinisi melihatbetapa takutnyaorang-orang oleh bisikan yang berbisa
itu, jadi tertawa terbahak-bahak sendiri. Hlm. 43.
12. Kalau sekarang ada Si Topi Helm itu di sini, aku patahkan lehernya.
Seperti kingkong mematahkan leher kera tentunya, ha ha haaa. Hlm. 43.
13. Ia ragu-ragu menetapkan. Tapi ketika matanya tertumbuk kepada Pak Kari,
sesuatu pada jantung orang tua itu terasa bergetar. Hlm. 45.
14. Tuan O.M. mengedarkan pandangan ke semua bawahannya seorang demi
seorang, sehingga para tukang remi itu berdegupan darahnya oleh harapan
bakal mendapat topi helm itu. Hlm. 45.
15. Di antara suara tertawaan, Pak Kari merasa badanya terlambung setinggi
rumah dan membesar seperti gajah. Hlm. 45.
16. Pak Kari yang kekuyupan pada pagi hari di lembah pegunungan itu, tidak
merasa dingin lagi dengan tiba-tiba. Ia mereasa begitu panasnya oleh
bakaran api di dalam dadanya. Hlm. 54.
17. Datanglah, Ayah. Hati kami rasa terbakar karena rindu. Hlm. 59.
18. Ah, betapala hancurnya hati si anak. Mungkin ingin ia membutakan
matanya, agar segala yang didepan matanya itu tiada terlihat. Hlm. 62.
19. Dan dalam liputan kedamaian itu pula ia meningkat anak tangga rumah
anaknya. Tidaklah ia merasa capek sedikit pun oleh guncangan kereta api
hampir sepenuh hari itu tapi napasnya menyesak juga oleh pukulan
jantungnya yang tambah berdebar, seperti debar ketika mula pertama ia
memasuki ambang pintu bilik istrinya. Hlm. 65-66.
20. Ras kesombongan yang telah lama mengedap jauh di lubuk hatinya,
menjolak lagi dengan panasnya. Hlm. 66.
21. Pikiran dan perasaanya menampak bayangan kacau yang bertelau-telau
tiada berbentuk apapun. Hlm. 69.
22. Kudengar dia terbatuk-batuk. Batuk yang dalam sekali. Lalu dia meludah.
Dan ludahnya itu merah seperti darah. Hlm. 82.
38

23. Apa yang kutakutkan melihatnya tadi tersua juga jadinya. Hingga seluruh
bulu romaku berdiri rasanya. Hlm. 82.
24. Lalu kupegang tangan Ibu lebih kuat da tubuhku kurapatkan padanya.
Sedang bulu tengkukku rasanya berdiri. Hlm. 84.
25. Yang kurasaterpaan ucapannya pada mukaku, karena terasa terasa sebagai
umpatan yang pahit tapi dicelup dengan tengguli. Hlm. 93.
26. Kau sudah bosan. Pasti. Napasnya jadi tesengal-sengal kini. Hingga
dadanya turun naik dengan kencangnya. Hlm. 100.
27. Dan bersamaan ia dengar hatinya sendiri merintih dan lehernya
membengkak serta jakunnya terasa tersendat di lehernya untuk menhaan
jeritan hatinya keluar dari kerongkongan. Hlm. 125-126.
28. Tapi tenaganya bagai telah habis, karena tusukan rasa nyeri pada hampir
seluruh tubuhnya. Hlm. 128.
29. Tiba-tiba ketawa saya meledak, sehingga air mata saya pun berderai-derai.
Hlm. 138.

C. Majas Metafora
Majas Metafora adalah suatu majas yang menggunakan sebuah objek yang
bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan, melalui suatu ungkapan. Jadi,
satu objek dibandingkan dengan objek lain yang serupa sifatnya, tetapi bukan
manusia. 9 Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas
Metafora adalah :
1. Semua orang, tua-muda, besar-kecil, memanggilnya ompi. Hatinya akan
kecil bila dipanggil lain. Hlm. 15.
2. Ketika tersiar pula kabar, bahwa ada seorang ismail terhukum karena
maling dan membunh, ompi naik pitam. Hlm. 15.
3. Sekarang kau diomongi orang-orang yang busuk mulut, Anakku. Hlm. 17.
4. Dan oleh seleranya yang patah, Ompi bertambah menderita jua. Hlm. 21.
5. Ku karang cerita kenangan masa lalu dan angan-angan masa depan yang
meyenangkan. Ku ceritakan dengan hati yang kecut. Hlm. 23.

9
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016, hlm 139)
39

6. Sedangkan bibirnya membariskan senyum, serta matanya menyinarkan


cahaya yang cemerlang. Hlm. 25.
7. Nah, ucapanmu itu, sudah menujukkan betapa mudamu. Mukamu,
gerakmu, dapat aku baca, seperti aku membaca koran saja. Itu aku takkan
silap.” Hlm. 34.
8. Tapi sebagai orang tua yang telah banyak makan garam kehidupan , ia
tidak hendak melecehkan kesukaran orang lain. Hlm. 37.
9. Pada air mukamu yang muda itu, dapat aku baca semua. Hlm. 38.
10. Tapi masinis, yang badannya besar hingga dipanggil “Kingkong” oleh
buruh lainnya, setelah masuk ke lubang itu untuk memeriksa, ia tidak
keluar lagi. Hlm. 42.
11. Wah, susah amat menggotong buaya ini. Letakkan saja di sini. Hlm. 118.

D. Majas Simile
Majas simile adalah majas yang membandingkan kegiatan dengan
menggunakan ungkapan yang maknanya serupa dan disampaikan secara lebih
lugas atau eksplisit. Jadi pembaca langsung bisa menebak arti dari perumpaan
yang digunakan. 10 Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas
Simile adalah :
1. Nama anaknya seolah ikut tercemar. Hlm. 15.
2. Dab semenjak itu ompi kurang punya kesabaran oleh kelambatan jalan hari.
Seperti calon pengantin yang sedang menunggu hari perkawinan. Hlm. 17.
3. Antara rusuh dan lega, Ompi gelisah juga menanti surat dari anaknya.
Layaknya macan lapar yang terkurung menunggu orang memberikan
daging. Hlm. 20
4. Ia merasa seperti bermimpi dan tububnya serasa seringan kapas yang
melayang ditiup angin. Hlm. 21.
5. Seluruh hidupnya bagai jadi meredup seperti lampu kemersikan sumbu.
Hlm. 21.

