Anda di halaman 1dari 92

PENILAIAN HARGA SAHAM WAJAR DENGAN METODE

DISCOUNTED CASH FLOW PADA PT PP LONDON


SUMATRA INDONESIA TBK

OLEH

MIRA TRIENISA

NPM 1026000508

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
2012
PENILAIAN HARGA SAHAM WAJAR DENGAN METODE
DISCOUNTED CASH FLOW PADA PT PP LONDON
SUMATRA INDONESIA TBK

Tesis
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Magister Manajemen

OLEH

MIRA TRIENISA

NPM 1026000508

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
2012
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

PERSETUJUAN

Tesis yang berjudul

PENILAIAN HARGA SAHAM WAJAR DENGAN METODE


DISCOUNTED CASH FLOW PADA PT PP LONDON SUMATRA
INDONESIA TBK

Oleh

Nama : Mira Trienisa

NPM : 1026000508

Program Studi : Magister Manajemen

Telah setuju untuk diujikan

Jakarta, 22 Desember 2012

Dosen Pembimbing Tesis,

Prof. Dr. Adler Haymans Manurung


INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

PENGESAHAN

Tesis yang berjudul

PENILAIAN HARGA SAHAM WAJAR DENGAN METODE DISCOUNTED CASH


FLOW PADA PT PP LONDON SUMATRA INDONESIA TBK

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Tim Penguji Tesis

Pada
Hari : Sabtu
Tanggal : 22 Desember 2012
Waktu : 08.00 – 09.00
Oleh

Nama : Mira Trienisa


NPM : 1026000508

DAN YANG BERSANGKUTAN DINYATAKAN LULUS

Ketua Sidang : Penguji I : Penguji II :

Dr Endri, M.A. Ian Beckman Siagian, M.E. Prof. Dr. Adler Haymans Manurung

Mengetahui,
Direktur Pascasarjana ABFI Institute Perbanas

Imam Wahyudi, Ph.D


INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

PERNYATAAN

1. Naskah tesis yang diajukan adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
Gelar Akademik Magister Manajemen, baik di Program Pascasarjana perbanas Jakarta
maupun Perguruan tinggi lain.
2. Tesis ini murni gagasan, rumusan dan peneliti penulis sendiri tanpa bantuan pihak
lain, kecuali arahan dosen pembimbing.
3. Dalam tesis ini tidak terdapat karya-karya atau pendapat yang ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang atau dicantumkan dalam
daftar pustaka.
4. Seluruh naskah tesis disajikan dan menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.

Jakarta, 22 Desember 2012


Penyusun

Mira Trienisa
1026000508
ABSTRAK

Mira Trienisa. 1026000508 . PENILAIAN HARGA SAHAM WAJAR DENGAN METODE


DISCOUNTED CASH FLOW PADA PT PP LONDON SUMATRA INDONESIA
TBK.Tesis. Jakarta: Asian Banking Finance and Informatics Perbanas Jakarta.Juli 2012.
Sejalan dengan perkembangan dari kegiatan pasar modal Bursa Efek Indonesia dan
meningkatnya IHSG di akhir tahun ini maka semakin bertambah juga perusahaan yang
mendaftarkan diri sebagai emitten dengan menawarkan sahamnya kepada publik.
Berinvestasi pada saham pada dasarnya adalah membeli porsi kepemilikan dari perusahaan
yang sahamnya ditawarkan sehingga mendapat hak atas sebagian pendapatan dan aset yang
dimiliki oleh perusahaan. Hal ini berlaku untuk perusahaan perkebunan unggulan seperti PT
PP London Sumatra Tbk, sehingga banyak menimbulkan pertanyaan bagi investor apakah
saham tersebut masih layak beli atau tidak. Tesis ini mencoba untuk menjawab pertanyaan
tersebut dengan menganalisis analisis fundamental, analisis ekonomi makro, analisis industri
dan analisis laporan keuangan untuk mendapatkan nilai intrinsik dari saham perusahaan
tersebut. Hasil valuasi menggunakan pendekatan Discounted cash Flow (DCF) dengan
metode free cash flow to firm (FCFF) menunjukan bahwa nilai intrinsik saham LONSUM
saat ini adalah sebesar Rp 3.589,,- per lembar saham. Membandingkan hasil tersebut dengan
harga penutupan LONSUM sebesar Rp.2.525,- pada tanggal 5 Juni 2012 menunjukan bahwa
saat ini saham tersebut Undervalued sebaiknya saham ini dibeli oleh investor.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas kebaikan-Nya penulis
dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Penilaian Harga Saham Wajar dengan Metode
Discounted Cash Flow pada PT PP London Sumatra Indonesia TBK.” Tesis ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk menempuh ujian pascasarjana di ABFII Perbanas Jakarta
Program Magister Manajemen. Dalam penyusunan tesis ini merupakan kesempatan yang
berharga sekali untuk mencoba menerapkan beberapa teori yang diperoleh selama duduk di
bangku kuliah dalam situasi dunia nyata, dan dalam hal ini penulis menyadari sepenuhnya
bahwa baik dalam pengungkapan, penyajian dan pemilihan kata-kata maupun pembahasan
materi tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati
penulis mengharapkan saran, kritik, dan segala bentuk pengarahan dari semua pihak untuk
perbaikan tesis ini. Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, baik melalui kata-kata
ataupun dorongan semangat untuk menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih disertai penghargaan yang setingi-
tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Adler H. Manurung, selaku dosen pembimbing pertama yang telah
mencurahkan perhatian dan tenaga serta dorongan kepada penulis hingga selesainya
karya ilmiah ini.
2. Bapak Dr Endri, M.A dan Bapak Ian Bekman Siagian,M.E. selaku dosen penguji
yang telah memberikan masukan-masukan dan ilmu kepada penulis hingga dapat
terselesaikannya karya ilmiah ini.
3. Investor Relation PT PP London Sumatra Indonesia Tbk Bpk. Eddy Chandra yang
telah memberikan data proyeksi yang lengkap dan jelas kepada penulis
4. Segenap Pimpinan, Direksi dan Komisaris dan staf karyawan PT Ginang Fohu
Plantation, dan anak perusahaannya karena telah memberikan saya kesempatan,
dukungan dan memberikan saya waktu untuk dapat melanjutkan studi ini.
5. Imam Wahyudi, Ph.D. selaku Direktur Pascasarjana ABFI Institute Perbanas.
6. Kedua orangtuaku Papa (Alm) dan Mama tersayang yang selalu memberikan
dukungan secara moril dan Materil serta doanya dan kasih sayangnya kepada penulis.
7. Kakakku tercinta Yanyan Dwiyanti, Tantan Rusmana (Alm) dan adik tercinta Tinton
Rismana (Alm) yang telah memberikan bantuan dan support selama proses penulisan
tesis ini berlangsung.
8. Sahabat-sahabat tercinta Dwi Aditianto SE. MM , Sriyono S. Kom, Adi Soelistyo S.T,
Andi Senyo, Frans Hamonangan SE. MM dan Andy Sitanggang yang telah
memberikan nasihat, motivasi dan pembelajaran bagi penulis.
9. Seluruh teman-teman ku yang telah memberikan dukungan.

Semoga amal yang telah mereka berikan kepeda penulis, mendapatkan berkah dari Allah
SWT.
Jakarta, 22 Desember 2012
Penulis

Mira Trienisa
DAFTAR ISI

ABSTRAK
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 5
1.4 Kegunaan Penelitian 6
1.5 Sistematika Penelitian 7

BAB II Landasan Teori 9


2.1 Analisis fundamental 9
2.2 Analisis ekonomi makro 10
2.2.1 Produk domestik bruto 10
2.2.2 Tingkat Inflasi 11
2.2.3 Tingkat suku bunga 11
2.2.4 Nilai tukar mata uang 12
2.3 Analisis Industri 12
2.3.1 Analisis struktural industri 13
2.3.1.1 Ancaman dari peserta bisnis baru 13
2.3.1.2 Kekuatan tawar-menawar dari supplier 13
2.3.1.3 Kekuatan tawar-menawar pembeli 14
2.3.1.4 Ancaman dari produk pengganti 14
2.3.1.5 Intensitas persaingan diantara para pesaing 15
2.3.2 Analisis sensitivitas terhadap siklus bisnis 15
2.4 Analisis laporan keuangan perusahaan 15
2.4.1 Analisis komparatif 16
2.4.2 Analisis common size 16
2.4.3 Analisis rasio 17
2.4.3.1 Rasio aktivitas 17
2.4.3.2 Rasio likuiditas 18
2.4.3.3 Rasio solvabilitas 19
2.4.3.4 Rasio Profitabilitas 20
2.4.4 Analisis prospektif 21
2.5 Valuasi 22
2.5.1 Metode free cash flow 24
2.5.2 Free cash flow to firm 25
2.5.3 Estimasi tingkat diskonto 26
2.5.3.1 Cost of debt 27
2.5.3.2 Cost of equity 27
2.5.3.3 Weighted avarage cost of capital 28
2.5.4 Relative Valuation 29
2.5.4.1 Price to Book Value 29
BAB III Metodologi penelitian 30
3.1 Objek penelitian 30
3.2 Sumber data 30
3.3 Metode Analisis 30
BAB IV Profil Perusahaan 33
4.1 Kerangka pemikiran 33
4.2 Sejarah Perusahaan 34
4.3 Visi dan Misi perusahaan 36
4.4 Struktur organisasi dan kepemilikan 36
4.5 Komisaris dan direksi 37
4.6 Pemegang saham 42
4.7 Strategi bisnis dan kegiatan usaha 42
4.8 Pergerakan harga saham 45
BAB V Analisa Pembahasan 46
5.1 Pendahuluan 46
5.2 Analisa ekonomi makro 46
5.2.1 Analisa ekonomi makro global 46
5.2.2 Produk domestik bruto 47
5.2.3 Tingkat Inflasi 48
5.2.4 Tingkat suku bunga 49
5.2.5 Nilai tukar mata uang 50
5.3 Analisis Industri 51
5.3.1 Analisis struktural industri 52
5.3.1.1 Persaingan antar perusahaan dalam industri 52
5.3.1.2 Ancaman pendatang baru 53
5.3.1.3 Ancaman barang substitusi 54
5.3.1.4 Daya tawar pembeli dan pemasok 54
5.3.2 Analisis sensitivitas industri terhadap siklus bisnis 54
5.4 Analisis Laporan Keuangan 55
5.4.1 Neraca 55
5.4.2 Laporan Laba rugi 56
5.4.3 Rasio Keuangan 59
5.4.3.1 Rasio aktivitas 59
5.4.3.2 Rasio Likuiditas 60
5.4.3.3 Rasio Solvabilitas 61
5.4.3.4 Rasio Profitabilitas 62
5.5 Kinerja saham PT London Sumatra Tbk 64
5.6 Valuasi harga saham 65
5.7 Asumsi PT London Sumatra 65
5.8 Perhitungan WACC 67
5.8.1 Cost of debt 67
5.8.2 Cost of equity 67
5.8.3 Weight cost of capital 68
5.9 Perhitungan nilai intrinsik saham / Valuasi saham 69
5.9.1 Metode Price to book value 73
BAB VI Kesimpulan 75
6.1 Kesimpulan 75
6.2 Saran 75
Daftar Pustaka 77
Lampiran
Tabel Net Income forecast PT Lonsum
Tabel Forecasting PT Lonsum
Tabel perhitungan Discounted cash flow PT Lonsum
Tabel Ikhtisar PT Lonsum
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Proyeksi pertumbuhan PDB Indonesia (miliar Rp) 47

Tabel 5.2 Tabel pertumbuhan Inflasi Indonesia 48

Tabel 5.3 Data Historis BI rate tahun 2006-1011 49

Tabel 5.4 Data historis nilai tukar rupiah terhadap USD dollar 50

Tabel 5.5 Posisi Lonsum dalam industri dari besaran total aset 52

Tabel 5.6 Posisi Neraca PT Lonsum 56

Tabel 5.7 Ringkasan Laporan keuangan PT Lonsum 58

Tabel 5.8 Rasio keuangan PT Lonsum 59

Tabel 5.9 Perhitungan valuasi harga saham PT Lonsum 70

Tabel 5.10 Posisi Price to book value (Rp) PT Lonsum dalam industri 74

Tabel 5.11 Posisi Price to book value (x) PT Lonsum dalam industri 74
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Kerangka Pemikiran 33

Gambar 4.2 Corporate structure 39

Gambar 4.3 Struktur organisasi 41

Gambar 4.4 Grafik pergerakan harga saham PT Lonsum 45

Gambar 5.1 Grafik pergerakan saham PT Lonsum dibandingkan IHSG 64


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan dari kegiatan pasar modal Bursa Efek Indonesia (BEI)

maka semakin bertambah juga perusahaan yang mendaftarkan diri sebagai emitten dengan

menawarkan sahamnya kepada publik (go public) di bursa saham melalui kegiatan

penawaran umum awal (Initial public offering), selain itu dapat dilihat juga dengan

meningkatnya kegiatan perdagangan di dalam pasar dengan melihat tingkat IHSG (Indeks

harga saham gabungan) yang meningkat akhir-akhir tahun ini. Perkembangan reksa dana

(mutual funds) juga membantu meningkatkan kinerja perdagangan saham. Berinvestasi pada

saham pada dasarnya adalah membeli porsi kepemilikan dari perusahaan yang sahamnya

ditawarkan sehingga mendapat hak atas sebagian pendapatan dan aset yang dimiliki oleh

perusahaan. Tujuan perusahaan dilihat dari manajemen keuangan adalah memaksimalkan

nilai perusahaan bagi pemiliknya, nilai perusahaan bagi pemiliknya ini tercermin dalam harga

layak saham. Harga layak saham biasanya tidak sama dengan harga pasar di bursa efek oleh

karena itu tehnik valuasi sangat dibutuhkan investor dalam menentukan keputusan investasi

yang paling optimal dengan resiko yang kecil dan return yang maksimal (Krist and

Olga,2008).

Fenomena-fenomena yang terjadi di pasar saham Indonesia juga menunjukan bahwa

perhitungan investasi di Indonesia merupakan kombinasi dari dua strategi yaitu tehnik valuasi

dan psikologi pasar (Krist and Olga,2008). Untuk dapat mengetahui nilai wajar dari saham

sebuah perusahaan dengan tepat maka dibutuhkan suatu teh nik dan alat untuk menentukan

nilai dari suatu saham yang layak untuk investasi dan menghasilkan pengembalian yang

menguntungkan. Melakukan penilaian (valuasi) saham adalah proses menentukan berapa


harga yang wajar untuk suatu saham.Hasil kesimpulan umum dari valuasi adalah apakah

suatu saham layak untuk dibeli (buy) ditahan (hold) dan untuk jangka waktu berapa lama

serta kapan harus dijual kembali (sell).

Melakukan valuasi perusahaan yang terdaftar pada bursa efek Indonesia berguna bagi

perusahaan yang akan berinvestasi (Fernandez, 2008) :

1. Untuk membandingkan nilai yang diperoleh dengan harga saham dipasar dan

untuk memutuskan apakah perusahaan akan menjual, membeli atau menahan

sahamnya.

2. Menentukan portofolio sekuritas yang harus berkonsentrasi pada saham yang

undervalued.

3. Penilaian ini juga digunakan perusahaan untuk membandingkan antara perusahaan

yang sejenis.

Menurut fernandez ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam melakukan

valuasi agar tidak terdapat beberapa kesalahan umum yang harus diperhatikan antara lain

dijelaskan pada tabel berikut :

1 Kesalahan dalam perhitungan - Kesalahan dalam menentukan Risk Free yang

diskonto digunakan dalam penelitian.

- Kesalahan menentukan beta perusahaan

- Kesalahan menentukan Risk premium

- Kesalahan melakukan perhitungan WACC

- Kesalahan perhitungan nilai pajak

- Kesalahan dalam melakukan perbaikan pada

suatu kodisi peusahaan

2 Kesalahan ketika menghitung - Kesalahan dalam menentukan arus kas

dan melakukan peramalan - Kesalahan ketika melakukan penilaian pada


arus kas yang diharapkan kondisi perusahaan

- Tidak melakukan proyeksi pada neraca

perusahaan

- Peramalan yang terlalu optimisme terhadap arus

kas.

