Anda di halaman 1dari 12

Candidiosis Vulvoganalis pada Ibu Hamil

Odilia Sim

102017037/ B4

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

odilia.2017fk037@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Sistem Reproduksi wanita merupakan sebuah sistem tubuh yang memiliki bentuk dan fungsi yang unik
yang berbeda dengan sistem tubuh yang lainnya. Beberapa penyakit infeksi organ reproduksi wanita
adalah kandidiasis vaginalis. Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur, yang
terjadi di sekitar vagina. Umumnya menyerang orang-orang yang imun tubuhnya lemah. Faktor
predisposisi kandidiasis vaginalis yaitu, faktor pejamu dan genus candida (ragi). Daya tahan tubuh dirancang
untuk mempertahankan tubuh kita terhadap jutaan mikroba, bakteri, jamur yang dapat menyerang tubuh
manusia setiap saat, sistem imun terdiri atas proses yang berbeda dan ratusan mekanisme yang
keseluruhannya siap bertindak dan menyerang tubuh manusia dengan berbagai bibit penyakit. Sistem
tubuh yang melemah akan membuat kurang reaktif atau malah terlalu reaktif sehingga salah satu
gangguan kurangnya sistem imun adalah penyakit jamur.

Kata kunci : Kandidosis vulvovaginalis,


Abstract
The female reproductive system is a body system that
has unique shapes and functions that are different
from other body systems. Some infectious diseases of
the female reproductive organs are candidiasis
vaginalis. Candidiasis vaginalis is an infection caused
by fungi, which occurs around the vagina. Generally
it attacks people whose immune systems are weak.
Predisposing factors for candidiasis vaginalis are host
factors and genus Candida (yeast). Endurance is
designed to defend our bodies against millions of
microbes, bacteria, fungi that can attack the human
body at any time, the immune system consists of
different processes and hundreds of mechanisms that
are all ready to act and illuminate the human body
with various germs. A weakened body system will
make it less reactive or even too reactive so that one
of the disorders of a lack of an immune system is
fungal disease.
Keywords : Vulvovaginalis candidosis,

Pendahuluan

Kandidiosis vulvovaginalis tidak digolongkan dalam infeksi menular seksual karena jamur Candida
merupakan organisme normal pada traktus genitalia dan intestinal wanita. Akan tetapi, kejadian
kandidiasis vaginalis dapat dikaitkan dengan aktivitas seksual. Frekuensi kandidiasis vaginalis meningkat
sejak wanita yang bersangkutan mulai melakukan aktivitas seksual.
Penyakit kandidiasis vaginalis di tandai dengan keluhan gatal-gatal, keluar duh tubuh dari vagina,
iritasi, rasa terbakar, dan dispareunia. Gambaran klinis penyakit kandidiasis vaginalis yaitu, ekseamtoid
dengan hiperemis ringan, ekskoriasi, ulserasi pada labia minora, introitus vagina, dan pseudomembran.
Cara mendiagnosis penyakit kandidiasis vaginalis yaitu dengan anamnesis, pemeriksaan dokter,
pemeriksaan laboratorium mikroskopis dan biakan.1
Faktor yang mempengaruhi untuk terjadinya kandidiasis vaginalis sulit untuk ditentukan. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa risiko untuk terinfeksi penyakit ini meningkat pada perempuan yang
menggunakan alat kontrasepsi mengandung hormonal, penggunaan antibiotika, hubungan seksual
yang buruk, frekuensi hubungan seksual, penyakit diabetes melitus, dan kehamilan.
Pembahasan

Pada kasus terdapat seorang perempuan hamil anak pertama, umur 21 tahun, usia kehamilan 6 bulan. Keluar
cairan kental putih seperti santan pecah dari kemaluan sejak 1 minggu yang lalu. Gatal dan perih. Tidak ada
darah. Agak berbau tapi tidak busuk. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan pada regio vulva : duh putih
kekuningan, konsistensi pekat, jumlah banyak, darah (-), Vulva : hiperemis.

Pemeriksaan Penunjang (mikroskopik dan kultur biakan)

 Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik : pulasan dari pseudomembran atau cairan vagina di jadikan sampel
lalu dilakukan pewarnaan Gram atau KOH 10% kemudian di letakkan di bawah mikroskop cahaya.
Candida albicans akan terlihat dimorfik dengan ragi sel-sel tunas berbentuk lonjong dan hifa. Serta dalam
1
bentuk yang invasif kandida tumbuh sebagi filamen, miselia, atau pseudohifa.

