OLEH
MIRA TRIENISA
NPM 1026000508
Tesis
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Magister Manajemen
OLEH
MIRA TRIENISA
NPM 1026000508
PERSETUJUAN
Oleh
NPM : 1026000508
PENGESAHAN
Pada
Hari : Sabtu
Tanggal : 22 Desember 2012
Waktu : 08.00 – 09.00
Oleh
Dr Endri, M.A. Ian Beckman Siagian, M.E. Prof. Dr. Adler Haymans Manurung
Mengetahui,
Direktur Pascasarjana ABFI Institute Perbanas
PERNYATAAN
1. Naskah tesis yang diajukan adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
Gelar Akademik Magister Manajemen, baik di Program Pascasarjana perbanas Jakarta
maupun Perguruan tinggi lain.
2. Tesis ini murni gagasan, rumusan dan peneliti penulis sendiri tanpa bantuan pihak
lain, kecuali arahan dosen pembimbing.
3. Dalam tesis ini tidak terdapat karya-karya atau pendapat yang ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang atau dicantumkan dalam
daftar pustaka.
4. Seluruh naskah tesis disajikan dan menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.
Mira Trienisa
1026000508
ABSTRAK
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas kebaikan-Nya penulis
dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Penilaian Harga Saham Wajar dengan Metode
Discounted Cash Flow pada PT PP London Sumatra Indonesia TBK.” Tesis ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk menempuh ujian pascasarjana di ABFII Perbanas Jakarta
Program Magister Manajemen. Dalam penyusunan tesis ini merupakan kesempatan yang
berharga sekali untuk mencoba menerapkan beberapa teori yang diperoleh selama duduk di
bangku kuliah dalam situasi dunia nyata, dan dalam hal ini penulis menyadari sepenuhnya
bahwa baik dalam pengungkapan, penyajian dan pemilihan kata-kata maupun pembahasan
materi tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati
penulis mengharapkan saran, kritik, dan segala bentuk pengarahan dari semua pihak untuk
perbaikan tesis ini. Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, baik melalui kata-kata
ataupun dorongan semangat untuk menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih disertai penghargaan yang setingi-
tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Adler H. Manurung, selaku dosen pembimbing pertama yang telah
mencurahkan perhatian dan tenaga serta dorongan kepada penulis hingga selesainya
karya ilmiah ini.
2. Bapak Dr Endri, M.A dan Bapak Ian Bekman Siagian,M.E. selaku dosen penguji
yang telah memberikan masukan-masukan dan ilmu kepada penulis hingga dapat
terselesaikannya karya ilmiah ini.
3. Investor Relation PT PP London Sumatra Indonesia Tbk Bpk. Eddy Chandra yang
telah memberikan data proyeksi yang lengkap dan jelas kepada penulis
4. Segenap Pimpinan, Direksi dan Komisaris dan staf karyawan PT Ginang Fohu
Plantation, dan anak perusahaannya karena telah memberikan saya kesempatan,
dukungan dan memberikan saya waktu untuk dapat melanjutkan studi ini.
5. Imam Wahyudi, Ph.D. selaku Direktur Pascasarjana ABFI Institute Perbanas.
6. Kedua orangtuaku Papa (Alm) dan Mama tersayang yang selalu memberikan
dukungan secara moril dan Materil serta doanya dan kasih sayangnya kepada penulis.
7. Kakakku tercinta Yanyan Dwiyanti, Tantan Rusmana (Alm) dan adik tercinta Tinton
Rismana (Alm) yang telah memberikan bantuan dan support selama proses penulisan
tesis ini berlangsung.
8. Sahabat-sahabat tercinta Dwi Aditianto SE. MM , Sriyono S. Kom, Adi Soelistyo S.T,
Andi Senyo, Frans Hamonangan SE. MM dan Andy Sitanggang yang telah
memberikan nasihat, motivasi dan pembelajaran bagi penulis.
9. Seluruh teman-teman ku yang telah memberikan dukungan.
Semoga amal yang telah mereka berikan kepeda penulis, mendapatkan berkah dari Allah
SWT.
Jakarta, 22 Desember 2012
Penulis
Mira Trienisa
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 5
1.4 Kegunaan Penelitian 6
1.5 Sistematika Penelitian 7
Tabel 5.4 Data historis nilai tukar rupiah terhadap USD dollar 50
Tabel 5.5 Posisi Lonsum dalam industri dari besaran total aset 52
Tabel 5.10 Posisi Price to book value (Rp) PT Lonsum dalam industri 74
Tabel 5.11 Posisi Price to book value (x) PT Lonsum dalam industri 74
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Sejalan dengan perkembangan dari kegiatan pasar modal Bursa Efek Indonesia (BEI)
maka semakin bertambah juga perusahaan yang mendaftarkan diri sebagai emitten dengan
menawarkan sahamnya kepada publik (go public) di bursa saham melalui kegiatan
penawaran umum awal (Initial public offering), selain itu dapat dilihat juga dengan
meningkatnya kegiatan perdagangan di dalam pasar dengan melihat tingkat IHSG (Indeks
harga saham gabungan) yang meningkat akhir-akhir tahun ini. Perkembangan reksa dana
(mutual funds) juga membantu meningkatkan kinerja perdagangan saham. Berinvestasi pada
saham pada dasarnya adalah membeli porsi kepemilikan dari perusahaan yang sahamnya
ditawarkan sehingga mendapat hak atas sebagian pendapatan dan aset yang dimiliki oleh
nilai perusahaan bagi pemiliknya, nilai perusahaan bagi pemiliknya ini tercermin dalam harga
layak saham. Harga layak saham biasanya tidak sama dengan harga pasar di bursa efek oleh
karena itu tehnik valuasi sangat dibutuhkan investor dalam menentukan keputusan investasi
yang paling optimal dengan resiko yang kecil dan return yang maksimal (Krist and
Olga,2008).
perhitungan investasi di Indonesia merupakan kombinasi dari dua strategi yaitu tehnik valuasi
dan psikologi pasar (Krist and Olga,2008). Untuk dapat mengetahui nilai wajar dari saham
sebuah perusahaan dengan tepat maka dibutuhkan suatu teh nik dan alat untuk menentukan
nilai dari suatu saham yang layak untuk investasi dan menghasilkan pengembalian yang
suatu saham layak untuk dibeli (buy) ditahan (hold) dan untuk jangka waktu berapa lama
Melakukan valuasi perusahaan yang terdaftar pada bursa efek Indonesia berguna bagi
1. Untuk membandingkan nilai yang diperoleh dengan harga saham dipasar dan
sahamnya.
undervalued.
yang sejenis.
Menurut fernandez ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam melakukan
valuasi agar tidak terdapat beberapa kesalahan umum yang harus diperhatikan antara lain
perusahaan
kas.
valuasi Harga
Para pelaku analisis pasar modal dapat mempergunakan untuk saran strategi yang
akan melakukan penawaran umum atau sudah tercatat dalam bursa dapat mempergunakan
valuasi ekuitas sebagai penentu harga saham yang akan ditawarkan atau dapat juga
dipergunakan untuk menilai seluruh kegiatan didalam perusahaan terutama kegiatan operasi
dalam usaha menciptakan nilai terhadap pemegang saham karyawan dan lingkungan serta
masyarakat, kegunaan lainnya adalah hasil dari valuasi dapat dipakai sebagai perbandingan
Kondisi pasar modal di Indonesia saat ini sedang bergairah dengan trend yang positif
terus memacu kenaikan harga saham-saham yang diperdagangkan di bursa efek Indonesia.
Kenaikan terjadi pada harga saham di bursa adalah merupakan akibat dari derasnya modal
asing yang masuk ke Indonesia yang menunjukan kepercayaan investor asing terhadap
Indonesia. Pemerintah akan mengalami dilema yaitu berjuang melawan inflasi disisi lain
mengantisipasi derasnya arus dana asing. Yang berbahaya adalah apabila hal ini tidak
diantisipasi, maka uang yang masuk akan dengan mudah keluar kembali, itulah sebabnya
Hal diatas adalah sisi positif dimana Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi
asing. Resiko terbesarnya adalah apabila market Europe dan US sepenuhnya pulih, maka
dana asing yang telah profit akan segera dikembalikan ke negara mereka dimana mereka
maksimal akan berada di level 4500 (Stock fortuner, 2010). Saham yang banyak dijadikan
incaran bagi investor asing adalah saham yang bergerak di bidang pertambangan, perkebunan
ini tidak mengherankan karena industri yang berhubungan dengan sumber daya alam
memang sudah sejak lama menjadi andalan Indonesia untuk mendukung pertumbuhan
ekonominya.
Salah satu saham perkebunan yang cukup banyak diincar oleh investor di bursa efek
Indonesia dan investor asing adalah saham PT PP London Sumatra Indonesia (LSIP),
perusahaan ini merupakan perusahaan perkebunan yang cukup besar di Indonesia dimana
sahamnya terjual cukup laris dengan banyaknya permintaan yang berasal dari investor asing.
PT PP London Sumatra Indonesia (LSIP) menawarkan sahamnya pada publik (IPO) pada
tahun 1996 yang tercatat di bursa efek Jakarta dan Surabaya, volume perdagangan PT PP
London Sumatra Indonesia (LSIP) cukup tergolong tinggi dimana saham PT London Sumatra
Indonesia menempati posisi sebagai salah satu saham indeks LQ-45 saat ini.
dampak dari kondisi trend di pasar karena besar volume dan intensitas perdagangannya akan
dijadikan target dari pasar. Saham London Sumatra merupakan salah satu saham yang
tergolong saham unggulan dimana mereka memiliki peningkatan saham yang cukup pesat,
maka dari itu yang menjadi pertanyaan bagi para investor saat ini adalah apakah harga saham
2. Apakah harga yang diberikan pasar kepada saham LSIP saat ini berada pada posisi
(LSIP).
2. Untuk menginvestigasi harga yang diberikan pasar kepada harga saham LSIP saat
ini berada pada posisi undervalued, fairly valued atau overvalued terhadap nilai
intrinsik tersebut.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, manfaat yang
diharapkan adalah :
a. Kegunaan Teoritis
1. Bagi peneliti
2. Bagi Akademis
3. Bagi Praktisi
Hasil penetian ini diharapkan dapat menjadi umpan balik baik bagi
Pembahasan masalah pada tesis ini dibagi menjadi 5 bab dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang objek yang akan diteliti oleh penulis,
sumber data yang didapat, dan metode analisis yang dilakukan dalam
penelitian.
LANDASAN TEORI
2.1.Analisis Fundamental
menggunakan informasi fundamental, selain itu juga menganalisis tingkat bunga kedepan
(manurung, 2009). Dengan kata lain analisis fundamental adalah analisis informasi yang
relevan dengan tujuan untuk mendapatkan nilai intrinsik dari perusahaan. Nilai intrinsik
diperlukan sebagai acuan atau pembanding terhadap nilai atau harga yang diberikan oleh
fundamental lebih signifikan dan dapat digunakan untuk memprediksi masa depan return dari
saham, dengan menggunakan pendekatan nilai, Laporan keuangan dan untuk hasilkan laba
positif di masa depan karena semua sinyal akuntansi kolerasi positif denan masa depan dan
pengembalian saham.