3 Kesalahan dalam menentukan - Melakukan perhitungan dengan arus kas yang

Nilai Sisa konsisten

- Melakukan perhitungan dengan menggunakan

perhitungan angka tidak memiliki arti ekonomi

- Mengitung nilai sisa dengan rumus yang salah.

4 Tidak Konsisten dan - Kesalahan konseptual tentang arus kas bebas

kesalahan konseptual dan arus kas ekuitas

- Kesalahan dalam melakukan kelipatan

- Waktu yang tidak konsisten

5 Kesalahan ketika menafsirkan - Terjadi kekeliruan dalam menentukan Nilai dan

valuasi Harga

- Penilaian adalah fakta bukan pendapat

- Nilai strategis membingungkan bagi pembeli

dengan nilai pasar yang wajar

6 Kesalahan Perusahaan - Membuat penilaian tanpa memeriksa perkiraan

yang dibuat klien

Para pelaku analisis pasar modal dapat mempergunakan untuk saran strategi yang

akan melakukan penawaran umum atau sudah tercatat dalam bursa dapat mempergunakan

valuasi ekuitas sebagai penentu harga saham yang akan ditawarkan atau dapat juga
dipergunakan untuk menilai seluruh kegiatan didalam perusahaan terutama kegiatan operasi

dalam usaha menciptakan nilai terhadap pemegang saham karyawan dan lingkungan serta

masyarakat, kegunaan lainnya adalah hasil dari valuasi dapat dipakai sebagai perbandingan

kinerja antar perusahaan dalam industri yang sejenis.

Kondisi pasar modal di Indonesia saat ini sedang bergairah dengan trend yang positif

terus memacu kenaikan harga saham-saham yang diperdagangkan di bursa efek Indonesia.

Kenaikan terjadi pada harga saham di bursa adalah merupakan akibat dari derasnya modal

asing yang masuk ke Indonesia yang menunjukan kepercayaan investor asing terhadap

Indonesia. Pemerintah akan mengalami dilema yaitu berjuang melawan inflasi disisi lain

mengantisipasi derasnya arus dana asing. Yang berbahaya adalah apabila hal ini tidak

diantisipasi, maka uang yang masuk akan dengan mudah keluar kembali, itulah sebabnya

volatilitas pasar modal akan lebih fluktuatif.

Hal diatas adalah sisi positif dimana Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi

asing. Resiko terbesarnya adalah apabila market Europe dan US sepenuhnya pulih, maka

dana asing yang telah profit akan segera dikembalikan ke negara mereka dimana mereka

menilai valuasinya masih murah. IHSG peluangnya secara konservatif di perkirakan

maksimal akan berada di level 4500 (Stock fortuner, 2010). Saham yang banyak dijadikan

incaran bagi investor asing adalah saham yang bergerak di bidang pertambangan, perkebunan

ini tidak mengherankan karena industri yang berhubungan dengan sumber daya alam

memang sudah sejak lama menjadi andalan Indonesia untuk mendukung pertumbuhan

ekonominya.

Salah satu saham perkebunan yang cukup banyak diincar oleh investor di bursa efek

Indonesia dan investor asing adalah saham PT PP London Sumatra Indonesia (LSIP),

perusahaan ini merupakan perusahaan perkebunan yang cukup besar di Indonesia dimana

sahamnya terjual cukup laris dengan banyaknya permintaan yang berasal dari investor asing.
PT PP London Sumatra Indonesia (LSIP) menawarkan sahamnya pada publik (IPO) pada

tahun 1996 yang tercatat di bursa efek Jakarta dan Surabaya, volume perdagangan PT PP

London Sumatra Indonesia (LSIP) cukup tergolong tinggi dimana saham PT London Sumatra

Indonesia menempati posisi sebagai salah satu saham indeks LQ-45 saat ini.

1.2 Perumusan Masalah

Saham unggulan umumnya merupakan saham yang paling pertama merasakan

dampak dari kondisi trend di pasar karena besar volume dan intensitas perdagangannya akan

dijadikan target dari pasar. Saham London Sumatra merupakan salah satu saham yang

tergolong saham unggulan dimana mereka memiliki peningkatan saham yang cukup pesat,

maka dari itu yang menjadi pertanyaan bagi para investor saat ini adalah apakah harga saham

yang ada sekarang masih layak untuk investasi atau tidak.

Berdasarkan keterangan diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut :

1. Berapakah nilai intrinsik saham PT PP London Sumatra Indonesia (LSIP).

2. Apakah harga yang diberikan pasar kepada saham LSIP saat ini berada pada posisi

undervalued, fairly valued atau overvalued terhadap nilai instrinsik tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menginvestigasi nilai intrinsik saham PT PP London Sumatra Indonesia

(LSIP).

2. Untuk menginvestigasi harga yang diberikan pasar kepada harga saham LSIP saat

ini berada pada posisi undervalued, fairly valued atau overvalued terhadap nilai

intrinsik tersebut.
1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, manfaat yang

diharapkan adalah :

a. Kegunaan Teoritis

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

pemahaman dalam menentukan valuasi harga saham perusahaan di

masa yang akan datang dengan menggunakan discounted cash flow

(DCF) dengan metode free cash flow to firm (FCFF).

2. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempelajari karakteristik dari

perusahaan dan aspek-aspek yang terkait dalam pergerakan harga

sahamnya disamping terus mencari metode yang tepat dalam

menentukan harga saham perusahaan.

3. Bagi Praktisi

Hasil penetian ini diharapkan dapat menjadi umpan balik baik bagi

pelaku atau perusahaan yang diteliti dan memberi masukan dalam

menentukan valuasi harga saham dan dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan.


1.5 Sistematika Penelitian

Pembahasan masalah pada tesis ini dibagi menjadi 5 bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, perumusan

masalah, tujuan penelitian, metodologi peneliatian, kegunaan

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan landasan teori yang dijadikan pedoman dalam

penyusunan tesis ini.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang objek yang akan diteliti oleh penulis,

sumber data yang didapat, dan metode analisis yang dilakukan dalam

penelitian.

BAB IV : PROFIL PERUSAHAAN

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum atas perusahaan yang

menjadi objek penelitian dalam tesis ini, gambaran disini mencakup

sejarah singkat perusahaan, visi dan misi, struktur organisasi, kegiatan

operasi serta strategi perusahaan.

BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan bebagai tahapan dala analisis fundamental yang

digunakan untuk mendapatkan nilai intrinsik perusahaan, dimana

pembahasan dimulai dari analisis ekonomi makro, industri, dan laporan

keuangan perusahaan lalu dilanjutkan dengan proyeksi kinerja


perusahan di masa yang akan datang. Lalu valuasi perusahaan

dilakukan berdasarkan proyeksi tersebut dengan mengunakan free cash

flow to firm (FCFF) untuk mendapatkan nilai intrinsik perusahaan.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjabarkan kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan

disertai saran dan rekomendasi bagi investor dan perusahaan.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Analisis Fundamental

Pendekatan fundamental adalah melakukan peramalan terhadap harga saham dengan

menggunakan informasi fundamental, selain itu juga menganalisis tingkat bunga kedepan

(manurung, 2009). Dengan kata lain analisis fundamental adalah analisis informasi yang

relevan dengan tujuan untuk mendapatkan nilai intrinsik dari perusahaan. Nilai intrinsik

diperlukan sebagai acuan atau pembanding terhadap nilai atau harga yang diberikan oleh

pasar kepada perusahaan untuk mengetahui kewajaran nilai pasar tersebut.

Menurut Elleuch (2009) analisa fundamental strategi dan prediksi pengembalian

saham. Hasil penelitian Elleuch menyimpulkan bahwa mengunakan praktis analisis

fundamental lebih signifikan dan dapat digunakan untuk memprediksi masa depan return dari

saham, dengan menggunakan pendekatan nilai, Laporan keuangan dan untuk hasilkan laba

positif di masa depan karena semua sinyal akuntansi kolerasi positif denan masa depan dan

pengembalian saham.

Selain itu penelitian yang dilakukan Jauhari dan Wibowo (2001) menguji faktor

fudamental terhadap return saham pada periode bullish dan bearish hasil penelitian disini

bahwa analisis fundamental dengan rasio keuangan berpengaruh signifikan terhadap return

saham pada periode bullish dan bearish.

Pendekatan yang menggunakan analisis fundamental adalah pendekatan top-down,

yaitu analisis dimulai dari faktor yang bersifat umum atau luas terlebih dahulu lalu

mengerucut kearah yang lebih spesifik. Dalam analisis ini yang dilakukan terlebih dahulu

adalah faktor ekonomi makro lalu diikuti faktor industri untuk mendapatkan gambaran

lingkungan operasional perusahaan lalu analisis dilakukan dengan menggunakan kinerja


historis dan strategi bersaing perusahaan untuk dapat mengetahui gambaran spesifik

perusahaan dan selanjutnya setelah semua dianalisis hasilnya dijadikan landasan asumsi

untuk membuat perkiraan kinerja perusahaan di masa yang akan datang untuk dapat dijadikan

proses penilaian saham perusahaan.

2.2 Analisis Ekonomi makro

Analisis ekonomi makro merupakan analisis ekonomi secara keseluruhan, makro

ekonomi juga menjelaskan tentang perubahan ekonomi yang banyak mempengaruhi pasar

dan perusahaan, selain itu dapat digunakan dalam menganalisis cara terbaik untuk

mempengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga,

tenaga kerja dan pencapaian neraca secara berkesinambungan. Beberapa variabel ekonomi

yang umum digunakan untuk mengukur kondisi ekonomi nasional adalah produk domestik

bruto (PDB), tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar mata uang asing (Tandelilin,

2010).

Utami dan Rahayu (2003) yang menguji peranan profitabilitas,suku bunga, Inflasi dan

nilai tukar yang mempengaruhi pasar modal selama krisis ekonomi, dan ternyata secara

empiris terbukti bahwa profitabilitas, suku bunga inflasi dan nilai tukar secara bersama-sama

mempengaruhi harga saham badan usaha secara signifikan selama krisis ekonomi yang

terjadi di Indonesia.

2.2.1 Produk domestik bruto

Produk domestik bruto (PDB) merupakan ukuran total produksi barang dan jasa yang

dihasilkan oleh suatu ekonomi atau suatu negara pada periode tertentu. Pengukuran

pertumbuhan ekonomi menggunakan PDB dilakukan dengan membandingkan PDB periode

tertentu dengan PDB periode sebelumnya. Meningkatnya PDB merupakan signal yang baik

(positif) untuk investasi dan sebaliknya jika PDB menurun.


Meningkatnya PDB mempunyai pengaruh yang positif terhadap daya beli konsumen

sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan, dengan meningkatnya

permintaan pasar pada perusahaan maka otomatis aset dan profitabilty dari perusahaan juga

semakin meningkat dan harga saham juga lebih tinggi karena berakibat pada meningkatnya

pemasukan produsen atau perusahaan.

2.2.2. Tingkat inflasi.

Inflasi adalah indikator ekonomi yan menunjukan peningkatan harga rata-rata barang

dan jasa yang diproduksi oleh sistem perekonomian. Tingkat inflasi yang tinggi dapat

menyebabkan daya beli masyarakat menjadi turun dan juga dapat menyebabkan resesi. Inflasi

di suatu negara dijaga oleh lembaga yang bertanggung jawab atas urusan moneter seperti

adanya Bank Indonesia.Peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi para

pemodal yang berada di pasar modal. Karena inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya

perusahaan . Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat

dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun.

2.2.3.Tingkat suku bunga

Tingkat suku bunga merupakan ukuran tingkat pengembalian yang dapat diperoleh dari

modal yang ditanamkan oleh pemodal dalam suatu investasi, selain itu bunga juga merupakan

jumlah tingkat biaya yang harus dikeluarkan oleh peminjam atau perusahaan untuk

menggunakan modal dari pemodal.

Tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga saham, dimana tingkat

suku bunga yang meningkat akan menyebabkan peningkatan suku bunga yang disyaratkan

atas investasi pada suatu saham disamping itu tingkat suku bunga yang meningkat bisa juga
menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada

investasi berupa tabungan ataupun deposito.

2.2.4 Nilai Tukar mata uang

Nilai tukar mata uang adalah nilai atau harga mata uang dalam negeri terhadap mata

uang negara lain.Perubahan nilai tukar mata uang adalah merupakan suatu kondisi yang

mendapatkan keuntungan sekaligus kerugian. Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang

asing merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang mengalami inflasi. Menguatnya kurs

rupiah terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi

dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku, dengan tingkat suku bunga lebih

rendah maka biaya perusahaaan juga lebih rendah dan perusahaan mendapatkan profitabilitas

yang lebih tinggi.

2.3 Analisis Industri

Analisis Industri merupakan salah satu bagian dari analisis fundamental, analisis ini

dilakukan setelah kita melakukan analisis ekonomi. Dalam analisis industri investor mencoba

untuk membandingkan kinerja dari berbagai industri untuk bisa mengetahui jenis industri apa

saja yang memberikan prospek paling menjanjikan. Setelah melakukan analisis industri

investor akan dapat menggunakan informasi tersebut sebagai masukan dalam

mempertimbangkan saham-saham dari kelompok industri mana yang akan dimasukan dalam

portofolio yang akan dibentuknya. Perusahaan yang bergerak pada industri yang memiliki

tingkat persaingan yang rendah dan pertumbuhan yang tinggi pada umumnya akan memiliki

prospek pertumbuhan yang tinggi karena tingkat profitabilitasnya akan meningkat cukup

pesat seiring dengan waktu.


2.3.1 Analisis Struktural Industri

Analisis struktur industri dilakukan untuk menilai tingkat persaingan dimana

perusahaan berada pada tingkat profitabilitas perusahaan di masa yang akan datang. Analisis

yang dilakukan Porter menunjukan bahwa profitabilitas dari suatu industri adalah fungsi dari

struktur industri itu sendiri. Pendekatan umum yang digunakan untuk melakukan analisis

struktural industri adalah konsep five force atau lima kekuatan (Porter. 1985).

Kelima kekuatan bersaing yang menentukan kemampuan perusahaan di dalam

industri untuk memperoleh secara rata-rata tingkat laba investasi yang melebihi biaya modal.

Kekuatan dari lima kekuatan bersaing tersebut bervariasi dari satu industri ke industri yang

lain dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan industri. Kelima kekuatan bersaing

antara lain Ancaman dari peserta bisnis baru, kekuatan tawar-menawar dari supplier,

kekuatan tawar-menawar pembeli, ancaman dari produk pengganti, intensitas persaingan

diantara para pesaing.

2.3.1.1.Ancaman dari peserta bisnis baru

Peserta bisnis baru dapat menjadi ancaman karena membawa kapasitas produksi

tambahan. Seringkali juga peserta bisnis baru memiliki sumberdaya yang substansial dan

berkeinginan kuat untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar. Sehingga persaingan

antar perusahaaan dalam industri sangat mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan

karena mempunya efek yang besar terhadap margin keuntungan perusahaan.

2.3.1.2 Kekuatan tawar menawar dari supplier

Kekuatan tawar menawar mempengaruhi profitabilitas perusahaan dengan

mempengaruhi besarnya ongkos yang harus ditanggung perusahaan untuk beroperasi,

kekuatan tawar menawar dari supplier :


1. kelompok tersebut didominasi sedikit perusahaan-perusahaan besar dan lebih

terkonsentrasi dibanding industri yang dilayaninya.

2. Produk pengganti yang memuaskan tidak tersedia bagi perusahaan-perusahaan dalam

industri tersebut.

3. Perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut bukan merupakan pelanggan yang

signifikan bagi kelompok supplier tersebut.

4. Barang-barang supplier kritikal bagi pasar pembeli.

5. Efektivitas barang supplier telah menciptakan switching cost yang tinggi bagi

perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut.

6. Supplier-supplier menjadi ancaman yang dapat dipercaya untuk mengintegrasikan ke

depan industri pembelinya.

2.3.1.3 kekuatan tawar-menawar pembeli

Daya tawar pembeli mempengaruhi profitabilitas perusahaan dengan membatasi harga

produk atau jasa yang bisa dipasang oleh perusahaan,Kekuatan tawar menawar pembeli :

1. Mereka membeli porsi yang besar dari total output industri.

2. Produk yang dibeli dari suatu industri mencakup porsi yang signifikan dari biaya

pembeli.