Gambar 1. Yeast Pseudohyphae


 Kultur

Usap vagina di kultur baik anaerob maupun aerobik pada permukaan brain heart infusion
plate agar yang di lengkapi dengan vitamin K (0,5mg/l) dan Haemin (5mg /l), agar darah dan
agar coklat. Sebagai tambahan Bacteroides Bile Esculin agar, Neomycin Vancomycin Chocolate
agar diinokulasi untuk kultur anaerob. Setiap media di periksa setelah 48 jam, 96 jam dan 7 hari,
hasil kultur yang telah diisolasi di identifikasi dengan menggunakan teknik mikrobiologi yang telah di
standarisasi.
Kultur merupakan metode yang menjadi gold standard untuk diagnosis sebagian besar
penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun, kultur tidak bisa menjadi gold standard
untuk diagnosis vaginosis bakteri. Hal ini dikarenakan organisme yang terlibat dalam infeksi BV
tidak dapat dipisahkan dengan mudah dan bakteri–bakteri yang berperan dalam terjadinya infeksi BV
tetap ada dengan jumlah yang sedikit pada kondisi normal sehingga pada hasil kultur akan selalu
terdiagnosis sebagai infeksi BV. Bakteri Gardnerella vaginalis ditemukan sebanyak 60% pada
kultur vagina normal.2

Kriteria Nugent
Kriteria Nugent atau juga dikenal sebagai skor Nugent merupakan metode diagnosis infeksi BV
dengan pendekatan berdasarkan jumlah bakteri yang ada sekret vagina. Kriteria Nugent merupakan
modifikasi dari metode Spiegel dalam penghitungan jumlah kuman pada preparat basah sekret
vagina. Kriteria Nugent di nilai dengan adanya gambaran Lactobacillus, Gardnerella vaginalis dan
Mobiluncus spp. (skor dari 0 sampai 4 tergantung pada ada atau tidaknya pada preparat).
Kuman batang Gram negatif / Gram variable kecil (Garnerella vaginalis) jika lebih dari 30
bakteri per lapangan minyak imersi (oif) di beri skor 4; 6-30 bakteri per oif diberi skor 3; 1-5 bakteri
per oif diberi skor 2; kurang dari 1 per oif diberi skor 1; dan jika tidak ada diberi skor 0. Kuman
batang Gram-positif besar (Lactobacillus) skor terbalik, jika tidak ditemukan kuman tersebut pada preparat
diberi skor 4; kurang dari 1 per oif diberi skor 3; 1-5 per oif diberi skor 2; 6-30 per oif diberi skor 1; dan
lebih dari 30 per oif diberi skor 0. Kuman batang Gram berlekuk-variabel (Mobiluncus sp.) jika terdapat
lima atau lebih bakteri diberi skor 2, kurang dari 5 diberi skor 1, dan jika tidak adanya bakteri diberi
skor 0. Semua skor dijumlahkan hingga nantinya menghasilkan nilai akhir dari 0 sampai 7 atau lebih.
Kriteria untuk infeksi BV adalah nilai 7 atau lebih tinggi; skor 4-6 dianggap sebagai intermediate,
dan skor 0-3 dianggap normal.1

Kriteria Amsel
Kriteria Amsel dalam penegakan diagnosis BV harus terpenuhi 3 dari 4 kriteria, yaitu sebagai
berikut:
a. Adanya peningkatan jumlah cairan vagina yang bersifat homogen. Keluhan yang
sering ditemukan pada wanita dengan BV adalah adanya gejala cairan vagina
yang berlebihan, berwarna putih yang berbau amis dan menjadi lebih banyak
setelah melakukan hubungan seksual. Pada pemeriksaan spekulum di dapatkan
cairan vagina yang encer, homogen, dan melekat pada dinding vagina namun
mudah dibersihkan. Pada beberapa kasus, cairan vagina terlihat berbusa yang
mana gejala hampir mirip dengan infeksi trikomoniasis sehingga kadang sering
keliru dalam menegakan diagnosis 1
.