Selain itu penelitian yang dilakukan Jauhari dan Wibowo (2001) menguji faktor
fudamental terhadap return saham pada periode bullish dan bearish hasil penelitian disini
bahwa analisis fundamental dengan rasio keuangan berpengaruh signifikan terhadap return
yaitu analisis dimulai dari faktor yang bersifat umum atau luas terlebih dahulu lalu
mengerucut kearah yang lebih spesifik. Dalam analisis ini yang dilakukan terlebih dahulu
adalah faktor ekonomi makro lalu diikuti faktor industri untuk mendapatkan gambaran
perusahaan dan selanjutnya setelah semua dianalisis hasilnya dijadikan landasan asumsi
untuk membuat perkiraan kinerja perusahaan di masa yang akan datang untuk dapat dijadikan
ekonomi juga menjelaskan tentang perubahan ekonomi yang banyak mempengaruhi pasar
dan perusahaan, selain itu dapat digunakan dalam menganalisis cara terbaik untuk
tenaga kerja dan pencapaian neraca secara berkesinambungan. Beberapa variabel ekonomi
yang umum digunakan untuk mengukur kondisi ekonomi nasional adalah produk domestik
bruto (PDB), tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar mata uang asing (Tandelilin,
2010).
Utami dan Rahayu (2003) yang menguji peranan profitabilitas,suku bunga, Inflasi dan
nilai tukar yang mempengaruhi pasar modal selama krisis ekonomi, dan ternyata secara
empiris terbukti bahwa profitabilitas, suku bunga inflasi dan nilai tukar secara bersama-sama
mempengaruhi harga saham badan usaha secara signifikan selama krisis ekonomi yang
terjadi di Indonesia.
Produk domestik bruto (PDB) merupakan ukuran total produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu ekonomi atau suatu negara pada periode tertentu. Pengukuran
tertentu dengan PDB periode sebelumnya. Meningkatnya PDB merupakan signal yang baik
permintaan pasar pada perusahaan maka otomatis aset dan profitabilty dari perusahaan juga
semakin meningkat dan harga saham juga lebih tinggi karena berakibat pada meningkatnya
Inflasi adalah indikator ekonomi yan menunjukan peningkatan harga rata-rata barang
dan jasa yang diproduksi oleh sistem perekonomian. Tingkat inflasi yang tinggi dapat
menyebabkan daya beli masyarakat menjadi turun dan juga dapat menyebabkan resesi. Inflasi
di suatu negara dijaga oleh lembaga yang bertanggung jawab atas urusan moneter seperti
adanya Bank Indonesia.Peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi para
pemodal yang berada di pasar modal. Karena inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya
perusahaan . Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat
Tingkat suku bunga merupakan ukuran tingkat pengembalian yang dapat diperoleh dari
modal yang ditanamkan oleh pemodal dalam suatu investasi, selain itu bunga juga merupakan
jumlah tingkat biaya yang harus dikeluarkan oleh peminjam atau perusahaan untuk
Tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga saham, dimana tingkat
suku bunga yang meningkat akan menyebabkan peningkatan suku bunga yang disyaratkan
atas investasi pada suatu saham disamping itu tingkat suku bunga yang meningkat bisa juga
menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada
Nilai tukar mata uang adalah nilai atau harga mata uang dalam negeri terhadap mata
uang negara lain.Perubahan nilai tukar mata uang adalah merupakan suatu kondisi yang
mendapatkan keuntungan sekaligus kerugian. Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang
asing merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang mengalami inflasi. Menguatnya kurs
rupiah terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi
dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku, dengan tingkat suku bunga lebih
rendah maka biaya perusahaaan juga lebih rendah dan perusahaan mendapatkan profitabilitas
Analisis Industri merupakan salah satu bagian dari analisis fundamental, analisis ini
dilakukan setelah kita melakukan analisis ekonomi. Dalam analisis industri investor mencoba
untuk membandingkan kinerja dari berbagai industri untuk bisa mengetahui jenis industri apa
saja yang memberikan prospek paling menjanjikan. Setelah melakukan analisis industri
mempertimbangkan saham-saham dari kelompok industri mana yang akan dimasukan dalam
portofolio yang akan dibentuknya. Perusahaan yang bergerak pada industri yang memiliki
tingkat persaingan yang rendah dan pertumbuhan yang tinggi pada umumnya akan memiliki
prospek pertumbuhan yang tinggi karena tingkat profitabilitasnya akan meningkat cukup
perusahaan berada pada tingkat profitabilitas perusahaan di masa yang akan datang. Analisis
yang dilakukan Porter menunjukan bahwa profitabilitas dari suatu industri adalah fungsi dari
struktur industri itu sendiri. Pendekatan umum yang digunakan untuk melakukan analisis
struktural industri adalah konsep five force atau lima kekuatan (Porter. 1985).
industri untuk memperoleh secara rata-rata tingkat laba investasi yang melebihi biaya modal.
Kekuatan dari lima kekuatan bersaing tersebut bervariasi dari satu industri ke industri yang
lain dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan industri. Kelima kekuatan bersaing
antara lain Ancaman dari peserta bisnis baru, kekuatan tawar-menawar dari supplier,
Peserta bisnis baru dapat menjadi ancaman karena membawa kapasitas produksi
tambahan. Seringkali juga peserta bisnis baru memiliki sumberdaya yang substansial dan
berkeinginan kuat untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar. Sehingga persaingan
industri tersebut.
5. Efektivitas barang supplier telah menciptakan switching cost yang tinggi bagi
produk atau jasa yang bisa dipasang oleh perusahaan,Kekuatan tawar menawar pembeli :
2. Produk yang dibeli dari suatu industri mencakup porsi yang signifikan dari biaya
pembeli.
3. Mereka dapat beralih ke produk lain dengan biaya yang sedikit jika ada.
Produk pengganti adalah barang-barang dan jasa berbeda dari luar industri tertentu
yang melakukan fungsi serupa dengan produk yang dihasilkan oleh industri tersebut. Secara
umum, produk pengganti merupakan ancaman yang kuat bagi suatu perusahaan ketika
pelanggan menghadapi biaya perpindahan (switching cost) yang sedikit, dan ketika harga
produk substitusi lebih rendah atau kualitas dan kapabilitas kinerjanya sama atau lebih tinggi.
Karena perusahaan-perusahaan dalam suatu industri satu sama lain saling tergantung
kompetitif. Oleh karena itu perusahaan harus bisa lebih bersaing dalam menjalankan kegiatan
dalam siklus kondisi ekonomi makro terhadap performa industri dan perusahaan yang ada
didalamnya. Industri dapat dikategorikan menjadi dua macam yaitu industri defensive dan
industri cyclical. Industri defensive adalah industri yang tidak terpengaruh siklus ekonomi
karena umunya adalah penghasil barang atau jasa kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar
atau dihentikan penggunaannya. Industri cylical adalah industri yang sensitif terhadap siklus
ekonomi dimana industri akan langsung merasakan dampak tiap perubahan yang terjadi pada
ekonomi makro.
menganalisis antara pos-pos laporan dalam satu laporan , hal ini dilakukan agar lebih tepat
Menganalisis laporan keuangan juga untuk menilai kinerja dimasa yang akan datang, adapun
beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan analisis laporan keuangan
diantaranya :
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik
harta kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa
periode.
perusahaan.
6. Untuk pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam menganalisis laporan keuangan yaitu analisis
Analisis komparatif atau disebut juga analisis horizontal yaitu merupakan analisis
yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan dengan beberapa periode dari
hasil analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu ke periode
yang lain (Kasmir,2008). Menurut Wild, Subramanyam dan Halsey (2009) perbandingan
laporan-laporan keuangan selama beberapa periode dapat menunjukan arah, kecepatan, dan
Analisis bentuk umum (common size) atau sering disebut juga sebagai analisis
vertikal merupakan analisis akun yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan
keuangan saja, analisis dilakukan antara pos-pos yang ada, dalam satu periode. Informasi
yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode-
peiode tidak diketahui. Biasanya akun dinyatakan proporsinya terhadap pendapatan usaha
atau penjualan untuk menunjukan efek besar penjualan terhadap biaya atau keuntungan
perusahaan.
Analisis rasio adalah metode analisis laporan keuangan yang paling sering digunakan
untuk memberikan ukuran atas kondisi perusahaan.Rasio keuangan juga digunakan untuk
menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah
sumber daya perusahaan secara efektif. Kinerja yang dihasilkan juga dapat dijadikan sebagai
evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan kedepan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan
atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan. White, Sondhi dan Field (2003)
membagi rasio laporan keuangan menjadi empat kategori yaitu rasio aktivitas, rasio
Rasio aktivitas (Activity Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya atau dapat dikatakan
untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Rasio aktivitas
mengevaluasi pendapatan dan output yang dihasilkan oleh aset perusahaan (White et al,2003)
perputaran barang yang makin cepat dari perolehan atau produksi hingga ke penjualan
b. Receivables turnover
Receivables turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama
penagihan piutang selama satu periode atau beberapa kali dana yang ditanam dalam
piutang ini berputar dalam satu periode, semakin tinggi rasio maka semakin rendah
Total asset turn over mengukur efesiensi perusahaan dalam menggunakan aset yang
dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar
membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat
Rasio cepat adalah rasio yang sangat lancar acid test ratio merupakan rasio yang
atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa
Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang, artinya seberapa besar
beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Beberapa rasio
Debt to Equity Ratio mengukur perbadingan modal atau pendanaan perusahaan yang
berasal dari hutang terhadap modal yang berasal dari ekuitas. Debt Equity ratio untuk
setiap perusahaan berbeda-beda tergantung arus bisnis dan arus kasnya, perusahaan
yang kasnya stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang
kurang stabil.
Total Equity
b. Times Interest earned
Times Interest Earned mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar bunga atas
mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu
prusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan
investasi, intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi perusahaan. Beberapa
a. Gross Margin
Gross Margin mengukur seberapa besar laba kotor yang bisa didapatkan dari setiap
satuan penjualan
b. Operating Margin
Operating Margin mengukur seberapa besar laba operasi yang bisa disapatkan dari
Net Profit Margin mengukur seberapa besar laba bersih yang bisa didapatkan dari
d. Return on Asset
Return on Assets mengukur tingkat pengembalian hasil (return) atas aset yang dimiliki
perusahaan.
Return on Equity mengukur tingkat pengembalian hasil atas modal yang ditanamkan
oleh pemilik atau investor ekuitas, hasil pengembalian ekuitas atau return on equity
atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah
pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal
sendiri, semakin tinggi rasio ini semakin baik artinya posisi pemilik perusahaan
semakin kuat.