E. Majas Sarkasme

10
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016, hlm 138)
40

Majas Sarkasme adalah suatu acuan yang mengandung kepahitan dan celaan
yang getir. Sarkasme dapat saja bersifat ironis, dapat juga tidak, tetapi yang jelas
adalah bahwa gaya ini selalu akan menyakiti hati dan kurang enak di dengar.11
Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Sarkasme adalah :
1. Apalagi seorang studen dokter tentu takkan mau dengan gadis kampungan
yang kolot lagi. “Pilihlah saja gadis di Jakarta, Anakku. Gadis yang
sederajat dengan titelmu kelak.” Penutup suratnya. Hlm. 19.
2. “Hm. Apa yang kalian takutkan? Si topi helm?” ia mengejek. Apa pula
yang ditakutkan pada si pendek seperti kera itu kalian takut. Puahhh. Hlm.
43.
3. Dan sebelum Pak Kari sadar pada apa yang tengah terjadi atas dirinya,
masinis telah mengahrdiknya lagi, “Ayo, pergi kau, Babi!” Hlm. 55.
4. Kurang ajar kau. Bikin malu. Ayo pergi. Kau bukan anakku lagi! Hlm. 62.
5. Si ayah betul-betul hilang kesabarannya. Jika tadi perempuan jalang yang
dibayarnya sudah pandai menerima tawakannya, maka sekarang anaknya
sendiri yang menghinanya. Hlm. 63.
6. “Kau murtad, iyah!” “Lebih baik dari orang sepengecut kau!” hlm. 71.
7. Dan rupa anak itu begitu jelek. Seperti kera. Hlm. 101.
8. Dia selamanya merasa jijik pada orang yang kumal, bodoh, dan tak sopan
menurut pandangannya. Hlm. 101.
9. Tapi perempuan itu sudah menegurya, “Nyonya, kami dengar Nyonya
perlu babu.” Hlm. 102.
10. Kemudian ia memanjati pundak Sidin yang kurus kerempeng itu, lalu
dengan berpijak di pundak itu ia mengikatkan kawat-kawat. Hlm. 119.

F. Majas Epizeuksis
Majas Epizeuksis adalah majas yang bersifat langsung, artinya kata yang
dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.12 Dalam buku kumpulan cerpen
ini kalimat yang termasuk Majas Epizeuksis adalah :

11
Ibid., hlm 143
12
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016, hlm 127)
41

1. Di negeri dimana tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa


ditanam? Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami. Di negeri, dimana
penduduknya sendiri melarat? Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami. Hlm. 10.
2. Yang ia ingat Cuma satu, api dendamnya kian marak, kian marak juga. Dan
makin kian marak ketika masinis itu datang memeriksa pekerjaan Pak Kari
yang membersihkan tungku api di lambung lok itu. Hlm. 57.
3. Ini semua dosa, iyah. Dosa besar. Dosar bagi kita. Dosa bagiku, dosa bagi
kau. Juga dosa bagi mereka. Hlm. 69.

G. Majas Personifikasi
Majas Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan
benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-seolah memiliki
sifat-sifat kemanusiaan. 13 Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk
Majas Personifikasi adalah :
1. Maka darah Ompi kencang berdebar. Hlm. 21.
2. Dan telegram itu jatuh dan terkapar di pangkuannya. Hlm. 26.
3. Dan ketika matanya mengalih ke dalam tungku api di lambung lok, di
mana apinya sedang garang menyala, Pak Kari seperti melihat topi
helmnya yang dulu lagi. Menari-nari oleh nyala api. Dan kemudian seperti
terlihat dirinya di bawah topi yang menari-nari dalam nyala api itu. Hlm.
55.
4. Yang memangutnya tadi, serta merta terlempar jauh, terpelanting remuk.
Hl. 66.

H. Majas Sinekdoke
Sinekdoke adalah suatu istilah yang diturunkan dari kata Yunani
synekdechesthai yang berarti menerima bersama-sama. Sinekdoke adalah
semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk
menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk
menyatakan sebagian (totum pro parte). 14 Dalam buku kumpulan cerpen ini
kalimat yang termasuk Majas Sinekdoke adalah :

13
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016, hlm 140)
14
Ibid., hlm 142
42

1. “Aapa janji itu Bung lakukan?” tanya sobat saya yang bekas diplomat itu.
Hlm. 138.

I. Majas Asonansi
Majas Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi
vokal yang sama. 15 Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk
Majas Sinekdoke adalah :
1. Orang-orang muda sekarang lebih mudah digembalakan. Hlm. 137.

J. Majas Inuendo
Majas Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang
sebenarnya. Ia menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung, dan sering
16
tampaknya tidak menyakitkan hati kalau dilihat sambil lal. Dalam buku
kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Inuendo adalah :
1. Sedang mata pertamamu melihat aku tadi, kau melihat pengemis yang
dijijiki. Hlm. 93.
2. Tapi lebih terkenal sebagai pencari perempuan untuk oang-orang Jepang
dan dapat upah dengan menjualkan barang-barang curian milik Jepang
langgananya itu. Dan mak Gadang menjadi kaya karenanya. Hlm. 117.

K. Majas Anafora
Majas Anfora adalah repitisi yang berwujud perulangan kata pertama pada tiap
baris atau kalimat berikutnya. 17 Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang
termasuk Majas Anafora adalah :
1. Tentu Masri takkan begitu kalau bukan aku ayahnya. Tentu masri takkan
begitu kepada ayahnya. Tentu anak orang lain takkan berkata begitu
kepada ayhnya. Tentu aku ayah yang salah. Hlm. 63.
2. Ia tak tahu main sembang, tak tahu main congklak, tak tahu main lore
apalgi basbal. Hlm. 77.

15
Ibid., hlm 130
16
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016, hlm 144)
17
Ibid., hlm 127
43

L. Majas Pleonasme
Majas pleonasme adalah majas acuan yang mempergunakan kata-kata lebih
banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan. 18
Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Pleonasme
adalah :
1. Mendengar kalimat terakhir itu, hilanglah sinar mata kecewa orang tua itu.
Hlm. 31.

M. Majas Eufimisme
Majas Eufimisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang
halus untuk mengantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina,
menyinggung perasaan atau mengsugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan. 19
Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Eufimisme
adalah :
1. Bila perlu, meski dengan risiko besar, bangunkanlah kembali mahligai
angan-angannya.”. Hlm. 23.

N. Majas Ironi
Majas Ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakn sesuatu dengan makna
atau bermaksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-
katanya. 20 Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Ironi
adalah :
1. Siapa yang tak kenal dia. Indra Budiman. Seluruh jakarta kenal. Seluruh
gadis mengharap cintanya. Hlm. 18.

O. Majas Antitesis
Majas Antitesis adalah majas yang mengandung gagasan-gagasan yang
bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang
berlawanan. 21 Gaya ini timbul dari kalimat berimbang. Dalam buku kumpulan
kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Antitesis adalah :

18
Ibid., hlm 133
19
Ibid., hlm 132
20
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016, hlm 143)
21
Ibid., hlm 126
44

1. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya


menyunggingkang senyum ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang
masuk surga, ia melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan
„selamat ketemu nanti‟. Hlm. 6
2. Alangkah tercengang Haji saleh, karena di neraka itu banyak teman-
temannya di dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tambah
tak mengerti dengan keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya
di neraka itu tak kurang ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah
seorang yang telah sampai empat belas kali ke Mekah dan bergelar syekh
pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka, dan bertanya kenapa mereka
dinerakakan semuanya. Tapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun,
tak mengerti juga. Hlm. 8.

P. Majas Pararelisme
Majas Pararelisme adalah majas yang berusaha mencapai kesejajaran dalam
pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam
bentuk gramatikal yang sama. 22 Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang
termasuk Majas Pararelisme adalah :
1. Orang-orang perempuan yang minta tolong mengasahkan pisau atau
gunting, memberinya sambal sebagai imbalan. Orang laki-laki yang minta
tolong, memberinya imbalan rokok, kadang-kadang uang. Hlm. 2.
2. Secepat anak-anak berlari di dalamnya, secepat perempuan mencopoti
pakuannya. Hlm. 2.

