Artikel Jurnal Untuk Tugas Akhir Sufi Healing - Nadiyah Amaliyah 1191040106 TP 4 D
Artikel Jurnal Untuk Tugas Akhir Sufi Healing - Nadiyah Amaliyah 1191040106 TP 4 D
Website: journal.uinsgd.ac.id/index.php/syifa-al-qulub
ISSN-25-8453 (online) dan ISSN-2540-8445 (cetak)
Nadiyah Amaliyah
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Nadiyahamaliyah10@gmail.com
_________________________
Abstract
The writing of this journal article is to find out spirituality as one of the inner sources discussing spirituality and
health that comes from literature. The method used in this study is a literature review. In the midst of a life crisis that
is too materialistic, secular as well as a very hard life, economically and psychologically, Sufism provides a spiritual
antidote, which provides resistance to the crisis of modern spirituality which causes them to no longer know who is
the goal and purpose of life on earth. Lack of eventuality and purpose in life, results in prolonged suffering. Sufism
teaches about happy life. A happy life must be alive and healthy both physically and mentally. A happy life with
inner conflict will never be obtained. This is because the happiness that is created will throw away the entire realm
of the mind-mind.
Key words :
Spirituality, inner health, Sufism
__________________________
Abstrak
Ditulisnya artikel jurnal ini adalah untuk mengetahui spiritualitas sebagai sumber kesehatan batin seorang sufisme,
membahas mengenai spiritualitas dan kaitannya dengan kesehatan batin yang bersumber pada literatur. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian literatur. Ditengah krisis kehidupan yang terlalu materialistis,
sekuler juga sebagai kehidupan yang sangat keras, secara ekonomi dan psikologis, tasawuf memberikan penawar
spiritual, yang memberikan kekuatan terhadap krisis spiritualitas modern yang mengakibatkan mereka tidak tahu
lagi siapa yang dia maksud dan tujuan hidup di bumi. Kurangnya kejelasan maksud dan tujuan hidup, akhirnya
mengakibatkan penderitaan yang berkepanjangan. Tasawuf mengajarkan tentang hidup bahagia. Hidup bahagia
harus hidup dan sehat baik secara fisik maupun mental. Hidup bahagia dengan konflik batin tidak akan pernah
didapat. Ini karena kebahagiaan yang tercipta akan membuang seluruh alam pikiran-otak batin.
Kata Kunci:
Spiritualitas, kesehatan batin, sufisme
DOI: http://dx.doi.org/10.15575/jw.xxx.xxx
Received: xxxxxx ; Accepted: xxxxxx ; Published: xxxxxxx
secara signifikan meningkatkan kebijaksanaan yaitu spiritual memenuhi jawaban apa dan
atau kekuatan berkemauan pada seorang siapa individu tersebut, sementara itu
individu, mencapai hubungan yang lebih dekat agama memenuhi jawaban atas apa yang
dan dalam kepada ketuhanan dan alam seharusnya dilakukan oleh individu
semesta serta mengalihkan tanggapan dari tersebut. Seorang individu dapat bebas
pendapat salah yang timbul dari alat indera, untuk menganut agama (kepercayaan)
perasaan serta pikiran. Aspek spiritual tertentu dan seharusnya mempunyai
mempunya dua proses yaitu : spiritualitas. Individu mampu mempercayai
1) proses kepada yang diatas yakni agama (kepercayaan) yang sama,tetapi hal
munculnya keleebihan internal yang akan itu tak dapat memastikan manusia tersebut
mempererat ikatan individu dengan Tuhan mempunyai kekuatan spiritualitas yang
2) proses menuju kebawah yakni dengan sama.
ditandai naiknya realita jasmani individu Menurut Rosito, spiritualitas adalah
yang dikarenakan pengalihan internal. usaha mencari, mendapatkan serta menjaga
Dengan kata lain, pengalihan tersebut suatu hal yang berarti dalam kehidupannya.