Pada tahap laporan keuangan analisis prospektif merupakan tahapan terakhir, dimana
analisis ini digunakan untuk mempertimbangkan data-data historis dan kondisi perusahaan
untuk mengestimasi akun-akun dala laporan keuangan perusahaan dimasa depan. Hasil dari
analisis prospektif dapat digunakan untuk valuasi sekuritas dan pertimbangan pemberian
kredit. Proyeksi ini dilakukan karena selalu ada faktor ketidakpastian atas asumsi-asumsi
yang digunakan. Asumsi yang kurang tepat atau sering terjadi perubahan karena pengaruh
Valuasi saham merupakan metode atau prosedur untuk mendapatkan nilai atas saham
dari suatu perusahaan, dalam valuasi saham perlu diperhatikan tujuan dari valuasi sehingga
penggunaan metode , analisis dan penerapan unsur-unsur pembentuk nilai serta hasil valuasi
tepat guna. Pada penelitian ini digunakan pendekatan discounted cash flow (DCF), menurut
Damodaran (2002), dasar pendekatan dari discounted cash flow adalah present value dimana
nilai dari aset apapun itu adalah masa kini ( present value) dari ekspektasi masa yang akan
Penelitian ini bagi perusahaan berguna untuk meningkatkan kinerja lebih baik dan
mengambil keputusan jangka panjang yaitu dengan analisis fundamental juga menggunakan
DCF karena analisis DCF berdasarkan proyeksi kinerja dan kesehatan hubungan pemegang
saham yang diukur oleh pasar saham Carter, et al. (2008). Ada 3 cara untuk memperkirakan
pertumbuhan perusahaan yaitu dengan data historis perusahaan, Analisis penulisan ekuitas
perusahaan dan fundamental perusahaan maka disini dalam melakukan DCF harus digunakan
investment, disini kapitalisasi ventura dengan DCF sebagai metode utama metode peniaian
untuk berinfestasi dalam usaha yang lebih stabil dan maju dan ini memiliki resiko yang lebih
rendah ada beberapa kegagalan tetapi hanya sedikit dan tingkat kegagalan tidak berkolerasi
Kautt Glen (2005) Mengembangkan model DCF mengukur kembali masa depan yang
diharapkan dalam bentuk kas di masa depan serta memberikan gambaran keuangan baik dari
laba perusahaan, efisiensi perusahaan, biaya modal dan durasi pertumbuhan, DCF tidak dapat
dibeli dimasa yang akan datang , dan beliau menyimpulkan bahwa metode yang paling tepat
adalah dengan mengunakan analisis DCF karena bagi penasihat keuangan dengan
menggunakan DCF dapat mengetahui pertumbuhan yang diharapkan, untuk efesiensi operasi,
analisis fundamental dan dampaknya bagi kinerja perusahaan di jerman dan mereka dapat
dalam berinvestasi karena resiko kegagalan lebih kecil dan tingkat kegagalan tidak
berkolerasi terhadap variabel dalam data yang mungkin untuk terjadinya resiko.
namun secara garis besar metode yang digunakan adalah metode dividend discount model
(DDM) dan metode free cash flow (FCF) dimana memiliki pengertian yang berbeda ketika
sebuah perusahaannya secara teratur, penghitungan nilai perusahaan dapat dilakukan melalui
metode Dividen Discount Model (DDM). Model ini mengasumsikan bahwa nilai intrinsik
saham adalah nilai sekarang dari dividen di masa yang akan datang dibagi dengan required
rate of return yang sudah disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dari dividen tersebut.
Persamaan dari perhitungan nilai intrinsik adalah sebagai berikut (Damodaran, 2002) :
Keterangan :
Umumnya perkiraan dividen untuk setiap tahun kedepan diasumsikan memiliki pertumbuhan
yang sama, model dengan asumsi pertumbuhan dividen yang sama dikenal dengan nama
constant growth model. Sedangkan Free cash flow merupakan model penilaian dengan arus
kas merupakan salah satu model dari pendekatan pendapatan yang fokus kepada penilaian
balikan (return), atau arus kas ke pemilik atau investor. Kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan pendapatan dapat dilihat dari kinerja masa lalu, saat ini, maupun pada masa
mendatang, demikian juga dengan penilaian pendapatan. Discounted cash flow merupakan
satu pendekatan yang menjadi dasar bagi pengembangan pendekatan lainnya. Discounted
cash flow menyatakan bahwa value sebuah aktiva / bisnis adalah present value dari cash flow
yang diharapkan akan mengalir di masa yang akan datang, persamaannya pada umumnya
Keterangan :
Pendekatan valuasi DCF dengan metode free cash flow model sendiri dapat dibagi
menjadi dua sub model yaitu free cash flow equity model (FCFE) dan free cash flow to firm
model (FCFF). FCFE menganalisis nilai perusahaan untuk kepentingan investor, kreditor dan
perusahaan tiap tahunnya relatif stabil, sementara penilaian dengan model FCFF digunakan
Penilaian menggunakan model FCFF, arus kas yang digunakan adalah arus kas untuk capital,
arus kas ini adalah arus kas yang berasal atau dihasilkan dari operasi dan tersedia untuk
semua penyedia capital. Hasil dari perhitungan FCFF merupakan estimasi nilai dari
perusahaan, sehingga nilai ini harus dikurangi dengan utang jika ingin mendapat nilai dari
Keterangan :
untuk melakukan pemeliharaan dan juga pembelian aset operasional perusahaan. Sementara
itu depresiasi adalah penyusunan aset perusahaan akibat penggunaannya untuk kebutuhan
operasi perusahaan. Perubahan modal kerja atau change in working capital merupakan selisih
antara modal kerja tahun sebelumnya, sedangkan modal kerja itu sendiri adalah selisih aset
lancar non kas perusahaan dengan kewajiban lancar non hutang perusahaan.
Ada beberapa model yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan valuasi
FCFF, yaitu stable growth model, 2-stages model, dan n-stages model. Penggunaan masing-
masing model disesuaikan dengan perkiraan tingkat pertumbuhan perusahaan dimasa yang
akan datang.
b. 2-stages model
pertumbuhan yang tinggi (high growth) lalu diikuti oleh periode pertumbuhan yang stabil
seterusnya.
Keterangan:
c. n-stages model
Model ini sama dengan 2-stages model tetapi tingkat pertumbuhan perusahaan
sebelum memasuki periode pertumbuhan stabil ada lebih dari satu, sehingga perhitungan
Dalam melakukan valuasi dengan pendekatan discounted cash flow, diperlukan tingkat
diskonto (discount rate) yang digunakan untuk mengubah nilai arus kas masa depan menjadi
nilai masa kini (present value) dengan menggunakan Weighted Average Cost of Capital
(WACC). Tingkat diskonto yang digunakan tergantung dari metode valuasi yang digunakan.
Metode free cash flow to equity (FCFE) menggunakan cash of equity sebagai tingkat diskonto
karena arus kas yang dinilai adalah arus kas untuk investor ekuitas. Sementara itu, metode
free cash flow to firm (FCFF) menggunakan weighted average cost of capital (WACC)
sebagai tingkat diskonto karena arus kas yang dinilai adalah arus kas untuk semua pemberi
Cost of debt (Kd) adalah biaya yang harus dibayar perusahaan akibat meminjam dana
dalam bentuk hutang. Pada umumnya biaya tersebut dibayar dalam bentuk bunga (invest)
yang besarnya tergantung dari tingkat suku bunga yang diminta oleh kreditur. Besar tingkat
suku bunga yang dikenakan pada perusahaan biasanya mempertimbangkan dua faktor utama,
yaitu tingkat suku bunga yang berlaku di pasar dan resiko gagal bayar (default risk)
perusahaan. Karena suatu perusahaan dapat mempunyai lebih dari satu pinjaman dengan
tingkat suku bunga yang berbeda-beda, maka cost of debt biasanya diukur sebagai rata-rata
Cost of equity (Ke) adalah tingkat pengembalian hasil yang diharapkan oleh investor
ketika menanamkan modal dalam bentuk ekuitas pada perusahaan. Cara yang paling umum
digunakan untuk menghitung cost of equity adalah dengan menggunakan metode capital
Asset Pricing Model (CAPM). Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung
Berdasarkan rumus diatas, ada 3 data yang diperlukan sebagai input untuk CAMP,
yaitu:
Risk free rate adalah tingkat pengembalian hasil (return) pada investasi yang dinilai
tidak beresiko. Pada umumnya, acuan yang digunakan untuk risk free rate adalah surat
hutang pemerintah (treasury bills) yang kemungkinan gagal bayarnya dinilai sangat kecil.
b. Beta (β)
CAMP, resiko sistematis didefinisikan sebagai resiko pasar secara keseluruhan. Sejalan
dengan konsep hubungan antara resiko dengan tingkat pengembalian hasil (return), maka
beta juga dapat dikatakan mengukur keterkaitan antara tingkat return saham perusahaan
Risk premium adalah perbedaan antara tingkat pengembalian hasil rata-rata dari pasar
dengan tingkat pengembalian hasil rata-rata dari investasi bebas resiko (risk free). Menurut
demodaran (2002), tingkat risk premium antara tiap negara dapat berbeda-beda karena adanya
perbedaan keadaan ekonomi, resiko politik, dan struktur pasar. Dalam perhitungan CAMP,
perbedaan tingkat resiko antara negara dapat diakomodasi dengan penambahan country risk
premium, yaitu tambahan premium sebagai kompensasi atas resiko yang unik atau khusus
Weighted average cost of capital (WACC) adalah rata-rata tertimbang atas seluruh
biaya modal perusahaan yang meliputi biaya hutang (cost of debt) dan biaya ekuitas (cost of
equity). Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung WACC:
Keterangan:
Ke = cost of equity
Kd = cost of debt
T = Tax rate
= Proporsi Ekuitas
= Proporsi Hutang
Pendekatan ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai suatu aset atau saham
terhadap nilai aset atau saham sejenis dalam laporan keuangan perusahaan. Salah satu model
pendekatan dari relative valuation yang sering digunakan adalah Price to Book Value (PBV).
Dalam model ini juga menggunakan Book Value Multiple yang dilakukan dengan cara
(warjono) mengatakan bahwa PBV berpengaruh positif terhadap retun saham hal ini
dimaksudkan makin diminati oleh investor, ketika harga pembelian selisih dengan harga
penjualan dengan pembelian tinggi maka akan menyebabkan return yang tinggi.