Q. Majas Sinisme
Majas Sinisme adalah suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang
23
mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Dalam buku
kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Sinisme adalah :
1. Dan terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang, yang tak hendak
memlihara apa yang tidak dijaga lagi. Hlm. 2.

22
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016, hlm 126)
23
Ibid., hlm 143
45

2. Setelah ia merasa bahwa kata-katanya cukup terbayang, disambung lagi


perkataannya, buaya itu, Hasibuan, bukan jantan saja jenisnya. Mengerti
kau. Siapa tahu. Barangkali dia sedang mengakalimu. Sedang memikatmu
supaya kukawini dia. Hlm. 34.

DIAGRAM

Majas Repetisi
Majas Hiiperbola
Majas Metafora
Majas Simile
Majas Sarkasme
Majas Epizeuksis
Majas Personifikasi
Majas sinekdoke
Majas asonansi
Majas Inuendo
Majas Anafora
Majas Pleonasme
Majas Eufimisme
Majas ironi
Majas Ironi
Majas Antitesis
Majas Pararelisme
Majas Sinisme

4.1 Analisis Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerepen Robohnya Surau Kami

Dari data analisis Gaya Bahasa Dalam Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A.
Navis pada kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami adalah Majas Repetisi yaitu 56 kalimat,
Majas Hiperbola 29 kalimat, Majas Metafora 12 kalimat, Majas Simile 6 kalimat, Majas
Sarkasme 10, Majas Epizeuksis 3 kalimat, Majas Personofikasi 4 kalimat, Majas Sinekdoke 1
46

kalimat, Majas Asonansi 1 kalimat, Majas Inuendo 2 kalimat, Majas Anafora 2 kalimat, Majas
Pleonasme 1 kalimat, Majas Eufimisme 1 kalimat, Majas Ironi 1 kalimat, Majas Antitesis 2
kalimat, Majas Pararelisme 3 kalimat, dan Majas Siniseme 1 kalimat. Jadi dalam data analisis
ini Majas yang paling banyak adalah Majas Repitisi yaitu sebanyak 56.

Gaya Bahasa atau Majas sangat diperlukan dalam sebuh buku karena majas adaalah
sebuah kekayaan bahasa. Pemakaian ragamnya tertentu untuk memeperoleh efek-efek tertentu
yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup.
BAB V

Penutup

A. Kesimpulan
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa majas yang terdapat dalam
buku kupulan cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis sebanyak 17 majas
diantaranya : Majas Repetisi yaitu 56 kalimat, Majas Hiperbola 29 kalimat, Majas
Metafora 11 kalimat, Majas Simile 5 kalimat, Majas Sarkasme 10, Majas Epizeuksis 3
kalimat, Majas Personofikasi 4 kalimat, Majas Sinekdoke 1 kalimat, Majas Asonansi 1
kalimat, Majas Inuendo 2 kalimat, Majas Anafora 2 kalimat, Majas Pleonasme 1
kalimat, Majas Eufimisme 1 kalimat, Majas Ironi 1 kalimat, Majas Antitesis 2 kalimat,
Majas Pararelisme 3 kalimat, dan Majas Siniseme 2 kalimat.

B. Saran
1. Peneliti harus lebih sabar, teliti, dan cermat dalam melakukan praktikum agar
didapatkan hasil yang maksimal.
2. Peneliti harus mencari lebih banyak mencari referensi untuk bahan penelitian.
3. Untuk memaksimalkan sebuah karya tulis ilmiah ini, memerlukan banyak
konsultasi terhadap berbagai pihak, termask kepada guru pembimbing.
4. Harus banyak berdoa‟a kepada Allah S.W.T agar diberi kelancaran dalam proses
pengertian tugas ini.

47
Daftar Pustaka

Keraf, Gorys. 2016. Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama).
Navis, Ali Akbar.2010. Robohnya Surau Kami (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama).
Awan Sudiawan, Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami
https://awan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau
kami/ diakses kamis, 11 Januari 2020, pukul 13.20 WIB.
Wikipedia, Majas https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majas diaskses kamis, 4 Februari
2020, pukul 19.45 WIB.
Hasna Wijayanti, Majas atau Gaya Bahasa: Pengertian, 24 Macam dan Contoh
https://portal-ilmu.com/majas-atau-gaya-bahasa/ diakses selasa, 4 Fbruari
2020, pukul 19.30 WIB.
Wikipedia, Cerita Pendek https://id.m.wikipedia.org/wiki/Cerita_pendek diakses
kamis, 4 Februari 2020, pukul 19.50 WIB.
Jagad.id, Pengertian Cerpen: Ciri-ciri, Jenis, Kaidah, Unsur Intrinsik Ekstrinsik
https://jagad.id/cerita-pendek/ diakses kamis, 4 Feberuari 2020, pukul 20.00
WIB.
ZonaReferensi, 13+ Ciri-ciri Cerpen Beserta Karakteristik dan Penjelasannya
[lengkap] https://www.zonareferensi.com/ciri-ciri-cerpen/ diakses kamis, 4
Februari 2020, pukul 20.10 WIB.
Suryati, Analisis Gaya Bahasa Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A.
Navis dikutip dari Univeritas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang (Disertasi
yang diterbitkan, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 2014)
https://jurnal.umrah.ac.id/?p=2717 diakses minggu, 26 Januari 2020, pukul
14.20 WIB.

48
Lampiran

No. Kalimat Majas Majas Majas Majas keterang Halaman


perbandin penegasan pertentang sindiran an
gan an
1. Orang-orang
perempuan yang
minta tolong
mengasahkan
pisau atau
gunting,
memberinya
sambal sebagai
imbalan. Orang
laki-laki yang Majas 2
minta tolong,  Parelelis
memberinya me
imbalan rokok,
kadang-kadang
uang.

49
50

2. Secepat anak-
anak berlari di
dalamnya, secepat
perempuan
mencopoti
pekayuannya.
Dan yang
terutama ialah Majas 2
sifat masa bodoh  Paralelis
manusia me
sekarang, yang
tak hendak
memelihara apa
yang tidak dijaga
lagi.

3. Dan yang
terutama ialah
sifat masa bodoh
manusia
sekarang, yang
tak hendak Majas
memelihara apa  Sinesme 2
yang tidak dijaga
lagi.

4. Ketika sekali ia
menceritakan
bagaimana sifat
seekor katak, dan
kebutulan ada
51

pula seorang yang


ketagihan jadi
pemimpin
berkekuan seperti
katak itu, maka Majas
untuk selanjutnya  Reptisi 3
pemimpin
tersebut kami
sebut pemimpin
katak.

5. Takut aku kalau


imanku rusak
karenanya,
ibadatku rusak  Majas 4
karenanya. Reptisi

6. Sudah begitu
lama aku berbuat
baik, beribadat,
bertawakal
kepada Tuhan.
Sudah begitu
lama aku
menyerahkan Majas
diriku kepada- Paralelis 4
Nya. Dan Tuhan  me
akan mengasihi
orang yang sabar
dan tawakal.

7. Karena aku telah


52

berulang-ulang
bertanya, lalu ia
yang bertanya
padaku, “Kau
kenal padaku,
bukan? Sedari
kau kecil aku
sudah di sini.
Sedari mudaku,
bukan? Kau tahu
apa yang
kulakukan semua,  Majas 4
bukan? Repitisi
terkutuklah
perbuatanku?
Dikutuki
Tuhankah semua
pekerjaanku?”