3. Mereka dapat beralih ke produk lain dengan biaya yang sedikit jika ada.

4. Produk-produk industri tersebut tidak distandardisasi, dan para pembeli menghadapi

ancaman berat jika mereka mengintegrasikan ke belakang.

2.3.1.4. Ancaman dari produk pengganti

Produk pengganti adalah barang-barang dan jasa berbeda dari luar industri tertentu

yang melakukan fungsi serupa dengan produk yang dihasilkan oleh industri tersebut. Secara

umum, produk pengganti merupakan ancaman yang kuat bagi suatu perusahaan ketika
pelanggan menghadapi biaya perpindahan (switching cost) yang sedikit, dan ketika harga

produk substitusi lebih rendah atau kualitas dan kapabilitas kinerjanya sama atau lebih tinggi.

2.3.1.5 Intensitas persaingan diantara para pesaing

Karena perusahaan-perusahaan dalam suatu industri satu sama lain saling tergantung

tindakan-tindakan yang diambil sebuah perusahaan biasanya mengundang tindakan balasan

kompetitif. Oleh karena itu perusahaan harus bisa lebih bersaing dalam menjalankan kegiatan

bisnisnya sehingga dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.

2.3.2 Analisis sensitivitas terhadap siklus bisnis

Sensitivitas industri terhadap bisnis adalah mengukur besarnya dampak perubahan

dalam siklus kondisi ekonomi makro terhadap performa industri dan perusahaan yang ada

didalamnya. Industri dapat dikategorikan menjadi dua macam yaitu industri defensive dan

industri cyclical. Industri defensive adalah industri yang tidak terpengaruh siklus ekonomi

karena umunya adalah penghasil barang atau jasa kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar

atau dihentikan penggunaannya. Industri cylical adalah industri yang sensitif terhadap siklus

ekonomi dimana industri akan langsung merasakan dampak tiap perubahan yang terjadi pada

ekonomi makro.

2.4 Analisis Laporan keuangan perusahaan

Analisis laporan keuangan perusahaan dilakukan untuk beberapa periode adalah

menganalisis antara pos-pos laporan dalam satu laporan , hal ini dilakukan agar lebih tepat

dalam menilai kemajuan atau kinerja manajemen dari perode-periode selanjutnya.

Menganalisis laporan keuangan juga untuk menilai kinerja dimasa yang akan datang, adapun

beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan analisis laporan keuangan

diantaranya :
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik

harta kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa

periode.

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan

perusahaan.

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan

kedepan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen kedepan.

6. Untuk pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.

Ada beberapa metode yang digunakan dalam menganalisis laporan keuangan yaitu analisis

komparatif, analisis comon size, dan analisis rasio.

2.4.1 Analisis komparatif

Analisis komparatif atau disebut juga analisis horizontal yaitu merupakan analisis

yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan dengan beberapa periode dari

hasil analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu ke periode

yang lain (Kasmir,2008). Menurut Wild, Subramanyam dan Halsey (2009) perbandingan

laporan-laporan keuangan selama beberapa periode dapat menunjukan arah, kecepatan, dan

intensitas trend yang diamati.

2.4.2 Analisis Common Size

Analisis bentuk umum (common size) atau sering disebut juga sebagai analisis

vertikal merupakan analisis akun yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan

keuangan saja, analisis dilakukan antara pos-pos yang ada, dalam satu periode. Informasi
yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode-

peiode tidak diketahui. Biasanya akun dinyatakan proporsinya terhadap pendapatan usaha

atau penjualan untuk menunjukan efek besar penjualan terhadap biaya atau keuntungan

perusahaan.

2.4.3 Analisis Rasio

Analisis rasio adalah metode analisis laporan keuangan yang paling sering digunakan

untuk memberikan ukuran atas kondisi perusahaan.Rasio keuangan juga digunakan untuk

menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah

ditetapkan, kemudian juga dapat dinilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan

sumber daya perusahaan secara efektif. Kinerja yang dihasilkan juga dapat dijadikan sebagai

evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan kedepan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan

atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan. White, Sondhi dan Field (2003)

membagi rasio laporan keuangan menjadi empat kategori yaitu rasio aktivitas, rasio

likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas.

2.4.3.1 Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas (Activity Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya atau dapat dikatakan

untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Rasio aktivitas

mengevaluasi pendapatan dan output yang dihasilkan oleh aset perusahaan (White et al,2003)

beberapa rasio yang termasuk dalam kategori ini adalah :


a. Inventory turnover

Inventory turnover mengukur kemampuan perusahaan dalam mengatur inventory dan

persediaan barangnya. Nilai rasio yang semakin besar umumnya mengindikasikan

perputaran barang yang makin cepat dari perolehan atau produksi hingga ke penjualan

Inventory turnover = Cost of good sold


Inventory

b. Receivables turnover

Receivables turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama

penagihan piutang selama satu periode atau beberapa kali dana yang ditanam dalam

piutang ini berputar dalam satu periode, semakin tinggi rasio maka semakin rendah

modal yang ditanamkan dalam piutang.

Receivables turnover = Sales


Account receivable

c. Total asset turnover

Total asset turn over mengukur efesiensi perusahaan dalam menggunakan aset yang

dimilikinya untuk menghasilkan pendapatan

Total Asset Turnover = Sales


Total Assets

2.4.3.2 Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukan atau mengukur kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar

perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan ( likuiditas perusahaan).

Beberapa rasio yang termasuk dalam kategori ini adalah :


a. Current Ratio

Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat

ditagih secara keseluruhan.

Current Ratio = Current Assets


Current Liabilities
b. Quick ratio

Rasio cepat adalah rasio yang sangat lancar acid test ratio merupakan rasio yang

menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban

atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa

memperhitungkannilai persediaan (inventory).

Quick Ratio = Cash + Marketable securities + Account Receivable


Current Liabilities

2.4.3.3 Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang, artinya seberapa besar

beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Beberapa rasio

yang termasuk dalam kategori ini antara lain :

a. Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio mengukur perbadingan modal atau pendanaan perusahaan yang

berasal dari hutang terhadap modal yang berasal dari ekuitas. Debt Equity ratio untuk

setiap perusahaan berbeda-beda tergantung arus bisnis dan arus kasnya, perusahaan

yang kasnya stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang

kurang stabil.

Debt to Equity Ratio = Total Debt

Total Equity
b. Times Interest earned

Times Interest Earned mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar bunga atas

hutang yang dipinjamnya, dengan rasio :

Times Interest Earned = Earnigs Before Interest & Taxes


Interest Expense

2.4.3.4 Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu

prusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan

investasi, intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi perusahaan. Beberapa

rasio yang termasuk dalam kategori ini adalah :

a. Gross Margin

Gross Margin mengukur seberapa besar laba kotor yang bisa didapatkan dari setiap

satuan penjualan

Gross Margin = Gross Profit


Sales

b. Operating Margin

Operating Margin mengukur seberapa besar laba operasi yang bisa disapatkan dari

setiap satuan penjualan.

Operating Margin = Operating Income


Sales
c. Net Profit Margin

Net Profit Margin mengukur seberapa besar laba bersih yang bisa didapatkan dari

setiap satuan penjualan.


Net Profit Margin = Net Income
Sales

d. Return on Asset

Return on Assets mengukur tingkat pengembalian hasil (return) atas aset yang dimiliki

perusahaan.

Return on Asset = Net Income + After Tax Interest Cost


Total Assets
e. Return on Equity

Return on Equity mengukur tingkat pengembalian hasil atas modal yang ditanamkan

oleh pemilik atau investor ekuitas, hasil pengembalian ekuitas atau return on equity

atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah

pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal

sendiri, semakin tinggi rasio ini semakin baik artinya posisi pemilik perusahaan

semakin kuat.

Return on Equity = Net Income


Total Equity

2.4.4 Analisis Prospektif

Pada tahap laporan keuangan analisis prospektif merupakan tahapan terakhir, dimana

analisis ini digunakan untuk mempertimbangkan data-data historis dan kondisi perusahaan

untuk mengestimasi akun-akun dala laporan keuangan perusahaan dimasa depan. Hasil dari

analisis prospektif dapat digunakan untuk valuasi sekuritas dan pertimbangan pemberian

kredit. Proyeksi ini dilakukan karena selalu ada faktor ketidakpastian atas asumsi-asumsi

yang digunakan. Asumsi yang kurang tepat atau sering terjadi perubahan karena pengaruh

dari lingkungan operasi perusahaan atau kondisi internal perusahaan.


2.5 Valuasi

Valuasi saham merupakan metode atau prosedur untuk mendapatkan nilai atas saham

dari suatu perusahaan, dalam valuasi saham perlu diperhatikan tujuan dari valuasi sehingga

penggunaan metode , analisis dan penerapan unsur-unsur pembentuk nilai serta hasil valuasi

tepat guna. Pada penelitian ini digunakan pendekatan discounted cash flow (DCF), menurut

Damodaran (2002), dasar pendekatan dari discounted cash flow adalah present value dimana

nilai dari aset apapun itu adalah masa kini ( present value) dari ekspektasi masa yang akan

datang yang dihasilkan oleh aset tersebut.

Penelitian ini bagi perusahaan berguna untuk meningkatkan kinerja lebih baik dan

mengambil keputusan jangka panjang yaitu dengan analisis fundamental juga menggunakan

DCF karena analisis DCF berdasarkan proyeksi kinerja dan kesehatan hubungan pemegang

saham yang diukur oleh pasar saham Carter, et al. (2008). Ada 3 cara untuk memperkirakan

pertumbuhan perusahaan yaitu dengan data historis perusahaan, Analisis penulisan ekuitas

perusahaan dan fundamental perusahaan maka disini dalam melakukan DCF harus digunakan

model kuantitatif dan kualitatif.

Penelitian ini mempelajari bagaimana aternative valuasi untuk mempangaruhi

investment, disini kapitalisasi ventura dengan DCF sebagai metode utama metode peniaian

untuk berinfestasi dalam usaha yang lebih stabil dan maju dan ini memiliki resiko yang lebih

rendah ada beberapa kegagalan tetapi hanya sedikit dan tingkat kegagalan tidak berkolerasi

dengan resiko dalam variabel data perusahaan Ingolfdittman,et al. (2002).

Kautt Glen (2005) Mengembangkan model DCF mengukur kembali masa depan yang

diharapkan dalam bentuk kas di masa depan serta memberikan gambaran keuangan baik dari

laba perusahaan, efisiensi perusahaan, biaya modal dan durasi pertumbuhan, DCF tidak dapat

dimanipulasi model DCF memperhitungkan pertumbuhan sedangkan beberapa model

mengasumsikan tingkat pertumbuhan konstan yang mungkin terjadi.


Glenn (2005) melakukan penelitian untuk menentukan harga saham untuk dijual atau

dibeli dimasa yang akan datang , dan beliau menyimpulkan bahwa metode yang paling tepat

adalah dengan mengunakan analisis DCF karena bagi penasihat keuangan dengan

menggunakan DCF dapat mengetahui pertumbuhan yang diharapkan, untuk efesiensi operasi,

biaya modal dan durasi yang diharapkan dalam pertumbuhan perusahaan

Dittmann, Maug dan kemper (2002) melakukan penelitian di German mengenai

analisis fundamental dan dampaknya bagi kinerja perusahaan di jerman dan mereka dapat

menyimpulkan bahwa perusahaan mengandalkan DCF sebagai metode utama penilaian

dalam berinvestasi karena resiko kegagalan lebih kecil dan tingkat kegagalan tidak

berkolerasi terhadap variabel dalam data yang mungkin untuk terjadinya resiko.

Pendekatan dengan discounted cash flow disesuaikan dengan kebutuhan valuasi,

namun secara garis besar metode yang digunakan adalah metode dividend discount model

(DDM) dan metode free cash flow (FCF) dimana memiliki pengertian yang berbeda ketika

sebuah perusahaannya secara teratur, penghitungan nilai perusahaan dapat dilakukan melalui

metode Dividen Discount Model (DDM). Model ini mengasumsikan bahwa nilai intrinsik

saham adalah nilai sekarang dari dividen di masa yang akan datang dibagi dengan required

rate of return yang sudah disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dari dividen tersebut.

Persamaan dari perhitungan nilai intrinsik adalah sebagai berikut (Damodaran, 2002) :

Keterangan :

DPS = besarnya dividen saham yang diharapkan


Ke = cost of equity

Umumnya perkiraan dividen untuk setiap tahun kedepan diasumsikan memiliki pertumbuhan

yang sama, model dengan asumsi pertumbuhan dividen yang sama dikenal dengan nama
constant growth model. Sedangkan Free cash flow merupakan model penilaian dengan arus

kas merupakan salah satu model dari pendekatan pendapatan yang fokus kepada penilaian

usaha atau saham untuk mengkuantifikasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

balikan (return), atau arus kas ke pemilik atau investor. Kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan pendapatan dapat dilihat dari kinerja masa lalu, saat ini, maupun pada masa

mendatang, demikian juga dengan penilaian pendapatan. Discounted cash flow merupakan

satu pendekatan yang menjadi dasar bagi pengembangan pendekatan lainnya. Discounted

cash flow menyatakan bahwa value sebuah aktiva / bisnis adalah present value dari cash flow

yang diharapkan akan mengalir di masa yang akan datang, persamaannya pada umumnya

adalah Damodaran (2002) :

Keterangan :

N = periode operasional (life) aktiva

Cft = cash flow pada periode t

R = Discount rate yang merefleksikan tingkat resiko cash flow

2.5.1 Metode Free Cash Flow

Pendekatan valuasi DCF dengan metode free cash flow model sendiri dapat dibagi

menjadi dua sub model yaitu free cash flow equity model (FCFE) dan free cash flow to firm

model (FCFF). FCFE menganalisis nilai perusahaan untuk kepentingan investor, kreditor dan

internal perusahaan. Penilaian menggunakan FCFE dilakukan ketika struktur modal

perusahaan tiap tahunnya relatif stabil, sementara penilaian dengan model FCFF digunakan

ketika struktur modal di perusahaan berubah-ubah.


2.5.2 Free Cash Flow To Firm

Penilaian menggunakan model FCFF, arus kas yang digunakan adalah arus kas untuk capital,

arus kas ini adalah arus kas yang berasal atau dihasilkan dari operasi dan tersedia untuk

semua penyedia capital. Hasil dari perhitungan FCFF merupakan estimasi nilai dari

perusahaan, sehingga nilai ini harus dikurangi dengan utang jika ingin mendapat nilai dari

modalnya. Persamaan dari model ini adalah sebagai berikut :

Keterangan :

EBIT = Laba sebelum pajak dan bunga


D = Depresiasi dan amortisasi
Capex = Capital Expenditure atau pengeluaran untuk barang modal
WC = Non Cash Working Capital
Capital expenditure adalah dana yang dialokasikan atau digunakan oleh perusahaan

untuk melakukan pemeliharaan dan juga pembelian aset operasional perusahaan. Sementara

itu depresiasi adalah penyusunan aset perusahaan akibat penggunaannya untuk kebutuhan

operasi perusahaan. Perubahan modal kerja atau change in working capital merupakan selisih

antara modal kerja tahun sebelumnya, sedangkan modal kerja itu sendiri adalah selisih aset

lancar non kas perusahaan dengan kewajiban lancar non hutang perusahaan.

Ada beberapa model yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan valuasi

FCFF, yaitu stable growth model, 2-stages model, dan n-stages model. Penggunaan masing-

masing model disesuaikan dengan perkiraan tingkat pertumbuhan perusahaan dimasa yang

akan datang.

a. Stable growth model

Model ini digunakan jika perusahaan diperkirakan akan mengalami tingkat

pertumbuhan yang stabil kedepannya.


Keterangan:

FCFFt = Free cash flow to firm pada tahun t

WACC = Weghted average cost of capital

b. 2-stages model

Model ini digunakan jika perusahaan diperkirakan akan mengalami periode

pertumbuhan yang tinggi (high growth) lalu diikuti oleh periode pertumbuhan yang stabil

seterusnya.

Keterangan:

FCFFt = Free cash flow to firm pada tahun t

WACC = Weghted average cost of capital

(hg: high growth; st: stable growth)

c. n-stages model

Model ini sama dengan 2-stages model tetapi tingkat pertumbuhan perusahaan

sebelum memasuki periode pertumbuhan stabil ada lebih dari satu, sehingga perhitungan

periode high growth ada lebih dari satu.