b. pH cairan vagina yang lebih dari 4,5


pH vagina ditentukan dengan pemerikasaan sekret vagina yang diambil dari dinding lateral
vagina menggunakan cotton swab dan dioleskan pada kertas strip pH. Pemeriksaan ini cukup
sensitif, 90% dari penderita BV mempunyai pH cairan vagina lebih dari 5; tetapi spesitifitas tidak
tinggi karena PH juga dapat meningkat akibat pencucian vagina, menstruasi atau adanya sperma.
2
pH yang meningkat akan meningkatkan pertumbuhan flora vagina yang abnormal.
c. Whiff test Positif
Whiff test diuji dengan cara meneteskan KOH 10% pada sekret vagina, pemeriksaan
dinyatakan positif jika setelah penentesan tercium bau amis. Diduga meningkat pH vagina
menyebabkan asam amino mudah terurai dan mengeluarkan putresin serta kadaverin yang berbau
amis khas. Bau amis ini mudah tercium pada saat melakukan pemeriksaan spekulum, dan ditambah
bila cairan vagina tersebut kita tetesi KOH 10%. Cara ini juga memberikan hasil yang positif
1
terhadap infeksi trikomoniasis.
d. Ditemukan clue cells pada pemeriksaan mikroskopis
Menemukan clue cells di dalam sekret vagina merupakan hal yang sangat esensial pada
kriteria Amsel. Clue cells merupakan sel-sel epitel vagina yang dikelilingi oleh bakteri Gram
variabel coccobasilli sehingga yang pada keadaan normal sel epitel vagina yang ujung-ujungnya
tajam, perbatasanya menjadi tidak jelas atau berbintik. Clue cells dapat ditemukan dengan
pengecatan gram sekret vagina dengan pemeriksaan laboratorium sederhana dibawah mikroskop
cahaya. Jika ditemukan paling sedikit 20% dari lapangan pandang.2
Gambar 2. Gambaran clue cellsdengan pengecatan salin.2

Epidemiologi

Penyakit
kandidiasis vulvovaginalis ditemukan di seluruh dunia. Pada beberapa negara penyakit
ini tetap merupakan terbanyak di antara infeksi vagina terutama di daerah iklim subtropis dan iklim tropis.
Pada wanita sehat usia reproduksi 20-25%, dijumpai Candida pada traktus genital yang bersifat
asimtomatik. Pada 29,8% wanita dengan vulvovaginitis simptomatik dapat di isolasi jamur Candida.
Rata-rata 70-75% wanita dewasa pernah satu kali ikut menderita kandidiasis vagina selama hidupnya dan
40-50% mengalami dua kali atau lebih. Pada wanita dapat di isolasi jamur Candida, 80% strain Candida
di genital sama dengan yang terdapat di anus dan 62% strain Candida di mulut sama dengan yang terdapat
di genital.1

Diagnosis Kerja

Kandidiasis vulvovaginalis (KKV) atau kandidosis vulvovaginalis merupakan infeksi mukosa vagina
dan atau vulva (epitel tidak berkeratin) yang disebabkan oleh jamur spesies Candida. Infeksi dapat terjadi
secara akut, subakut, kronis, didapat secara endogen maupun eksogen yang sering menimbulkan keluhan
berupa duh tubuh. Umumnya infeksi pertama timbul di vagina disebut vaginitis dan dapat meluas sampai vulva
(vulvitis).3

Diagnosis Banding
Diagnosis banding kandidiasis vulvovaginalis dapat dibedakan dengan mudah melalui pemeriksaan
perkiraan pH dan secara mikroskopis. Lebih sulit memisahkan jika penderita kandidiasis
vulvovaginalis dengan hasil mikroskopis negatif dan pH vagina normal. Diagnosis banding pada penyakit ini,
yaitu :4
a. Vaginosis bakterial (VB)

Vaginosis bakterial (VB) merupakan sindrom klinis, yang disebabkan bertambah banyaknya
organisme komensal dalam vagina (yaitu Garo-nerella vaginalis, Prevotella, Mobiluncus spp.) serta
berkurangnya organisme laktobasilus tama Lactobacillus yang menghasilkan hidrogen peroksida.
vagina yang sehat, laktobasilus ini mempertahankan suasana aerob. Penyebab spesifik vaginosis
bakterial ini masih belum diketahui pasti Kejadian vaginosis bakterial dengan pasangan seksual
multipel, pasangan seksual baru, dan riwayat IMS sebelumnya, namun apakah vaginosis bakterial
dianggap sebagai salah satu IMS masih diperdebatkan. Pernah dilaporkan bahwa vaginosis bakterial
dapat terjadi perempuan yang belum pernah melakukan hubungan seksual genito-genital. Begitu banyak
terminologi yang dipakai untuk vaginitis yang disebabkan oleh Gardnerella vaginalis, misalnya
Haemophilus vaginalis vaginitis Corynebacterium vaginale vaginitis, Gardnerella vaginalis vaginitis,
Gardnerella vaginalis associated vaginalis syndrome, Gardnerella Dukes diseases, anaerob vaginosis,
dan nonspecific vaginosis. Gejala yang ditimbulkan adalah gatal, disuria atau dispareunia. Pada
pemeriksaan klinis duh tubuh vagina berwarna abu-abu homogen, viskositas rendah atau normal, berbau
amis, melekat di dinding vagina, seringkali lihat di labia dan fourchette, ph vagina berkisar antara 4,5-
5,5. Gambaran serviks normal tidak ditemukan peradangan.4