8. Aku bangun pagi-


pagi. Aku bersuci.
Aku pukul beduk
membangunkan
manusia dan
tidurnya, supaya
bersujud kepada-
Nya. Aku
sembahyang
setiap waktu. Aku
puji-puji dia. Aku
baca Kitab-Nya.
„Alhamdulillah‟
kataku bila aku
53

menerima
karunia-Nya.  Majas 5
„Astagfirullah‟ Repitisi
kataku bila ku
terkejut. „Masya
Allah‟, kataku
bila aku kagum.
Apakah salahnya
pekerjaanku itu?
Tapi kini aku
dikatakan
manusia terkutuk.

9. Ketika dilihatnya
orang-orang yang
masuk neraka,
bibirnya
menyunggingan
senyum ejekan.
Dan ketika ia
melihat
orangnyang  Majas
masuk surga, ia Antitesis 6
melambaikan
tangannya, seolah
hendak
mengatakan
„selamat ketemu
nanti‟

10. Api neraka tiba-


tiba
menghawakan Majas
54

kehangatannya ke  Hiperbol 7
tubuh Haji Saleh. a

11. Alangkah
tercengang Haji
Saleh, karena di
neraka itu banyak
teman-temannya
di dunia
terpanggang
hangus, merintih
kesakitan. Dan ia
tambah tak
mengerti dengan
keadaan dirinya,
karena semua
orang yang
dilihatnya di
neraka itu tak  Majas 8
kurang ibadatnya Antitesis
dari dia sendiri.
Bahkan ada salah
seorang yang
telah sampai
empat belas kali
ke Mekah dan
bergelar syekh
pula. Lalu Haji
Saleh mendekati
mereka, dan
bertanya kenapa
mereka
dinerakakan
55

semuanya.tapi
sebagaimana Haji
Saleh, orang-
orang itu pun, tak
mengerti juga.

12. Tak sesat sedikit


pun kami
membacanya.
Akan tetapi,
Tuhanku yang
Mahakuasa
setelah kami
Engkau panggil
kemari, Engkau
masukkan kami
ke neraka. Maka
sebelum terjadi
hal-hal yang tidak
diingini, maka
disini, atas nama  Majas 10
orang-orang yang Repitisi
cinta pada-Mu,
kami menuntut
agar hukuman
yang kujatuhkan
kepada kami
ditinjau kembali
dan memasukkan
kami ke surga
sebgaimana yang
Engkau janjikan
dalam Kitab-Mu.
56

13. Di negeri dimana


tanahnya begitu
subur, hingga
tanaman tumbuh
tanpa ditanam?
Benar. Benar.
Benar. Itulah Majas
negeri kami. Di  Epizeuks 10
negeri, dimana is
penduduknya
sendiri melarat?
Ya. Ya. Ya. Itulah
dia negeri kami.

14. Dan Engkau lebih


suka berkelahi
antara kamu
sendiri, saling
menipu,saling
memeras. Aku
beri kau negeri
yang kaya raya,
tapi kau malas,  Majas 11-12
kau lebih suka Repitisi
beribadat saja,
karena beribadat
tidak
mengeluarkan
peluh tidak
membanting
tulang.
57

15. Semua orang, tua-


muda, besar-kecil,
memanggilnya Majas 15
ompi. Hatinya  Metafora
akan kecil bila
dipanggil lain.
16. Ketika tersiar
pula kabar, bahwa
ada seorang
ismail terhukum
karena maling  Majas 15
dan membunh, Metafora
ompi naik pitam.

17. Nama anaknya


seolah ikut  Majas 15
tercemar. Simile

18. Pada suatu hari


yang gilang
gemilang, angan- Majas
angannya pasti  Hiperbol 16
merupa jadi a
kenyataan.

19. Dan kalau ompi


melihat orang
membuat rumah,
lalu ia berkata:
“Ah.sayang.
Rumah-rumah
orang kita masih
kuno
58

arsiterkturnya.  Majas 16
Coba kalau Repitisi
anakku, Indra
Budiman, sudah
menjadi insinyur,
pastilah ia akan
membantu
mereka membuat
rumah yang lebih
indah.
20. Dab semenjak itu
ompi kurang
punya kesabaran
oleh kelambatan
jalan hari. Seperti  Majas 17
calon pengantin Simile
yang sedang
menunggu hari
perkawinan.

21. Sekarang kau


diomongi orang-
orang yang busuk  Majas 17
mulut, Anakku. Metafora

22. Siapa yang tak


kenal dia. Indra
Budiman. Seluruh Majas
Jakarta kenal.  Ironi 18
Seluruh gadis
mengharap
cintanya.
59

23. Apalagi seorang


studen dokter
tentu takkan mau
dengan gadis
kampungan yang
kolot lagi.
“Pilihlah saja  Majas 19
gadis di Jakarta, Sarkasm
Anakku. Gadis e
yang sederajat
dengan titelmu
kelak.” Penutup
suratnya.

24, Antara rusuh dan


lega, Ompi
gelisah juga
menanti surat dari
anaknya.  Majas 20
Layaknya macan Simile
lapar yang
terkurung
menunggu orang
memberikan
daging.

25. Maka darah Ompi


kencang berdebar.  Majas 21
Personifi
kasi
26. Ia merasa seperti
bermimpi dan
tububnya serasa
60

seringan kapas  Majas 21


yang melayang Simile
ditiup angin,

27. Dan oleh


seleranya yang
patah, Ompi  Majas 21
bertambah Metafora
menderita jua.
28. Seluruh hidupnya
bagai jadi
meredup seperti  Majas 21
lampu kemersikan Simile
sumbu.

29. Bila perlu, meski


dengan risiko
besar, Majas
bangunkanlah  eufimism 23
kembali mahligai e
angan-anganya.

30 Ku karang cerita
kenangan masa
lalu dan angan-
angan masa depan
yang  Majas 23
meyenangkan. Ku Metafora
ceritakan dengan
hati yang kecut.
31. “Bacakan pelan-
pelan, biar
sepatah demi
61

sepatah bisa Majas


menjalari segala  Hiperbol 25
saraf-sarafku.” a
Kata Ompi
dengan terputus-
putus.

32. Sedangkan
bibirnya
membariskan
senyum, serta
matanya  Majas 25
menyinarkan Metafora
cahaya yang
cemerlang.

33. Sehingga ledakan


kegembiraan ini Majas
tak membunuhku.  Hiperbol 25
a
34. Dan telegram itu Mjas
jatuh dan terkapar  Personifi 26
di pangkuannya. kasi

35. Seolah pada asap


itu terlukis segala  Majas 28
ilham nasihatnya. Hiperbol
a
36. Aku sudah tua,
sudah banyak
pengalaman. Aku
sudah mengerti  Majas 29
benar segala sifat Repitisi
62

dan fiil.

37. “Tentulah gadis


itu gila. Ya,
tentulah dia itu
gila.” Kata orang
tua itu seraya  Majas 29
memandang Repitisi
kepada Hasibuan
yang duduk
dihadapannya.

38. Mendengar
kalimat terakhir
itu, hilanglah Majas
sinar mata  Pleonas 31
kecewa orang tua me
itu.

39. Rsedang aku


sudah tua. Sudah
laam hidup dan
banayk  Majas 33
pengalaman. Aku Repitisi
sudah tahu betul
akan
kongkalikong
hidup manusia
ini.