2.5.3. Estimasi Tingkat Diskonto

Dalam melakukan valuasi dengan pendekatan discounted cash flow, diperlukan tingkat

diskonto (discount rate) yang digunakan untuk mengubah nilai arus kas masa depan menjadi

nilai masa kini (present value) dengan menggunakan Weighted Average Cost of Capital

(WACC). Tingkat diskonto yang digunakan tergantung dari metode valuasi yang digunakan.

Metode free cash flow to equity (FCFE) menggunakan cash of equity sebagai tingkat diskonto

karena arus kas yang dinilai adalah arus kas untuk investor ekuitas. Sementara itu, metode
free cash flow to firm (FCFF) menggunakan weighted average cost of capital (WACC)

sebagai tingkat diskonto karena arus kas yang dinilai adalah arus kas untuk semua pemberi

modal, yaitu kreditur dan investor ekuitas.

2.5.3.1. Cost of Debt

Cost of debt (Kd) adalah biaya yang harus dibayar perusahaan akibat meminjam dana

dalam bentuk hutang. Pada umumnya biaya tersebut dibayar dalam bentuk bunga (invest)

yang besarnya tergantung dari tingkat suku bunga yang diminta oleh kreditur. Besar tingkat

suku bunga yang dikenakan pada perusahaan biasanya mempertimbangkan dua faktor utama,

yaitu tingkat suku bunga yang berlaku di pasar dan resiko gagal bayar (default risk)

perusahaan. Karena suatu perusahaan dapat mempunyai lebih dari satu pinjaman dengan

tingkat suku bunga yang berbeda-beda, maka cost of debt biasanya diukur sebagai rata-rata

tertimbang dari seluruh biaya pinjaman perusahaan.

2.5.3.2. Cost of Equity

Cost of equity (Ke) adalah tingkat pengembalian hasil yang diharapkan oleh investor

ketika menanamkan modal dalam bentuk ekuitas pada perusahaan. Cara yang paling umum

digunakan untuk menghitung cost of equity adalah dengan menggunakan metode capital

Asset Pricing Model (CAPM). Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung

cost of equity (Ke) dengan CAMP:

Berdasarkan rumus diatas, ada 3 data yang diperlukan sebagai input untuk CAMP,

yaitu:

a. Risk free rate (Rf)

Risk free rate adalah tingkat pengembalian hasil (return) pada investasi yang dinilai

tidak beresiko. Pada umumnya, acuan yang digunakan untuk risk free rate adalah surat

hutang pemerintah (treasury bills) yang kemungkinan gagal bayarnya dinilai sangat kecil.
b. Beta (β)

Beta mengukur sensitivitas saham perusahaan terhadap resiko sistematis. Pada

CAMP, resiko sistematis didefinisikan sebagai resiko pasar secara keseluruhan. Sejalan

dengan konsep hubungan antara resiko dengan tingkat pengembalian hasil (return), maka

beta juga dapat dikatakan mengukur keterkaitan antara tingkat return saham perusahaan

dengan tingkat return pasar.

c. Risk premium (Rm-Rf)

Risk premium adalah perbedaan antara tingkat pengembalian hasil rata-rata dari pasar

dengan tingkat pengembalian hasil rata-rata dari investasi bebas resiko (risk free). Menurut

demodaran (2002), tingkat risk premium antara tiap negara dapat berbeda-beda karena adanya

perbedaan keadaan ekonomi, resiko politik, dan struktur pasar. Dalam perhitungan CAMP,

perbedaan tingkat resiko antara negara dapat diakomodasi dengan penambahan country risk

premium, yaitu tambahan premium sebagai kompensasi atas resiko yang unik atau khusus

pada suatu negara.

2.5.3.3. Weighted Average Cost Of Capital

Weighted average cost of capital (WACC) adalah rata-rata tertimbang atas seluruh

biaya modal perusahaan yang meliputi biaya hutang (cost of debt) dan biaya ekuitas (cost of

equity). Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung WACC:

Keterangan:

Ke = cost of equity

Kd = cost of debt

T = Tax rate
= Proporsi Ekuitas

= Proporsi Hutang

2.5.4 Relative Valuation

2.5.4.1 Price to Book Value

Pendekatan ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai suatu aset atau saham

terhadap nilai aset atau saham sejenis dalam laporan keuangan perusahaan. Salah satu model

pendekatan dari relative valuation yang sering digunakan adalah Price to Book Value (PBV).

Dalam model ini juga menggunakan Book Value Multiple yang dilakukan dengan cara

membagi nilai ekuitas dengan jumlah saham yang beredar.

(warjono) mengatakan bahwa PBV berpengaruh positif terhadap retun saham hal ini

dimaksudkan makin diminati oleh investor, ketika harga pembelian selisih dengan harga

penjualan dengan pembelian tinggi maka akan menyebabkan return yang tinggi.

PBV fokus terhadap nilai ekuitas perusahaan, PBV sesuai artinya bermakna ‘harga

saham dibandingkan nilai ekuitas per saham cara menghitungnya yaitu dengan membagi

harga saham dengan book vakuenya (BV) dimana BV dihasilkan dari ekuitas dibagi dengan

rata-rata jumlah yang beredar dan hasilnya jika PBV semakin tinggi maka semakin mahal

harga saham perusahaan tersebut.

Rumus untuk menghitung PBV:

PBV = P0
BV
Keterangan:

P0 = Harga saham

BV = Book Value of Equity


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. OBJEK PENELITIAN

Objek penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah PT. PP London

Sumatra Indonesia Tbk, merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan

yang merupakan perusahaan perkebunan terbesar kedua di Indonesia dan memiliki jumlah

aset yang cukup besar.

3.2 SUMBER DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder,

dimana data primer didapat melalui Interview dengan Investor Relation, sedangkan data

sekunder didapat dari studi pustaka dan sata pustaka seperti laporan keuangan perusahaan

tahun 2006 sampai dengan 2011, surat kabar, website, informasi dan berita-berita di internet

dan lain-lain.

3.3 METODE ANALISIS

Metode yang digunakan dalam menghitung nilai intrinsik saham PT PP London

Sumatra Indonesia Tbk adalah dengan metode discounted cash flow. Dengan pendekatan ini

maka perusahaan diharapkan mendapatkan nilai wajar perusahaan dimasa depan yang dilihat

dimasa sekarang. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengumpulkan data perusahaan yang terkait dengan penelitian

Data perusahaan yang dikumpulkan adalah Laporan Keuangan perusahaan yang

terdiri dari neraca, Laporan laba rugi, dan arus kas tahun 2006-2011 selain data
keuangan juga data lainnya adalah data mengenai portofolio perusahaan , saham yang

beredar dan kepemilikan saham.

2. Mengumpulkan data ekonomi makro

Data dalam analisis ekonomi makro disini antara lain mencakup Produk Domestik

Bruto (PDB), Inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar mata uang tahun 2006-2011

data ini digunakan untuk melakukan proyeksi di masa yang akan datang.

3. Melakukan proyeksi

Proyeksi yang dilakukan disini merupakan olahan dari data keuangan yang dijadikan

proyeksi laporan keuangan untuk periode tertentu sehingga dapat dijadikan gambaran

yang diasumsikan mewakili perusahaan.

4. Menghitung besarnya Free Cash Flow

Hasil proyeksi dari analisis keuangan berdasarkan data historis perusahaan dipadukan

dengan analisis makro ekonomi serta analisis industri akan menentukan besarnya

tingkat Free Cash Flow yang dihasilkan oleh perusahaan.

5. Menghitung Terminal Value

Perhitungan Terminal Value mewakili periode setelah masa-masa yang diproyeksikan

akan dihitung nilai akhirnya (terminal value). Pada saat menghitung nilai akhir ini

diasumsikan bahwa pendapatan yang akan diterima memiliki pertumbuhan yang tetap

( constant growth).

6. Melakukan perhitungan Discount Rate

Discounted cash flow merupakan salah satu faktor perhitungan yang diperlukan dalam

melakukan valuasi untuk menghitung Discount Rate adalah dengan menghitung cost

of equity dan cost of debt perusahaan tersebut.


7. Menghitung nilai perusahaan

Setelah mengkonversikan Free Cash Flow di masa yang akan datang menjadi nilai

sekarang maka akan didapat nilai perusahaan dan nilai perusahaan tersebut akan

dibagi dengan jumlah saham yang beredar sehingga didapat nilai intrinsik saham

tersebut.

8. Membandingkan antara nilai intrinsik saham dengan nilai pasar saham

Nilai intrinsik yang didapat akan dibandingkan dengan harga pasar dimana berguna

agar kita dapat mengetahui apakah saham berada dalam keadaan overvalued atau

undervalued jika dibandingkan dengan harga saham dipasar sehingga memudahkan

bagi para investor harus dalam posisi atau jual.

9. Analisis lain

Analisis lain yang digunakan antara lain adalah:

1. Analisis laporan keuangan : Neraca dan Laporan Laba Rugi

2. Rasio Aktivitas

3. Rasio Likuiditas

4. Rasio Solvabilitas

5. Rasio Profitabilitas

6. Analisis Prospektif
BAB IV

PROFIL PERUSAHAAN

4.1Kerangka Pemikiran

Analisis ekonomi
makro global Analisis
Analisis ekonomi ekonomi makro
makro domestik

Analisis Struktural
Industri Teknik Valuasi
Analisis Sensitivitas Analisis Industri dengan Metode Stock
Industri terhadap siklus DCF Price
bisnis

Neraca
Laporan Laba rugi Analisis Laporan
Rasio Keuangan keuangan
4.2 Sejarah Perusahaan

Sejarah PT PP London Sumatra Indonesia Tbk berawal lebih dari satu abad yang lalu

di tahun 1906 melalui inisiatif Harrisons & Crosfield Plc, perusahaan perkebunan dan

perdagangan yang berbasis di London. Perkebunan London- Sumatra, yang kemudian lebih

dikenal dengan nama “Lonsum”, berkembang menjadi salah satu perusahaan perkebunan

terkemuka di dunia, dengan lebih dari 100.000 hektar perkebunan kelapa sawit, karet, kakao

dan teh di empat pulau terbesar di Indonesia.

Di awal berdirinya, Perseroan melakukan diversifikasi melalui penanaman karet, teh dan

kakao. Di awal kemerdekaan Indonesia, Lonsum lebih memfokuskan usahanya pada tanaman

karet, dan kemudian beralih ke kelapa sawit di era tahun 1980. Pada akhir dekade ini, kelapa

sawit telah menggantikan karet sebagai komoditas utama Perseroan. Lonsum memiliki

sebanyak 38 perkebunan inti dan 13 perkebunan plasma di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan

Sulawesi, yang memanfaatkan keunggulan Perseroan di bidang penelitian dan

pengembangan, keahlian di bidang agro-manajemen, serta tenaga kerja yang terampil dan

profesional. Lonsum juga dikenal sebagai produsen bibit kelapa sawit yang berkualitas, yang

kini menjadi salah satu pendorong pertumbuhan perseroan.

Lonsum merupakan penghasil minyak sawit lestari (CSPO) terbesar kedua di

Indonesia yang telah menerima sertifikasi Roundtable on Suistainable Pam Oil (RSPO) di

tahun 2009 setelah pelaksanaan audit independen atas perkebunan dan pabrik kelapa sawit di

Sumatra Utara. Komitmen Lonsum sebagai produsen minyak sawit lestari berlanjut sengan

keberhasilan menyelesaikan audit tahunan ditahun 2010.


Berikut ini adalah urutan sejarah pada PT PP London sumatra Indonesia Tbk diantaranya
sebagai berikut :
1. Tahun 1906 : PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia (Lonsum)

pertama kali didirikan.

2. Tahun 1994 : Harrisons & Crosfield menjual seluruh kepemilikan sahamnya kepada

PT Pan London Sumatra Plantation (PPLS).

3. Tahun 1995 : September 1995 Lonsum mulai melakukan pengembangan perkebunan

kelapa sawit di daerah Sumatera Selatan

4. Tahun 1996 : Lonsum tercatat di bursa efek Jakarta dan Surabaya

5. Tahun 2004 : Mei 2004 MRA di tandatangani , investor baru masuk Lonsum

memegang kontrol melalui konversi hutang menjadi ekuitas juli 1996

6. Tahun 2007 : Oktober-desember 2007 PT salim ivomas pratama (SIMP) dan Indofood

Agri Resourch Ltd (IndoAgri) mengambil alih 64.4 % saham Lonsum dan menjadi

pemegang mayoritas perseroan melalui anak perusahaannya di Indonesia.

7. Tahun 2008 : Desember 2008 akuisisi lahan seluas 46 ribu ha di Sumatra Selatan.

Oktober 2008 pembelian kembali saham (treasury stock) sejumlah 23.964.000 lembar

saham

8. Tahun 2009 :Tepatnya di bulan april 2009 Lonsum meraih sertifikat RSPO.

9. Tahun 2010 : Indoagri melepaskan 8% kepemilikannya di Lonsum, dimana 3,1%

dijual ke SIMP, Pelepasan kepemilikan ini telah meningkatkan porsi saham bagi

investor publik menjadi sebesar 40,5% dari 35.6%.

10. Tahun 2011 : Memperoleh sertifikasi RSPO untuk 3 lokasi perkebunan dan 1 pabrik

kelapa sawit di Sumatra Selatan pada bulan oktober 2011, yang menambah produksi

CSPO sekitar 25.000 ton menjadi 195.000 ton per tahun.


4.3 Visi dan Misi Perusahaan

Visi dari PT PP London Sumatra Indonesia Tbk adalah menjadi perusahaan agribisnis

terkemuka yang berkelanjutan dalam hal tanaman, Biaya, Lingkungan (3C) yang berbasis

penelitian dan pengembangan, sedangkan misi pada perusahaan ini adalah menambah nilai

bagi stakeholders di bidang agribisnis. Visi dan Misi diatas cukup mewakili secara

keseluruhan mengenai tujuan perusahaan dengan baik, adapun nilai – nilai inti yang terdapat

pada perusahaan ini antara lain adalah :

1. Integrity ( Integritas) : Honesty and Responsibility (jujur dan bertanggungjawab)

2. Teamwork (kerjasama) : Mutual respect and caring (saling menghormatidan peduli)

3. Excellence (unggul) : Discipline and continuous improvement (Kaizen) yaitu disiplin

dan perbaikan terus-menerus.

4.4 Struktur Organisasi dan kepemilikan

PT PP London Sumatra Indonesia Tbk menyadari pentingnya penerapan tata kelola

perusahaan yang baik, sebagai sebuah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan

perseroan untuk tumbuh secara menguntungkan dan berkelanjutan, sistem ini mengatur

hubungan antara pemegang saham, para manajer karyawan, kreditor pemerintah dan seluruh

pemangku kepentingan dalam tugas sehari-hari mereka menjalankan hak-hak dan tanggung

jawab mereka kepada perseroan. Hal ini dilaksanakan atas dasar transparansi, tanggung

jawab, akuntabilitas,kesetaraan, keadilan, dan kepatuhan terhadap standar tata kelola yang

baik.

Perseroan terus melakukan internalisasi prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang

baik diantara semua anggota dewan komisaris, direksi, dan karyawan sehingga menjadi
budaya perseroan yang mengakar kuat. Organ-organ utama perseroan yang bertanggung

jawab untuk memastikan penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik adalah

pemegang saham, dewan komisaris, dan direksi.

4.5 Komisaris dan Direksi

Susunan dewan komisaris sebagai organ perseroan bertugas dan bertanggung jawab

untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada direksi serta memastikan

efektifitas penetapan tata kelola perusahaan yang baik di perseroan. Pengangkatan dan

pemberhentian angota dewan komisaris diterakan dalam RUPS, seluruh anggota dewan

komisaris merupakan tenaga profesional sesuai kompetensinya. Selain komisaris perusahaan

ini juga mempunyai direksi sebagai organ perseroan yang bertugas dan bertanggung jawab

dalam memimpin dan mengelola perseroan sesuai dengan visi, misi, strategi dan tujuan

perseroan dengan konsisten.