b. Trikomononiasis

Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah pada perempuan maupun laki-
laki, dapat menjadi akut atau kronik, disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan penularannya melalui
kontak seksual. Trikomoniasis pada saluran urogenital dapat menyebabkan vaginitis dan sistitis.
Meskipun sebagian besar tanpa masalah, tetapi dapat menimbulkan masalah kesehatan yang cukup
berat, seperti keluhan dispareunia, kesukaran melakukan hubungan seksi yang dapat menimbulkan
ketidakserasian dalam keluarga. Pada laki-laki dapat menyebabkan uretritis dan prostatitis yang kira-
kira merupakan 15% kasus uretritis non-gonore. Penyebab trikomononiasis adalah T. vaginalis.
Penularan umumnya melalui kontak seksual, tetapi dapat juga melalui pakaian, dan handuk basah, atau
karena berenang. Penderita perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Pada kasus akut
terlihat sekret vagina seropurulen sampai mikropurulen berwarna kekuningan, sampai kuning-
kehijauan, berbau tidak enak (malodor), dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab.
Kadang kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks, yang tampak sebagai granulasi
berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry appearance, disertai gejala dispareuria, pendarahan
pascakoitus, dan pendarahan instramenstrual.4

c. Cervitis Gonorrhoea

Istilah Gonore, digunakan pada seluruh infeksi yang disebabkan oleh kuman Neisseriae. Infeksi
ini merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang memiliki insidens cukup tinggi. Neisseria
gonorrhoeae yang telah resisten terhadap penisilin dan disebut Penicillinase Memproduksi Neisseria
gonorrhoeae (PPN.G) dan beberapa antibiotik lainnya. Pada umumnya penularan terjadi melalui
hubungan seksual genitogenital, urogenital atau anogenital. Namun, dapat juga terjadi secara manual
melalui alat, pakaian, handuk, termometer, dan sebagainya. Oleh karena itu garis besar dikenal genital
gonore dan genital gonore ekstra. Pada laki-laki gejala utama disuria, kadang kadang poliuria. Pada
pemeriksaan, orifisium uretra eksternum tampak merah, edamatosa, dan ditemukannya sekret
mukopurulen. Pada perempuan gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati
kelainan objektif. Pada umumnya wanita datang mencari pengobatan, bila sudah terjadi komplikasi. 4

Etiologi

Kandidiasis vulvovaginalis disebabkan oleh Candida albicans (85-95%) dan ragi (yeast) lain dari
genus Candida. Spesies non- albicans yang tersering adalah Candida glabrata (Turolopsis glabrata). Thin
(1983) menyatakan penyebab kandidiasis vagina 81% oleh Candida albicans, 16% oleh Turolopsus
glabrata, sedangkan 3% lainnya disebabkan oleh Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis,
Candida krusei dan Candida stellatoidea. Genus Candida merupakan sel ragi uniseluler yang
termasuk kedalam fungi imperfecti atau Deuteromycota atau golongan khamir (yeast atau yeast like),
termasuk dalam famili crytococcaceae yang memperbanyak diri dengan cara bertunas.
Genus ini terdiri atas 80 spesies, yang paling patogen adalah Candida albicans di ikuti secara
berurutan oleh Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida parapsilosis, Candida kefyre,
Candidaguillermondii dan Candida krusei. Candida merupakan organisme yang dimorfik (dua kutub).
Organisme ini dapat ditemukan pada manusia pada fase fenotip yang berbeda. Gambaran morfologi
Candida berupa sel ragi yang berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5μ x 3-6μ

hingga 2-5,5μ x 5-28,5μ.

