Pertemuan 4 - Deky Ardiyasri (GCS, Bidai, TIK, WBE)
Pertemuan 4 - Deky Ardiyasri (GCS, Bidai, TIK, WBE)
Waktu: 2 x 60 menit
Submateri pertemuan:
1. Glasgow Coma Scale (GCS)
2. Tekanan Intrakranial dan Prinsip Intervensi
3. Pembidaian dan Komplikasinya
4. Weight Bearing Exercise
Tujuan Pemeriksaan
Penilaian GCS dilakukan untuk melakukan pengkajian neurologik yang lebih dalam dengan
mengevaluasi motorik pasien, verbal dan respon membuka mata.
Penilaian
Cara melakukan penilaian GCS adalah dengan mengevaluasi respon motorik pasien, verbal dan
respon membuka mata, lalu masing-masing respon diberikan sebuah angka sebagai berikut:
Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan M normal,
penulisannya EX-V5-M6.
Bila ada trakheostomi sedang E dan M normal, penulisannya E4-VX-M6.
Bila tetraparese sedang E dan V normal, penulisannya E4-V5-MX.
GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5 tahun.
Penilaian tingkat kesadaran dengan menggunakan metode GCS adalah penilaian tingkat kesadaran
secara kuantitatif.
Sedangkan penilaian tingkat kesadaran secara kualitatif yaitu Kompos Mentis, Apatis, Somnolen,
Stupor, Koma (Posner, JB dalam Aprilia, M, 2015)
1. Kompos Mentis
Keadaan seseorang sadar penuh dan dapat menjawab pertanyaan tentang diri dan
lingkungannya.
2. Apatis
Keadaan seseorang tidak peduli, acuh tak acuh dan segan berhubungan dengan orang lain di
lingkungannya.
3. Somnolen
Keadaan seseorang dalam keadaan mengantuk dan cenderung tertidur, masih dapat
dibangunkan dengan rangsangan dan mampu memberikan jawaban secara verbal, namun
mudah tertidur kembali.
5. Koma
Kesadaran hilang, tidak menunjukkan reaksi walaupun dengan semua rangsangan (verbal,
taktil, nyeri) dari luar.
Pembidaian adalah cara untuk mengistirahatkan (imobilisasi) bagian tubuh yang mengalami cedera
dengan menggunakan suatu alat.
Tujuan Pembidaian
a. Untuk mencegah gerakan (imobilisasi) fragmen patah tulang atau sendi yang mengalami
dislokasi.
b. Untuk meminimalisasi/mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar tulang yang patah
(mengurangi/mencegah cedera pada pembuluh darah, jaringan saraf perifer dan pada
jaringan patah tulang tersebut)
c. Untuk mengurangi perdarahan dan bengkak yang timbul.
d. Untuk mencegah terjadinya syok.
e. Untuk mengurangi nyeri dan penderitaan
Tipe-Tipe Bidai/Splint
Komplikasi
Komplikasi pembidaian biasanya timbul bila kita tidak melakukan pembidaian secara benar, di
antaranya:
a. Bila bidai terlalu longgar bisa menimbulkan kerusakan pada saraf perifer, pembuluh darah,
atau jaringan sekitarnya akibat pergerakan ujung-ujung fragmen patah tulang.
b. Menghambat aliran darah bila terlalu ketat bisa menyebabkan iskemia jaringan
c. Kerusakan kulit
Penekanan pada kulit dapat menyebabkan iritasi dan kerusakan pada kulit sehingga sebelum
dilakukan pembidaian kulit harus benar-benar dalam keadaan bersih. Pasir dan kotoran
dapat menjadi titik tekanan pada kulit.
d. Compartment syndrome
Compartment syndrome merupakan komplikasi serius dari pembidaian. Peningkatan nyeri,
pembengkakan, perubahan warna dan peningkatan temperatur merupakan gejala penting
yang harus diperhatikan.
Contoh:
Teknik pemasangan bidai pada pasien Fraktur Tibia Fibula dengan melewati dua sendi (pergelangan
kaki; sendi distal dan lutut; sendi proksimal)
Weight bearing adalah salah satu langkah dari ambulasi dini pada pasien yang mengalami fraktur
ekstremitas. Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi
dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan
alat sesuai dengan kondisi pasien (Roper, 2002).
Weight bearing adalah jumlah dari beban seorang pasien yang dipasang pada kaki yang dibedah.
Pembebanan berat badan (weight-bearing) pada kaki ditentukan oleh dokter bedah. Tingkatan weight
bearing dibedakan menjadi lima yaitu (Pierson, 2002):
Non weight bearing adalah 0% dari beban tubuh, dilakukan selama 3 minggu pasca operasi.