Berdasarkan data terakhir yang disediakan oleh perusahaan, susunan dewan komisaris

dan dewan direksi PT PP London Sumatra adalah sebagai berikut :

Dewan Direksi :

Presiden Direktur : Benny Tjoeng

Wakil Presiden Direktur : Gunadi Sutopo

Direktur : Tjhie Tje Fie

Direktur : Make Wakeford

Direktur : Paulus Moleonoto

Direktur : Joefly J Bahroeny

Direktur : Bryan Dyer

Direktur : Eddi Hariyanto

Direktur : Loe Soei Kim

Direktur : Sonny Lianto


Dewan Komisaris :

Presiden Komisaris : Eddy Sariaatmadja

Komisaris : Fransiscus Welirang

Komisaris : Axton Salim

Komisaris : Werianty Setiawan

Komisaris : Hendra Widjaja

Komisaris : Hans Ryan Aditio

Komisaris Independen : Rachmat Soebiapradja

Komisaris Independen : Tengku alwin aziz

Komisaris independent : Hans Kartikahadi


CORPORATE STRUCTURE
( Struktur kepemilikan PT London Sumatra)

Indofood

The symbol of quality food

83,8 %

Indofood Singapore

Holdings Pte Ltd 30,6%


Public
69,4 %
6,7 %
IndoAgri

Minority Interest Public


72,0 %

20,0%
1,3%
SIMP (PT Salim Invomas Pratama)

59,5% Public

Lonsum
40,5 %

Indofood Agri Resources Ltd, anak usaha PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang

sahamnya tercatat di Bursa Efek Singapura, menguasai hingga 69,4 persen saham PT PP

London Sumatera Indonesia Tbk. IndoAgri dan anak usahanya PT Salim Ivomas Pratama

menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan pemegang saham mayoritas Lonsum

yakni First Durango Pte Ltd, Ashmore Investment Management Limited selaku manajer

investasi serta Keluarga Sariaatmadja. Grup IndoAgri akan mengakuisi 500.095.000 saham

Lonsum yang telah diterbitkan dan surat utang wajib konversi (Mandatory Convertible

Notes/MCN) sebesar US$ 47 juta yang akan jatuh tempo pada tahun 2009. MCN ini
diterbitkan oleh Lonsum dan wajib dikonversikan dengan harga nominal menjadi

269.343.500 saham baru yang telah disetor penuh, dengan nilai tunai sekitar Rp 5 triliun.

Grup IndoAgri telah menyetujui untuk menempatkan deposito sejumlah US$ 10 juta pada

agen escrow, yang akan tergantung kepada penyelesaian rencana pengambil-alihan. Setelah

penyelesaian transaksi pengambilalihan dan dengan asumsi bahwa MCN telah dikonversi,

maka Grup IndoAgri akan menjadi pemegang saham pengendali dengan kepemilikan sekitar

69,4 persen dari modal yang telah ditingkatkan. Rencana akuisisi ini akan didasarkan pada

pelaksanaan due diligence oleh Grup IndoAgri, persetujuan para pemegang saham IndoAgri,

Indofood dan First Pacific Company Limited HKEx:00142, serta seluruh institusi yang terkait

di Indonesia, Singapura dan Hong Kong. Rencana pengambilalihan akan memperkuat bisnis

model perkebunan terpadu Grup IndoAgri, antara lain mengembangkan usaha inti yaitu

perkebunan, memperluas lahan dan perkebunan yang telah ditanami dengan kelapa sawit,

meningkatkan produksi, memenuhi kebutuhan internal untuk CPO dan menjadi produsen atas

bibit kelapa sawit unggul. Direktur Indofood menyatakan, melalui rencana pengambilalihan

ini, realisasi rencana jangka panjang Grup IndoAgri untuk memiliki 250.000 hektar

perkebunan kelapa sawit akan dapat dipercepat. Grup IndoAgri adalah perusahaan

perkebunan yang terintegrasi dan pengolah minyak goreng, margarin dan shortenings dengan

merek terkemuka, Grup IndoAgri memiliki lahan perkebunan sekitar 224.083 hektar,

diantaranya sekitar 74.878 hektar telah ditanami dengan kelapa sawit. Dengan rencana

pengambilalihan ini, total lahan perkebunan dan total lahan yang telah ditanami dengan

kelapa sawit masing-masing akan meningkat menjadi sekitar 387.483 hektar dan sekitar

138.081 hektar. Secara keseluruhan luas lahan yang telah ditanami adalah sekitar 165.000

hektar termasuk tanaman karet dan tanaman lainnya. Shingga kepemilikan saham bagi

Lonsum tahun 2011 dimana PT Salim Invomas Pratama 59,5% dan Public 40,5 %.
ORGANIZATION STRUCTURE

Struktur Organisasi Board of commisioners

Board of director

NSJS SSKT Procurement President’s HR Finance


operations operations GS Office directorate directorate
directorate directorate directorate
NSJS operations NSJS operations
Area Area
directorate directorate
Procurement Sales Human Treasury
Agronomy Agronomy Resource
serdang muba

Area Area General Int Audit & Financial


Agronomy Agronomy service Risk mana control
lima puluh bingin teluk gement

Area Area Corporate Accounting


Agronomy Agronomy sectary and & Tax
Jasul muara rupit legal affairs

Area Area Information`


processing Agronomy Technology
A Lahat Service
NSJS operations
Area
directorate Area
Investor
processing Agronomy
Relation &
c cengal
comunication
NSJS operations
Inveonme
directorate Area
nt n CSR Agronomy
Kaltim

Engineering Area
And processing B
Processing

R&D Area
processing D

Operations Plasma
administrati operational
on
NSJS operations
Estates
directorate Jade project
cordination
& inspection

Estate
service
4.6 Pemegang saham

Berdasarkan data dari laporan tahunan 2011 LSIP , berikut ini adalah informasi saham

kepemilikan saham PT PP London Sumatra Indoesia antara tahun 2010 sampai dengan 2011.

Pemegang saham Jumlah saham Persentase kepemilikan

PT Salim invomas pratama 4.058.425.010 59,5%

Public 2.764.438.955 40,5%

Total 6.822.863.965 100,0

4.7 Strategi Bisnis dan kegiatan Usaha

PT PP London Sumatra Indonesia Tbk sudah mencapai kemajuan yang cukup pesat

sampai sejauh ini, namun mereka tidak lekas berpuas diri, mereka merasa lebih tergerak oleh

apa yang harus dicapai perusahaannya dimasa mendatang dan cara untuk dapat

mewujudkannya. Mereka telah menetapkan target yang harus dicapai dan telah merancang

rencana dan strategi untuk mewujudkannya. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk akan

memastikan bahwa segala daya dan upaya akan mereka lakukan guna mewujudkan target

tersebut dan kapan saja memungkinkan sepanjang tahun ini mereka akan mencari peluang-

peluang baru untuk pertumbuhan lanjutan yang berkualitas. Diantaranya yang paling penting

adalah melanjutkan pelaksanaan program intensifikasi dan meningkatkan infrastruktur serta

fasilitas pendukung lainnya guna mempertahankan posisi perusahaan sebagai produsen

minyak sawit yang utama dan paling efisien di negara kami.

Kegiatan usaha yang dilakukan perkebunan lonsum dan anak-anak perusahaannya

memiliki Lonsum dan anak-anak perusahaannya memiliki 38 perkebunan inti dan 14

perkebunan plasma di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Pengelolaan kebun

dilakukan dengan menerapkan kemajuan penelitian dan pengembangan, keahlian di bidang

agro-manajemen dan tenaga kerja yang terampil serta professional. Bidang bisnis Lonsum
mencakup pemuliaan tanaman, penanaman, pemanenan, pengolahan, pemrosesan dan

penjualan produk-produk kelapa sawit, karet, kakao dan teh. Perseroan saat ini memiliki 21

pabrik pengolahan yang sudah beroperasi di Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Dalam dunia

industri perkebunan Lonsum dikenal sebagai produsen bibit kelapa sawit dan kakao yang

berkualitas baik. Bisnis berteknologi canggih tersebut adalah kunci utama pertumbuhan

Perseroan.

Produk-produk yang dihasilkan oleh lonsum diantaranya adalah :

1. Kelapa Sawit

Perkebunan kelapa sawit Lonsum tersebar di tiga lokasi, yaitu Sumatera Utara,

Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Luas total perkebunan kelapa sawit di

Sumatra Utara adalah 35.623 hektar, dan terdapat 4 pabrik pengolah minyak sawit.

Perseroan memproduksi minyak inti sawit dan produk inti sawit dalam jumlah

terbatas di Sumatera Utara. Sedangkan Sumatera Selatan memiliki perkebunan inti

sawit seluas 34.890 hektar. Sebagai tambahan, Sumatera Selatan memiliki perkebunan

kelapa sawit plasma menghasilkan seluas 31.726 hektar. Jumlah pabrik pengolah

minyak sawit di daerah ini adalah 6. Kalimantan Timur memiliki 5.100 hektar

perkebunan kelapa sawit inti. Sebuah pabrik pengolah sawit baru sedang dibangun di

daerah ini dan siap beroperasi pada bulan Juli 2009.

2. Karet

Lonsum memiliki tujuh pabrik yang memproduksi sheet rubber dan crumb rubber

untuk penjualan domestic maupun ekspor. Saat ini, Lonsum memiliki lahan

perkebunan karet seluas 17.394 hektar, yang tersebar di Sumatera Utara, Sumatera

Selatan dan Sulawesi Selatan, yang terdiri dari perkebunan inti dan plasma.
3. Kakao

Lonsum telah mengurangi kawasan tanam kakao hingga lebih dari 40% selama

beberapa tahun terakhir dan memiliki kawasan tanam seluas 2.748 hektar. Perkebunan

kakao terdapat di daerah Sumatera Utara, Jawa Timur dan Sulawesi Utara.

4. Teh

Teh dihasilkan di perkebunan Kertasarie, Jawa Barat, yang luasnya sekitar 569 hektar.

5. Bibit

Bibit yang diproduksi Lonsum sebagian besar dijual ke pihak luar dan sisanya

digunakan untuk perkebunan sendiri serta ditanam di kebun pembibitan untuk dijual

sebagai bibit siap tanam.

Tahun 2011 Lonsum meraih pertumbuhan produksi CPO yang signifikan 21,1 %

mencapai 442,949 ton dari 365,669 ton di tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didukung oleh

peningkatan produksi TBS dari kebun inti sebesar 10,3 % mencapai 1.291.326 ton di tahun

2011 dan ini juga dipengaruhi oleh adana penambahan area luas perkebunan sebesar 3,199

hektar dan di tahun 2011 cuaca pada umumnya mendukung bagi industri kelapa sawit.

Produksi benih bibit kelapa sawit berkualitas tinggi meningkat dari 20,7 juta di tahun 2010

menjadi 26,4 di tahun 2011 ini didukung bukan saja dari penjualan internal melainkan

penjualan eksternal sehingga mendapatkan tambahan pendapatan bagi perseroan, permintaan

benih bibit kelapa sawit sangat diharapkan oleh perusahaan semakin meningkat di tahun-

tahun mendatang sehingga pertumbuhan perkebunan kelapa sawit di Indonesia semakin baik.

Perusahaan juga mengembangkan infrastruktur produktivitas area perkebunan dan

pabrik perseroan di bidang teknologi juga telah mengimplementasikan sistem SAP yang

mulai berjalan di tahun berikutnya gunanya untuk mendapatkan meningkatkan proses kontrol

dan produktivitas. Strategi ke depan perusahaan akan lebih meningkatkan import ke negara

Cina dan India karena minyak sawit merupakan alternatif minyak nabati yang paling
ekonomis dan sehat yang tersedia di seluruh dunia. Di tahun 2012 perusahaan juga akan tetap

menigkatkan keunggulan operasional guna mencapai produktivitas dan efesiensi yang lebih

baik dan meningkatkan fasilitas seperti pembangunan jalan dan fasilitas perumahan di area

perkebunan.

4.8 Pergerakan Harga Saham

Berikut adalah pergerakan saham PT London Sumatra Tbk tercatat dari tahun 2006 sampai

dengan 2011.

Grafik 4. 1. Pergerakan Harga Saham PT. London Sumatra

LSIP
3500

3000

2500

2000

1500 LSIP

1000

500

0
1/2/2006 1/2/2007 1/2/2008 1/2/2009 1/2/2010 1/2/2011 1/2/2012

Sumber : yahoo finance


BAB V

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Pendahuluan

Penulis akan melakukan analisis fundamental dimulai dengan analisis mengenai kondisi

ekonomi makro dan industri lalu diteruskan dengan analisis perusahaan untuk akhirnya

membuat proyeksi kinerja perusahaan PT London Sumatra Indonesia di masa yang akan

datang. Valuasi nilai intrinsik saham perusahaan ini dilakukan dengan metode Free Cash

Flow o the Firm (FCFF) dengan mengunakan data hasil proyeksi.

5.2 Analisis Ekonomi Makro

Analisis ekonomi makro salah satu analisis yang harus dilakukan investor dalam penentuan

investasinya karena ada hubungan yang kuat antara lingkungan ekonomi makro dengan

kinerja perusahaan dalam mewujudkan return saham. Konsekuensinya kondisi ekonomi

makro akan mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dalam nilai sahamnya, dan

analisis ekonomi makro ini perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat

atas kondisi fundamental perusahaan, sehingga terjaganya stabilitas ekonomi makro secara

berkesinambungan juga meningkatkan kepercayaan internasional yang diharapkan dapat

meningkatkan nilai tambah terhadap pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi perusahaan

yang tinggi dan berkualitas.

5.2.1 Analisis Ekonomi makro global

Secara umum kondisi perekonomian global saat ini sedang menunjukan tanda-tanda

pemulihan sejak diterpa krisis masalah finansial yang dimulai tahun 2008 bahkan

pertengahan 2009 sampai dengan 2010 kinerja perekonomian global sudah mampu

berekspansi dan menciptakan nuansa optimisme bagi masyarakat dunia, selain itu ditunjukan
oleh membaiknya kondisi pasar tenaga kerja dan tingkat pertumbuhan konsumsi dan produksi

di dunia. Perekonomian negara maju yang pada saat krisis yang paling terkena dampaknya

juga sudah melewati tahap yang kritis dan mulai menunjukan tanda-tanda pemulihan.

Pertumbuhan global untuk tahun 2012 adalah 4% sedangkan pertumbuhan ekonomi di

Indonesia di perkirakan akan tumbuh 6,7 % lebih tinggi dari tahun 2011 dan target

pertumbuhan dari Bank Indonesia sebesar 6%. Nilai tukar rupiah juga menguat dari tahun

2011 Rp. 9.096 menjadi Rp. 9.080 di awal tahun 2012 sedangkan prediksi dari Bank

Indonesia memproyeksikan nilai tukar rupiah berkisar IDR/USD 8.900-9000 dan pemerintah

Rp. 8.800. pada tingkat Inflasi tahun 2011 menurun tajam dibandingkan tahun sebelumnya

yaitu mencapai 3.79%. Pemerintah juga optimis bahwa perekonomian akan berjalan lebih

baik dan lebih prospektif hal ini didorong oleh membaiknya kinerja investasi, perdagangan

internasional, konsumsi pemerintah, maupun konsumsi masyarakat.

5.2.2 Produk Domestik Bruto (PDB)

Tabel 5.1 Proyeksi Produk Domestik Bruto menurut lapangan usaha atas dasar harga

yang berlaku (milliar Rp)

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012


56.434 63.401 81.664 105.961 111.379 31.838 33.766 52.794

Sumber: Badan Pusat Statistik, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia


Indonesian Financial Statistics

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi dunia dari tahun ketahun

mengalami peningkatan walaupun sempat terjadi penurunan namun PDB di Indonesia

bangkit kembali hal ini dikarenakan terciptanya akselerasi ekonomi dan kinerja berbagai

indikator di sektor finansial maupun sektor riil di sepanjang tahun juga menunjukan

penguatan secara konsisten. Di sektor finansial penguatan disebabkan derasnya arus modal
asing (Capital Inflow) ke pasar ekuitas dan pasar obligasi yang mengindikasikan bahwa

Indonesia sudah layak menjadi negara tujuan investasi.