Ja
mur Candida memperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari tunas, yang disebut sebagai
blastopora. Blastospora bisa berbentuk oval tanpa kapsul dan berreproduksi melalui pembentukan tunas,
hifa yang pipih, memanjang tidak bercabang dan dapat tumbuh dalam biakan atau in vivo. Sebagai

tanda penyakit yang aktif ditemukan adanya tunas (budding). Berdasarkan bentuk tersebut maka dikatakan
bahwa Candida menyerupai ragi (yeast like). Jamur Candida dapat tumbuh dengan variasi pH yang
luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH 4,5-6,5. Karena Candidida albicans dapat
memproduksi enzim protease yang bekerja optimal pada pH normal vagina. Pada tubuh manusia jamur
Candida merupakan jamur yang bersifat oportunis, yaitu dapat hidup sebagai saprofit tanpa
menimbulkan suatu kelainan apapun. Namun, jamur itu kemudian dapat berubah menjadi patogen
dan menimbulkan penyakit kandidiasis bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang menimbulkan
perubahan pada lingkungan vagina.3

Patofisiologi Kandidiasis Vulvovaginalis pada Ibu Hamil

Mekanisme terjadinya KVV terutama pada kehamilan berlangsung sangat kompleks. Selama
kehamilan, terjadi peningkatan kedua hormon yaitu progesteron dan estrogen. Progesteron
memiliki efek supresi terhadap anti-kandida pada aktivitas neutrofil. Sedangkan estrogen bekerja
mengurangi kemampuan sel epitel vagina untuk menghambat pertumbuhan Candida albicans dan juga
menurunkan immunoglobin pada sekret vagina. Kondisi ini mendukung terjadinya kolonisasi dari
kandida tersebut. Sehingga, meningkatkan kerentanan pada ibu hamil mengalami KKV. Selain itu, KVV
umumnya terjadi karena perubahan pH dan kandungan gula pada sekret vagina. Peningkatan hormon
estrogen selama kehamilan menyebabkan produksi glikogen lebih banyak pada vagina. Hal ini memiliki
efek langsung pada sel ragi dikarenakan pertumbuhannya yang cepat dan mudah lengket pada
dinding vagina.5

Diagnosis Kandidiasis Vulvovaginalis


Diagnosis cepat dan tepat dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan di dukung pemeriksaan
mikroskopik langsung, bila perlu di lakukan biakan (kultur). Berikut ini beberapa pemeriksaan untuk
mendeteksi KVV, yaitu sebagai berikut : 4
 Pemeriksaan klinis Pada gambaran klinis, keluhan khas dari KVV adalah gatal/iritasi vulva dan
duh tubuh vaginal/keputihan Vulva bisa terlihat tenang, tetapi bisa juga kemerahan, udem dengan
fisura, dan di jumpai erosi dan ulserasi.
 Kelainan lain yang khas adalah adanya pseudomembran, berupa plak-plak putih seperti sariawan
(thrush), terdiri dari miselia yang kusut (matted mycelia), leukosit dan sel epitel yang melekat pada
dinding vagina.
 Pada vagina juga di jumpai kemerahan, sering tertutup pseudomembran putih keju. Jika
pseudomembran diambil akan tampak mukosa yang erosif.
 Cairan vagina biasanya mukoid atau cair dengan butir-butir atau “gumpalan keju” (cottage
cheese). Namun, duh tubuh biasanya amat sedikit dan cair, vagina dapat tampak normal.
 Pada pemeriksaan kolposkopi, terdapat dilatasi atau meningkatnya pembuluh darah pada dinding
vagina atau serviks sebagai tanda peradangan.

Efek Kandidiasis Vulvovaginalis pada Ibu Hamil

Komplikasi KVV pada ibu hamil dapat terjadi dengan cara penyebaran infeksi ke bagian atas
saluran reproduksi (ascending infection) melalui diseminasi hematogen. Bayi yang lahir dari ibu yang
menderita KVV dapat terinfeksi secara langsung dari kontaminasi cairan amnion atau melalui jalan
lahir.
Komplikasi tersebut adalah prematuritas, aborsi spontan, chorioamnionitis, dan beberapa
infeksi yang dapat di derita bayi pada saat persalinan. Neonatus prematur mudah terinfeksi jamur
dikarenakan sistem imun yang belum matang. Selama persalinan, transmisi dapat terjadi melalui vagina
ibu yang telah terinfeksi dengan bayi yang baru lahir dan meningkatkan resiko kejadian infeksi
kandida kongenital. Bayi dengan oral thrush yang mendapatkan air susu ibu (ASI) dapat meningkatkan
risiko kandidiasis pada puting susu ibu tersebut.5