PBV fokus terhadap nilai ekuitas perusahaan, PBV sesuai artinya bermakna ‘harga
saham dibandingkan nilai ekuitas per saham cara menghitungnya yaitu dengan membagi
harga saham dengan book vakuenya (BV) dimana BV dihasilkan dari ekuitas dibagi dengan
rata-rata jumlah yang beredar dan hasilnya jika PBV semakin tinggi maka semakin mahal
PBV = P0
BV
Keterangan:
P0 = Harga saham
METODOLOGI PENELITIAN
Objek penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah PT. PP London
Sumatra Indonesia Tbk, merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan
yang merupakan perusahaan perkebunan terbesar kedua di Indonesia dan memiliki jumlah
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder,
dimana data primer didapat melalui Interview dengan Investor Relation, sedangkan data
sekunder didapat dari studi pustaka dan sata pustaka seperti laporan keuangan perusahaan
tahun 2006 sampai dengan 2011, surat kabar, website, informasi dan berita-berita di internet
dan lain-lain.
Sumatra Indonesia Tbk adalah dengan metode discounted cash flow. Dengan pendekatan ini
maka perusahaan diharapkan mendapatkan nilai wajar perusahaan dimasa depan yang dilihat
dimasa sekarang. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :
terdiri dari neraca, Laporan laba rugi, dan arus kas tahun 2006-2011 selain data
keuangan juga data lainnya adalah data mengenai portofolio perusahaan , saham yang
Data dalam analisis ekonomi makro disini antara lain mencakup Produk Domestik
Bruto (PDB), Inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar mata uang tahun 2006-2011
data ini digunakan untuk melakukan proyeksi di masa yang akan datang.
3. Melakukan proyeksi
Proyeksi yang dilakukan disini merupakan olahan dari data keuangan yang dijadikan
proyeksi laporan keuangan untuk periode tertentu sehingga dapat dijadikan gambaran
Hasil proyeksi dari analisis keuangan berdasarkan data historis perusahaan dipadukan
dengan analisis makro ekonomi serta analisis industri akan menentukan besarnya
akan dihitung nilai akhirnya (terminal value). Pada saat menghitung nilai akhir ini
diasumsikan bahwa pendapatan yang akan diterima memiliki pertumbuhan yang tetap
( constant growth).
Discounted cash flow merupakan salah satu faktor perhitungan yang diperlukan dalam
melakukan valuasi untuk menghitung Discount Rate adalah dengan menghitung cost
Setelah mengkonversikan Free Cash Flow di masa yang akan datang menjadi nilai
sekarang maka akan didapat nilai perusahaan dan nilai perusahaan tersebut akan
dibagi dengan jumlah saham yang beredar sehingga didapat nilai intrinsik saham
tersebut.
Nilai intrinsik yang didapat akan dibandingkan dengan harga pasar dimana berguna
agar kita dapat mengetahui apakah saham berada dalam keadaan overvalued atau
9. Analisis lain
2. Rasio Aktivitas
3. Rasio Likuiditas
4. Rasio Solvabilitas
5. Rasio Profitabilitas
6. Analisis Prospektif
BAB IV
PROFIL PERUSAHAAN
4.1Kerangka Pemikiran
Analisis ekonomi
makro global Analisis
Analisis ekonomi ekonomi makro
makro domestik
Analisis Struktural
Industri Teknik Valuasi
Analisis Sensitivitas Analisis Industri dengan Metode Stock
Industri terhadap siklus DCF Price
bisnis
Neraca
Laporan Laba rugi Analisis Laporan
Rasio Keuangan keuangan
4.2 Sejarah Perusahaan
Sejarah PT PP London Sumatra Indonesia Tbk berawal lebih dari satu abad yang lalu
di tahun 1906 melalui inisiatif Harrisons & Crosfield Plc, perusahaan perkebunan dan
perdagangan yang berbasis di London. Perkebunan London- Sumatra, yang kemudian lebih
dikenal dengan nama “Lonsum”, berkembang menjadi salah satu perusahaan perkebunan
terkemuka di dunia, dengan lebih dari 100.000 hektar perkebunan kelapa sawit, karet, kakao
Di awal berdirinya, Perseroan melakukan diversifikasi melalui penanaman karet, teh dan
kakao. Di awal kemerdekaan Indonesia, Lonsum lebih memfokuskan usahanya pada tanaman
karet, dan kemudian beralih ke kelapa sawit di era tahun 1980. Pada akhir dekade ini, kelapa
sawit telah menggantikan karet sebagai komoditas utama Perseroan. Lonsum memiliki
sebanyak 38 perkebunan inti dan 13 perkebunan plasma di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan
pengembangan, keahlian di bidang agro-manajemen, serta tenaga kerja yang terampil dan
profesional. Lonsum juga dikenal sebagai produsen bibit kelapa sawit yang berkualitas, yang
Indonesia yang telah menerima sertifikasi Roundtable on Suistainable Pam Oil (RSPO) di
tahun 2009 setelah pelaksanaan audit independen atas perkebunan dan pabrik kelapa sawit di
Sumatra Utara. Komitmen Lonsum sebagai produsen minyak sawit lestari berlanjut sengan
2. Tahun 1994 : Harrisons & Crosfield menjual seluruh kepemilikan sahamnya kepada
5. Tahun 2004 : Mei 2004 MRA di tandatangani , investor baru masuk Lonsum
6. Tahun 2007 : Oktober-desember 2007 PT salim ivomas pratama (SIMP) dan Indofood
Agri Resourch Ltd (IndoAgri) mengambil alih 64.4 % saham Lonsum dan menjadi
7. Tahun 2008 : Desember 2008 akuisisi lahan seluas 46 ribu ha di Sumatra Selatan.
Oktober 2008 pembelian kembali saham (treasury stock) sejumlah 23.964.000 lembar
saham
8. Tahun 2009 :Tepatnya di bulan april 2009 Lonsum meraih sertifikat RSPO.
dijual ke SIMP, Pelepasan kepemilikan ini telah meningkatkan porsi saham bagi
10. Tahun 2011 : Memperoleh sertifikasi RSPO untuk 3 lokasi perkebunan dan 1 pabrik
kelapa sawit di Sumatra Selatan pada bulan oktober 2011, yang menambah produksi
Visi dari PT PP London Sumatra Indonesia Tbk adalah menjadi perusahaan agribisnis
terkemuka yang berkelanjutan dalam hal tanaman, Biaya, Lingkungan (3C) yang berbasis
penelitian dan pengembangan, sedangkan misi pada perusahaan ini adalah menambah nilai
bagi stakeholders di bidang agribisnis. Visi dan Misi diatas cukup mewakili secara
keseluruhan mengenai tujuan perusahaan dengan baik, adapun nilai – nilai inti yang terdapat
perusahaan yang baik, sebagai sebuah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perseroan untuk tumbuh secara menguntungkan dan berkelanjutan, sistem ini mengatur
hubungan antara pemegang saham, para manajer karyawan, kreditor pemerintah dan seluruh
pemangku kepentingan dalam tugas sehari-hari mereka menjalankan hak-hak dan tanggung
jawab mereka kepada perseroan. Hal ini dilaksanakan atas dasar transparansi, tanggung
jawab, akuntabilitas,kesetaraan, keadilan, dan kepatuhan terhadap standar tata kelola yang
baik.
baik diantara semua anggota dewan komisaris, direksi, dan karyawan sehingga menjadi
budaya perseroan yang mengakar kuat. Organ-organ utama perseroan yang bertanggung
jawab untuk memastikan penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik adalah
Susunan dewan komisaris sebagai organ perseroan bertugas dan bertanggung jawab
untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada direksi serta memastikan
efektifitas penetapan tata kelola perusahaan yang baik di perseroan. Pengangkatan dan
pemberhentian angota dewan komisaris diterakan dalam RUPS, seluruh anggota dewan
ini juga mempunyai direksi sebagai organ perseroan yang bertugas dan bertanggung jawab
dalam memimpin dan mengelola perseroan sesuai dengan visi, misi, strategi dan tujuan
Berdasarkan data terakhir yang disediakan oleh perusahaan, susunan dewan komisaris
Dewan Direksi :
Indofood
83,8 %
Indofood Singapore
20,0%
1,3%
SIMP (PT Salim Invomas Pratama)
59,5% Public
Lonsum
40,5 %
Indofood Agri Resources Ltd, anak usaha PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang
sahamnya tercatat di Bursa Efek Singapura, menguasai hingga 69,4 persen saham PT PP
London Sumatera Indonesia Tbk. IndoAgri dan anak usahanya PT Salim Ivomas Pratama
menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan pemegang saham mayoritas Lonsum
yakni First Durango Pte Ltd, Ashmore Investment Management Limited selaku manajer
investasi serta Keluarga Sariaatmadja. Grup IndoAgri akan mengakuisi 500.095.000 saham
Lonsum yang telah diterbitkan dan surat utang wajib konversi (Mandatory Convertible
Notes/MCN) sebesar US$ 47 juta yang akan jatuh tempo pada tahun 2009. MCN ini
diterbitkan oleh Lonsum dan wajib dikonversikan dengan harga nominal menjadi
269.343.500 saham baru yang telah disetor penuh, dengan nilai tunai sekitar Rp 5 triliun.
Grup IndoAgri telah menyetujui untuk menempatkan deposito sejumlah US$ 10 juta pada
agen escrow, yang akan tergantung kepada penyelesaian rencana pengambil-alihan. Setelah
penyelesaian transaksi pengambilalihan dan dengan asumsi bahwa MCN telah dikonversi,
maka Grup IndoAgri akan menjadi pemegang saham pengendali dengan kepemilikan sekitar
69,4 persen dari modal yang telah ditingkatkan. Rencana akuisisi ini akan didasarkan pada
pelaksanaan due diligence oleh Grup IndoAgri, persetujuan para pemegang saham IndoAgri,
Indofood dan First Pacific Company Limited HKEx:00142, serta seluruh institusi yang terkait
di Indonesia, Singapura dan Hong Kong. Rencana pengambilalihan akan memperkuat bisnis
model perkebunan terpadu Grup IndoAgri, antara lain mengembangkan usaha inti yaitu
perkebunan, memperluas lahan dan perkebunan yang telah ditanami dengan kelapa sawit,
meningkatkan produksi, memenuhi kebutuhan internal untuk CPO dan menjadi produsen atas
bibit kelapa sawit unggul. Direktur Indofood menyatakan, melalui rencana pengambilalihan
ini, realisasi rencana jangka panjang Grup IndoAgri untuk memiliki 250.000 hektar
perkebunan kelapa sawit akan dapat dipercepat. Grup IndoAgri adalah perusahaan
perkebunan yang terintegrasi dan pengolah minyak goreng, margarin dan shortenings dengan
merek terkemuka, Grup IndoAgri memiliki lahan perkebunan sekitar 224.083 hektar,
diantaranya sekitar 74.878 hektar telah ditanami dengan kelapa sawit. Dengan rencana
pengambilalihan ini, total lahan perkebunan dan total lahan yang telah ditanami dengan
kelapa sawit masing-masing akan meningkat menjadi sekitar 387.483 hektar dan sekitar
138.081 hektar. Secara keseluruhan luas lahan yang telah ditanami adalah sekitar 165.000
hektar termasuk tanaman karet dan tanaman lainnya. Shingga kepemilikan saham bagi
Lonsum tahun 2011 dimana PT Salim Invomas Pratama 59,5% dan Public 40,5 %.