40. Dipandangannya
Hasibuan tenang-
tenang, dengan
63

perasaan hati
yang puas
keunggulan
dirinya. Tapi
kemudian ia
meneruskan
menambah
keunggulannya.
Katanya, “ada Majas
hal-hal yang  Repitisi 33
meyebabkan ia
tak mau kembali
ke kampungnya,
menurut
sangkamu? Apa
tidak terpikirkan
olehmu, sebabnya
dia tak mau
kembali itu,
karena
memangnya dia
telah diusir orang
kampungnya?”

41. Nah, ucapanmu


itu, sudah
menujukkan
betapa mudamu.
Mukamu,
gerakmu, dapat  Majas 34
aku baca, seperti Metafora
aku membaca
koran saja. Itu
64

aku takkan silap.”

42. Setelah ia merasa


bahwa kata-
katanya cukup
terbayang,
disambung lagi
perkataanya,
“Buaya itu,
Hasibuan bukan
jantan saja
sejenisnya”,  Majas 34
mengerti kau. Sinisme
Siapa tahu,
barangkali dia
sedang
mengakalimu.
Sedang
memikatkmu
suapaya kau
kawini dia.

43. Sekurang-
kurangnya, dia
hendak mengorek
isi kantungmu
sampai tandas. Itu
paling kurang.
Nasihatku dalam  Majas
hal ini, begini. Hiperbol 34
Meski dia a
menangis sampai
mengeluarkan air
65

mta darah, jangan


kau peduli.

44. Tapi sebagai


orang tua yang
telah banyak
makan garam Majas
kehidupan , ia  Metfora 37
tidak hendak
melecehkan
kesukaran orang
lain.

45. Pada air mukamu


yang muda itu,
dapat aku baca  Majas 38
semua. Metafora

46. Meskipun begitu,


mataku yang tua
ini, mata yang
telah banyak
melihat ini, masih  Majas 39
dapat menangkap Hiperbol
suatu a
kekurangannya.

47. Nasihatku, kawini


dia lekas. Jangan
tunggu lama.
Jangan biarkan
angin jahat  Majas 39
masuk, seperti Hiperbol
66

yang pernah a
kualami dulu.

48. Hasibuan berkata


tanpa
memperhatikan
gelagat orang tua
sekali lagi Majas
dsengat listrik.  Hiperbol 40
Tak tahu ia muka a
orang tua itu
sudah jadi pucat
dan badannya
gemetar.

49. Sekarang listrik


yang menyengat
naik beberapa
kilo watt lagi.  Majas 40
Mukannya yang Hiperbol
pucat jadi biru. a

50. Tapi masinis,


yang badannya
besar hingga
dipanggil
“Kingkong” oleh Majas 42
buruh lainnya,  Metafora
setelah masuk ke
lubang itu untuk
memeriksa, ia
tidak keluar lagi.
67

51. Dan ...


memeriksa, ia
mendengar betapa
meriahnya susana
dalam lubang di
bawah lok itu,  Majas 42
orang-orang lain Repitisi
yang sedang
bekerja di bagian
laik lok itu ikut
pula masuk ke
lubang itu.

52. Tapi masinisi


melihatbetapa
takutnyaorang-
orang oleh Majas
bisikan yang  Hiperbol 43
berbisa itu, jadi a
tertawa terbahak-
bahak sendiri.

53. “Hm. Apa yang


kalian takutkan?
Si topi helm?” ia
mengejek. Apa
pula yang
ditakutkan pada si  Majas 43
pendek seperti Sarkasm
kera itu kalian e
takut. Puahhh.

54. Kalau sekarang


68

ada Si Topi Helm


itu di sini, aku
patahkan
lehernya. Seperti Majas
kingkong  Hiperbol 43
mematahkan leher a
kera tentunya, ha
ha haaa.

55. Topi itu tiga


tahun yang lalu
dibelinya di
Semarang, ketika
ia dipindahkan ke
kota kecil Padang
Panjang. Kota
penghujan itu
menjadikan topi
itu lekas tua. Dan
untuk
penggantinya di
kota itu tidak  Majas 44
mungkin, karena Repitisi
tidak ada orang
jual. Meski topi
helm itu telah
tinggal tergantung
di kapstok di
rumahnya, namun
julukan “Si Topi
Helm” masih juga
lengket pada
Tuan O.M smpai
69

ia dipindahkan ke
Bandung.

56. Pada waktu buruh


bengkel kereta api
yang dikerahkan
R.M Gunarso
sibuk mengepak
perabotan rumah
yang akan dibawa
pindah, topi helm
yang tua itu
sampai  Majas 44
terlupakan. Repitisi
Barulah ketika
rumah itu sudah
kosong, Nyonya
Gunarso melotot
melihat sang topi
tergantung sendiri
pada paku di
dinding.

57. Ia ragu-ragu
menetapkan. Tapi
ketika matanya
tertumbuk kepada
Pak Kari, sesuatu  Majas 45
pada jantung Hiperbol
orang tua itu a
terasa bergetar.

58. Dan Pak Kari


70

menatap mata
perempuan itu
dengan nanap,
seperti ada suatu
perjanjian antara
mereka, bahwa
topi itu  Majas 45
seharusnya buat Repitisi
dia diberikan
perempuan itu.
Tapi perempuan
itu berkaa, “Coba
dulu siapa yang
pas betul.”

59. Tuan O.M.


mengedarkan
pandangan ke
semua
bawahannya
seorang demi
seorang, sehingga  Majas 45
para tukang remi Hiperbol
itu berdegupan a
darahnya oleh
harapan bakal
mendapat topi
helm itu.

60. Di antara suara


tertawaan, Pak
Kari merasa
badanya Majas 45
71

terlambung  Hiperbol
setinggi rumah a
dan membesar
seperti gajah.

61. Akan tetapi


semenjak Pak
Kari menjadi
pemilik baru topi
helm yang besar
itu ia pun
mendapat
julukan. Bukan Si
Topi
Helmsebagaiman
a yang  Majas 46
ditonggokkan Repitisi
kepada Tuan
O.M., melainkan
ia mendapat nama
julukan Si
Gunaro. Berbeda
dengan Tuan
O.M. yang tidak
menyenangi nama
julukan yang
diberikan orang
dengan Si Topi
Helm, Pak Kari
malah merasa
bahagia dipanggil
Si Gunarso.
72

62. Susahnya kawan-


kawannya tahu,
Pak Kari
bergenting selagi
sembahnyang
meski ia tahu
topinya diambil Majas
orang untuk  Repitisi 47
disembunyikan.
Sungguh-guhpun
demikian kawan-
kawannya lebih
suka
menggodanya
selagi
sembahyang itu.

63. Akan tetapi topi


itu tidak praktis
dipakai oleh
tukang rem di
daerah
pegunungan, yang
seringkali
memeriksa roda
apakah masih
berputar atau
terhenti karena
dicekam rem pada
waktu kereta api
meluncur di
penurunan.
Karena kalau rel
73

yang licindi kala


hujan, roda  Majas 48
gerbong yang Repitisi
terlalu kuat
dicekam rem akan
terhenti berputar,
namun kereta api
terus meluncur
juga, akan bisa
menyebabkan
gerbong terlepas
dari rel bila tiba
di tikungan. Akan
tetapi bila
gerbong tidak
direm, kereta api
akan kian
kencang
meluncur.