Penatalaksanaan Kandidiasis Vulvovaginalis pada Wanita Hamil


Penanganan KVV pada wanita hamil lebih sulit, yaitu sejak melemahnya respon klinis dan banyak
ditemukan rekurensi. Butoconazole 2% krim, 5 gram secara intravaginal selama 3 hari atau
fluconazole 150 mg secara oral dengan dosis tunggal.4
Secara umum, terapi antifungal topikal cukup efektif, khususnya jika digunakan jangka panjang (1-2
minggu). Durasi pengobatan yang lama penting untuk mengeradikasi infeksi jamur. Pada suatu penelitian
yang dilakukan pada wanita hamil diketahui bahwa penggunaan imidazol topikal tampak lebih efektif
dibandingkan nistatin. Terapi 7 hari tampak lebih efektif dibandingkan durasi yang lebih pendek yang
biasa diberikan pada wanita hamil. Namun, perpanjangan waktu terapi 14 hari memiliki efektivitas yang
sama dengan terapi 7 hari. Pengobatan dianjurkan dengan preparat azole topical.4
Terapi KVV yang disebabkan Candida non-albicans pemberian obat golongan azole tetap
dianjurkan selama 7-14 hari, kecuali flukonazole karena banyak Candidda non–albicans yang resisten.
Pada pasien dengan imunokompromais, pengobatan dengan obat anti jamur konvensional dilakukan
dengan pemberian 7-14 hari. Pada pasien AIDS pengobatan tidak ada yang benar-benar efektif. Meskipun
demikian, pasien tetap perlu diterapi dengan regimen yang ada dengan waktu yang lebih lama.4

Edukasi

Pentingnya melakukan personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Kurangnya perawatan diri merupakan kondisi dimana
seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Melihat hal itu personal hygiene
diartikan sebagai hygiene perseorangan yang mencakup semua aktivitas yang bertujuan untuk mencapai
kebersihan tubuh, meliputi membasuh, mandi, merawat rambut, kuku, gigi, gusi dan membersihkan daerah
genital. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kesehatan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena
mengganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut kurang diperhatikan dapat
mempengaruhi kesehatan secara umum terutama pada wanita usia subur atau wanita hamil. Sering melakukan
kontrol penyakit dan kehamilan selama hamil agar terjaga kondisi ibu dan bayi.4

Prognosis
Prognosis pada umumnya baik, terutama bila faktor predisposisi dapat di minimalkan. KVV tanpa
komplikasi memunyai prognosis baik karena pada umumnya infeksi ringan hingga sedang dan
mengenai penderita yang imunokompeten. Pada KVV dengan komplikasi sering terjadi infeksi yang
berulang. Karena itu diperlukan pengobatan yang tepat dan pengobatan profilaksis serta mengoreksi faktor
predisposisi penyebab terjadinya infeksi. Ketidakseimbangan laktobasillus dan adanya faktor
predisposisi di duga merupakan penyebab mengapa penyakit ini sulit diobati.

Kesimpulan

Pada kasus, wanita 21 tahun hamil 6 bulan di diagnosa kandidiosis vulvovaginalis. Kandidosis vulvovaginalis
merupakan infeksi mukosa vagina dan atau vulva (epitel tidak berkeratin) yang disebabkan oleh jamur spesies
Candida. Tatalaksana pada kasus wanita hamil ini adalah butoconazole 2% krim, 5 gram secara intravaginal
selama 3 hari atau fluconazole 150 mg secara oral dengan dosis tunggal.

Daftar Pustaka

1. Schaeffer S, Hoftman H, Cunningham B. Williams gynecology, 1st ed. Jakarta: Bukupedia; 2009.
2. Mutiawati VK. Pemeriksaan mikrobiologi pada candida albicans. Jurnal Kedokteran SYIAH KUALA:
2016;16(01): h.52-3.
3. Harnindya D, Agusni I. Studi retrospektif diagnosis dan penatalaksanaan kandidiasis vulvovaginalis.
BIKKK – Berkala ilmu kesehatan kulit dan kelamin – periodical of dermatology and venereology.
Surabaya: 2016;28(01): h.27-8.
4. Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu penyakit dalam kulit dan kelamin edisi ke-7. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2018 (bagian DD)
5. Aslam M, Hafeez R, Ijaz S, Tahir M. Vulvovaginal candidiasis in pregnancy. Biomedica: 2009;24(2):
p.54-5.

Anda mungkin juga menyukai