ORGANIZATION STRUCTURE
Board of director
Engineering Area
And processing B
Processing
R&D Area
processing D
Operations Plasma
administrati operational
on
NSJS operations
Estates
directorate Jade project
cordination
& inspection
Estate
service
4.6 Pemegang saham
Berdasarkan data dari laporan tahunan 2011 LSIP , berikut ini adalah informasi saham
kepemilikan saham PT PP London Sumatra Indoesia antara tahun 2010 sampai dengan 2011.
PT PP London Sumatra Indonesia Tbk sudah mencapai kemajuan yang cukup pesat
sampai sejauh ini, namun mereka tidak lekas berpuas diri, mereka merasa lebih tergerak oleh
apa yang harus dicapai perusahaannya dimasa mendatang dan cara untuk dapat
mewujudkannya. Mereka telah menetapkan target yang harus dicapai dan telah merancang
rencana dan strategi untuk mewujudkannya. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk akan
memastikan bahwa segala daya dan upaya akan mereka lakukan guna mewujudkan target
tersebut dan kapan saja memungkinkan sepanjang tahun ini mereka akan mencari peluang-
peluang baru untuk pertumbuhan lanjutan yang berkualitas. Diantaranya yang paling penting
agro-manajemen dan tenaga kerja yang terampil serta professional. Bidang bisnis Lonsum
mencakup pemuliaan tanaman, penanaman, pemanenan, pengolahan, pemrosesan dan
penjualan produk-produk kelapa sawit, karet, kakao dan teh. Perseroan saat ini memiliki 21
pabrik pengolahan yang sudah beroperasi di Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Dalam dunia
industri perkebunan Lonsum dikenal sebagai produsen bibit kelapa sawit dan kakao yang
berkualitas baik. Bisnis berteknologi canggih tersebut adalah kunci utama pertumbuhan
Perseroan.
1. Kelapa Sawit
Perkebunan kelapa sawit Lonsum tersebar di tiga lokasi, yaitu Sumatera Utara,
Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Luas total perkebunan kelapa sawit di
Sumatra Utara adalah 35.623 hektar, dan terdapat 4 pabrik pengolah minyak sawit.
Perseroan memproduksi minyak inti sawit dan produk inti sawit dalam jumlah
sawit seluas 34.890 hektar. Sebagai tambahan, Sumatera Selatan memiliki perkebunan
kelapa sawit plasma menghasilkan seluas 31.726 hektar. Jumlah pabrik pengolah
minyak sawit di daerah ini adalah 6. Kalimantan Timur memiliki 5.100 hektar
perkebunan kelapa sawit inti. Sebuah pabrik pengolah sawit baru sedang dibangun di
2. Karet
Lonsum memiliki tujuh pabrik yang memproduksi sheet rubber dan crumb rubber
untuk penjualan domestic maupun ekspor. Saat ini, Lonsum memiliki lahan
perkebunan karet seluas 17.394 hektar, yang tersebar di Sumatera Utara, Sumatera
Selatan dan Sulawesi Selatan, yang terdiri dari perkebunan inti dan plasma.
3. Kakao
Lonsum telah mengurangi kawasan tanam kakao hingga lebih dari 40% selama
beberapa tahun terakhir dan memiliki kawasan tanam seluas 2.748 hektar. Perkebunan
kakao terdapat di daerah Sumatera Utara, Jawa Timur dan Sulawesi Utara.
4. Teh
Teh dihasilkan di perkebunan Kertasarie, Jawa Barat, yang luasnya sekitar 569 hektar.
5. Bibit
Bibit yang diproduksi Lonsum sebagian besar dijual ke pihak luar dan sisanya
digunakan untuk perkebunan sendiri serta ditanam di kebun pembibitan untuk dijual
Tahun 2011 Lonsum meraih pertumbuhan produksi CPO yang signifikan 21,1 %
mencapai 442,949 ton dari 365,669 ton di tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didukung oleh
peningkatan produksi TBS dari kebun inti sebesar 10,3 % mencapai 1.291.326 ton di tahun
2011 dan ini juga dipengaruhi oleh adana penambahan area luas perkebunan sebesar 3,199
hektar dan di tahun 2011 cuaca pada umumnya mendukung bagi industri kelapa sawit.
Produksi benih bibit kelapa sawit berkualitas tinggi meningkat dari 20,7 juta di tahun 2010
menjadi 26,4 di tahun 2011 ini didukung bukan saja dari penjualan internal melainkan
benih bibit kelapa sawit sangat diharapkan oleh perusahaan semakin meningkat di tahun-
tahun mendatang sehingga pertumbuhan perkebunan kelapa sawit di Indonesia semakin baik.
pabrik perseroan di bidang teknologi juga telah mengimplementasikan sistem SAP yang
mulai berjalan di tahun berikutnya gunanya untuk mendapatkan meningkatkan proses kontrol
dan produktivitas. Strategi ke depan perusahaan akan lebih meningkatkan import ke negara
Cina dan India karena minyak sawit merupakan alternatif minyak nabati yang paling
ekonomis dan sehat yang tersedia di seluruh dunia. Di tahun 2012 perusahaan juga akan tetap
menigkatkan keunggulan operasional guna mencapai produktivitas dan efesiensi yang lebih
baik dan meningkatkan fasilitas seperti pembangunan jalan dan fasilitas perumahan di area
perkebunan.
Berikut adalah pergerakan saham PT London Sumatra Tbk tercatat dari tahun 2006 sampai
dengan 2011.
LSIP
3500
3000
2500
2000
1500 LSIP
1000
500
0
1/2/2006 1/2/2007 1/2/2008 1/2/2009 1/2/2010 1/2/2011 1/2/2012
5.1 Pendahuluan
Penulis akan melakukan analisis fundamental dimulai dengan analisis mengenai kondisi
ekonomi makro dan industri lalu diteruskan dengan analisis perusahaan untuk akhirnya
membuat proyeksi kinerja perusahaan PT London Sumatra Indonesia di masa yang akan
datang. Valuasi nilai intrinsik saham perusahaan ini dilakukan dengan metode Free Cash
Analisis ekonomi makro salah satu analisis yang harus dilakukan investor dalam penentuan
investasinya karena ada hubungan yang kuat antara lingkungan ekonomi makro dengan
makro akan mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dalam nilai sahamnya, dan
analisis ekonomi makro ini perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat
atas kondisi fundamental perusahaan, sehingga terjaganya stabilitas ekonomi makro secara
Secara umum kondisi perekonomian global saat ini sedang menunjukan tanda-tanda
pemulihan sejak diterpa krisis masalah finansial yang dimulai tahun 2008 bahkan
pertengahan 2009 sampai dengan 2010 kinerja perekonomian global sudah mampu
berekspansi dan menciptakan nuansa optimisme bagi masyarakat dunia, selain itu ditunjukan
oleh membaiknya kondisi pasar tenaga kerja dan tingkat pertumbuhan konsumsi dan produksi
di dunia. Perekonomian negara maju yang pada saat krisis yang paling terkena dampaknya
juga sudah melewati tahap yang kritis dan mulai menunjukan tanda-tanda pemulihan.
Indonesia di perkirakan akan tumbuh 6,7 % lebih tinggi dari tahun 2011 dan target
pertumbuhan dari Bank Indonesia sebesar 6%. Nilai tukar rupiah juga menguat dari tahun
2011 Rp. 9.096 menjadi Rp. 9.080 di awal tahun 2012 sedangkan prediksi dari Bank
Indonesia memproyeksikan nilai tukar rupiah berkisar IDR/USD 8.900-9000 dan pemerintah
Rp. 8.800. pada tingkat Inflasi tahun 2011 menurun tajam dibandingkan tahun sebelumnya
yaitu mencapai 3.79%. Pemerintah juga optimis bahwa perekonomian akan berjalan lebih
baik dan lebih prospektif hal ini didorong oleh membaiknya kinerja investasi, perdagangan
Tabel 5.1 Proyeksi Produk Domestik Bruto menurut lapangan usaha atas dasar harga
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi dunia dari tahun ketahun
bangkit kembali hal ini dikarenakan terciptanya akselerasi ekonomi dan kinerja berbagai
indikator di sektor finansial maupun sektor riil di sepanjang tahun juga menunjukan
penguatan secara konsisten. Di sektor finansial penguatan disebabkan derasnya arus modal
asing (Capital Inflow) ke pasar ekuitas dan pasar obligasi yang mengindikasikan bahwa
Pergerakan tingkat inflasi di Indonesia selama 6 tahun terakhir yaitu peride 2006-2011 dapat
dikatakan cukup fluktuatif dikarenakan terdapat penurunan yang cukup signifikan di tahun
2009 sebesar 2.78 %, berikut ini adalah data historis tingkat inflasi Indonesia dapat dilihat
Tingkat inflasi terendah pada tahun 2009 diperkirakan akan cepat menjadi naik kembali
dikarenakan banyaknya faktor yang sangat berpegaruh untuk meningkatkan tingkat inflasi di
tahun berikutnya, misalnya dikarenakan faktor tarif dasar listrik dan pembatasan subsidi
BBM dengan faktor tesebut maka akan mempengaruhi biaya produksi dan dengan begitu
maka perusahaan akan menaikan harga jual untuk menutup biaya tersebut. Tahun 2011 juga
inflasi tidak mencapai level yang terlalu tinggi dimana dengan begitu berarti inflasi terjaga
pada level yang rendah.Potensi tekanan inflasi tahun 2011 diperkirakan masih bersumber
pada kenaikan pangan dan energi yang terjadi baik di pasar internasional maupun domestik
namun pemerintah dan bank Indonesia akan terus berupaya untuk mengendalikan inflasi.
BI Rate adalah tingkat suku bunga acuan di Indonesia. Suku bunga BI ini juga merupakan
faktor ekonomi makro yang cukup signifikan karena mempengaruhi besar bunga pinjaman
yang dibebankan pada perusahaan jika meminjam uang pada kreditur di Indonesia. Efek suku
bunga ini juga sampai ke tingkat pertumbuhan ekonomi, dimana tingkat suku bunga yang
terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi karena pelaku usaha menjadi tidak
mau berekspansi jika harus meminjam modal kepada kreditur dengan bunga yang tinggi.