5.2.3. Tingkat Inflasi

Pergerakan tingkat inflasi di Indonesia selama 6 tahun terakhir yaitu peride 2006-2011 dapat

dikatakan cukup fluktuatif dikarenakan terdapat penurunan yang cukup signifikan di tahun

2009 sebesar 2.78 %, berikut ini adalah data historis tingkat inflasi Indonesia dapat dilihat

pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Tabel Pertumbuhan Inflasi Indonesia

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011


Bulan
Inflasi Inflasi Inflasi Inflasi Inflasi Inflasi Inflasi
Januari 1.43 1.36 1.04 1.77 -0.07 0.84 0.89
Februari -0.17 0.58 0.62 0.65 0.21 0.30 0.13
Maret 1.91 0.03 0.24 0.95 0.22 -0.14 -0.32
April 0.34 0.05 -0.16 0.57 -0.31 0.15 -0.31
Mei 0.21 0.37 0.10 1.41 0.04 0.29 0.12
Juni 0.50 0.45 0.23 2.46 0.11 0.97 0.55
Juli 0.78 0.45 0.72 1.37 0.45 1.57 0.67
Agustus 0.55 0.33 0.75 0.51 0.56 0.76 0.93
September 0.69 0.38 0.80 0.97 1.05 0.44 0.27
Oktober 8.70 0.86 0.79 0.45 0.19 0.06 -0,12
November 1.31 0.34 0.18 0.12 -0.03 0.60 0.34
Desember -0.04 1.21 1.10 -0.04 0.33 0.92 0,57
Tingkat
17.11 6.60 6.59 11.06 2.78 6.96 3,79
Inflasi
Sumber : Badan Pusat Statistik

Tingkat inflasi terendah pada tahun 2009 diperkirakan akan cepat menjadi naik kembali

dikarenakan banyaknya faktor yang sangat berpegaruh untuk meningkatkan tingkat inflasi di

tahun berikutnya, misalnya dikarenakan faktor tarif dasar listrik dan pembatasan subsidi

BBM dengan faktor tesebut maka akan mempengaruhi biaya produksi dan dengan begitu

maka perusahaan akan menaikan harga jual untuk menutup biaya tersebut. Tahun 2011 juga
inflasi tidak mencapai level yang terlalu tinggi dimana dengan begitu berarti inflasi terjaga

pada level yang rendah.Potensi tekanan inflasi tahun 2011 diperkirakan masih bersumber

pada kenaikan pangan dan energi yang terjadi baik di pasar internasional maupun domestik

namun pemerintah dan bank Indonesia akan terus berupaya untuk mengendalikan inflasi.

5.2.4. Tingkat Suku bunga

BI Rate adalah tingkat suku bunga acuan di Indonesia. Suku bunga BI ini juga merupakan

faktor ekonomi makro yang cukup signifikan karena mempengaruhi besar bunga pinjaman

yang dibebankan pada perusahaan jika meminjam uang pada kreditur di Indonesia. Efek suku

bunga ini juga sampai ke tingkat pertumbuhan ekonomi, dimana tingkat suku bunga yang

terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi karena pelaku usaha menjadi tidak

mau berekspansi jika harus meminjam modal kepada kreditur dengan bunga yang tinggi.

Tabel 5.4
Data Historis BI Rate 2006-2011

Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 2011


Jan 12,75 9,50 8,00 8,75 6,50 6,50
Feb 12,76 9,25 8,00 8,25 6,50 6,75
Mar 12,77 9,00 8,00 7,75 6,50 6,75
Apr 12,78 9,00 8,00 7,50 6,50 6,75
May 12,50 8,75 8,25 7,25 6,50 6,75
Jun 12,50 8,50 8,50 7,00 6,50 6,75
Jul 12,25 8,25 8,75 6,75 6,50 6,75
Aug 11,75 8,25 9,00 6,50 6,50 6,75
Sep 11,25 8,25 9,25 6,50 6,50 6,75
Oct 10,75 8,25 9,50 6,50 6,50 6,50
Nov 10,25 8,25 9,50 6,50 6,50 6,50
Dec 9,75 8,00 9,25 6,50 6,50 6,50
Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan data dari tahun 2006 sampai dengan 2011 dapat dilihat bahwa tingkat suku

bunga BI rate mengalami kecenderungan menurun setiap tahunnya, walaupun begitu tingkat
suku bunga ini akan berhenti karena akan mendekati tingkat inflasi di tahun 2011, dimana

tingkat akhir dari posisi BI rate tahun 2011 mencapai level 6,50%.

2.5 Nilai Tukar Mata Uang

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika periode tahun 2006-2011 tersaji pada tabel 4.5:

Tabel 5.5
Data Hisotris Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar 2006 – 2011

2006 2007 2008 2009 2010 2011


Jan 9,493 9,066 9,406 11,167 9,350 9,048
Feb 9,253 9,067 9,181 11,852 9,335 8,810
Mar 9,171 9,163 9,184 11,894 9,095 8,705
Apr 8,906 9,097 9,208 11,025 9,010 8,561
May 8,984 8,844 929 10,392 9,180 8,543
Jun 9,362 8,983 9,295 10,206 9,053 8,578
Jul 9,125 9,067 9,163 10,111 8,930 8,506
Aug 9,094 9,366 9,149 9,977 9,045 8,533
Sep 9,143 939 934 99 8,913 8,813
Oct 9,187 9,107 10,048 9,482 8,930 8,856
Nov 9,134 9,264 11,711 9,469 9,053 9,095
Dec 9,086 9,333 11,324 9,457 8,979 9,143
Rata-rata 9,164 91,139 9,692 10,407 9,073 8,766

Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan data historis nilai tukar rupiah (IDR) terhadap dollar Amerika (USD)

tahun 2006-2011 maka dapat kita simpulkan bahwa penguatan nilai tukar rupiah yang

dimulai dari tahun 2009 semakin berlanjut, proses pemulihan ini karena dimotori oleh

pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia serta semakin kuatnya fundamental ekonomi

domestik yang tercermin dari meningkatnya pertumbuhan ekspor dan investasi telah

mendorong pada apresiasi rupiah. Kuatnya fundamental ekonomi domestik mendorong

meningkatnya arus aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik dan

menjadikan pergerakan rupiah semakin stabil dan cenderung meningkat.


Berdasarkan tabel data hisotris nilai tukar rupiah, dapat diliat terjadi tend penurunan

nilai mata uang di tahun 2010 dengan nilai rata-rata Rp 9.073 per dollar. Nilai tertinggi

terjadi pada bulan Januari di tahun 2010 dengan nilai Rp 9.350 per dollar dan nilai terendah

terjadi pada bulan September di tahun 2010 dengan nilai Rp 8.913 per dollar sama halnya

dengan tahun 2011 juga mengalami trend penurunan nilai mata uang dengan nilai rata-rata

Rp 8.766 per dollar. Nilai tertinggi terjadi pada bulan Desember 2011 dengan nilai 9.143 per

dollar dan nilai terendah terjadi pada bulan Rp 8.506 per dollar.

5.3 Analisis Industri

PT London Sumatra Indonesia merupakan sebuah perusahaan perkebunan yang tidak

terlepas dari pengaruh kondisi industri perkebunan secara keseluruhan dimana hasil

perkebunannya yaitu kelapa sawit, karet, kakao, dan teh namun pada saat penelitian ini

dilakukan hampir sebagian besar pendapatan PT London sumatra berasal dari penjualan

kelapa sawit karena itu analisis industri akan lebih difokuskan kepada usaha inti PT London

Sumatra yaitu Perkebunan kelapa sawit.

Posisi PT London sumatra merupakan salah satu dari beberapa perusahaan

perkebunan yang memiliki kekuatan besar dalam industri perkebunan jika dilihat dari total

besaran aset PT London sumatra menduduki posisi terbesar ketiga per akhir 2011

dibandingkan dengan perusahaan perkebunan terbesar lainnya. Posisi PT London sumatra

dilihat dari besaran aset menempati urutan ketiga dengan nilai Rp. 6.791.859,- sedangkan

posisi pertama diduduki oleh Sinar Mas dengan nilai Rp. 14.721.899,- posisi kedua oleh

Astra agro lestari dgn nilai Rp. 10.204.495,- dan posisi keempat ditempati oleh Sampoerna

agro Rp. 3.411.026,-. Berikut adalah posisi LSIP jika dibandingkan dengan perusahaan

sejenis dalam industri yang sama.


Tabel 5.6 Posisi LONSUM dalam Industri Dilihat Dari Besaran Total Aset

No Desember 2006 Desember 2007 Desember 2008


Nama Total aset Nama Total aset Nama Total aset
1 SMAR 5,311,931 SMAR 8,063,169 SMAR 10,025,916
2 AALI 3,496,955 AALI 5,352,986 AALI 6,519,791
3 LSIP 2,985,212 LSIP 3,938,140 LSIP 4,921,310
4 TBLA 2,049,163 TBLA 2,457,120 TBLA 2,802,497
5 SGRO 615,444 SGRO 2,088,002 SGRO 2,156,164

No Desember 2009 Desember 2010 Desember 2011


Nama Total aset Nama Total aset Nama Total aset
1 SMAR 10,210,595 SMAR 12,475,642 SMAR 14,721,899
2 AALI 7,571,399 AALI 8,791,799 AALI 10,204,495
3 LSIP 4,845,380 LSIP 5,561,433 LSIP 6,791,859
4 TBLA 2,786,340 TBLA 3,651,105 TBLA 4,244,618
5 SGRO 2,261,798 SGRO 2,875,847 SGRO 3,411,026

Sumber : Laporan keuangan perusahaan

5.3.1 Analisis Struktural Industri

Analisis struktural industri dilakukan dengan menggunakan konsep lima kekuatan atau five

forces yang dikembangkan oleh Michael Porter. Menurut Michael Porter (1980) ada lima

kekuatan di dalam industri yang mempengaruhi menarik atau tidaknya suatu industri, yaitu

pesaing, pendatang baru, barang substitusi, pembeli dan pemasok. Kemampuan perusahaan

untuk bersaing dan menghasilkan laba dalam suatu industri dipengaruhi oleh strategi dan cara

perusahaan beradaptasi terhadap lima kekuatan dalam industri.

5.3.1.1 Persaingan Antar Perusahaan Dalam Industri

Persaingan dalam industri pada PT London sumatra memang memiliki persaingan yang

cukup ketat tetapi biasanya perusahaan ini pada umumnya tidak sesengit perusahaan produk

retail yang menjual jasa ke konsumen perorangan karena rata-rata pembeli kelapa sawit

adalah perusahaan sehingga bersifat antar perusahaan yaitu business to business. Selain itu
jangka waktu kontrak juga cukup lama sehingga hubungan dapat terjalin dengan jangka

panjang yang berakibat tingginya loyalitas pembeli terhadap perusahaan yang sudah menjadi

langganannya, setiap perusahaan yang sudah lama di Indonesia biasanya sudah mempunyai

pelanggan tetap sehingga tidak banyak terjadi perebutan pelanggan diantara mereka.

Perusahaan perkebunan kelapa sawit cukup banyak begitu juga sejalan dengan meningkatnya

pertumbuhan produksi CPO di Indonesia sehingga persaingan antar perusahaan semakin

tinggi tetapi dengan meningkatnya konsumsi CPO di dunia maka produksi CPO di Indonesia

akan tetap terserap di pasar. Persaingan dalam memperebutkan pasar secara intensif tidak

hanya terjadi pada perusahaan-perusahaan yang memproduksi CPO melainkan pada produk-

produk turunan lanjutan seperti minyak goreng, margarin, kosmetik dll. Mempertimbangkan

tingkat persaingan yang ada, baik dari sisi penjualan maupun sisi suplai, penulis

menyimpulkan bahwa tingkat persaingan dalam industri kelapa sawit dapat digolongkan

sebagai sedang.

5.3.1.2 Ancaman pendatang baru

Untuk memperkirakan ancaman pendatang baru maka ada beberapa hal yang dapat

menghambat masuknya pendatang baru ke industri ini diantaranya jika dilihat dari sisi

investasi yang dibutuhkan, dalam perkebunan kelapa sawit besarnya investasi yang

dibutuhkan untuk menjalankan operasi perusahaan tergolong usaha yang padat modal dan

dibutuhkan pula kemampuan teknis, penguasaan teknologi dan manajemen yang kompeten

sehingga sektor perkebunan kelapa sawit memberikan barrier to entry yang besar.agar

perusahaan dapat bersaing dan untuk membangun perkebunan kelapa sawit dikarenakan

membutuhkan modal yang cukup besar maka biasanya usaha ini hanya didominasi oleh

pemain tertentu saja dan jika dilihat dari segi regulasi (peraturan) pemerintah dimana

kebijakan ditentukan oleh pemerintah daerah dan perusahaan harus memiliki ijin atau license
resmi dari pemerintah dan ini membutuhkan biaya dan waktu yang cukup besar.Maka dengan

ini mempertimbangkan banyaknya hambatan utuk memasuki usaha ini maka rintangan untuk

masuk perusahaan perkebunan kelapa sawit tergolong tinggi

5.3.1.3 Ancaman barang substitusi

Bahan dasar untuk pangan dan non pangan adalah minyak kelapa sawit dimana selain minyak

kelapa sawit juga bersaing dengan minyak kedelai, minyak biji sesawi, dan minyal biji

matahari namun bila dibandingkan dengan minyak lain maka minyak kelapa sawit lebih

unggul dari segi biaya, biaya pengolahan minyak kelapa sawit tergolong lebih murah

dibanding minyak lain, selain itu persediaan dari minyak kelapa sawit cukup banyak karena

minyak kelapa sawit itu lebih rentan terhadap cuaca atau lebih kuat berbeda dengan minyak

lain yang rawan terhadap cuaca, mempertimbangkan potensi ancaman substitusi dari sumber

yang lain maka penulis menyimpulkan bahwa tingkat ancaman barang substitusi minyak

kelapa sawit tergolong rendah.

5.3.1.4.Daya Tawar Pembeli dan pemasok

Minyak kelapa sawit merupakan komoditas yang diperdagangkan secara kompetitif di

pasar dunia dan banyak sekali melibatkan banyak penjual dan pembeli, tidak satupun baik

pemasok maupun pembeli yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi harga CPO di

pasar. Mempetimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi daya tawar pembeli dan

pemasok maka penulis menyimpulkan bahwa daya tawar pembeli dan pemasok dalam

industri kelapa sawit di Indonesia tergolong rendah.

5.3.2 Analisis Sensitivitas Industri Terhadap Siklus Bisnis

Industri perkebunan kelapa sawit pada umumnya digolongkan ke dalam Industri yang bersifat

cyclical, ini artinya bahwa bisnis ini sngat dipengaruhi oleh siklus bisnis dan kondisi ekonomi
secara keseluruhan. Mengingat bahwa peanggan dari minyak kelapa sawit yang dihasilkan

adalah sebagian besar perusahaan sehingga ketika perusahaan terkena imbas positif atau

negatif maka perusahaan kelapa sawit juga merasakan hal yang sama sehingga dapat

disimpulkan bahwa sensitivitas industri ini sejalan dengan kondisi ekonomi dalam negri dan

luar negri.

5.4 Analisis Laporan Keuangan Perusahaan

Analisis laporan keuangan perusahaan dilakukan untuk menentukan kinerja perusahaan

selama ini, baik dalam pengelolaan operasional maupun finansial, melalui data yang terdapat

pada laporan keuangan perusahaan. Hasil analisis kemudian dapat digunakan untuk membuat

asumsi dalam memperkirakan kinerja perusahaan dimasa yang akan datang data laporan

keuangan perusahaan PT Lonsum terlampir dari tahun 2006-2011.

5.4.1 Neraca

Total aktiva PT London sumatra sampai dengan 31 desember 2011, total aset

perseroan tumbuh 22% mencapai Rp. 6,79 triliun dibandingkan Rp. 5,56 triliun di tahun

2010. Total aset lancar meningkat 73% mencapai Rp. 2,56 triliun terutama diakibatkan oleh

peningkatan kas dan setara kas yang signifikan dengan meraih pertumbuhan sebesar 78%

menjadi Rp. 2.06 triliun dari Rp. 1,16 triliun yang didorong oleh peningkatan laba bersih.

Total kewajiban mencapai Rp. 952,4 miliar di tahun 2011, menurun 5% dibandingkan

sebesar Rp. 1,01 triliun di tahun 2010, penurunan ini disebabkan adanya pelunasan hutang

bank jangka panjang dan jangka panjang. Ekuitas bersih terus meningkat dari Rp.4,55 triliun

di tahun 2010 menjadi Rp. 5,83 triliun di tahun 2011 atau naik 28% akibat peningkatan saldo

laba yang tumbuh sebesar 45% dari Rp. 2,84 triliun menjadi Rp. 4,12 triliun di akhir tahun

2011.
Setelah berhasil melunasi hutangnya di tahun 2010, perseroan memiliki posisi

keuangan yang sehat dan dapat mempertahankan posisi kas bersih yang positif. Arus kas neto

meningkat menjadi Rp. 906,7 miliar di tahun 2011 dari Rp. 516,2 miliar di tahun 2010. Kas

neto yang diperoleh dari aktivitas produksi meningkat menjadi Rp. 1,74 triliun di tahun 2011

dari sebesar Rp. 1,42 triliun di tahun 2010, sejalan dengan peningkatan kinerja operasional.