muncul pada diri individu ditandainya Penafsiran mengenai arti hidup tentunya
dengan peningkatannya kesadaran diri, membuat timbul emosi positif dalam jalan
yaitu nilai-nilai ketuhanan internal akan pencariannya, mendapatkannya serta
terwujud muncul seiring karena suka duka memeliharanya. Usaha yang semangat
kehidupan dan perkembangan diri. dalam pencariannya untuk mampu
mendatangkan kemauan yang merupakan
Menurut Nico Syukur (Tamami, 2013:20), keinginan agar mennggapai hajat meskipun
spiritualitas merupakan pemahaman diri serta harus berhadapan dengan berbagai
pemahaman individu mengenai asal, tujuan permaslaahn yang berasal dari luar ataupun
serta nasib. Agama merupakan kabsahan yang berasal dari dalam. Dalam kekuatan
seluruhnya pada kehidupan yang mempunyai kemauan tersebut terdapat sifat keberanian,
perwujudan jasmani pada duniawi. Agama rajin dan antusiasme. Jikalau telah
adalah implementasibeberapa tingkah laku menemukan suatu hal yang bermakna
tertentu yang terhubung pada keyakinan yang tersebut, maka sifat tersebut akan menjadi
dinyatakan oleh institusi yang menyatakan sangat kuat pada diri individu, yang paling
keyakinan tertentu yang diyakini oleh penting pada tahap penjagaannya serta
pengikutnya. Agama mempunyai pengakuan memeliharanya. jikalau sedalam
iman, khalayak dan prosedur, dengan kata lain kehidupannya maka akan menjadi kian
asal mula dar kata tasawuf atau sufi, terdapat Shad. Apabila kata sufi tersebut asal
yang meyatakan bahwasannya kata tasawuf katanya dari bahasa Yunani, apabila huruf
timbul dari kata Shafa yang artinya suci, shad di cantumkan pada awalnya maka
murni atau jernih. (Al-Kabazi, 1993 : 25) tidak selaras pada syarat yang sebenarnya.
Adapun pendapat lain menyatakan bahwa (Munahen Ikalson, 2002 : 11-12)
tasawuf berasal dari kata Shaf yang artinya Kemudian adapun Harun Nasution
baris, orang sufi tentunya selalu berada di shaf berpendapat bahwasannya tujuan dari
pertama pada saat shalat agar mraih rahmat sufisme yakni agar mendapatkan keutuhan
dari Allah Swt. (Mir Vahuddin, 1993 : 1) ikatan langsung dan dilandasi dengan
Adapun yang menyatakan bahwasannya Tuhan, maka kemudian individu berada
asal muasal kata tasawuf berasal dari kata pada kehadirat Tuhan. Pokok utama dari
Shuffah yang artinya teras sederhana yang tasawuf yakni terdapat ikatan dan
dibuat dari tanah serta bangunan tersebut percakapan pada roh manusia kepada
sedikit lebih tinggi ketimbang tanah masjid. Tuhan yakni dengan proses menyendiri dan
Tentunya orang sufi dahulu merupakan bertafakur. (Harun Nasution, 1973 : 56)
sekelompok sahabat Nabi Muhammad Saw Sementara itu, Sayyed Hussein Nasher
yang sangat gemar menjalankan ibadah serta juga berpendapat bahwa tujuan dari
mereka pun tinggal di teras masjid Nabi. tasawuf yaitu dapat mencapainya kondisi
(Yunalsir Ali, 2009 : 37) suci secara keseluruhan tidak melalui
Adapun yang menyatakan bahwasannya penghilangan pikiran serta akal, selayaknya
kata tasawuf berasal dari kata Shafwah yang kerap kali adanya pada kegiatan amalan
artinya orang-orang yang terpilih. Kemudian baik yang dipegang teguh pada sufi
adapun yang menyatakan bahwa sufi berasal tertentu, adapun melewati pengetahuan
dari kata Shuf yang berarti kain wol kasar. pada setiap unsur dari wujud individu
Ilmuwan berat kemudian menyatakan mengarah tujuan yang benar. tasawuf
bahwasannya tasawuf asal katanya berasal bukanlah reaksi dari suatu pikiran khusus
dari bahasa Yunani, yakni sophos yang artinya tetapi juga penglihatan mata hati melewati
kebijaksanaan, tetapi kemudian hal ini ditolak suatu hal cara untuk hidup. (Sayyed
oleh Ibrahim Basyumi alasannya karena beliau Hussein Nasr, 1994 : 44)
menyatakan bahwasannya huruf sigma pada
Yunani apabila disangkutpautkan pada huruf D. KESEHATAN BATIN
Sin Arab dan pada semua kalimat Yunani Batin memiliki makna yang selaras
yang diarabkan akan menjadi bukan huruf dengan mental, jiwa, nyawa, sukma
ataupun roh. Prof. Dr. Hj Zakiyah Darajat,
tazkiyat al-nafs tersebut pada pendidikan Al- 2) Pola positif atau ijabiy yaitu kesehatan
Qur’an. Adapun berkenaan hal itu kesehatan batin merupakan potensi dari individu
batin pun selaras bagi al-Ghazali pada atas adaptasi dengan individunya
keimanan dan ketakwaan pada makna sendiri serta dengan lingkungan
tazkiyat al nafs. Dalam penjelasan yang telah sosialnya. Pola ini lebih lumrah apabila
dituliskan tersebut dapat diambil pokok dibandingkan pada pola sebelumnnya
utamanya bahwasannya iman dan takwa (Ramayulis, Haji, 2002 : 128)
tersebut mempunyai ikatan atau hubungan
Menurut Al-Ghazali indikator dari
yang amat kuat berkenaan dengan hal
kesehatan batin berdasarkan pada semua
kebatinan. Iman dan takwa tersebut memiliki
dimensi dalam kehidupan individu dalam
makna kesehatan batin serta psikologi yang
habl min Allah (hubungan manusia dengan
sebenarnya pada ajaran Islam.