Tabel 5.4
Data Historis BI Rate 2006-2011
Berdasarkan data dari tahun 2006 sampai dengan 2011 dapat dilihat bahwa tingkat suku
bunga BI rate mengalami kecenderungan menurun setiap tahunnya, walaupun begitu tingkat
suku bunga ini akan berhenti karena akan mendekati tingkat inflasi di tahun 2011, dimana
tingkat akhir dari posisi BI rate tahun 2011 mencapai level 6,50%.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika periode tahun 2006-2011 tersaji pada tabel 4.5:
Tabel 5.5
Data Hisotris Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar 2006 – 2011
Berdasarkan data historis nilai tukar rupiah (IDR) terhadap dollar Amerika (USD)
tahun 2006-2011 maka dapat kita simpulkan bahwa penguatan nilai tukar rupiah yang
dimulai dari tahun 2009 semakin berlanjut, proses pemulihan ini karena dimotori oleh
domestik yang tercermin dari meningkatnya pertumbuhan ekspor dan investasi telah
meningkatnya arus aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik dan
nilai mata uang di tahun 2010 dengan nilai rata-rata Rp 9.073 per dollar. Nilai tertinggi
terjadi pada bulan Januari di tahun 2010 dengan nilai Rp 9.350 per dollar dan nilai terendah
terjadi pada bulan September di tahun 2010 dengan nilai Rp 8.913 per dollar sama halnya
dengan tahun 2011 juga mengalami trend penurunan nilai mata uang dengan nilai rata-rata
Rp 8.766 per dollar. Nilai tertinggi terjadi pada bulan Desember 2011 dengan nilai 9.143 per
dollar dan nilai terendah terjadi pada bulan Rp 8.506 per dollar.
terlepas dari pengaruh kondisi industri perkebunan secara keseluruhan dimana hasil
perkebunannya yaitu kelapa sawit, karet, kakao, dan teh namun pada saat penelitian ini
dilakukan hampir sebagian besar pendapatan PT London sumatra berasal dari penjualan
kelapa sawit karena itu analisis industri akan lebih difokuskan kepada usaha inti PT London
perkebunan yang memiliki kekuatan besar dalam industri perkebunan jika dilihat dari total
besaran aset PT London sumatra menduduki posisi terbesar ketiga per akhir 2011
dilihat dari besaran aset menempati urutan ketiga dengan nilai Rp. 6.791.859,- sedangkan
posisi pertama diduduki oleh Sinar Mas dengan nilai Rp. 14.721.899,- posisi kedua oleh
Astra agro lestari dgn nilai Rp. 10.204.495,- dan posisi keempat ditempati oleh Sampoerna
agro Rp. 3.411.026,-. Berikut adalah posisi LSIP jika dibandingkan dengan perusahaan
Analisis struktural industri dilakukan dengan menggunakan konsep lima kekuatan atau five
forces yang dikembangkan oleh Michael Porter. Menurut Michael Porter (1980) ada lima
kekuatan di dalam industri yang mempengaruhi menarik atau tidaknya suatu industri, yaitu
pesaing, pendatang baru, barang substitusi, pembeli dan pemasok. Kemampuan perusahaan
untuk bersaing dan menghasilkan laba dalam suatu industri dipengaruhi oleh strategi dan cara
Persaingan dalam industri pada PT London sumatra memang memiliki persaingan yang
cukup ketat tetapi biasanya perusahaan ini pada umumnya tidak sesengit perusahaan produk
retail yang menjual jasa ke konsumen perorangan karena rata-rata pembeli kelapa sawit
adalah perusahaan sehingga bersifat antar perusahaan yaitu business to business. Selain itu
jangka waktu kontrak juga cukup lama sehingga hubungan dapat terjalin dengan jangka
panjang yang berakibat tingginya loyalitas pembeli terhadap perusahaan yang sudah menjadi
langganannya, setiap perusahaan yang sudah lama di Indonesia biasanya sudah mempunyai
pelanggan tetap sehingga tidak banyak terjadi perebutan pelanggan diantara mereka.
Perusahaan perkebunan kelapa sawit cukup banyak begitu juga sejalan dengan meningkatnya
tinggi tetapi dengan meningkatnya konsumsi CPO di dunia maka produksi CPO di Indonesia
akan tetap terserap di pasar. Persaingan dalam memperebutkan pasar secara intensif tidak
hanya terjadi pada perusahaan-perusahaan yang memproduksi CPO melainkan pada produk-
produk turunan lanjutan seperti minyak goreng, margarin, kosmetik dll. Mempertimbangkan
tingkat persaingan yang ada, baik dari sisi penjualan maupun sisi suplai, penulis
menyimpulkan bahwa tingkat persaingan dalam industri kelapa sawit dapat digolongkan
sebagai sedang.
Untuk memperkirakan ancaman pendatang baru maka ada beberapa hal yang dapat
menghambat masuknya pendatang baru ke industri ini diantaranya jika dilihat dari sisi
investasi yang dibutuhkan, dalam perkebunan kelapa sawit besarnya investasi yang
dibutuhkan untuk menjalankan operasi perusahaan tergolong usaha yang padat modal dan
dibutuhkan pula kemampuan teknis, penguasaan teknologi dan manajemen yang kompeten
sehingga sektor perkebunan kelapa sawit memberikan barrier to entry yang besar.agar
perusahaan dapat bersaing dan untuk membangun perkebunan kelapa sawit dikarenakan
membutuhkan modal yang cukup besar maka biasanya usaha ini hanya didominasi oleh
pemain tertentu saja dan jika dilihat dari segi regulasi (peraturan) pemerintah dimana
kebijakan ditentukan oleh pemerintah daerah dan perusahaan harus memiliki ijin atau license
resmi dari pemerintah dan ini membutuhkan biaya dan waktu yang cukup besar.Maka dengan
ini mempertimbangkan banyaknya hambatan utuk memasuki usaha ini maka rintangan untuk
Bahan dasar untuk pangan dan non pangan adalah minyak kelapa sawit dimana selain minyak
kelapa sawit juga bersaing dengan minyak kedelai, minyak biji sesawi, dan minyal biji
matahari namun bila dibandingkan dengan minyak lain maka minyak kelapa sawit lebih
unggul dari segi biaya, biaya pengolahan minyak kelapa sawit tergolong lebih murah
dibanding minyak lain, selain itu persediaan dari minyak kelapa sawit cukup banyak karena
minyak kelapa sawit itu lebih rentan terhadap cuaca atau lebih kuat berbeda dengan minyak
lain yang rawan terhadap cuaca, mempertimbangkan potensi ancaman substitusi dari sumber
yang lain maka penulis menyimpulkan bahwa tingkat ancaman barang substitusi minyak
pasar dunia dan banyak sekali melibatkan banyak penjual dan pembeli, tidak satupun baik
pemasok maupun pembeli yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi harga CPO di
pemasok maka penulis menyimpulkan bahwa daya tawar pembeli dan pemasok dalam
Industri perkebunan kelapa sawit pada umumnya digolongkan ke dalam Industri yang bersifat
cyclical, ini artinya bahwa bisnis ini sngat dipengaruhi oleh siklus bisnis dan kondisi ekonomi
secara keseluruhan. Mengingat bahwa peanggan dari minyak kelapa sawit yang dihasilkan
adalah sebagian besar perusahaan sehingga ketika perusahaan terkena imbas positif atau
negatif maka perusahaan kelapa sawit juga merasakan hal yang sama sehingga dapat
disimpulkan bahwa sensitivitas industri ini sejalan dengan kondisi ekonomi dalam negri dan
luar negri.
selama ini, baik dalam pengelolaan operasional maupun finansial, melalui data yang terdapat
pada laporan keuangan perusahaan. Hasil analisis kemudian dapat digunakan untuk membuat
asumsi dalam memperkirakan kinerja perusahaan dimasa yang akan datang data laporan
5.4.1 Neraca
Total aktiva PT London sumatra sampai dengan 31 desember 2011, total aset
perseroan tumbuh 22% mencapai Rp. 6,79 triliun dibandingkan Rp. 5,56 triliun di tahun
2010. Total aset lancar meningkat 73% mencapai Rp. 2,56 triliun terutama diakibatkan oleh
peningkatan kas dan setara kas yang signifikan dengan meraih pertumbuhan sebesar 78%
menjadi Rp. 2.06 triliun dari Rp. 1,16 triliun yang didorong oleh peningkatan laba bersih.
Total kewajiban mencapai Rp. 952,4 miliar di tahun 2011, menurun 5% dibandingkan
sebesar Rp. 1,01 triliun di tahun 2010, penurunan ini disebabkan adanya pelunasan hutang
bank jangka panjang dan jangka panjang. Ekuitas bersih terus meningkat dari Rp.4,55 triliun
di tahun 2010 menjadi Rp. 5,83 triliun di tahun 2011 atau naik 28% akibat peningkatan saldo
laba yang tumbuh sebesar 45% dari Rp. 2,84 triliun menjadi Rp. 4,12 triliun di akhir tahun
2011.
Setelah berhasil melunasi hutangnya di tahun 2010, perseroan memiliki posisi
keuangan yang sehat dan dapat mempertahankan posisi kas bersih yang positif. Arus kas neto
meningkat menjadi Rp. 906,7 miliar di tahun 2011 dari Rp. 516,2 miliar di tahun 2010. Kas
neto yang diperoleh dari aktivitas produksi meningkat menjadi Rp. 1,74 triliun di tahun 2011
dari sebesar Rp. 1,42 triliun di tahun 2010, sejalan dengan peningkatan kinerja operasional.
Kas neto yang digunakan untuk aktivitas investasi mencapai Rp. 420,9 miliar di
yahun 2011 dimana meningkat dari Rp. 402,1 miliar di tahun 2010. Tahun 2011 perusahaan
pemeliharaan tanaman yang belum menghasilkan sedangkan sisanya sebesar 60% digunakan
untuk aset tetap terutama untuk pengembangan infrastruktur ( termasuk pembangunan jalan
dan perumahan), alat angkut berat, mesin-mesin dan kompensasi tanah. Kas neto yang
digunakan untuk kegiatan pendanaan menurun menjadi Rp. 408,7 miliar di tahun 2011 dari
Rp. 496,6 miliar di tahun 2010 mengingat hutang bank telah sepenuhnya dilunasi di tahun
2010.
kas dan setara kas 257,054 558,359 1,034,344 682,249 1,160,688 2,063,982
total kewajiban 1,639,311 1,623,113 1,724,251 1,031,915 1,007,328 952,435
Di tahun 2011, lonsum meraih peningkatan penjualan sebesar 30,4% mencapai 4,69
triliun dari Rp. 3,59 triliun di tahun sebelumnya. Kinerja tersebut dikarenakan oleh
peningkatan volume penjualan produk sawit dan benih bibit kelapa sawit “SumBio”, serta
kenaikan harga produk sawit dan karet. Di tahun 2011 produk sawit menyumbangkan sebesar
80,5% dari total penjualan (2010:78,4%), sedangkan karet, bibit dan produk lain masing-
masing menyumbang sebesar 12,7% (2010:14,9%), 5,9% (2010:5,4%) dan 0.9% (2010:1,3%)
dari totak penjualan. Sekitar 87% dari total penjualan diserap oleh pasar dalam negeri dan
Volume penjualan CPO meningkat 22,8% menjadi 432,936 ton di tahun 2011 dari
325.437 ton di tahun 2010, sedangkan penjualan produk inti sawit juga tumbuh 16,1%
menjadi 105.356 ton di tahun 2011dari 90.723 ton di tahun 2010 dari total volume penjualan
CPO, sekitar 83% di jual ke SIMP, induk perusahaan Lonsum, tetap stabil dibandingkan
ketentuan komersial yang wajar. Di tahun 2011 tidak terdapat penjualan CPO ke pasar ekspor
karena mereka berfikir biaya yang lebih tinggi bila di ekspor sementara di salam negri lebih
murah dan banyak membutuhkan CPO sehingga mereka berfikir di jual di dalam negeri lebih
Harga jual rata-rata CPO di tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 7.542/kg dari Rp.