Kas neto yang digunakan untuk aktivitas investasi mencapai Rp. 420,9 miliar di

yahun 2011 dimana meningkat dari Rp. 402,1 miliar di tahun 2010. Tahun 2011 perusahaan

menggunakan sekitar 40% belanja modalnya untuk pengembangan perkebunan termasuk

pemeliharaan tanaman yang belum menghasilkan sedangkan sisanya sebesar 60% digunakan

untuk aset tetap terutama untuk pengembangan infrastruktur ( termasuk pembangunan jalan

dan perumahan), alat angkut berat, mesin-mesin dan kompensasi tanah. Kas neto yang

digunakan untuk kegiatan pendanaan menurun menjadi Rp. 408,7 miliar di tahun 2011 dari

Rp. 496,6 miliar di tahun 2010 mengingat hutang bank telah sepenuhnya dilunasi di tahun

2010.

Tabel 5.7. Posisi Neraca PT London Sumatra

Keterangan 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Total aktiva 2,985,212 3,938,140 4,921,310 4,845,380 5,561,433 6,791,859

kas dan setara kas 257,054 558,359 1,034,344 682,249 1,160,688 2,063,982
total kewajiban 1,639,311 1,623,113 1,724,251 1,031,915 1,007,328 952,435

ekuitas bersih 1,345,901 2,315,027 3,197,059 3,813,465 4,554,105 5,839,491


saldo laba 180,638 744,672 1,672,227 2,100,867 2,841,507 4,126,893
Sumber : Perseroan

5.4.2 Laporan Laba Rugi

Di tahun 2011, lonsum meraih peningkatan penjualan sebesar 30,4% mencapai 4,69

triliun dari Rp. 3,59 triliun di tahun sebelumnya. Kinerja tersebut dikarenakan oleh
peningkatan volume penjualan produk sawit dan benih bibit kelapa sawit “SumBio”, serta

kenaikan harga produk sawit dan karet. Di tahun 2011 produk sawit menyumbangkan sebesar

80,5% dari total penjualan (2010:78,4%), sedangkan karet, bibit dan produk lain masing-

masing menyumbang sebesar 12,7% (2010:14,9%), 5,9% (2010:5,4%) dan 0.9% (2010:1,3%)

dari totak penjualan. Sekitar 87% dari total penjualan diserap oleh pasar dalam negeri dan

sisanya 13% diperuntukan bagi ekspor

Volume penjualan CPO meningkat 22,8% menjadi 432,936 ton di tahun 2011 dari

325.437 ton di tahun 2010, sedangkan penjualan produk inti sawit juga tumbuh 16,1%

menjadi 105.356 ton di tahun 2011dari 90.723 ton di tahun 2010 dari total volume penjualan

CPO, sekitar 83% di jual ke SIMP, induk perusahaan Lonsum, tetap stabil dibandingkan

tahun sebelumnya transaksi penjualan ke SIMP dilaksanakan berdasarkan syarat dan

ketentuan komersial yang wajar. Di tahun 2011 tidak terdapat penjualan CPO ke pasar ekspor

karena mereka berfikir biaya yang lebih tinggi bila di ekspor sementara di salam negri lebih

murah dan banyak membutuhkan CPO sehingga mereka berfikir di jual di dalam negeri lebih

menguntungkan bagi perseroan.

Harga jual rata-rata CPO di tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 7.542/kg dari Rp.

6.943/kg di tahun 2010 sedangkan harga jual rata-rata untuk produk inti sawit juga meningkat

menjadi Rp. 4.828/kg dari Rp. 4.085/kg. Volume penjualan karet mengalami penurunan

sebesar Rp. 2.8% menjadi 14.150 ton di tahun 2011 dari 18.318 ton di tahun 2010, sebagai

akibat dari produksi yang lebih rendah karena turunya pembelian dari plasma dan pihak

ketiga. Volume penjualan bibit kelapa sawit mengalami peningkatan sebesar 28.9% menjadi

23.5 juta benih bibit di tahun 2011 dari 18,2 juta benih bibit di tahun 2010. Harga jual rata-

rata juga meningkat dari Rp. 10.576 per benih bibit di tahun 2010 menjadi Rp. 11.647 per

benih bibit di tahun 2011.


Laba bruto meningkat 33,4% menjadi Rp. 2,36 triliun di tahun 2011 dari Rp. 1,77

triliun di tahun 2010. Laba operasi juga meningkat sebesar 47,7% menjadi Rp. 2.00 triliun di

tahun 2011 dari Rp. 1,36 triliun di tahun 2010. Marjin laba bruto meningkat menjadi 50,4%

di tahun 2011 (2010:49,3) sehingga marjin laba operasi juga meningkat menjadi 42,8% di

tahun 2011 (2010:37,8%). Setelah perubahan struktur pemegang saham di akhir tahun 2010

kepemilikan saham publik meningkat 40,5% dengan demikian ditahun 2011 perseroan berhak

untuk menggunakan tarif pajak penghasilan sebesar 20% dari tarif normal sebesar 25%.

Penggunaan tarif pajak penghasilan yang lebih rendah, serta peningkatan pendapatan

keuangan terkait posisi kas bersih yang positif, telah meningkatkan laba yang dapat

didistribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 64,7% menjadi Rp. 1,70 triliun di tahun

2011dari Rp. 1,03 triliun di tahun 2010. Laba persaham dasar yang dapat diatribusikan

kepada pemilik entitas induk juga meningkat sebesar 64,7% menjadi Rp. 249 per saham dari

Rp. 151 persaham. Marjin laba bersih meningkat menjadi 36,3% dari 28,8% sedangkan

margin EBITDA juga tumbuh menjadi 47,9% di tahun 2011 dari 44,2% di tahun 2010.

Tabel 5.8. Ringkasan Laporan Laba Rugi PT London Sumatra tahun 2006 Sampai

dengan Tahun 2011

Keterangan 2006 2007 2008 2009 2010 2011


Penjualan 2,153,200 2,929,993 3,846,154 3,199,687 3,592,658 4,686,457
HPP 1,381,298 1,526,163 1,985,379 1,809,194 1,821,244 2,324,138
laba kotor 771,902 1,403,830 1,860,775 1,390,493 1,771,414 2,362,319
beban operasi 317,254 412,930 546,359 371,842 414,374 358,343
laba operasi 454,648 990,900 1,314,416 1,018,651 1,357,040 2,003,976
laba sebelum pajak 429,962 834,789 1,326,716 1,008,139 1,381,782 2,090,513
laba bersih 303,105 564,034 927,555 707,487 1,033,329 1,701,513
laba bersih persaham 682 413 222 105 151 249
Sumber : Perseroan
5.4.3. Rasio Keuangan

Tabel 5.9. Rasio Keuangan PT London Sumatra 2006 Sampai Dengan Tahun 2011

Keterangan 2006 2007 2008 2009 2010 2011


Rasio Solvabilitas

Inventory turnover 10.57 6.76 9.29 9.42 6.89 6,311.41

Receivable turnover 35.66 35.36 24.41 49.22 138.43 46,280.97

Total aset turnover 0.72 0.74 0.78 0.66 0.65 0.69

Rasio Likuiditas

Current Rasio 0.533 1.097 1.701 1.419 2.393 4.833

Quick Rasio 0.340 0.769 1.402 1.100 1.909 3.885

Rasio Solvabilitas

Debt to equity ratio 1.218 0.701 0.539 0.271 0.221 0.163

Times interest earned 6.734 12.539 31.692 20.015 61.802 540.766

Rasio Profitabilitas

Gross margin 0.358 0.479 0.484 0.435 0.493 0.504

Operating margin 0.211 0.338 0.342 0.318 0.378 0.428

Net Profit margin 0.141 0.193 0.241 0.221 0.288 0.363

ROA 0.10 0.14 0.19 0.15 0.19 0.25

ROE 0.225 0.244 0.290 0.186 0.227 0.291


Sumber: perseroan

5.4.3.1 Rasio Aktivitas

Analisis rasio aktivitas mengukur kemampuan dan efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan

aset yang dimiliki untuk menjalankan operasi perusahaan. Rasio keuangan yang digunakan

untuk mengukur efesiensi aktivitas PT London Sumatra adalah :


a. Inventory Turnover

Rasio Inventory Turnover mengalami kenaikan dan penurunan namun di tahun 2011

mengalami peningkatan yang cukup signifikan dimana perusahaan menunjukan

efisiensi dalam pengaturan inventori sehingga dapat dapat menurunkan biaya yang

diperlukan untuk pentimpanan dan penanganan inventory, angka inventory turnover

tergolong besar sangat wajar karena biasanya produk yang dihasilkan tidak boleh

terlalu lama disimpan sebagai persediaan dan mengingat kebutuhan konsumen yang

cukup besar.

b. Receivables Turnover

Rasio receivables turnover PT Lonsum selama tahun 2006-2011 mengalami

perubahan yang dimana akhir tahun mengalami peningkatan dengan lonjakan yang

cukup tinggi , hal ini menunjukan bahwa PT Lonsum dapat mengatur kebijakan

piutangnya dengan baik sehingga mengurangi jumlah modal yang tertahan didalam

bentuk piutang.

c. Total Asset Turnover

Rasio total asset turnover mengalami penurunan dari tahun 2009-2011 ini

menunjukan bahwa penurunan rasio ini membutuhkan investasi dalam aset yang lebih

besar untuk dapat mempertahankan tingkat operasinya.

5.4.3.2 Rasio Likuiditas

Analisis rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-

kewajibannya yang akan jatuh tempo. Rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur

likuiditas PT Lonsum adalah :


a. Current ratio

Mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban lancar yang tersedia,

semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar kemapuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban finansial jangka pendek. Current rasio PT Lonsum selama periode 2006-

2011 menunjukan trend peningkatan yang cukup baik dimana berada diatas angka 1

hal ini menunjukan bahwa perusahaan mampu menutup hutang jangka pendeknya,

Hal ini terutama dikontribusikan oleh pertumbuhan aset kas dan setara kas yang pesat

sehingga PT lonsum mempunyai total aset lancar yang cukup untuk membiayai

seluruh kewajiban lancarnya.

b. Quick ratio

Mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban lancar dengan aktiva

lancar benar-benar likuid. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin cepat kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek dengan aktiva yang

mudah dicairkan. Quick rasio PT Lonsum menunjukan tren yang sama dengan current

ratio, yang terjadi peningkatan setiap tahunnya. Seperti halnya current ratio

pertumbuhan quick rasio juga dikontribusikan oleh pertumbuhan aset kas dan setara

kas yang pesat dan jumlah aset PT Lonsum yang berbentuk kas,efek, dan piutang

sudah melebihi jumlah kewajiban lancar yang harus dibiayai.

5.4.3.3 Rasio Solvabilitas

Analisis rasio solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya,

baik jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio keuangan yang digunakan untuk

mengukur solvabilitas PT Lonsum adalah


a. Debt to equity ratio

Rasio debt to equity mengukur besar hutang berbunga (interest bearing debt) PT

Lonsum, yang merupakan modal eksternal hasil dari pinjaman, terhadap ekuitas. Jika

dilihat dari rasio tahun 2006-2011 PT Lonsum mengalami penurunan ini berarti PT

Lonsum berhasil untuk menutupi hutang jangka panjang dan jangka pendek.

b. Times interest earned

Rasio ini mengukur proteksi yang disediakan oleh keuntungan perusahaan terhadap

pembayaran bunga, dimana disini sudah tidap perlu khawatir karena rasio di PT

Lonsum ini mengalami peningkatan yang sangat baik dari tahun ke tahunnya, hal ini

memberikan efek positif bagi perusahaan dalam bentuk biaya bunga yang lebih

rendah karena meningkatnya kepercayaan kreditur terhadap perusahaan.

5.4.3.4 Rasio Profitabilitas

Analisis rasio profitabilitas mengukur kemampuan dan efisiensi perusahaan dalam

menghasilkan laba. Rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur profitabilitas PT

Lonsum adalah :

a. Gross profit margin

Rasio gross profit margin PT Lonsum dari tahun 2006-2011 menunjukan trend yang

cukup baik secara keseluruhan perusahaan mempunyai gross profit margin yang

cukup stabil dengan rata-rata sebesar 45.9% , penurunan dan kenaikan yang terjadi

tidaklah terlalu signifikan hal ini disebabkan karena adanya efesiensi untuk menekan

ongkos produksi dan laju pertumbuhan harga kelapa sawit yang cepat.

b. Operating profit margin

Melalui Operating profit margin dapat diketahui bagaimana biaya tidak langsung

seperti beban penjualan dan beban administrasi dan umum mempengaruhi laba yan
dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan total nilai penjualan. Dilihat dari data

historis Operating profit margin menunjukan angka yang cukup stabil dimulai dari

tahun 2006 ke tahun 2011 dengan rata-rata 33.6% ini dikarenakan PT Lonsum cukup

baik dalam mengontrol biaya operasional yang dibutuhkan dalam menjalankan

usahanya.

c. Net profit margin

Rasio net profit margin PT Lonsum mengalami peningkatan yang cukup pesat dari

tahun 2006 ke tahun 2011 hal ini menunjukan efek dari perubahan struktur modal PT

Lonsum yang sudah tidak terbebani lagi oleh hutang sehingga struktur hutang dan

ekuitas menjadi lebih seimbang dan laju pertumbuhan pendapatan yang pesat juga

turut berkontribusi dalam hal ini.

d. Return on Asset

Perkembangan rasio return on asset (ROA) pada PT London Sumatra cenderung

mengalami fluktuasi terdapat penurunan di tahun 2009 yaitu sebesar 0,15, penurunan

rasio ini disebabkan karena perusahaan mengalami penurunan harga jual CPO dan

volume penjualan bibit kelapa sawit terutama akibat melemahnya permintaan dan

penurunan kegiatan penanaman baru dan juga akibat krisis keuangan global di

industri terkait sehingga menyebabkan tingkat pengembalian aset menurun, namun di

tahun berikutnya mengalami peningkatan terhadap pengembalian aset ini disebakan

karena adanya peningkatan penjualan yang didorong oleh kenaikan harga komoditas

terutama kelapa sawit dan karet serta peningkatan volume penjualan bibit sawit

“SumBio”.

e. Return on Equity

Return on equity sama seperti return on asset yaitu pada tahun 2009 mengalami

penurunan dan setelah itu mengalami peningkatan dimana pengembalian terus


meningkat dimana terjadi kenaikan harga yang menyebabkan peningkatan pendapatan

pada perusahaan. Selain itu juga nilai tukar rupiah saat itu menguat sehingga berharap

konsumsi minyak sawit domestik akan tetap bergairah baik dalam jangka pendek

maupun jangka panjang.

5.5 Kinerja Saham PT London Sumatra

Kinerja saham PT Lonsum mengalami kenaikan jika dilihat dari pergerakannya tahun

2006-2011 hanya saja sempat mengalami penurunan pada tahun 2008 - 2009 ini dikarenakan

imbas krisis ekonomi di tahun 2008 dan juga penurunan kinerja dimana posisi saham PT

Lonsum berada pada level Rp. 1.480,- per lembar saham yang terjadi pada tanggal 28 oktober

2008, sedangkan posisi nilai saham tertinggi terjadi pada tanggal 15 januari 2008 yaitu

sebesar Rp. 13.700,- per lembar saham.

Grafik 5.1 Pergerakan saham PT London Sumatra dibandingkan dengan IHSG

8000

7000

6000

5000

4000 LSIP
IHSG
3000

2000

1000

0
1/2/2006 1/2/2007 1/2/2008 1/2/2009 1/2/2010 1/2/2011 1/2/2012

Sumber : Yahoo finance


5.6 Valuasi harga saham

Penilaian harga saham dilakukan dengan metode discounted cash flow metode ini

banyak digunakan untuk perhitungan kinerja kedepan perusahaan dan keputusan jangka

panjang dari perusahaan (Damodaran,2002).