64. Jika bunyi itu


ditimbulkan oleh
pergeseran roda
dengan rel, itu
artinya roda
sudah berhenti
berputar. Bisa-
bisa pada satu  Majas 51
tikungan yang Repitisi
tajam, roda itu
keluar dari rel.
Dan itu berbahaya
sekali. Kalau roda
74

berhenti berputar,
rem mesti
dilonggarkan
sedikit.

65. Seorang tukang


rem mengatakan
bahwa saat
terakhir ia melihat
Pak Kari ketika
kereta api akan
menempuh
jembatan
berpelengkung
setelah air mancur
terlewati. Ia
melihat Pak Kari
berjongkok
sambil bergayut
dengan sebelah
tangannya.
Bergaulah susana
setelah
mendengar
penjelasan tukang  Majas 52
rem itu. Ingatan Repitisi
orang kemblai
pada peristiwa
beberapa tahun
yang lalu.
Seorang tukang
rem disambar
pelengkung
75

jembatan itu
kepalanya ketika
berjongkok-
jongkok melihati
keaadaan roda.
Persis seperti
yang dilakukan
Pak Kari di
jembatan itu juga.
Dan tukang rem
itu, Si Buyung,
akhirnya ditemui
sejauh satu
kilometer di hilir
Batang Anai.
Tersekat pada
sebuah batu besar.
Tak bernyawa
lagi.

66. Dan Masinis yang


memegang
pimpinan kereta
api batu bara itu
mengambil
putusan untuk
membawa lok dan
sebuah gerbong
kembali ke arah
jembatan yang
dikira telah
mencelakakan
Pak Kari.
76

Beberapa tukan
rem dibawa untuk
mengawasi
Batang Anai yang  Majas 52
mengalir sejajar Repitisi
rel kereta api itu
dan akan
membantu
mengangkat Pak
Kari yang
mungkin telah
jadi mayat seperti
Si Buyung
beberapa tahun
yang lalu. Di
sepanjang jalan
tak putus-
putusnya peluit
lok dibunyikan.
Siapa tahu kalau-
kalau Pak Kari
bisa
mendengarnya,
pikir masinis itu.

67. Pak Kari yang


kekuyupan pada
pagi hari di
lembah
pegunungan itu,
tidak merasa  Majas 54
dingin lagi Hiperbol
dengan tiba-tiba. a
77

Ia mereasa begitu
panasnya oleh
bakaran api di
dalam dadanya.

68. Dan sebelum Pak


Kari sadar pada
apa yang tengah
terjadi atas
dirinya, masinis  Majas 55
telah Sarkasm
mengahrdiknya e
lagi, “Ayo, pergi
kau, Babi!”

69. Hari datang hari


pergi. Semua
orang sudah lupa
pada peristiwa
topihelm Pak
Kari. Malah orang
pun lupa sudah
bahwa pada suatu
kali Pak Kari
pernah
menjunjung topi
helmnya Tuan
O.M., Tuan O.M.,
yang ditakuti
mereka. Orang
juga lupa, oleh
topi helm itu Pak
Kari pernah
78

hendak
mengamuk,
bahwa Pak Kari
pernah  Majas 55
meninggalkan Repitisi
gerbongnya
karena topi
helmnya jatuh
dilanggar
pelengkung
jembatan
sehingga orang
menyangka Pak
Kari lah yang
terlanggar dan
jath ke batang air
seperti Si Buyung
pada masa lalu.

70. Akan tetapi sekali


hari, ketika Pak
Kari sedang
bekerja
mengeruk-ngeruk
tahi arang dari
lambung lok di
stasiun
Kayutanam, tiba-
tiba ia melihat
seorang mandor
jalan kereta api.
Mandor itu  Majas 55
memakai tpi Repitisi
79

helm. Topi helm


yang persis sama
dengan topi
helmnya. Topi
helm yang
terbakar hangus
dalam tungku api
di lambung lok itu
juga.
71. Dan ketika
matanya mengalih
ke dalam tungku
api di lambung
lok, di mana
apinya sedang
garang menyala,
Pak Kari seperti
melihat topi  Majas 55
helmnya yang Personifi
dulu lagi. Menari- kasi
nari oleh nyala
api. Dan
kemudian seperti
terlihat dirinya di
bawah topi yang
menari-nari dalam
nyala api itu.

72. Yang ia ingat


Cuma satu, api
dendamnya kian
marak, kian
marak juga. Dan
80

makin kian marak


ketika masinis itu  Majas 57
datang memeriksa Episeuks
pekerjaan Pak is
Kari yang
membersihkan
tungku api di
lambung lok itu.

73. Ketika surat


pertama Masri
datang,
melonjaklah
keinginan hendak
menemuinya di
tahun yang lalu.
Surat itu
diciumnya
berulang-ulang
dan disimpannya
di antara
lembaran Quran.
Setiap hari ia
membaca Quran
itu, setiap itu pula  Majas 59
ia mencimnya. Repitisi
Dan sebuah
kalimat yang
disenanginya
selalu saja
mengikat
matanya. Meski
kalimat itu sudah
81

lengket dalam
ingatan masih
juga dibacanya
lagi.

74. Datanglah, Ayah. Majas


Hati kami rasa Hiperbol
terbakar karena  a 59
rindu.

75. Waktu itu ia


masih muda. Dan
hatinya patah
sudah. Dan ia
merasa-
merasakan,
bahwa bahagia
tak mungkin lagi
datang padanya.
Tapi kesunyian
menerpanya
selalu. Sepi  Majas 60
sekali. Itu tiada Repitisi
terderitakan. Dan
datangnya pada
malam di waktu
matanya tak
hendak
terpicingkan.
Datangnya
mengoyak-
ngoyak. Maka
akhirnya ia kawin
82

lagi.

76. Lama kemudian


ia kawin lagi.
Tapi bercerai pula
akhirnya. Kawin
dan cerai lagi.
Dan terasalah
olehnya bahwa
rumah tangga tak
mungkin
memberika
kesenangan lagi  Majas 61
baginya. Lalu Reptisi
kesepian hatinya
diisinya dengan
perempuan yang
takkan
mengikatnya
dengan syarat-
syarat kawin.

77. Ah, ibu Masri


Cuma satu. Cuma
satu perempuan
seperti dia. Dia
baik. Baik sekali.
Semua orang suka
padanya. Semua
orang. Dan dia
pandai, pandai  Majas 61
dalam segala hal. Repitisi
Tapi, yah, tuhan
83

terlalu cepat
mengambil tiap-
tiap yang dikasihi
seseorang.

78. Ah, betapala


hancurnya hati si
anak. Mungkin
ingin ia
membutakan  Majas 62
matanya, agar Hiperbol
segala yang a
didepan matanya
itu tiada terlihat.

79. Kurang ajar kau.


Bikin malu. Ayo Majas
pergi. Kau bukan  Sarkasm 62
anakku lagi! e

80. Si ayah betul-


betul hilang
kesabarannya.
Jika tadi
perempuan jalang
yang dibayarnya
sudah pandai  Majas 63
menerima Sarkasm
tawakannya, e
maka sekarang
anaknya sendiri
yang
menghinanya.
84

81. Tentu Masri


takkan begitu
kalau bukan aku
ayahnya. tentu Majas
anak orang lain  Anfora 63
takkan bekata
begitu kepada
ayanya. Tentu aku
ayah yang salah.