6.943/kg di tahun 2010 sedangkan harga jual rata-rata untuk produk inti sawit juga meningkat
menjadi Rp. 4.828/kg dari Rp. 4.085/kg. Volume penjualan karet mengalami penurunan
sebesar Rp. 2.8% menjadi 14.150 ton di tahun 2011 dari 18.318 ton di tahun 2010, sebagai
akibat dari produksi yang lebih rendah karena turunya pembelian dari plasma dan pihak
ketiga. Volume penjualan bibit kelapa sawit mengalami peningkatan sebesar 28.9% menjadi
23.5 juta benih bibit di tahun 2011 dari 18,2 juta benih bibit di tahun 2010. Harga jual rata-
rata juga meningkat dari Rp. 10.576 per benih bibit di tahun 2010 menjadi Rp. 11.647 per
triliun di tahun 2010. Laba operasi juga meningkat sebesar 47,7% menjadi Rp. 2.00 triliun di
tahun 2011 dari Rp. 1,36 triliun di tahun 2010. Marjin laba bruto meningkat menjadi 50,4%
di tahun 2011 (2010:49,3) sehingga marjin laba operasi juga meningkat menjadi 42,8% di
tahun 2011 (2010:37,8%). Setelah perubahan struktur pemegang saham di akhir tahun 2010
kepemilikan saham publik meningkat 40,5% dengan demikian ditahun 2011 perseroan berhak
untuk menggunakan tarif pajak penghasilan sebesar 20% dari tarif normal sebesar 25%.
Penggunaan tarif pajak penghasilan yang lebih rendah, serta peningkatan pendapatan
keuangan terkait posisi kas bersih yang positif, telah meningkatkan laba yang dapat
didistribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 64,7% menjadi Rp. 1,70 triliun di tahun
2011dari Rp. 1,03 triliun di tahun 2010. Laba persaham dasar yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk juga meningkat sebesar 64,7% menjadi Rp. 249 per saham dari
Rp. 151 persaham. Marjin laba bersih meningkat menjadi 36,3% dari 28,8% sedangkan
margin EBITDA juga tumbuh menjadi 47,9% di tahun 2011 dari 44,2% di tahun 2010.
Tabel 5.8. Ringkasan Laporan Laba Rugi PT London Sumatra tahun 2006 Sampai
Tabel 5.9. Rasio Keuangan PT London Sumatra 2006 Sampai Dengan Tahun 2011
Rasio Likuiditas
Rasio Solvabilitas
Rasio Profitabilitas
Analisis rasio aktivitas mengukur kemampuan dan efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan
aset yang dimiliki untuk menjalankan operasi perusahaan. Rasio keuangan yang digunakan
Rasio Inventory Turnover mengalami kenaikan dan penurunan namun di tahun 2011
efisiensi dalam pengaturan inventori sehingga dapat dapat menurunkan biaya yang
tergolong besar sangat wajar karena biasanya produk yang dihasilkan tidak boleh
terlalu lama disimpan sebagai persediaan dan mengingat kebutuhan konsumen yang
cukup besar.
b. Receivables Turnover
perubahan yang dimana akhir tahun mengalami peningkatan dengan lonjakan yang
cukup tinggi , hal ini menunjukan bahwa PT Lonsum dapat mengatur kebijakan
piutangnya dengan baik sehingga mengurangi jumlah modal yang tertahan didalam
bentuk piutang.
Rasio total asset turnover mengalami penurunan dari tahun 2009-2011 ini
menunjukan bahwa penurunan rasio ini membutuhkan investasi dalam aset yang lebih
kewajibannya yang akan jatuh tempo. Rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar kemapuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendek. Current rasio PT Lonsum selama periode 2006-
2011 menunjukan trend peningkatan yang cukup baik dimana berada diatas angka 1
hal ini menunjukan bahwa perusahaan mampu menutup hutang jangka pendeknya,
Hal ini terutama dikontribusikan oleh pertumbuhan aset kas dan setara kas yang pesat
sehingga PT lonsum mempunyai total aset lancar yang cukup untuk membiayai
b. Quick ratio
lancar benar-benar likuid. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin cepat kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek dengan aktiva yang
mudah dicairkan. Quick rasio PT Lonsum menunjukan tren yang sama dengan current
ratio, yang terjadi peningkatan setiap tahunnya. Seperti halnya current ratio
pertumbuhan quick rasio juga dikontribusikan oleh pertumbuhan aset kas dan setara
kas yang pesat dan jumlah aset PT Lonsum yang berbentuk kas,efek, dan piutang
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio keuangan yang digunakan untuk
Rasio debt to equity mengukur besar hutang berbunga (interest bearing debt) PT
Lonsum, yang merupakan modal eksternal hasil dari pinjaman, terhadap ekuitas. Jika
dilihat dari rasio tahun 2006-2011 PT Lonsum mengalami penurunan ini berarti PT
Lonsum berhasil untuk menutupi hutang jangka panjang dan jangka pendek.
Rasio ini mengukur proteksi yang disediakan oleh keuntungan perusahaan terhadap
pembayaran bunga, dimana disini sudah tidap perlu khawatir karena rasio di PT
Lonsum ini mengalami peningkatan yang sangat baik dari tahun ke tahunnya, hal ini
memberikan efek positif bagi perusahaan dalam bentuk biaya bunga yang lebih
Lonsum adalah :
Rasio gross profit margin PT Lonsum dari tahun 2006-2011 menunjukan trend yang
cukup baik secara keseluruhan perusahaan mempunyai gross profit margin yang
cukup stabil dengan rata-rata sebesar 45.9% , penurunan dan kenaikan yang terjadi
tidaklah terlalu signifikan hal ini disebabkan karena adanya efesiensi untuk menekan
ongkos produksi dan laju pertumbuhan harga kelapa sawit yang cepat.
Melalui Operating profit margin dapat diketahui bagaimana biaya tidak langsung
seperti beban penjualan dan beban administrasi dan umum mempengaruhi laba yan
dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan total nilai penjualan. Dilihat dari data
historis Operating profit margin menunjukan angka yang cukup stabil dimulai dari
tahun 2006 ke tahun 2011 dengan rata-rata 33.6% ini dikarenakan PT Lonsum cukup
usahanya.
Rasio net profit margin PT Lonsum mengalami peningkatan yang cukup pesat dari
tahun 2006 ke tahun 2011 hal ini menunjukan efek dari perubahan struktur modal PT
Lonsum yang sudah tidak terbebani lagi oleh hutang sehingga struktur hutang dan
ekuitas menjadi lebih seimbang dan laju pertumbuhan pendapatan yang pesat juga
d. Return on Asset
mengalami fluktuasi terdapat penurunan di tahun 2009 yaitu sebesar 0,15, penurunan
rasio ini disebabkan karena perusahaan mengalami penurunan harga jual CPO dan
volume penjualan bibit kelapa sawit terutama akibat melemahnya permintaan dan
penurunan kegiatan penanaman baru dan juga akibat krisis keuangan global di
karena adanya peningkatan penjualan yang didorong oleh kenaikan harga komoditas
terutama kelapa sawit dan karet serta peningkatan volume penjualan bibit sawit
“SumBio”.
e. Return on Equity
Return on equity sama seperti return on asset yaitu pada tahun 2009 mengalami
pada perusahaan. Selain itu juga nilai tukar rupiah saat itu menguat sehingga berharap
konsumsi minyak sawit domestik akan tetap bergairah baik dalam jangka pendek
Kinerja saham PT Lonsum mengalami kenaikan jika dilihat dari pergerakannya tahun
2006-2011 hanya saja sempat mengalami penurunan pada tahun 2008 - 2009 ini dikarenakan
imbas krisis ekonomi di tahun 2008 dan juga penurunan kinerja dimana posisi saham PT
Lonsum berada pada level Rp. 1.480,- per lembar saham yang terjadi pada tanggal 28 oktober
2008, sedangkan posisi nilai saham tertinggi terjadi pada tanggal 15 januari 2008 yaitu
8000
7000
6000
5000
4000 LSIP
IHSG
3000
2000
1000
0
1/2/2006 1/2/2007 1/2/2008 1/2/2009 1/2/2010 1/2/2011 1/2/2012
Penilaian harga saham dilakukan dengan metode discounted cash flow metode ini
banyak digunakan untuk perhitungan kinerja kedepan perusahaan dan keputusan jangka
Asumsi yang digunakan penulis dalam menentukan harga saham PT London Sumatra
menggunakan analisa laporan keuangan dan perhitungan proyeksi dari harga saham tahun
2012 sampai dengan 2016, Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini bedasarkan
pemaparan kinerja keuangan dalam bentu analyst meeting pada PT Lonsum. Dari hasil
Historical Growth
Net Income
Year Sales (mil) Growth EBIT (mil) Growth (mil) Growth
2006 2,153,200 454,648 303,105
2007 2,929,993 36.08% 990,900 117.95% 564,034 86.09%
2008 3,846,154 31.27% 1,314,416 32.65% 927,555 64.45%
2009 3,199,687 -16.81% 1,018,651 -22.50% 707,487 -23.73%
2010 3,592,658 12.28% 1,357,040 33.22% 1,033,329 46.06%
2011 4,686,457 30.45% 2,003,976 47.67% 1,701,513 64.66%
Average
Growth : 18.65% 41.80% 47.51%
Company
Target 5%
Forecast Sales & NI
Year Sales (mil) Growth Adjust Net Income (mil) Growth Adjust
2006 2,153,200 303,105
2007 2,929,993 36.08% 564,034 86.09%
2008 3,846,154 31.27% 927,555 64.45%
2009 3,199,687 -16.81% 707,487 -23.73%
2010 3,592,658 12.28% 1,033,329 46.06%
2011 4,686,457 30.45% 1,701,513 64.66%
2012F 5,155,103 10.00% 10% 1,854,649 9.00% 9.0%
2013F 5,773,715 12.00% 12% 2,077,207 12.00% 12.0%
2014F 6,582,035 14.00% 14% 2,388,788 15.00% 15.0%
2015F 7,569,340 15.00% 15% 2,794,882 17.00% 17.0%
2016F 8,856,128 17.00% 17% 3,325,910 19.00% 19.0%
Forecast Cash
Cash &
Year Equivalent (mil) Growth Adjust Capex Growth Adjust
2006 257,054 379,367
2007 558,359 117.21% 770,206 103.02%
2008 1,034,344 85.25% 827,413 7.43%
2009 682,249 -34.04% 786,865 -4.90%
2010 1,160,688 70.13% 742,493 -5.64%
2011 2,063,982 77.82% 603,578 -18.71%
2012F 2,579,978 25.00% 25% 663,936 10.00% 10.0%
2013F 3,224,972 25.00% 25% 743,608 12.00% 12.0%
2014F 4,031,215 25.00% 25% 847,713 14.00% 14.0%
2015F 5,039,019 25.00% 25% 974,870 15.00% 15.0%
2016F 6,298,773 25.00% 25% 1,140,598 17.00% 17.0%
Target pertumbuhan dari penjualan CPO untuk tahun 2012 sampai dengan 2016
kedepan.