5.7. Asumsi Yang Digunakan

Asumsi yang digunakan penulis dalam menentukan harga saham PT London Sumatra

menggunakan analisa laporan keuangan dan perhitungan proyeksi dari harga saham tahun

2012 sampai dengan 2016, Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini bedasarkan

pemaparan kinerja keuangan dalam bentu analyst meeting pada PT Lonsum. Dari hasil

wawancara tersebut didapatkan hasil asumsi sebagai berikut :

Historical Growth

Net Income
Year Sales (mil) Growth EBIT (mil) Growth (mil) Growth
2006 2,153,200 454,648 303,105
2007 2,929,993 36.08% 990,900 117.95% 564,034 86.09%
2008 3,846,154 31.27% 1,314,416 32.65% 927,555 64.45%
2009 3,199,687 -16.81% 1,018,651 -22.50% 707,487 -23.73%
2010 3,592,658 12.28% 1,357,040 33.22% 1,033,329 46.06%
2011 4,686,457 30.45% 2,003,976 47.67% 1,701,513 64.66%

Average
Growth : 18.65% 41.80% 47.51%
Company
Target 5%
Forecast Sales & NI
Year Sales (mil) Growth Adjust Net Income (mil) Growth Adjust
2006 2,153,200 303,105
2007 2,929,993 36.08% 564,034 86.09%
2008 3,846,154 31.27% 927,555 64.45%
2009 3,199,687 -16.81% 707,487 -23.73%
2010 3,592,658 12.28% 1,033,329 46.06%
2011 4,686,457 30.45% 1,701,513 64.66%
2012F 5,155,103 10.00% 10% 1,854,649 9.00% 9.0%
2013F 5,773,715 12.00% 12% 2,077,207 12.00% 12.0%
2014F 6,582,035 14.00% 14% 2,388,788 15.00% 15.0%
2015F 7,569,340 15.00% 15% 2,794,882 17.00% 17.0%
2016F 8,856,128 17.00% 17% 3,325,910 19.00% 19.0%

Forecast Cash
Cash &
Year Equivalent (mil) Growth Adjust Capex Growth Adjust
2006 257,054 379,367
2007 558,359 117.21% 770,206 103.02%
2008 1,034,344 85.25% 827,413 7.43%
2009 682,249 -34.04% 786,865 -4.90%
2010 1,160,688 70.13% 742,493 -5.64%
2011 2,063,982 77.82% 603,578 -18.71%
2012F 2,579,978 25.00% 25% 663,936 10.00% 10.0%
2013F 3,224,972 25.00% 25% 743,608 12.00% 12.0%
2014F 4,031,215 25.00% 25% 847,713 14.00% 14.0%
2015F 5,039,019 25.00% 25% 974,870 15.00% 15.0%
2016F 6,298,773 25.00% 25% 1,140,598 17.00% 17.0%

Target pertumbuhan dari penjualan CPO untuk tahun 2012 sampai dengan 2016

adalah mengalami pertumbuhan sebesar 10%-17%.

Target pertumbuhan net income perusahaan berkisar di 9%-19% untuk 5 tahun

kedepan.

Pada cash dan equivalent pertumbuhannya berkisar di 25% untuk 5 tahun kedepan.

Target pertumbuhan capex diperkirakan naik tiap tahunnya yaitu di 10%,

12%,14%,15%,dan17% untuk 5 tahun kedepan.

Asumsi inflasi sebesar 6,75% per tahun selama 5 tahun kedepan.


5.8. Perhitungan Weighted Cost of Capital

Salah satu faktor yang perlu diperhitungkan dalam melakukan valuasi dengan metode

discounted cash flow (DCF) adalah faktor tingkat diskonto yang mewakili tingkat

pengembalian hasil yang diharapkan oleh investor (required rate of return). Tingkat diskonto

tersebut digunakan sebagai faktor diskonto untuk menilai arus kas perusahaan dimasa depan

pada masa saat ini (present value).

5.8.1. Cost of debt

Pada company visit yang dilakukan nilai cost of debt (Kd) didapatkan dengan

menghitung persentase beban bunga (interest expense) dibandingkan dengan nilai rata-rata

hitung berbunga (average interest bearing debt) antara tahun berjalan dengan tahun

sebelumnya. Jumlah total hutang berbunga perusahaan dalam masa proyeksi diasummsikan

berkisar antara 8.75% - 9.20% dan pada perhitungan posisi Cost of Debt PT Lonsum berada

pada level 9%.

5.8.2 Cost of Equity

Perhitungan cost of equity (Ke) dilakukan dengan metode Capital Asset Pricing Model

(CAPM) melalui persamaan sebagai berikut :

Ke = Rf + βi ( Rm – Rf )

Berdasarkan data diatas, ada 3 komponen yang dibutuhkan untuk mendapatkan cost of equity

(Ke), yaitu risk free rate (Rf), Beta (β) dan risk premium (Rm-Rf). Untuk nilai risk free rate

digunakan tingkat suku bunga SBI pada penelitian ini diasumsikan setiap tahun meningkat

1% yakni 6,51%, sedangkan untuk nilai beta 2011 terhadap indeks harga saham gabungan

(IHSG) indonesia didapatkan dari nilai data fundamental yaitu sebesar 1.2629 Market risk

didasarkan melalui rata-rata tingkat pengembalian bulanan atas IHSG pada penelitian ini

diasumsukan naik 1% setiap tahunnya yaitu sebesar 3.20% pada perhitungan market risk

tidak dapat dirata-ratakan dan dinaikan lebih tinggi untuk beberapa tahun kebelakang karena
pada PT London Sumatra hutang jangka pendek dan jangka panjang sudah tidak ada sehingga

akan berpengaruh terhadap nilai WACC perusahaan maka disini penulis menggunakan angka

yang telah tersebut diatas, maka perhitungan cost of equity adalah :

Ke = Rf + βi ( Rm – Rf )

= 6.51% + 1,262914 (3.20% - 6.51%)

= 0.023298

= 2.33 %

5.8.3. Weighted Cost of Capital

Untuk menghitung Weighted Cost of Capital (WACC) digunakan rumus sebagai

berikut:

E D
WACC = Ke x Kd x (1 - T) x
(D E) (D E)

Besar cost of fund (Kf) dan cost of equity (Ke) sudah diketahui berdasarkan perhitungan

yang dilakukan sebelumnya, yaitu 9.0 % untuk cost of fund dan 100 % untuk cost of equity.

Tax rate (T) adalah tingkat pajak yang dikenakan kepada perusahaan, yaitu sebesar 28%

Berikut adalah tabel hasil perhitungan WACC :

Tabel 5.10. Perhitungan Weighted Average Cost of Capital

Debt Ratio 0%

After tax cost of debt 6.46 %

Equity ratio 100 %

Ks 2.3 %

Sumber: data diolah


5.9.Perhitungan nilai intrinsik saham (Valuasi harga saham)

Perhitungan nilai intrinsik saham dilakukan dengan metode free cash flow to the firm

(FCFF). Data-data yang dibutuhkan untuk melakukan perhitungan FCFF didapatkan dari

laporan laba rugi dan laporan neraca hasil proyeksi yang dilakukan sebelumnya, dimana hasil

dari perhitungan tersebut didapatkan dari nilai intrinsik di tahun 2012 yaitu sebesar

Rp.3.589.10,-
LAMPIRAN EXCEL
Perhitungan valuasi harga saham diatas dapat kita lihat dari hasil proyeksi laba bersih PT

Lonsum untuk tahun 2012 adalah sebesar Rp. 3.589.10 dengan perhitungan WACC sebesar

6,4 %, nilai present value yang dihasilkan dari proyeksi laba bersih 2011 sampai dengan 2016

berturut turut adalah sebesar Rp.1.058.734, Rp.1.305.175, Rp. 1.377.791, Rp. 1.480.074, Rp.

1.603.826, Rp. 1.767.404, Untuk perhitungan terminal value untuk tahun 2012 sampai

dengan 2016 adalah Rp.23.183.279, Rp. 24.396.504, Rp. 26.131.723, Rp. 28.235.831, Rp.

31.039.956.

Setelah dilakukan perhitungan present value dan terminal value maka selanjutnya

dilakukan perhitungan Value of The Firm. Maka perhitungan value of the firm PT Lonsum

untuk tahun 2012 sampai dengan 2016 adalah Rp. 24.488.455, Rp.27.079.471, Rp.

30.294.765, Rp.34.002.699, Rp. 38.574.229.

Value of the firm dari saham PT Lonsum dilakukan dengan membagi total estimasi

value of the firm dengan jumlah saham yang beredar di publik. Maka nilai intrisik saham PT

Lonsum untuk tahun 2012 Rp 3.589.10 tahun 2013 Rp 3.968.85 , tahun 2014 adalah sebesar

Rp. 4.44.09 tahun 2015 4.983.54 dan pada tahun 2016 sebesar Rp. 5.653.56 Sedangkan nilai

harga saham per tanggal 5 Juni 2012 Rp. 2.525,-sebesar Maka posisi saham PT Lonsum

dengan nilai pasar adalah Undervalued.

5.9.1. Metode Price to Book Value

Pada perhitungan dengan metode price to book value (PBV) disini posisi

perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya, dimana pesaing dalan industri

perkebunan kelapa sawit adalah PT Tunas baru lampung Tbk (TBLA), PT Sinar Mas Agro

resources and technology Tbk, PT Astra agro lestari (AALI).


Tabel 5.12. Posisi Price to Book Value (Rp) PT London Sumatra Dalam Industri

PBV 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012F 2013F 2014F 2015F 2016F

TBLA 240 630 190 340 410 590 867 971 1,088 1,219 1.820

SMAR 3,650 6,000 1,700 2,550 5,000 6,400 8,512 11,321 15,057 20,026 0.856

AALI 12,600 28,000 9,800 22,750 26,200 21,700 29,729 40,729 55,799 76,445 1.674

LONSUM 6,600 10,650 2,925 8,150 12,850 2,250 2,903 3,745 4,831 6,232 0.792

Tabel 5.12. Posisi Price to Book Value (x) PT London Sumatra Dalam Industri

PBV 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012F 2013F 2014F 2015F 2016F

TBLA 1.15 2.81 0.89 1.43 1.57 1.82 2.40 3.71 3.96 5.23 1.91

SMAR 4.07 4.88 1.06 1.53 2.46 2.51 2.76 3.04 3.34 3.67 0.22

AALI 7.22 10.86 2.99 5.75 5.72 4.06 4.38 4.73 5.11 5.52 0.54

LONSUM 5.37 6.28 1.25 2.92 3.85 2.63 3.00 3.42 3.90 4.45 0.19
Sumber : Perseroan, diolah kembali

Berdasarkan tabel diatas Price book value (PBV) PT Lonsum untuk tahun 2010 adalah 3.85x

dan di tahun 2011 adalah 2.63 sedangkan untuk tahun 2012 diprediksi naik kembali sebesar

3.00x, dapat disimpulkan bahwa harga saham PT Lonsum dapat dikategorikan hampir

sebanding dengan perusahaan perkebunan sawit lainnya bahkan harga sahamnya tidak

setinggi perusahaan lain misalnya perusahaan yang lebih mahal adalah PT Astra agro lestari

(AALI) dengan nilai 5.72x di tahun 2010 dan 4.06x di yahun 2011 bahkan juga tidak

serendah dgn perusahaan lain misalnya dibandingkan dengan perusahaan PT Tunas baru

lampung Tbk (TBLA) yaitu 1.57x tahun 2010 dan 1.82x di tahun 2011, selain itu perusahan

PT Sinar Mas Agro Resources dengan nilai 2.46x ditahun 2010 dan 2.41x di tahun 2011.

Untuk proyeksi di tahun 2012 PT Lonsum juga berada pada posisi yang tidak semahal dan

semurah perusahaan sawit lainnya yaitu pada posisi 3.00x.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan sebelumnya, maka penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut :

a. Analisis kondisi ekonomi makro sangat berpengaruh dalam perusahaan kelapa

sawit oleh karena itu hasil perhitungan valuasi dengan metode free cash flow

to firm (FCFF) didapatkan nilai intrinsik saham PT London Sumatra

Rp. 3.589.10,-

b. Berdasarkan perbandingan nilai intrinsik hasil perhitungan dengan harga pasar

saham PT London Sumatra Tbk sebesar Rp. 3.589.10,- maka saham LSIP

termasuk Undervalued walaupun dikisaran harga wajar. Harga penutupan

saham LSIP tanggal 5 Juni 2012 Rp. 2.525,- per lembar saham, yang berada

dibawah nilai intrinsik rata-rata tertimbang sebesar Rp. 3.589.10,- per lembar

saham.

6.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan, saran yang dapat diberikan oleh penulis

adalah sebagai berikut ;

a. Bagi investor dan calon investor harus selalu mengatisipasi dan mengikuti

perkembangan faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja


perusahaan, terutama tingkat produksi, harga jual kelapa sawit dan kurs nilai tukar

rupiah.

b. Untuk mengantisipasi resiko dari industri kelapa sawit, maka investor harus dapat

melakukan diversifikasi pada portofolio sahamnya dengan menggunakan saham

perusahaan dari industri yang bersifat defensive. Jika dilihat nilai saham PT Lonsum

dapat berubah-ubah terhadap perubahan faktor eksternal sehingga diversifikasi

dengan menggunakan saham yang bersifat defensive akan membantu mengurangi

resiko kerugian jika terjadi perubahan negatif pada faktor eksternal.

c. Bagi perusahaan tingkatkan utilitas aset kas perusahaan dengan berinvestasi pada

proyek-proyek yang dapat menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan sehingga dapat

meningkatkan nilai intrinsik saham perusahaan.

d. Bagi akademis dan penelitian selanjutnya sebaiknya mengunakan perhitungan valuasi

lain yang dapat mencapai nilai intrinsik yang lebih baik dan akurat di masa yang akan

datang.
DAFTAR PUSTAKA

Damodaran, Aswath (2002). Investment valuation: Tools ang techniques for determining the
value of any asset edition. New York: John Wiley & Sons

Ingolf Dittman, Ernst Maug, Johanes, journal : “ How fundamental are fundamental values?
Valuation methods and their impact on the performance of german venture capitalists”
(2002).

Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu . jurnal : “ Peranan profitabilitas, suku bunga, Inflasi, dan
nilai tukar dalam mempengaruhi pasar modal Indonesia selama krisis ekonomi” (2003).

White, Gerald I., Ashwinpaul C. Sondhi & Dov Field (2003). The analysis and use of
financial statements edition. Massachusetts : John Wiley & Sons, Inc.

Kautt, Glen, Financial planning . journal :” what are you worth? For seller, it’s back to the
future but for buyers, it’s here and now” (2005).

Jauhari dan wibowo , journal : “Analisis fundamental terhadap return saham pada periode
bullish dan bearish indeks harga saham gabungan” (2007).

Fernandez (2007). IESE Working Paper : Company valuation method, the most common
errors in valuation.

Carter and tony, journal ;” Value innovation management and discounted cash flow “ (2008)

Kris faryanto dan olga A. A Wijaya. Jurnal :”Analisis nilai layak saham dengan metode
relative valuation” (november, 2008)

Kasmir (2008), “ Analisis laporan keuangan”, Jakarta

Jaouida Elleuch. Jurnal : “ Analisa fundamental strategi dan produksi pengembalian saham’
(2009).

Manurung (2009), “Kaya dari bermain saham”, Jakarta

Wild, John J., K. R Subramanyam, & Robert F. Hasley (2009). Financial Statement Analysis
ed. Singapore : McGraw-Hill/Irwin.

Tandelilin (2010). Potofolio dan Investasi ( edisi pertama), Yogyakarta.

Manurung (2011),” Valuasi wajar perusahaan”, Jakarta

Tutorial blog di blogger (2011), Indeks harga saham. Diakses pada 01 Juni 2011.

Stock Fortuner , “ Market preview 2011”. Diakses pada 31 Desember 2010.

Warjono, wardjono@unisbank.ac.id, “ Analisis faktor yang mempengaruhiprice to book


value dan implikasinya pada return saham.”
Publikasi Elektronik

http://www.bps.go.id/, “Badan Pusat Statistik”.

http://www.scribd.com/doc/53938615/pdb , “ CEIC Perkiraan Mandiri Sekuritas”.

http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/ .

http://www.idx.co.id

Anda mungkin juga menyukai