Allah), habl min al-nas (hubungan manusia
Pada makna yang sangat alamiah batin dengan manusia), serta habl min al-alam
tersebut telah mulai dikenal dari mulai adanya (hubungan manusia dengan alamnya).
manusia pertama yakni Adam, hal itu Dalam pandangan Al-Ghazali yang dapat
dikarenakan Nabi Adam as merasa memiliki menentukan kesehatan batin seorang
dosa sehingga hal tersebut membuat invividu terdapat tiga indikator yaitu:
batinnnya gundah dan hatinya bersedih. Agar 1) Kestabilan beruntun pada jasmani dan
dapar mengalihkan kegundahan serta rohani dalam kehidupan manusia.
kesedihan itu, lalu Ia meminta ampun kepada 2) Mempunyai kebaikan dalam bertingkah
Allah SWT kemudian permintaannya laku serta kemuliaan batin dengan kata lain
dikabulkan oleh Allah SWT barulah Ia mempunyai kualitas iman dan takwa yang
3) Manusia adalah satu-kesatuan yang terdiri ruh, memiliki hak dalam kebebasan untuk
dari empat aspek yaitu fisik (biologi), berkemauan atau berkendak serta memiliki
mental (psikis), sosio (kultural) serta akal. Dari segala kemampuan yang
spiritual manusia miliki maka ketika tak mampu
4) Aspek spiritual dapat membuat manusia untuk memegang teguh nafsunya, hal itu
mendapatkan ikatan atau memahami dapat membuat batin menjadi tak sehat.
Tuhan melewati tekhnik-tekhnik yang Hal ini dikarenakan manusia yang
telah dianjurkan-Nya menguasai nafsunya tidak memanfaatkan
5) Manusia mempunyai hak untuk bebas indra dan hati yang dimiliki oleh manusia.
dalam berkehendak atau berkemauan. Hal Supaya nafsu tersebut terus-menerus pada
ini dapat membuat seorang individu agar hal yang benar, maka dari itu manusia
mampu dengan sadar untuk mengantarkan harus terus-menerus berpegang teguh
dirinya ke arah kesesatan atau ke arah dalam keimanan kepada Allah SWT,
keluhuran teruslah menanamkan keikhlasan di setiap
6) Manusia mempunyai akal yang berperan amalan serta terus-menerus tak lupa
memiliki potensi ekslusif serta adanya akal bahwasannya manusia akan berpulang
tersebut untuk meningkatkan keilmuwan, kepada-Nya.
kemajuan teknologi serta peradaban.
E. TINJAUAN KRITIS SPIRITUALITAS
7) Manusia tidak akan dibebaskan hidup
PADA KESEHATAN BATIN SUFISME
dengan tidak bimbingan atau petunjuk-
Berbagai macam penyebab yang dapat
Nya (Djamaludin Ancok, 2005 : 156)
menjadi sebab musabab pada kesehatan
batin, salah satunya yakni spiritualitas.
Kewajiban pokok seorang manusia, selain
Spiritualitas dimaknai sebagai suatu hal
berperan menjadi hamba Allah manusia pun
yang berkarakteristik istimewa yang
berperan menjadi pemimpin (khalifah) pada
berkaitan mengenai penelusuran makna
muka bumi supaya manusia mampu
hidup serta memahami tujuan kehidupan.
mengerjakan kewajiban kekhalifahan dengan
Kemudian spiritualitas pun
sesungguh-sungguhnya, manusia pun
berkarakteristik subjektif, pengalaman,
dikaruniai dengan berbagai kemampuan, hal
analisis serta keutamaan. Spiritualitas juga
ini memungkinkan manusia agar mampu
menyimpan aspek-aspek berkerakteristik
mengemban amanah itu. Keistimewaan dari
kerohanian misalnya integritas, kebaikan
manusia yakni memiliki fisik yang sebaik-baik
serta kesenangan. Beragam penelitian
bentuknya, bagus menurut fitrahnya, memiliki
mengemukakan bahwa spiritualitas
bahagia. Hidup sejahtera dan bahagia sudah dalam menyimpulkan mengenai agama
seharusnya hidup dalam kondisi yang sehat terhadap dirinya.