Pada cash dan equivalent pertumbuhannya berkisar di 25% untuk 5 tahun kedepan.
Salah satu faktor yang perlu diperhitungkan dalam melakukan valuasi dengan metode
discounted cash flow (DCF) adalah faktor tingkat diskonto yang mewakili tingkat
pengembalian hasil yang diharapkan oleh investor (required rate of return). Tingkat diskonto
tersebut digunakan sebagai faktor diskonto untuk menilai arus kas perusahaan dimasa depan
Pada company visit yang dilakukan nilai cost of debt (Kd) didapatkan dengan
menghitung persentase beban bunga (interest expense) dibandingkan dengan nilai rata-rata
hitung berbunga (average interest bearing debt) antara tahun berjalan dengan tahun
sebelumnya. Jumlah total hutang berbunga perusahaan dalam masa proyeksi diasummsikan
berkisar antara 8.75% - 9.20% dan pada perhitungan posisi Cost of Debt PT Lonsum berada
Perhitungan cost of equity (Ke) dilakukan dengan metode Capital Asset Pricing Model
Ke = Rf + βi ( Rm – Rf )
Berdasarkan data diatas, ada 3 komponen yang dibutuhkan untuk mendapatkan cost of equity
(Ke), yaitu risk free rate (Rf), Beta (β) dan risk premium (Rm-Rf). Untuk nilai risk free rate
digunakan tingkat suku bunga SBI pada penelitian ini diasumsikan setiap tahun meningkat
1% yakni 6,51%, sedangkan untuk nilai beta 2011 terhadap indeks harga saham gabungan
(IHSG) indonesia didapatkan dari nilai data fundamental yaitu sebesar 1.2629 Market risk
didasarkan melalui rata-rata tingkat pengembalian bulanan atas IHSG pada penelitian ini
diasumsukan naik 1% setiap tahunnya yaitu sebesar 3.20% pada perhitungan market risk
tidak dapat dirata-ratakan dan dinaikan lebih tinggi untuk beberapa tahun kebelakang karena
pada PT London Sumatra hutang jangka pendek dan jangka panjang sudah tidak ada sehingga
akan berpengaruh terhadap nilai WACC perusahaan maka disini penulis menggunakan angka
Ke = Rf + βi ( Rm – Rf )
= 0.023298
= 2.33 %
berikut:
E D
WACC = Ke x Kd x (1 - T) x
(D E) (D E)
Besar cost of fund (Kf) dan cost of equity (Ke) sudah diketahui berdasarkan perhitungan
yang dilakukan sebelumnya, yaitu 9.0 % untuk cost of fund dan 100 % untuk cost of equity.
Tax rate (T) adalah tingkat pajak yang dikenakan kepada perusahaan, yaitu sebesar 28%
Debt Ratio 0%
Ks 2.3 %
Perhitungan nilai intrinsik saham dilakukan dengan metode free cash flow to the firm
(FCFF). Data-data yang dibutuhkan untuk melakukan perhitungan FCFF didapatkan dari
laporan laba rugi dan laporan neraca hasil proyeksi yang dilakukan sebelumnya, dimana hasil
dari perhitungan tersebut didapatkan dari nilai intrinsik di tahun 2012 yaitu sebesar
Rp.3.589.10,-
LAMPIRAN EXCEL
Perhitungan valuasi harga saham diatas dapat kita lihat dari hasil proyeksi laba bersih PT
Lonsum untuk tahun 2012 adalah sebesar Rp. 3.589.10 dengan perhitungan WACC sebesar
6,4 %, nilai present value yang dihasilkan dari proyeksi laba bersih 2011 sampai dengan 2016
berturut turut adalah sebesar Rp.1.058.734, Rp.1.305.175, Rp. 1.377.791, Rp. 1.480.074, Rp.
1.603.826, Rp. 1.767.404, Untuk perhitungan terminal value untuk tahun 2012 sampai
dengan 2016 adalah Rp.23.183.279, Rp. 24.396.504, Rp. 26.131.723, Rp. 28.235.831, Rp.
31.039.956.
Setelah dilakukan perhitungan present value dan terminal value maka selanjutnya
dilakukan perhitungan Value of The Firm. Maka perhitungan value of the firm PT Lonsum
untuk tahun 2012 sampai dengan 2016 adalah Rp. 24.488.455, Rp.27.079.471, Rp.
Value of the firm dari saham PT Lonsum dilakukan dengan membagi total estimasi
value of the firm dengan jumlah saham yang beredar di publik. Maka nilai intrisik saham PT
Lonsum untuk tahun 2012 Rp 3.589.10 tahun 2013 Rp 3.968.85 , tahun 2014 adalah sebesar
Rp. 4.44.09 tahun 2015 4.983.54 dan pada tahun 2016 sebesar Rp. 5.653.56 Sedangkan nilai
harga saham per tanggal 5 Juni 2012 Rp. 2.525,-sebesar Maka posisi saham PT Lonsum
Pada perhitungan dengan metode price to book value (PBV) disini posisi
perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya, dimana pesaing dalan industri
perkebunan kelapa sawit adalah PT Tunas baru lampung Tbk (TBLA), PT Sinar Mas Agro
PBV 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012F 2013F 2014F 2015F 2016F
TBLA 240 630 190 340 410 590 867 971 1,088 1,219 1.820
SMAR 3,650 6,000 1,700 2,550 5,000 6,400 8,512 11,321 15,057 20,026 0.856
AALI 12,600 28,000 9,800 22,750 26,200 21,700 29,729 40,729 55,799 76,445 1.674
LONSUM 6,600 10,650 2,925 8,150 12,850 2,250 2,903 3,745 4,831 6,232 0.792
Tabel 5.12. Posisi Price to Book Value (x) PT London Sumatra Dalam Industri
PBV 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012F 2013F 2014F 2015F 2016F
TBLA 1.15 2.81 0.89 1.43 1.57 1.82 2.40 3.71 3.96 5.23 1.91
SMAR 4.07 4.88 1.06 1.53 2.46 2.51 2.76 3.04 3.34 3.67 0.22
AALI 7.22 10.86 2.99 5.75 5.72 4.06 4.38 4.73 5.11 5.52 0.54
LONSUM 5.37 6.28 1.25 2.92 3.85 2.63 3.00 3.42 3.90 4.45 0.19
Sumber : Perseroan, diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas Price book value (PBV) PT Lonsum untuk tahun 2010 adalah 3.85x
dan di tahun 2011 adalah 2.63 sedangkan untuk tahun 2012 diprediksi naik kembali sebesar
3.00x, dapat disimpulkan bahwa harga saham PT Lonsum dapat dikategorikan hampir
sebanding dengan perusahaan perkebunan sawit lainnya bahkan harga sahamnya tidak
setinggi perusahaan lain misalnya perusahaan yang lebih mahal adalah PT Astra agro lestari
(AALI) dengan nilai 5.72x di tahun 2010 dan 4.06x di yahun 2011 bahkan juga tidak
serendah dgn perusahaan lain misalnya dibandingkan dengan perusahaan PT Tunas baru
lampung Tbk (TBLA) yaitu 1.57x tahun 2010 dan 1.82x di tahun 2011, selain itu perusahan
PT Sinar Mas Agro Resources dengan nilai 2.46x ditahun 2010 dan 2.41x di tahun 2011.
Untuk proyeksi di tahun 2012 PT Lonsum juga berada pada posisi yang tidak semahal dan
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan sebelumnya, maka penulis dapat menarik
sawit oleh karena itu hasil perhitungan valuasi dengan metode free cash flow
Rp. 3.589.10,-
saham PT London Sumatra Tbk sebesar Rp. 3.589.10,- maka saham LSIP
saham LSIP tanggal 5 Juni 2012 Rp. 2.525,- per lembar saham, yang berada
dibawah nilai intrinsik rata-rata tertimbang sebesar Rp. 3.589.10,- per lembar
saham.
6.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan, saran yang dapat diberikan oleh penulis
a. Bagi investor dan calon investor harus selalu mengatisipasi dan mengikuti
rupiah.
b. Untuk mengantisipasi resiko dari industri kelapa sawit, maka investor harus dapat
perusahaan dari industri yang bersifat defensive. Jika dilihat nilai saham PT Lonsum
c. Bagi perusahaan tingkatkan utilitas aset kas perusahaan dengan berinvestasi pada
proyek-proyek yang dapat menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan sehingga dapat
lain yang dapat mencapai nilai intrinsik yang lebih baik dan akurat di masa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Damodaran, Aswath (2002). Investment valuation: Tools ang techniques for determining the
value of any asset edition. New York: John Wiley & Sons
Ingolf Dittman, Ernst Maug, Johanes, journal : “ How fundamental are fundamental values?
Valuation methods and their impact on the performance of german venture capitalists”
(2002).
Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu . jurnal : “ Peranan profitabilitas, suku bunga, Inflasi, dan
nilai tukar dalam mempengaruhi pasar modal Indonesia selama krisis ekonomi” (2003).
White, Gerald I., Ashwinpaul C. Sondhi & Dov Field (2003). The analysis and use of
financial statements edition. Massachusetts : John Wiley & Sons, Inc.
Kautt, Glen, Financial planning . journal :” what are you worth? For seller, it’s back to the
future but for buyers, it’s here and now” (2005).
Jauhari dan wibowo , journal : “Analisis fundamental terhadap return saham pada periode
bullish dan bearish indeks harga saham gabungan” (2007).
Fernandez (2007). IESE Working Paper : Company valuation method, the most common
errors in valuation.
Carter and tony, journal ;” Value innovation management and discounted cash flow “ (2008)
Kris faryanto dan olga A. A Wijaya. Jurnal :”Analisis nilai layak saham dengan metode
relative valuation” (november, 2008)
Jaouida Elleuch. Jurnal : “ Analisa fundamental strategi dan produksi pengembalian saham’
(2009).
Wild, John J., K. R Subramanyam, & Robert F. Hasley (2009). Financial Statement Analysis
ed. Singapore : McGraw-Hill/Irwin.
Tutorial blog di blogger (2011), Indeks harga saham. Diakses pada 01 Juni 2011.
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/ .
http://www.idx.co.id