82. Anak yang


kutampar, anak
yang kuusir
dulunya, anak itu
yang mengajak
aku datang ke
rumahnya. Aku  Majas 64
malu. Malu Repitisi
sekali, Masri. Dan
aku tak mau
datang. Enggan
karena malu.

83. Dan kemudian


datang suratmu
lagi. Juga tak
kubalas. Dan
suratmu yang
ketiga beserta
wesel uang itu,
tidak
mengguncangkan
85

hatiku dari
penderianku  Majas 64
semula. Tapi Repitisi
Masri, uang itu
aku ambil juga ke
kantor pos
akhirnya. Karena
terpaksa. Karena
ada orang lain
yang hendak
kutolong dengan
uang kirimanmu.

84. Dan dalam


liputan kedamaian
itu pula ia
meningkat anak
tangga rumah
anaknya.
Tidaklah ia
merasa capek
sedikit pun oleh
guncangan kereta
api hampir
sepenuh hari itu  Majas 65-66
tapi napasnya Hiperbol
menyesak juga a
oleh pukulan
jantungnya yang
tambah berdebar,
seperti debar
ketika mula
pertama ia
86

memasuki
ambang pintu
bilik istrinya.

85. Yang
memangutnya
tadi, serta merta
terlempar jauh,  Majas 66
terpelanting Personifi
remuk. kasi

86. Ras kesombongan


yang telah lama
mengedap jauh di  Majas 66
lubuk hatinya, Hiperbol
menjolak lagi a
dengan panasnya.

87. Cerita maaf,


memang paling
mudah diucapkan
oleh orang yang
telah merasakan
hidup senang.
Tapi bagiku,
orang yang  Majas 68
selamanya dalam Repitsi
kesulitan ini,
cerita maaf
haruslah
diperhitungkan
dulu.
87

88. Pikiran dan


perasaanya
menampak
bayangan kacau
yang bertelau-  Majas 69
telau tiada Hiperbol
berbentuk a
apapun.

89. Ini semua dosa,


iyah. Dosa besar. Majas
Dosar bagi kita.  Epizeuks 69
Dosa bagiku, dosa is
bagi kau. Juga
dosa bagi mereka.

90. “Kau murtad,


iyah!” “Lebih Majas
baik dari orang  Sarkasm 71
sepengecut kau!” e

91. Tapi apalah arti


waktu. Waktu
hanya suatu
ukuran yang tak
mampu
memisahkan
ingatan dan
kenangan yang
pernah terjadi.
Dan dalam waktu  Majas 75
yang berlalu, Repitisi
semua cerita yang
88

terjadi dalam
jaraknya yang
tumbuh dan hidup
sepanjang masa,
meski antara
pelakunya tiada
lagi kini.

92. Tapi di kala


pemberontakanku
terkahir, yaitu di
kala usiaku
menjadi tujuh
tahun, sengaja tak
dirayakan. Kami
baru saja dapat
kemalangan.
Nenekku,
promotor segala
upacara perayaan,
telah dikuburkan
orang lima belas
hari sebelumnya.
Namun hadiah
pemberontakan  Majas 76
berlanjut terus Repitisi
tanpa upacara dan
pesta-pestaan.
Hanya tiga orang
saja yang hadir
dalam upacra
pemberontakan
itu. Yaitu aku,
89

Kakek Montok si
tukang cukur, dan
Maria. Dan maria
inilah yang
memberikan
bahan cerita
celaka ini, melalui
upacara
pemberontakanku
.

93. Ia tak tahu main


sembang, tak tahu Majas
main congklak,  Anafora 77
tak tahu main lore
apalagi basbal.
94. Aku erasa ibu
minta nyawa. Dan
kueratkan
pelukanku ke
dadanya dalam
sedu sedanku
rasanya
kukatakan kepada
Ibu, “Ibu, ibu
jangan mati. Bu.
Aku tak mau  Majas 80
seperti Maria. Repitisi
Kalua ibu mati,
aku juga mau
mati.” Tapi Ibu
tak menyahuti
kata-kataku.
90

Karena, ya, aku


hanya berkat
dalam hatiku
seorang.

95. Ada penekuk di


dalamnya.
Penekuk Maria.
Ketika aku
memakannya,
bukan main enak
rasanya. Tidak
pernah seenak  Majas 81
yang sudah- Repitisi
sudah. Dan aku
mengumpat Ibu
dalam hati,
kenapa penekuk
yang seenak itu
hanya sebuah
yang dibeli.

96. Kudengar dia


terbatuk-batuk.
Batuk yang dalam
sekali. Lalu dia
meludah. Dan  Majas 82
ludahnya itu Hiperbol
merah seperti a
darah.

97. Tak usah bayar.


Sebab kau sudah
91

ajarkan aku main


sembang, main
lore, dan main
congklak, kau
anak baik. Tapi  Majas 82
aku tak bisa beri Repitsi
kau apa-apa. Aku
tak punya apa-
apa. Tapi kalaua
aku punya, pasti
akan kuberi kau.
98. Apa yang
kutakutkan
melihatnya tadi
tersua juga
jadinya. Hingga  Majas 82
seluruh bulu Hiperbol
romaku berdiri a
rasanya.

99. Ibu menyuruh


Maria pulang
dulu supaya
mengatakan pada
Mak Pasah,
bahwa Ibu akan
menggantinya
nanti bila ayahku
pulang. Tapi
Maria tak mau
pulang. Ibu
membujuk juga.  Majas 84
Tapi Maria tak Reptisi
92

juga mau pulang.


Setelah lama
dibujuk dan
didesak Ibu,
bahkan Kakek
pun ikut
membujuk,
barulah Maria
mau pulang.

100. Lalu kupegang


tangan Ibu lebih
kuat da tubuhku
kurapatkan
padanya. Sedang
bulu tengkukku  Majas 84
rasanya berdiri. Hiperbol
a
101. Mulanya aku suka
menangis.
Menangisi segala
yang sudah Majas
hilang. Tapi kini  Repitisi 88
aku tak menangis
lagi.

102. Sebagao suami,


sebagai ayah,
sebagai laki-laki,
sebagai manusia
juga, seperti yang
kita omongkan  Majas 89
dulu, kau dapat Repitisi
93

mencapai sesuatu
yang
kauinginkan.

103. Kaki itu kaki


yang dulu juga.
Kaki yang pernah
menggodaku.
Sekarang kaki itu
terhampar begitu
saja. Dan aku tak
dapat  Majas 91
memandangnya Repitisi
lama-lama,
karena kaki itu
tidak berbicara
pa-apa lagi
bagiku lagi.

104. Doa serasa tak


berharga kni.
Tiap-tiap orang
punya doa. Dan  Majas 91
doa sekedar doa, repitisi
tak ada gunanya.

105. Yang
kurasaterpaan
ucapannya pada
mukaku, karena
terasa terasa
sebagai umpatan  Majas 93
yang pahit tapi Hiperbol
94

dicelup dengan a
tengguli.

106. Sedang mata


pertamamu
melihat aku tadi,
kau seolah  Majas 93
melihat pengemis Inuendo
yang dijijiki.