secara batin ataupun secara fisik. Apabila Tingkah laku dari sufisme adalah
hidup secara bahagia, hal tersebut akan tingkah laku yang spiritual. Tingkah laku
membuat batin tak akan terkena permasalahan sufisme memiliki pengaruh besar terhadap
apapun. Hal itu pun disebabkan karena otak seorang manusia. Pemahaman-
kebahagiaan yang muncul tersebut secara pemahaman dari sufisme mengajarkan para
tidak langsung akan menyingkirkan segala pengikutnya agar sesering mungkin dalam
pikiran-pikiran negatif. menjalankan relaksasi. Seorang individu
yang kerap kali menjalankan relaksasi
F. KESIMPULAN tentu membuat sehat batinnya. Dengan
Dapat disimpulkan bahwasannya begitu, dapat disimpulkan bahwa tingkah
religiusitas ataupun spiritualitas memiliki laku dari sufisme dan kesehatan batin pun
pengaruh baik secara positif ataupun negatif berdampak positif.
pada kesehatan batin. Religiusitas ataupun Efek dari tingkah laku sufisme yang
spiritualitas memiliki pengaruh yang positif berdampak positif pada kesehatan batin
terhadap kesehatan batin yang berupa mempu membuat individu merasakan
ketentraman pada batin misalnya rasa percaya kepuasan dari hidup, makna serta tujuan
diri, ketentraman diri serta rasa damai. hidupnya, ketentraman, kedamaian,
Kemudian religiusitas atapun spiritualitas kenyamanan, rasa percaya diri serta
pun mampu menghindari dari tingkah laku mempunyai impian yang baik dan terarah
yang dapat menghancurkan diri seperti untuk masa depan. Adapun efek tingkah
perilaku berbuat kejam atau ketergantungan laku yang berdampak negatif dari tingkah
terhadap obat-obat terlarang. apabila laku sufisme dapat berupa cemas
memahami ajaran agama dan spiritualitas berlebihan, berperilaku kejam maupun
dengan benar dan tepat maka tingkah laku stress. Situasi yang seperti demikian dapat
yang dapat menghancurkan diri mampu terjadi disebabkan karena kelirunya dalam
dijauhi. memahami maupun menyimpulkan
Religiusitas atapun spiritualitas juga mengenai ajaran sufisme. Kekeliruan yang
dapat menjadi pengaruh negatif pada lain mungkin dapat terjadi disebabkan
pengikutnya dalam bentuk stress, frustasi atau karena dalam proses pembelajaran sufisme
lain sebagainya. Hal yang demikian ini dapat tidak adanya bimbingan yang baik dan
terjadi disebabkan karena terdapat kekeliruan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Alishah, Omar. Tasawuf Sebagai
Terapi. Bandung: Pustaka Hidayah, 2002.
Annajar, Amin. Psikoterapi Sufistik
dalam Kehidupan Modern. Bandung: Mizan
Media Utama, 2004.
Ali, Yunalsir, Pengantar Ilmu
Tasawuf, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987
Ancok, Jamaludin. (2005). Psikologi
Islami: Solusi Islam atas Problem-Problem
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ikalson, Munahen, Menjadi Sufi, terj.
Yuliani Liputo, judul asli A Sufi Rube for
Novies, Bandung: Pustaka Hidayah, 2002.
Kalabazi, Al-, Ajaran Kaum Sufi, terj.
Rahmani Astuti judul asli al-Ta’arruf li
Mażahabi li alTashawuf , Bandung: Mizan,
1993
Nasr, Seyyed Hussein, Tasawuf Dulu dan
Sekarang, terj. Abdul Hadi, W.M, judul asli
Living Sufisme, Jakarta: Pustaka Firdaus,
1994.
Nasution, Harun, Falsafah dan
Mistisisme Dalam Islam, Jakarta: Bulan
Bintang, 1973
Ramayulis, Haji, 2002. Psikologi Agama.
Jakarta : Kalam Mulia.
Syukur, M. Amin. Tasawuf
Kontekstual Solusi Problem Manusia Modern.
Yogyakarta: Pustaka, 2003
Soleh, Moh. Agama Sebagai Terapi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Vahuddin, Mir, Tasawuf dalam
Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993