107. Tapi dia tidak


menoleh lagi.
Hilang di balik
belukat itu. Dan
belukar itu
bertambah ria
menari ditiup
angin dari
gunung. Angin  Majas 95
dari gunung yang Repitsi
meniup belukar
hingga bergoyang
dan menari ria itu,
angin itu juga
yang meniup aku,
meniup Nun, dan
meniup gadis
kecil itu.

108. Dengan kata-kata


tajam dia berkata
lagi, “ke aman?
Ke amana,
95

katamu? Kalau
dulu, kaulah yang
selalu mengajak
aku. Kau yang  Majas 99
menentukan ke Repitsi
mana kita mau
pergi. Tapi kini
sesudah aku
begini, mengapa
kau tak mengajak
aku lagi?”

109. Kau sudah bosan.


Pasti. Napasnya
jadi tesengal-
sengal kini.  Majas 100
Hingga dadanya Hiperbol
turun naik dengan a
kencangnya.

110. Dan rupa anak itu


begitu jelek.  Majas 101
Seperti kera. Sarkasm
e
111. Dia selamanya
merasa jijik pada
orang yang
kumal, bodoh,
dan tak sopan  Majas 101
menurut Sarkasm
pandangannya. e

112. Tapi perempuan


96

itu sudah
menegurya, Majas
“Nyonya, kami  Sarkasm 102
dengar Nyonya e
perlu babu.”

113. Nyonya. Kalau


Nyonya tidak
kasihan Majas
kepadaku,  Repitisi 103
kasihanilah bayi
ini, Nyonya. Dia
tidak berayah
lagi, Nyonya.

114. Sejak
kehamilannya,
sesungguhnya ia
kurang bergairah
keluar dari rumah.
Lebih-lebih
keluar bersama
suaminya.
Perasaannya
selalu tidak enak
bila bersama
suaminya. Alasan  Majas 106
tidak orang yang Reptisi
menunggui
rumahnya, itu
memang
sebab,lainnya.
Meninggalkan
97

rumah pada
pembantu saja,
sulit dipercaya.

115. Waktu itu ia


benar-benar
merasakan Haris
adalah suaminya
yang ideal, seperti
yang
diharapkannya
dulu. Ia merasa
senang pada
Haris, suaminya.  Majas 108
Padahal selama Repitisi
ini ia begitu
benci, muak,
hingga ia menjadi
cerewet dan suka
marah-marah.

116. Rem dapat


menghentikan
roda berputar, tapi
dapat
menghentikan
kereta api itu  Majas 114
meluncur. Karena Repitisi
muatan berlebih
dari kemanapun,
kereta melncur
kian kencang dan
kian kencang lagi.
98

117. Tapi seseorang


berkata lagi,
“Angkat yang
masih hidup.”
Dan mereka
mencari korban
yang masih hidup.  Majas 116
Seorang korban Repitisi
yang merintih,
meeka angkat
berdua.

118. Sidin mempererat


genggamannya
agar si korban
tidak melotot.
Tapi si korban
mengerang
kesakitan. Dan
Sidin menduga  Majas 117
pegangannya Repitisi
tepat pada bagian
yang cedera. Tapi
ia tak mungkin
mengendurkan
pegangannya.
Korban itu
mengerang terus.

119. Tapi lebih


terkenal sebagai
pencari
99

perempuan untuk
orang-orang
Jepang da
mendapat upah
dengan  Majas 117
menjualkan Inuendo
barang-barang
curian milik
Jepang
langgananya itu.
Dan Mak Gadang
menjadi kaya
karenanya.

120. Wah, susah amat


menggotong
buaya ini. Majas
Letakkan saja di  Metfora 118
sini.

121. Kemudian ia
memanjati
pundak Sidin
yang kurus
kerempeng itu,
lalu dengan  Majas 119
berpijak di Sarkasm
pundak itu ia e
mengikatkan
kawat-kawat.

122. Ketika Jepang-


100

jepang itu telah


pergi ke tiang
lain, Sidin
tersandar
keletihan di
bawah tiang.  Majas 120
Hawa malam Reptisi
terasa dingin
dengan tiba-tiba.
Hawa malam di
lembah
pegunungan itu

123. Ditampungnya air


itu dengan kedua
telapak
tangannya, lalu
dibawanya ke
mulutnya. Ia
minum sepuas-  Majas 121
puasnya untuk Reptisi
menghilangkan
haus dan mengisi
perutnya yang
kosong. Ia minum
sampai keluar
sendawa dari
mulutnya.

124. Ia kembali ke
jembatan jalan
umum. Sambil
bersandar ke
101

pagar besi di
tengah-tengah  Majas 122
jembatan itu, dia Repitisi
memandang ke
arah jembatan
kereta api yang
ambruk.

125. Gerbong
terbawah itu
tergencet antara
gerbong barang
dan gerbong
penumpang. Pada
bagian yang
ditimpa gerbong  Majas 123
di atasnya begitu Repitisi
remuknya, hingga
roda-roda
gerbong yang
menimpanya
terbenam ke
dalam gerbong di
bawah itu.

126. Dan bersamaan ia


dengar hatinya
sendiri merintih
dan lehernya
membengkak
serta jakunnya
terasa tersendat di  Majas 125-126
102

lehernya untuk Hiperbol


menhaan jeritan a
hatinya keluar
dari
kerongkongan.

127. Pikirnya tak


mungkin
digunakan
kampak itu untuk
memotong mayat
yang menjepit itu.
Kalau mesti
menggunakannya,
ia tak mampu
melaksanakannya.
Ia keluarkan
kepalanya lewat  Majas 126
jendela yang Reptisi
dibongkar itu.
Pikirnya selintas,
mungkin tadi
kampak itulah
yang digunakan
untuk
memperlebar
lubang jendela
itu.

128. Tapi tenaganya


bagai telah habis,
karena tusukan Majas
103

rasa nyeri pada  Hiperbol 128


hampir seluruh a
tubuhnya.

129. Misalnya dengan


salaman pakai
guncangan tangan
atau tepuk-tepuk
di bahu kami.
Ada yang lagi
asyik menulis  Majas 132
terus setelah tahu Reptisi
kami datang. Juga
ada yang baru
muncul setelah
sejam kami
menunggunya di
ruang tamu.

130. Kalau organisasi


kami tidak bisa
mereka caplok
secara utuh,maka
anggota kamilah
yang mereka
preteli seorang
demi seorang.  Majas 135
Terutama anggota Repetisi
yang potensial,
kalau tidak
anggota pengurus.
Ada banyak yang
berhasil dicaplok
104

atau di menteli.

131. Begitu menyetak


datangnya, ketika
orang-orang muda
secara
bergelombang
menemui saya
minta restu, minta
nasihat, minta
pendapat, dan
juga minta  Majas 135-136
bantuan uang dan Repetisi
tanda tangan.
Saya menoleh ke
sekeliling,
terutama pada
teman sebaya
saya, yang dulu
sama giatnya
dengan saya.
132. Orang-orang
muda sekarang
lebih mudah  Majas 137
digembalakan. Asonansi

133. “Apa janji itu


bung lakukan?”
tanya sobat saya Majas
yang bekas  Sinekdok 138
diplomat itu. e

134. Tiba-tiba ketawa


105

saya meledak,
sehingga air mata Majas
saya pun  Hiperbol 138
berderai-derai. a

Anda mungkin juga menyukai